Penilaian dan Profesi Penilai telah semakin berperan penting dalam berbagai aspek
perekonomian dan pembangunan negara, dimulai dari kepentingan penjaminan, tindakan
korporasi di pasar modal, pelaporan keuangan, dalam rangka pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum, dan terdapat sejumlah kepentingan lainnya. Objek
penilaian yang dinilai juga lebih beragam tidak hanya asset berwujud tetapi juga mencakup
asset tak berwujud, entitas, bisnis dan instrument keuangan. Melihat kepentingan dan cakupan
asset atau liabilitas tersebut, kesemuanya membutuhkan pedoman, apakah dalam konteks etik
dan pedoman berpraktek bagi semua kegiatan Penilai di Indonesia.
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa akhirnya Kode Etik Penilai
Indonesia (KEPI) dan Standar Penilaian Indonesia (SPI) Edisi VII tahun 2018 yang merupakan
penyempurnaan dari KEPI dan SPI
SP I Edisi VI tahun 2015 telah diselesaikan
dis elesaikan dan mulai berlaku
pada tanggal 1 Agustus 2018 dengan masa transisi sekitar enam bulan atau mulai berlaku
efektif tanggal 1 Februari 2019. KEPI dan SPI ini disusun merujuk kepada International
Valuation Standards 2017 (IVS 2017) yang dikeluarkan oleh International Valuation
Standards Council, serta menggunakan referensi dari standar-standar penilaian lainnya di
dunia, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi penilaian di Indonesia.
KEPI dan SPI memiliki peran penting bagi pelaku penilaian
penilaia n (para Penilai), maupun pengguna
jasa, Pemerintah, lembaga-lembaga terkait lainnya. KEPI merupakan landasan moral
sedangkan SPI merupakan panduan praktik penilaian bagi Penilai di Indonesia, serta dari sisi
pengguna jasa menjadi acuan dalam memahami dan memanfaatkan hasil penilaian. Sementara
itu, dari sisi Pemerintah maupun lembaga terkait lainnya, KEPI dan SPI ini dapat menjadi
acuan dalam melaksanakan pengawasan dan pengembangan profesi Penilai di Indonesia.
KEPI dan SPI Edisi VII dibuat dengan mengikuti sistematika International Valuation
Standards dimana KEPI merupakan bagian yang terpisah dari SPI, namun dicetak dalam satu
kesatuan.
SPI Edisi VII disusun lebih dengan asas ‘principle base’, serta dengan landasan cakupan
(platform) yang meliputi penilaian property dan bisnis. Di dalam SPI ini digunakan
terminology ‘aset atau liabilitas’ yang memiliki pengertian yang sama dengan ‘properti’,
meliputi Real Properti, Personal Properti, Badan Usaha, dan Hak Kepemilikan Finansial.
Pada KEPI dan SPI Edisi VII ini sudah dilakukan perubahan dan penambahan standard
sta ndard baru
untuk bagian KEPI, KPUP, Standar Umum, serta sebagian Standar Penerapan dan Standar
Teknis. Bagian Standard dan Standar Teknis yang masih menggunakan SPI 2015 dapat dilihat
pada lampiran Tabel Penjelasan Perubahan.
KEPI dan SPI edisi VII terdiri dari:
1. Pendahuluan
2. Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI)
3. Standar Penilaian Indonesia (SPI)
a. Konsep dan Prinsip umum Penilaian (KPUP)
b. Jenis Properti
c. Standar Umum
SPI 101 – Nilai
Nilai Pasar Sebagai Dasar Nilai
SPI 102 – Dasar
Dasar Nilai Selain Nilai Pasar
SPI 103 – Lingkup
Lingkup Penugasan
SPI 104 – Implementasi
Implementasi
SPI 105 – Pelaporan
Pelaporan Penilaian
SPI 106 – Pendekatan
Pendekatan dan Metode Penilaian
SPI 107 – Kaji
Kaji Ulang Penilaian
d. Standar Penerapan
SPI 201 – Penilaian
Penilaian untuk Pelaporan Keuangan
SPI 202 – Penilaian
Penilaian untuk Tujuan Penjaminan Utang
SPI 203 – Penilaian
Penilaian Aset Sektor Publik untuk Pelaporan Keuangan
SPI 204 – Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum
SPI 205 – Penilaian
Penilaian Untuk Tujuan Lelang
SPI 206 – Penilaian
Penilaian Untuk Kepentingan Pasar Modal (proses penyusunan)
e. Standar Teknis
SPI 300 – Penilaian
Penilaian Real Properti
SPI 301 – Penilaian
Penilaian Properti Agrikultur
SPI 302 – Penilaian
Penilaian dalam Pengembangan (proses penyusunan)
SPI 310 – Penilaian
Penilaian Mesin dan Peralatan
SPI 320 – Penilaian
Penilaian Aset Takberwujud
SPI 330 – Penilaian
Penilaian Bisnis
SPI 340 – Penilaian
Penilaian Instrumen Keuangan
SPI 350 – Jasa
Jasa Konsultasi
Buku yang tergabung dari KEPI dan SPI ini, juga dilengkapi Pedoman Penilaian Indonesia
(PPI) yang dapat menjadi rujukan Penilai secara teknis, meliputi:
4. Pedoman Penilaian Infonesia
a) PPI 01 – Penilaian
Penilaian untuk Pelaporan Keuangan
b) PPI 02 – Penilaian
Penilaian Hak Sewa
c) PPI 03 – Penilaian
Penilaian Properti dengan Bisnis Khusus
d) PPI 04 – Penilaian
Penilaian terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum
e) PPI 05 – Penilaian
Penilaian Untuk Tujuan Lelang
f) PPI 06 – Penilaian
Penilaian Properti Industri Pertambangan
g) PPI 07 – Penilaian
Penilaian Personal Properti
h) PPI 08 Pendekatan Biaya untuk Aset Berwujud
i) PPI 09 – Analisis
Analisis Discounted Cash
Cash Flow (DCF)
(DCF)
j) PPI 10 – Analisis
Analisis Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest and Best Use Analysis)
k) PPI 11 – Opini
Opini Kewajaran
l) PPI 12 – Inspeksi
Inspeksi dan Hal yang Dipertimbangkan
m) PPI 13 – Penilaian
Penilaian Massal
Penyempurnaan KEPI dan SPI merupakan suatu kegiatan yang bersifat terus menerus untuk
memenuhi tuntutan dan perkembangan Profesi Penilaian dan kebutuhan industry sector
keuangan, dunia bisnis maupun kebutuhan sector Publik dan
d an Swasta.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak, terutama kepada Pusat Pembinaan Profesi
Keuangan (PPPK) Sekretarian Jenderal Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai
instansi Pembina profesi Penilai yang telah sangat membantu dalam penyelesaian KEPI dan
SPI Edisi VII ini hingga terlaksananya proses diseminasi dan sosialisasi. Selain itu, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu memberikan saran dan
masukan dalam penyempurnaan KEPI dan SPI ini.
Dengan diberlakukannya KEPI dan SPI Edisi VII, diharapkan bahwa Penilai akan memiliki
profesionalisme yang lebih tinggi dan dapat memiliki kesetaraan dengan Penilai di dunia
internasional serta memiliki daya saing tinggi. Semoga Penilai Indonesia akan terus
berkembang maju dan semakin berperan penting dalam pembangunan nasional yang
berkelanjutan menuju Indonesia makmur dan sejahtera.
Mengetahui,
Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
Sekretarian jenderal Kementerian Keuangan RI
Langgeng Subur
KOMITE PENYUSUN STANDAR PENILAIAN INDONESIA
MASYARAKAT PROFESI PENILAI INDONESIA
Tim Pengarah
1. Langgeng Subur (Kepala Pusat PPPK Kemenkeu)
2. Meirijal Nur (Direktur Penilaian DJKN Kemenkeu)
3. Ucu Rufaidah (Direktur Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal OJK)
4. Okky Danuza (Ketua Umum DPN MAPPI)
5. Setiawan (Ketua DP MAPPI)
Tim Penyusun
1. Agustinus P. Tamba
2. Arie Wibowo (PPPK Kemenkeu)
3. Budi P. Martokoesoemo
4. Budi Prasadjo
5. Caroline Dharmawan
6. Firman Dwi Suprayoga (PPPK Kemenkeu)
7. Hamid Yusuf
8. Jimmy T. Prasetyo (Koordinator Penilaian Properti)
9. Miduk Pakpahan
10. Muhammad A. Muttaqin
11. Panca A. Jatmika
12. Rengganis Kartomo (Koordinator Hubungan Luar Negeri)
13. Rudy M. Syafruddin (Koordinator Penilaian Bisnis)
14. Tonny Hambali
15. Triono Soedirjo
16. Muhammad Nahdi (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara)
17. Kesatria Purba (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara)
18. Madji Ali (Direktorat Jenderal Pajak)
DAFTAR ISI
3. Pendahuluan ...........................................
.................................................................
............................................
.............................................
................................
......... 14
4. Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) ..........................................
.................................................................
.............................................
........................
.. 25
1.0 Pendahuluan ..............................................................
.........................................................................................................................
........................................................... 26
2.0 Ruang Lingkup ............................................................
.......................................................................................................................
........................................................... 26
3.0 Definisi ............................................................
..................................................................................................................................
...................................................................... 26
4.0 Prinsip Dasar Etik ...................................................................
..................................................................................................................
............................................... 27
5.0 Panduan Prinsip Dasar Etik ...............................................................
...................................................................................................
.................................... 35
6.0 Ancaman dan Pencegahan ...................................................................
....................................................................................................
................................. 39
5. Konsep Dan Prinsip Umum Penilaian (KPUP) .........................................
...............................................................
................................
.......... 42
1.0 Pendahuluan ..............................................................
.........................................................................................................................
........................................................... 42
2.0 Aset dan Properti ...................................................................
..................................................................................................................
............................................... 42
3.0 Aset dan Liabilitas ..................................................................
.................................................................................................................
............................................... 44
4.0 Harga, Biaya dan
dan Nilai ............................................................
...........................................................................................................
............................................... 44
5.0 Pasar.................................................................
......................................................................................................................................
..................................................................... 46
6.0 Aktivitas Pasar ............................................................
.......................................................................................................................
........................................................... 47
7.0 Pelaku Pasar ...............................................................
..........................................................................................................................
........................................................... 47
8.0 Unit Penilaian (Agregasi) ......................................................................
.......................................................................................................
................................. 48
9.0 Dasar Nilai ...................................................................
.............................................................................................................................
.......................................................... 48
10.0 Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest and Best Use - HBU) ........................................ 50
11.0 Kegunaan .............................................................................................................................. 51
12.0 Asumsi dan Asumsi Khusus ...................................................................................................
................................................................................................... 53
13.0 Konsep Penting Lainnya ..................................................................................
........................................................................................................
...................... 54
14.0 Pendekatan Penilaian............................................................................................................
Penilaian............................................................................................................ 55
15.0 Pendekatan Pasar ..................................................................
.................................................................................................................
............................................... 56
16.0 Pendekatan Pendapatan
P endapatan ......................................................................
.......................................................................................................
................................. 56
17.0 Pendekatan Biaya...................................................................
..................................................................................................................
............................................... 57
18.0 Metode Penerapan ...............................................................................................................
............................................................................................................... 57
19.0 Data Masukan Penilaian (Valuation Inputs)............................................................
..........................................................................
.............. 57
20.0 Penyimpangan ...................................................................................................................... 58
21.0 Bagan Proses Penilaian .........................................................................................................
......................................................................................................... 59
6. Jenis Properti .............................................
....................................................................
.............................................
.............................................
............................
..... 61
1.0 Pendahuluan ..............................................................
.........................................................................................................................
........................................................... 61
2.0 Real Properti ..............................................................
.........................................................................................................................
........................................................... 61
3.0 Personal Properti ...................................................................
..................................................................................................................
............................................... 70
4.0 Perusahaan/Badan Usaha....................................................................
.....................................................................................................
................................. 72
5.0 Hak Kepemilikan
Kepemilikan Finansial ..............................................................................
....................................................................................................
...................... 75
Standar Umum
7. Standar Penilaian Indonesia 101 (SPI 101) Nilai Pasar Sebagai Dasar Nilai ...............................
............................... 82
1.0 Pendahuluan ..............................................................
.........................................................................................................................
........................................................... 82
2.0 Ruang Lingkup ............................................................
.......................................................................................................................
........................................................... 83
3.0 Definisi ............................................................
..................................................................................................................................
...................................................................... 83
4.0 Hubungan dengan Standar Akuntansi .........................................................
..................................................................................
......................... 86
5.0 Pernyataan Standar.....................................................
Standar...............................................................................................................
.......................................................... 86
6.0 Pembahasan...............................................................
..........................................................................................................................
........................................................... 87
7.0 Syarat Pengungkapan.......................................
Pengungkapan............................................................................................................
..................................................................... 91
8.0 Ketentuan Penyimpangan
Penyimpangan ....................................................................
.....................................................................................................
................................. 91
9.0 Kutipan dan tanggal berlaku .............................................................
.................................................................................................
.................................... 91
8. Standar Penilaian Indonesia 102 (SPI 102) Dasar Nilai Selain Nilai Pasar ..................................
................................. 92
1.0 Pendahuluan ..............................................................
.........................................................................................................................
........................................................... 92
2.0 Ruang Lingkup ............................................................
.......................................................................................................................
........................................................... 92
3.0 Definisi ............................................................
..................................................................................................................................
...................................................................... 92
4.0 Hubungan dengan Standar Akuntansi .........................................................
..................................................................................
......................... 97
5.0 Pernyataan Standar.....................................................
Standar...............................................................................................................
.......................................................... 97
6.0 Pembahasan...............................................................
..........................................................................................................................
........................................................... 98
7.0 Syarat Pengungkapan.......................................
Pengungkapan..........................................................................................................
................................................................... 105
8.0 Ketentuan Penyimpangan
Penyimpangan ....................................................................
...................................................................................................
............................... 106
9.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku ............................................................
..............................................................................................
.................................. 106
9. Standar Penilaian Indonesia 103 (SPI 103) Lingkup Penugasan .............................................
............................................. 107
1.0 Pendahuluan ..............................................................
.......................................................................................................................
......................................................... 107
2.0 Ruang Lingkup ............................................................
.....................................................................................................................
......................................................... 107
3.0 Definisi ............................................................
................................................................................................................................
.................................................................... 108
4.0 Hubungan Dengan Standar Akuntansi .........................................................
................................................................................
....................... 108
5.0 Pernyataan Standar.....................................................
Standar.............................................................................................................
........................................................ 108
6.0 Pembahasan...............................................................
........................................................................................................................
......................................................... 114
7.0 Syarat Pengungkapan.......................................
Pengungkapan..........................................................................................................
................................................................... 115
8.0 Ketentuan Penyimpangan
Penyimpangan ....................................................................
...................................................................................................
............................... 115
9.0 Kutipan Dan Tanggal Berlaku 115
Lampiran .....................................................................
.............................................................................................................................
........................................................ 116
10. Standar Penilaian Indonesia 104 (SPI 104) Implementasi ..........................................
.....................................................
........... 120
28. Pedoman Penilaian Indonesia 01 (PPI 01) Penilaian untuk Pelaporan Keuangan ................. 372
1.0 Pendahuluan ..............................................................
.......................................................................................................................
......................................................... 372
2.0 Definisi dan Pengertian ..........................................................
.......................................................................................................
............................................. 373
3.0 Lingkup Penugasan (merujuk kepada SPI 103-5.3) ............................................................. 374
4.0 Implementasi (merujuk
(merujuk kepada SPI 104) ...................................................................
............................................................................
......... 379
5.0 Pelaporan Penilaian (merujuk kepada SPI 105-5.1) ............................................................ 385
29. Pedoman Penilaian Indonesia 02 (PPI 02) Penilaian
Penilaian Personal Properti .........................
................................
....... 405
1.0 Pendahuluan ..............................................................
.......................................................................................................................
......................................................... 405
2.0 Ruang Lingkup ............................................................
.....................................................................................................................
......................................................... 405
3.0 Definisi ............................................................
................................................................................................................................
.................................................................... 406
4.0 Pedoman Penilaian ................................................................
.............................................................................................................
............................................. 408
5.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku ............................................................
..............................................................................................
.................................. 411
30. Pedoman Penilaian Indonesia 03 (PPI 03) Penilaian Properti dengan Bisnis Khusus ............. 412
1.0 Pendahuluan ..............................................................
.......................................................................................................................
......................................................... 412
2.0 Ruang Lingkup ............................................................
.....................................................................................................................
......................................................... 412
3.0 Definisi ............................................................
................................................................................................................................
.................................................................... 412
4.0 Pedoman Penilaian ................................................................
.............................................................................................................
............................................. 413
5.0 Kutipan Dan Tanggal Berlaku ............................................................
..............................................................................................
.................................. 415
31. Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum ...........................................
..................................................................
..............................
....... 416
1.0 Pendahuluan ..............................................................
.......................................................................................................................
......................................................... 416
2.0 Definisi dan Pengertian ..........................................................
.......................................................................................................
............................................. 417
3.0 Lingkup Penugasan (merujuk kepada SPI 103-5.3) ............................................................. 418
4.0 Implementasi (merujuk
(merujuk kepada SPI 104) 427
5.0 Pelaporan Penilaian (merujuk kepada SPI 105-5.1) ............................................................ 440
Lampiran 1 ........................................................................................................................... 443
Lampiran 2 ........................................................................................................................... 444
Lampiran 3 ........................................................................................................................... 447
Lampiran 4 ........................................................................................................................... 455
Lampiran 5 ........................................................................................................................... 461
Lampiran 6 ........................................................................................................................... 463
Lampiran 7 ........................................................................................................................... 465
32. Pedoman Penilaian Indonesia 05 (PPI 05) Penilaian Untuk Tujuan Lelang ........................... 467
1.0 Pendahuluan ....................................................................................................................... 467
2.0 Definisi dan Pengertian ....................................................................................................... 468
3.0 Lingkup Penugasan (merujuk kepada SPI 103-5.3) ............................................................. 469
4.0 Implementasi (merujuk kepada SPI 104) ............................................................................ 474
5.0 Pelaporan Penilaian (merujuk kepada SPI 105-5.1) ............................................................ 485
Lampiran 1 ........................................................................................................................... 488
Lampiran 2 ........................................................................................................................... 494
Lampiran 3 ........................................................................................................................... 496
Lampiran 4 ........................................................................................................................... 498
33. Pedoman Penilaian Indonesia 06 (PPI 06) Penilaian Properti Industri Pertambangan .......... 499
1.0 Pendahuluan ....................................................................................................................... 499
2.0 Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 503
3.0 Definisi ................................................................................................................................ 504
4.0 Pedoman Penilaian ............................................................................................................. 509
5.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku .............................................................................................. 515
34. Pedoman Penilaian Indonesia 07 (PPI 07) Penilaian Personal Properti ................................ 516
1.0 Pendahuluan ....................................................................................................................... 516
2.0 Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 516
3.0 Definisi ................................................................................................................................ 517
4.0 Pedoman Penilaian ............................................................................................................. 519
5.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku .............................................................................................. 524
35. Pedoman Penilaian Indonesia 08 (PPI 08) Pendekatan Biaya Untuk Aset Berwujud ............. 525
1.0 Pendahuluan ....................................................................................................................... 525
2.0 Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 525
3.0 Definisi ................................................................................................................................ 525
4.0 Pedoman Penilaian ............................................................................................................. 527
5.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku 531
36. Pedoman Penilaian Indonesia 09 (PPI 09) Analisis Discounted Cash Flow ............................ 532
1.0 Pendahuluan ....................................................................................................................... 532
2.0 Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 533
3.0 Definisi ................................................................................................................................ 533
4.0 Pedoman Penilaian ............................................................................................................. 535
5.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku .............................................................................................. 548
37. Pedoman Penilaian Indonesia 10 (PPI 10) Analisis Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest
and Best Use Analysis) ...................................................................................................... 549
1.0 Pendahuluan ....................................................................................................................... 549
2.0 Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 549
3.0 Definisi ................................................................................................................................ 550
4.0 Pedoman Penilaian ............................................................................................................. 550
5.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku .............................................................................................. 558
38. Pedoman Penilaian Indonesia 11 (PPI 11) Opini Kewajaran ................................................ 559
1.0 Pendahuluan ....................................................................................................................... 559
2.0 Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 559
3.0 Definisi ................................................................................................................................ 560
4.0 Pedoman Penilaian ............................................................................................................. 560
5.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku .............................................................................................. 566
39. Pedoman Penilaian Indonesia 12 (PPI 12) Inspeksi dan Hal yang Dipertimbangkan ............. 567
1.0 Pendahuluan ....................................................................................................................... 567
2.0 Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 567
3.0 Definisi ................................................................................................................................ 567
4.0 Pedoman Penilaian ............................................................................................................. 568
5.0 Kutipan Dan Tanggal Berlaku .............................................................................................. 572
40. Pedoman Penilaian Indonesia 13 (PPI 13) Penilaian Massal ................................................ 573
1.0 Pendahuluan ....................................................................................................................... 573
2.0 Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 574
3.0 Defenisi ............................................................................................................................... 574
4.0 Pedoman Penilaian ............................................................................................................. 576
5.0 Kutipan dan Tanggal Berlaku .............................................................................................. 585
41. Daftar Istilah (Glossary)..................................................................................................... 586
dibekali dengan standar penilaian yang bertaraf internasional sehingga mampu mensejajarkan
dirinya dengan Penilai lainnya di dunia karena pelaksanaan penilaian sudah mengikuti
pedoman yang berlaku secara internasional. Namun demikian SPI juga memuat kandungan
local untuk memberikan pedoman mengenai berbagai hal yang bersifat local sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku.
Sepanjang tidak diatur oleh peraturan perundang-undangan setempat, penilaian properti (aset
atau liabilitas) di luar Indonesia harus mematuhi prinsip-prinsip umum dalam KEPI dan SPI,
kecuali diisyaratkan berbeda, dimana Penilai dapat memilih untuk mengikuti:
Panduan yang dipublikasikan oleh Dewan Standar Penilaian Internasional (The
International
International Valuation
Valuation Standards Council (IVSC); atau
Standards Council
Persyaratan atau panduan yang relevan dari Asosiasi Profesi Penilai yang diakui oleh
Pemerintah negara yang bersangkutan, serta Asosiasi Profesi Penilai tersebut adalah
anggota dari Dewan Standar Penilaian Internasional (IVSC).
Apabila menggunakan standar di luar SPI. Penilai harus mengkonfirmasikan atau menyepakati
men yepakati
hal tersebut dengan pemberi tugas, serta laporan dan semua referensi yang dipublikasikan harus
selalu merujuk kepada alternatif standar yang digunakan.
Penilaian atas properti (aset atau liabilitas) yang terletak di Indonesia yang seluruhnya atau
sebagian dimiliki oleh entitas asing, untuk keperluan laporan keuangan entitas asing yang
bersangkutan, Penilai setelah berkonsultasi dengan entitas asing tersebut dapat mengadopsi
ketentuan diatas. Namun demikian, persyaratan dari SPI 105 - Pelaporan Penilaian harus
dipenuhi untuk memperluas cakupannya.
Indonesia melalui MAPPI merupakan salah satu anggota IVSC, dan dengan demikian
meratifikasi penggunaan IVS sebagai acuan standar penilaian di Indonesia. Keanggotaan IVSC
terdiri dari organisasi penilai professional baik swasta maupun Pemerintah, lembaga
Pemerintah, lembaga akademis maupun korporasi di seluruh dunia.
KEPI dan SPI edisi VII ini merupakan penyempurnaan dari SPI sebelumnya yang terbit di
tahun 1994, 2000, 2002 dan 2007, 2013 dan 2015. Penyempurnaan SPI dari waktu ke waktu
adalah sesuai dengan dianutnya prinsip perubahan, dimana perubahan tersebut tidak terelakkan
serta akan terus menerus terjadi walaupun dilaksanakan secara bertahap. Untuk hal-hal yang
belum diatur di dalam SPI, digunakan acuan IVS atau standar negara lain yang relevan dan
diakui oleh Asosiasi Profesi Penilai yang diakui Pemerintah.
Penilai yang melakukan kegiatan penilaian di Indonesia harus memiliki lisensi Penilai Berijin
yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan RI dan pemenuhan
terhadap KEPI dan SPI bersifat wajib. Keharusan mematuhi SPI ini termaktub Asosiasi Profesi
Penilai. KEPI dan SPI berlaku sebagai ketentuan wajib bagi Penilai
Penil ai dalam melakukan kegiatan
yang terdiri dari dan tidak terbatas kepada Penilaian, Penilaian Ulang (Re-appraisals),
Kajiulang Penilaian (Appraisal Reviews) , dan Perhitungan Manfaat Ekonomi (Calculation of
Worth). Apabila penilai menyimpang dari ketentuan ini, maka Penilai harus memenuhi segala
peraturan perundang-undangan yang
yang diisyaratkan, yang berlaku untuk
untuk kasus tertentu.
Sejalan dengan hal tersebut, penilai juga wajib untuk mengikuti diseminasi KEPI dan SPI yang
merupakan bagian dari kegiatan Pendidikan Profesional Berkelanjutan (Continuing
Professional Development) dimana penyelenggaraannya dilakukan oleh MAPPI yang diakui
Pemerintah bersama dengan Instansi Pembina Kementerian Keuangan RI.
Maksud dan Tujuan Standar Penilaian Indonesia
Standar Penilaian Indonesia disusun untuk mencapai maksud dan tujuan berikut:
1. Mendorong Penilai untuk secara berhati-hati menentukan dan memahami kebutuhan dan
persyaratan dari Pemberi Tugas, dan untuk memberikan kepastian kepada Penilai bahwa
Penilai dibekali dengan suatu standar penilaian yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
tersebut;
2. Memajukan penggunaan dasar penilaian dan asumsi secara konsisten dalam penilaian dan
pemilihan dasar penilaian yang tepat sesuai dengan kebutuhan Pemberi Tugas;
3. Membantu Penilai untuk mencapai kompetensi professional dengan standar yang
mengikuti pedoman internasional dalam persiapan dan pelaksanaan pekerjaan penilaian;
4. Memastikan bahwa laporan penilaian yang dihasilkan bersidat komprehensif dan tidak
bersifat menyesatkan, berisi informasi
informasi yang mudah dimengerti
dimengerti yang dibutuhkan
dibutuhkan dan harus
didapatkan oleh pembacanya;
5. Memastikan bahwa referensi yang dipublikasikan dalam laporan penilaian mengandung
informasi yang jelas, akurat dan memadai sehingga tidak menyesatkan.
men yesatkan.
Perlu ditekankan bahwa SPI ini pada prinsipnya tidak membahas mengenai teori
te ori penilaian dan
metodologi penilaian secara rinci tetapi lebih kepada mekanisme praktek penilaian yang
dilakukan, termasuk penyusunan, interpretasi dan pelaporan dari informasi yang relevan
dengan penugasan penilaian.
Di dalam bagian ini juga diuraikan mengenai konsep dari setiap Jenis Properti yang
dicakup di dalam SPI ini, yang terdiri atas real property, personal property,
perusahaan/badan usaha (business) dan Hak Kepemilikan Finansial/HKF (financial
interest)
Standar Penerapan –
Penerapan – SPI
SPI seri 200 dibuat untuk memberikan pedoman mengenai
penerapan penilaian untuk tujuan pelaporan keuangan (untuk Swasta maupun sector
public), penilaian yang berkaitan dengan jaminan pinjaman (mortgage security),
penilaian berkaitan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum,
penilaian terkait tujuan lelang dan terdapat satu SPI yang akan dipersiapkan untuk
penilaian keperluan pasar modal.
Bagian ini meliputi:
SPI 201 – Penilaian Untuk Pelaporan Keuangan, bertujuan menjelaskan prinsip-
201 – Penilaian
prinsip yang digunakan di dalam penilaian untuk tujuan pelaporan keuangan dan
akun-akun lainnya yang relevan dari suatu badan usaha dalam konteks diterapkannya
akuntansi nilai wajar (fair value accounting).
SPI 202 – Penilaian Untuk Tujuan Penjaminan Utang, bertujuan memberikan
pedoman bagi Penilai dalam mempersiapkan penilaian untuk tujuan penjaminan
hutang yang meliputi pemberian kerangka kerja dalam pelaksanaan penugasan
penilaian untuk tujuan tersebut.
SPI 203 – Penilaian Aset Sektor Publik untuk Pelaporan Keuangan, bertujuan
menjelaskan prinsip-prinsip yang digunakan di dalam penilaian asset sector public
dalam konteks pelaporan keuangan dan manajemen asset.
SPI 204 – Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, bertujuan pedoman dan prosedur dalam penilaian asset sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku terkait pengadaan tanah.
SPI 205 – Penilaian Untuk Tujuan Lelang, bertujuan menjelaskan prinsip-prinsip
205 – Penilaian
yang digunakan di dalam penilaian asset dalam konteks jual beli secara cepat atau
tujuan lelang.
SPI 206 – Penilaian Untuk Kepentingan Pasar Modal, dalam proses penyusunan.
206 – Penilaian
Standar Teknis – SPI seri 300 memberikan petunjuk mengenai penilaian untuk
berbagai jenis asset, metode/teknik penilaian, persyaratan yang harus dipenuhi
dipenuhi dalam
melakukan penilaian dan memberikan panduan untuk berbadai situasi khusus dalam
penilaian serta bagaimana penerapan SPI dalam situasi bisnis dan penyediaan jasa
yang lebih spesifik.
SPI seri 300 ini dibagi dalam kelompok penilaian untuk berbagai jenis aset yang terdiri
dari kelompok Real Properti, kelompok Personal Properti, kelompok Bisnis, Aset
Keuangan dan Liabilitas, serta kelompok penerapan metodologi penilaian dan
kelompok standar lainnya.
SPI 300 – Penilaian
Penilaian Real Properti
SPI 301 – Penilaian
Penilaian Properti Agrikultur
SPI 302 – Properti
Properti dalam Pengembangan (proses penyusunan)
SPI 310 – Penilaian
Penilaian Mesin dan Peralatan
SPI 320 – Penilaian
Penilaian Aset Takberwujud
SPI 330 – Penilaian
Penilaian Bisnis
SPI 340 – Penilaian
Penilaian Instrumen Keuangan
SPI 350 – Jasa
Jasa Konsultasi
6. Interpretasi
Dalam bagian ini disampaikan penjelasan dan/atau keterangan atas pernyataan yang ada
pada bagian KEPI dan SPI.
Tiga elemen p[okok yang membentuk Standar Penilaian Indonesia yaitu bagian Standar
Umum, Standar Penerapan dan Standar Teknis memiliki bobot yang sama dan seluruh
penilaian yang dibuat dengan mengacu kepada Standar Penilaian Indonesia harus
memenuhi berbagai prinsip dan prosedur yang dijelaskan di dalam seluruh dokumen
Standar Penilaian Indonesia ini.
Status dari masing-masing KEPI, SPI dan PPI dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI), Mandatori dan mengikat (pada kalimat tertentu)
yang berlaku bagi anggota MAPPI dan semua
praktek penilaian di Indonesia sesuai ketentuan
dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Konsep Prinsip Umum Penilaian (KPUP), Mandatori dan mengikat (pada (pada kalimat tertentu)
yang berlaku bagi anggota MAPPI dan semua
praktek penilaian di Indonesia sesuai ketentuan
dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Standar Penilaian Indonesia (SPI), Mandatori dan mengikat (pada kalimat tertentu)
yang berlaku bagi anggota MAPPI dan semua
praktek penilaian di Indonesia sesuai ketentuan
dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pedoman Penilaian Indonesia (PPI), Direkomendasikan untuk digunakan, untuk
beberapa pedoman tertentu bersifat mandatory
bila dinyatakan sebagai bagian yang terikat
kepada SPI terkait.
Petunjuk Teknis (Juknis), Direkomendasikan untuk digunakan. Sebagai
informasi dan/atau menjelaskan hal-hal yang
bersifat teknis.
Daftar Istilah (Glossary), Menjadi mandatory sesuai bagian dari SPI yang
diatur.
Interpretasi, Menjadi mandatory sesuai bagian dari SPI yang
diatur.
Setiap bagian dari Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan Standar Penilaian Indonesia (SPI)
ditulis untuk dapat membahas berbagai aspek dalam praktek penilaian secara luas. Untuk itu,
penyusunan secara umum berdasarkan format sebagaimana dijelaskan di bawah
bawah ini:
KEPI
1. Pendahuluan
2. Ruang Lingkup
3. Definisi
4. Prinsip Dasar Etik
5. Panduan Prinsip Dasar Etik
6. Ancaman dan Pencegahan
Standar Umum –
Umum – SPI
SPI seri 100
1. Pendahuluan
2. Ruang Lingkup
3. Definisi
4. Hubungan dengan Standar Akuntansi
5. Pernyataan Standar
6. Pembahasan
7. Syarat Pengungkapan
8. Ketentuan Penyimpangan
9. Kutipan dan Tanggal Berlaku
Standar Penerapan –
Penerapan – SPI
SPI seri 200
1. Pendahuluan
2. Ruang Lingkup
3. Definisi
4. Hubungan dengan Standar Akuntansi
5. Pernyataan Penerapan
6. Pembahasan
7. Syarat Pengungkapan
8. Ketentuan Penyimpangan
9. Kutipan dan Tanggal Berlaku
Standar Teknis –
Teknis – SPI
SPI seri 300
1. Pendahuluan
2. Ruang Lingkup
3. Definisi
4. Hubungan dengan Standar Akuntansi
5. Penerapan Teknis
6. Syarat Pengungkapan
7. Kutipan dan Tanggal Berlaku
1.0 Pendahuluan
Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) merupakan landasan,
la ndasan, yang paling mendasar dalam
pelaksanaan Standar Penilaian Indonesia (SPI) agar
agar penugasan
penugasan yang dilakukan Penilai
dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan cara yang jujur, objektif dan
kompeten secara profesional, bebas dari kecurigaan adanya
adan ya kepentingan pribadi, untuk
menghasilkan laporan yang jelas, dan mengugkapkan semua hal yang penting untuk
pemahaman penugasan secara tepat.
3.0 Definisi
3.1 Etik adalah nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pedoman bagi
seseorang atau kelompok dalam mengatur perilakunya secara profesional.
3.2 Kode Etik adalah kumpulan etik yang dibuat untuk menjunjung tinggi profesi
demi tanggung jawab terhadap profesi, masyarakat dan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
3.3 Kode Etik Penilai Indonesia
Indonesia (KEPI) adalah kumpulan etik yang melandasi
pelaksanaan SPI yang harus ditaati oleh
oleh Penilai, agar penugasan
penugasan yang dilakukan
Penilai dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan cara yang jujur,
objektif dan kompeten secara profesional, bebas dari kecurigaan adanya
kepentingan pribadi, untuk menghasilkan laporan yang jelas, dan
mengungkapkan semua hal yang penting untuk pemahaman penugasan
secara tepat.
3.4 Institusi adalah lembaga dimana Penilai melakukan pekerjaan penilaian,
antara lain Kantor Jasa Penilai Publik, Lembaga Pemerintah dan Bank.
3.5 Standar Penilaian Indonesia
Indonesia (SPI) adalah Standar Profesi Penilai untuk
untuk
melakukan kegiatan penilaian di Indonesia. Penilai harus mematuhi SPI yang
merupakan acuan praktek penilaian di Indonesia.
Standar Penilaian Indonesia (SPI) adalah pedoman dasar yang harus dipatuhi
oleh Penilai dalam melakukan penilaian.
3.6 Dalam KEPI ini kata "Penilai" dapat berarti "Penilai sebagai individu" atau
"Kantor Jasa Penilai Publik", tergantung pada konteks kalimatnya.
a) Penilai adalah seseorang yang memiliki kualifikasi, kemampuan dan
pengalaman dalam melakukan kegiatan praktek penilaian untuk
mendapatkan nilai ekonomis sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
Penilai terdiri dari:
1. Tenaga Penilai adalah seseorang yang telah lulus pendidikan di bidang
penilaian yang diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai, lembaga
pendidikan lain yang diakreditasi oleh Asosiasi Profesi Penilai, atau
Lembaga pendidikan formal.
2. Penilai Bersertifikat adalah seseorang yang telah lulus ujian sertifikasi
di bidang penilaian yang diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai.
3. Penilai Public adalah Penilai yang telah memperoleh izin dari Menteri
Keuangan.
b) Kantor Jasa Penilai Public (KJPP) adalah badan usaha yang telah mendapat
izin usaha dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Penilai Publik dalam
menjalankan usaha di bidang penilaian dan jasa-jasa lainnya.
1. Usaha di bidang penilaian meliputi Bidang Jasa Penilaian Properti
Sederhana, Bidang Jasa Personal Properti, Bidang Jasa Penilaian
Properti dan Bidang Jasa Penilaian Bisnis.
2. Jasa-jasa lainnya yang terkait dengan penilaian antara lain; konsultasi
pengembangan properti, desain sistem informasi aset, manajemen
properti, studi kelayakan usaha, jasa agen properti, pengawasan
pembiayaan proyek, studi penentuan sisa umur ekonomi, studi
penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use), dan penasihat
keuangan.
3.7 Penilaian adalah proses pekerjaan untuk memberikan estimasi dan pendapat
atas nilai ekonomi suatu objek penilaian pada saat tertentu sesuai dengan SPI
dan peraturan perunang-undangan yang berlaku.
1.0 Pendahuluan
1.1 Standar Penilaian Indonesia (SPI) adalah pedoman dasar pelaksanaan tugas
penilaian secara profesional yang sangat penting artinya bagi para Penilai untuk
memberikan hasil yang dapat berupa analisis, pendapat dan dalam situasi
tertentu memberikan saran-saran dengan menyajikannya dalam bentuk laporan
penilaian sehingga tidak terjadi salah tafsir bagi para pengguna jasa dan
masyarakat pada umumnya.
1.2 SPI yang merujuk kepada Standar Penilaian Internasional (International
Valuation Standard) memberi pedoman mengenai hal-hal yang bersifat
fundamental antara lain tentang pendekatan, metode dan teknik penilaian yang
berlaku secara internasional. Namun demikian, untuk beberapa situasi tertentu,
yang antara lain ditimbulkan oleh hukum, perundangundangan dan peraturan
lainnya yang berlaku di Indonesia maupun kondisi ekonomi setempat, dapat
digunakan penerapan yang bersifat khusus dan hal ini digolongkan sebagai
penyimpangan dari SPI.
1.3 KPUP merupakan kerangka konseptual dari SPI dan memberikan gambaran
mengenai hal-hal yang bersifat fundamental untuk memahami profesi Penilai
dan penerapan SPI, dengan landasan moral berupa KEPI.
1.4 Landasan hukum dari kekayaan dan perekonomian nasional diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3).
5.0 Pasar
5.1 Pasar adalah lingkungan dimana barang dan jasa diperdagangkan antara pembeli
dan penjual melalui mekanisme pembentukan harga. Konsep pasar yang
menyiratkan bahwa barang dan jasa dapat diperdagangkan antara pembeli dan
penjual tanpa adanya pembatasan atas kegiatannya. Setiap pihak akan merespon
hubungan antara penawaran dan permintaan, serta faktor-faktor lain yang
memengaruhi harga, pengetahuan dan kemampuan pihak-pihak yang terlibat,
maupun pemahaman manfaat ekonomi atas barang atau jasa, kebutuhan dan
keinginan masing-masing pihak. Pasar dapat bersifat lokal, nasional, atau
internasional.
5.2 Untuk mengestimasi harga yang paling mungkin akan dibayarkan untuk suatu
aset, adalah sangat penting untuk memahami tingkat pasar di mana aset akan
diperdagangkan. Hal ini karena harga yang akan diperoleh tergantung dari jumlah
pembeli dan penjual di pasar tertentu pada tanggal penilaian. Untuk memengaruhi
harga, pembeli dan penjual harus mempunyai akses ke pasar tersebut. Pasar dapat
meliputi berbagai macam kriteria, antara lain:
a) Barang atau jasa yang diperdagangkan, misalnya pasar kendaraan bermotor
berbeda dengan pasar emas;
b) Skala atau hambatan distribusi, misalnya produsen barang tidak memiliki
infrastruktur distribusi atau pemasaran untuk menjual ke pemakai, dan
pemakai tidak membutuhkan barang dengan volume sebesar yang diproduksi
oleh produsen;
c) Geografi, misalnya pasar untuk barang atau jasa yang serupa dapat mencakup
kawasan lokal, regional, nasional atau internasional.
5.3 Meskipun pasar dapat mandiri dan hanya sedikit dipengaruhi oleh aktivitas pasar
yang lain, tetapi pada suatu saat pasar akan terpengaruh satu sama lain. Distorsi
yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Sebagai contoh, pada tanggal
tertentu harga dari suatu aset yang identik di satu negara mungkin lebih tinggi
daripada di negara lain. Jika efek distorsi yang disebabkan oleh pembatasan
perdagangan atau kebijakan fiskal pemerintah diabaikan, maka pada suatu saat
pemasok akan meningkatkan pasokan aset ke negara untuk mendapatkan harga
yang lebih tinggi, dan mengurangi pasokan ke negara dimana harga lebih rendah,
sehingga terjadi konvergensi harga.
5.4 Pasar yang dimaksud dalam SPI ini berarti pasar dimana aset atau liabilitas yang
dinilai dipertukarkan pada tanggal penilaian dan pelaku mempunyai akses
langsung di pasar.
5.5 Pasar sempurna, dimana tingkat aktivitas penawaran dan permintaan dalam
keseimbangan yang tetap, jarang terjadi. Pada umumnya tidak sempurna antara
lain disebabkan adanya gangguan pasokan, peningkatan atau penurunan yang
mendadak atas permintaan, atau kesenjangan pengetahuan di antara pelaku pasar.
Pelaku pasar akan bereaksi apabila kondisi pasar tidak sempurna, sehingga pasar
akan menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Penilaian dengan tujuan
mengestimasi harga yang paling mungkin terjadi di pasar harus mencerminkan
kondisi yang relevan pada tanggal penilaian, sehingga bukan merupakan harga
yang disesuaikan berdasarkan kondisi keseimbangan.
1.0 Pendahuluan
1.1 Tujuan dari SPI 101 ini adalah untuk memberikan definisi umum mengenai
Nilai Pasar. SPI 101 juga menjelaskan kriteria umum yang berhubungan dengan
definisi dan penerapan Nilai Pasar dalam penilaian aset atau liabilitas yang
maksud dan tujuannya memerlukan estimasi Nilai Pasar.
1.2 Nilai Pasar adalah representasi nilai dalam pertukaran atau sejumlah uang yang
dapat diperoleh atau dibayar, atas suatu aset atau liabilitas, jika aset atau
liabilitas tersebut ditawarkan untuk dijual pasar (terbuka) pada tanggal penilaian
dan dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan definis Nilai Pasar. Untuk
mengestimasi Nilai Pasar atas aset (Kecuali aset keuangan), seorang penilai
harus terlebih dahulu menentukan Penggunaan yang tertinggi dan terbaik
(HBU), merujuk kepada konsep dan Prinsip Umum Penilaian butir 10. HBU
tersebut dapat berupa kelanjutan dari penggunaan aset yang ada atau alternatif
penggunaan lain. Penentuan penggunaan yang tertinggi dan terbaik ini
ditentukan berdasarkan data pasar
1.3 Nilai pasar diestimasi melalui penerapan pendekatan dan prosedur penilaian
sesuai dengan karakteristik aset , situasi dan kondisi paling memungkinkan
dimana aset tersebut diperjualbelikan di pasar. (Lihat KPUP butir 14 dan jenis
properti).
1.4 Semua pendekatan, teknik dan prosedur dalam mengukur Nilai Pasar, jika dapat
diterapkan dan penerapannya dilakukan secara tepat dan benar, akan
menghasilkan Nilai Pasar apabila didasarkan pada kriteria yang berdasarkan
pasar. Perbandingan Data Pasar atau perbandingan pasar lainnya, hendaknya
dikembangkan dari pengamatan pasar. Pendekatan pendapatan, termasuk
analisis Arus Kas Terdiskonto (DCF) harus didasarkan pada arus kas dan tingkat
pengembalian berdasarkan data pasar. Biaya konstruksi dan depresiasi
seharusnya ditentukan oleh hasil analisis perkiraan biaya konstruksi dan
depresiasi sesuai dengan kelaziman yang ada di pasar atau dalam praktek
penilaian. Meskipun ketersediaan data dan keadaan berkaitan dengan pasar atau
aset itu sendiri yang akan menentukan pendekatan penilaian yang paling tepat
dan relevan, namun hasil penilaian dengan menggunakan pendekatan atau
metode manapun harus menghasilkan Nilai Pasar jika setiap pendekatan
tersebut didasarkan pada data pasar.
1.5 Cara memperdagangkan aset di pasar akan membedakan penerapan berbagai
pendekatan maupun prosedur untuk mengestimasi Nilai Pasar. Jika didasarkan
pada informasi pasar, setiap pendekatan merupakan metode perbandingan.
Dalam setiap situasi penilaian, satu atau lebih pendekatan biasanya lebih
menggambarkan aktivitas pasar (terbuka) penilai akan mempertimbangkan
setiap pendekatan dalam setiap penugasan untuk mengestimasi Nilai Pasar dan
menentukan pendekatan yang paling tepat untuk dipergunakan.
3.0 Definisi
3.1 Nilai Pasar didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh
atau dibayar untuk penukaran suatu aset atau liabilitas pada tanggal penilaian,
antara pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual,
dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak
, di mana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang
dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan.
3.2 Istilah aset memiliki pemahaman yang sama dengan properti sebagaimana
dijelaskan didalam KPUP butir 2.0, sehingga istilah aset dalam SPI ini dapat
dipertukaran dengan properti. Setiap unsur dari definisi Nilai Pasar ini memiliki
kerangka pengertian masing-masing.
a) “Estimasi sejumlah uang...” merujuk pada harga yang dinyatakan dalam
satuan uang (biasanya dalam rupiah), yang dapat dibayar secara tunai pada
tanggal penilaian atas suatu aset dalam transaksi pasar bebas ikatan. Nilai
pasar diukur sebagai harga yang paling memungkinkan diperoleh secara
wajar di pasar pada tanggal penilaian, dengan memenuhi definisi Nilai
Pasar. Ini merupakan harga terbaik yang dapat diperoleh oleh penjual secara
wajar dan harga yang paling menguntungkan yang dapat diperoleh oleh
pembeli secara wajar pula.
Estimasi ini secara khusus tidak memperhitungkan kenaikan atau
penurunan harga akibat persyaratan atau keadaan khusus seperti
pembiayaan khusus, perjanjian jual dan sewa kembali (sale and leaseback),
pertimbangan khusus atau konsesi-konsesi yang diberikan oleh orang yang
terkait dengan penjualan , atau unsur lain dari Nilai Khusus.
b) “...dapat diperoleh atau dibayar untuk penukaran suatu aset atau
liabilitas...” merujuk pada fakta bahwa nilai suatu aset atau liabilitas lebih
merupakan estimasi jumlah uang dari pada harga yang ditetapkan
sebelumnya atau harga jual sebenarnya. Nilai Pasar tersebut merupakan
harga pada suatu transaksi yang memenuhi semua unsur dari definisi Nilai
Pasar pada tanggal penilaian.
c) “...pada tanggal penilaian...” mensyaratkan bahwa estimasi Nilai pasar
berlaku hanya pada tanggal dimana opini nilai diberikan. Karena pasar dan
kondisi pasar dapat berubah , maka estimasi nilai dapat saja tidak benar atau
tidak tepat pada waktu yang lain. Nilai pasar hasil penilaian akan
mencerminkan keadaan dan kondisi pasar aktual pada tanggal efektif
penilaian dan bukan pada tanggal sebelumnya atau tanggal yang akan
datang.
d) “...antara pembeli yang berminat membeli...” merujuk pada seseorang
yang memiliki motivasi, namun tidak dipaksa untuk membeli. Pembeli
dimaksud tidak sangat ingin membeli maupun bersedia membeli dengan
harga berapapun. Pembeli dimaksud juga membeli sesuai dengan keadaan
pasar yang berlaku, dan dengan harapan pasar saat ini, serta bukan pasar
hipotetis yang tidak dapat diharapkan terjadi. Pembeli dimaksud
diasumsikan tidak akan membeli di atas harga pasar. Pemilik aset saat ini
adalah termasuk bagian pelaku ekonomi yang membentuk “pasar”. Penilai
tidak seharusnya membuat asumsi-asumsi yang tidak realistis mengenai
kondisi pasar maupun membuat asumsi tingkat Nilai Pasar di atas yang
dapat diperoleh secara wajar.
e) “...penjual yang berminat menjual...” adalah penjual yang tidak sangat
berminat atau tidak terpaksa menjual pada sembarang harga ataupun tidak
bertahan pada tingkat harga yang dianggap tidak wajar dalam kondisi pasar
pada saat penilaian. Penjual yang berminat menjual berkeinginan untuk
menjual asetnya pada kondisi pasar dan pada tingkat harga terbaik yang
mungkin dicapai di pasar (terbuka), setelah melakukan upaya pemasaran
yang layak, berapapun harga yang mungkin dapat dicapai. Keadaan
sesungguhnya pemilik aset tidak termasuk dalam pertimbangan, sebab
“penjual yang berminat menjual” ini adalah pemilik hipotesis.
f) “...dalam suatu transaksi bebas ikatan (arm’s -length transaction)...”
adalah transaksi antara pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan khusus
atau hubungan istimewa (misalnya, induk perusahaan dengan anak
perusahaannya atau pemilik bangunan dengan penyewanya) yang dapat
membentuk tingkat harga yang bukan merupakan keadaan sebenarnya di
pasar atau menaikkan harga akibat adanya unsur Nilai Khusus. Transaksi
Nilai Pasar dianggap terjadi antara pihak-pihak yang tidak berkepentingan,
dan masing-masing bertindak independen.
g) “...yang pemasarannya dilakukan secara layak...” berarti aset akan
dipasarkan ke pasar dalam cara yang layak agar penjualannya dapat terjadi
pada tingkat harga terbaikyang dapat diperoleh secara wajar sesuai dengan
definisi Nilai Pasar. Cara penjualan dianggap merupakan yang paling tepat
untuk mendapatkan harga terbaik di pasar dimana penjual memiliki akses.
Jangka waktu pemasaran aset dapat bervariasi sesuai dengan kondisi pasar,
namun harus cukup waktu sehingga aset dapat menarik perhatian pembeli
potensial dalam jumlah yang memadai. Waktu pemasaran ini dianggap
terjadi sebelum tanggal penilaian.
h) “...di mana kedua pihak masing -masing bertindak atas dasar pemahaman
yang dimilikinya dan kehatian-hatian...” menganggap bahwa pembeli yang
berminat menjual masing-masing memiliki informasi yang cukup tentang
keadaan dan karakteristik aset, penggunaan yang ada (aktual) dan
potensialnya, serta keadaan pasar pada tanggal penilaian. Selain itu masing-
masing bertindak untuk kepentingannya sendiri dengan pemahaman yang
dimilikinya, dan secara hati-hati menentukan harga terbaik untuk posisinya
masing-masing dalam transaksi tersebut.
Prinsip kehati-hatian ditunjukkan dengan menganalisis keadaan pasar pada
tanggal penilaian, dan bukan pada keuntunagn atau ramalan pada waktu
setelah itu, seorang penjual yang menjual asetnya pada tingkat harga di
bawah harga pasar yang terjadi sebelumnya tidak berarti dapat dikatakan
tidak bijaksana apabila tingkat harga pasar saat itu memang dalam kondisi
menurun. Dalam kondisi demikian, sebagaimana dalam situasi pembelian
dan penjualan lainnya yang terjadi dalam kondisi pasar dengan tingkat
harga yang berfluktuasi, pembeli atau penjual yang berhati-hati akan selalu
bertindak sesuai dengan informasi pasar terbaik yang tersedia saat itu.
i) “...dan tanpa paksaan...” menyatakan bahwa masing -masing pihak
terdorong untuk melakukan transaksi, tetapi juga tidak ada paksaan untuk
menyetujuinya.
3.3 Nilai Pasar dipahami sebagai nilai dari suatu aset yang diestimasi tanpa
memperhatikan biaya penjualan atau pembelian dan tanpa dikaitkan dengan
setiap pengenaan pajak penghasilan yang terkait
3.4 Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (HBU) yang mendasari estimasi Nilai Pasar
aset selain aset keuangan. Penggunaan paling layak dan optimal dari suatu aset,
yang secara fisik dimungkinkan, secara hukum diizinkan serta layak secara
finansial dan menghasilkan nilai tertinggi dari aset yang dinilai. Penerapan
untuk setiap jenis aset mengacu kepada standar teknis terkait.
3.5 Nilai Pasar untuk Dipindahkan (Market Value for Removal) adalah perkiraan
jumlah uang pada tanggal penilaian yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli
atau hasil penukaran suatu bagian dari aset (tidak termasuk tanah), antara
pembeli yang berminat membeli dan penjual yang berniat menjual, dalam suatu
transaksi bebas ikatan yang pemasarannya dilakukan secara layak, dan kedua
pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya ,
kehati-hatian dan tanpa paksaan berdasarkan pemindahan dari aset ke lokasi
lain.
Nilai ini biasanya digunakan dalam penilaian aset berwujud yaitu personal
properti berupa mesin dan peralatan, yang dikenal juga sebagai Nilai Pasar ex-
situ (lihat SPI 310 – Penilaian mesin dan peralatan)
3.6 Nilai Sewa Pasar (Market Rental Value) adalah perkiraan jumlah uang yang
dapat diperoleh dari penyewaan suatu aset pada tanggal penilaian, antara
pemilik yang berminat menyewakan dan penyewa yang berminat menyewa
sesuai persyaratan sewa yang layak dalam transaksi bebas ikatan, yang
pemasarannya dilakukan secara layak, dan tiap-tiap pihak mengetahui,
bertindak hati-hati, dan tanpa paksaan.
1.0 Pendahuluan
1.1 Tujuan dari SPI 102 ini adalah mengidentifikasi dan menjelaskan dasar nilai
selain dari Nilai Pasar serta menetapkan dasar penerapannya, dan kemudian,
membedakannya dengan Nilai Pasar.
1.2 Meskipun sebagian besar penilaian melibatkan Nilai Pasar, terdapat keadaan-
keadaan yang membutuhkan Dasar Nilai selain Nilai Pasar. Adalah penting baik
bagi Penilai maupun para pengguna jasa penilaian untuk memahami secara jelas
perbedaan antara penilaian yang berdasarkan Nilai Pasar dan selain Nilai Pasar,
serta dampak (jika ada) yang diakibatkan oleh perbedaan konsep-konsep
tersebut terhadap penerapannya dalam penilaian.
1.3 Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan atau kerancuan di antara
Penilai dan pengguna jasa penilaian sehubungan dengan penggunaan dan
penerapan Dasar Nilai selain Nilai Pasar, Penilai yang bertanggungjawab untuk
menetapkan SPI ini, harus memastikan bahwa dasar-dasar yang tepat telah
dipilih dengan menggunakan semua cara yang wajar untuk meningkatkan
pemahaman para pengguna penilaian, dan menghindari keadaan yang dapat
menyesatkan masyarakat, serta menyatakan estimasi yang didukung di dalam
laporan secara obyektif.
3.0 Definisi
3.1 Nilai Asuransi (Insurable Value)
Nilai asuransi adalah nilai aset sebagaimana yang diatur berdasarkan kondisi-
kondisi yang dinyatakan di dalam kontrak atau polis asuransi dan dituangkan
dalam definisi yang jelas dan terinci.
Nilai asuransi dapat berupa Nilai Pembangunan Kembali (lihat SPI 102 butir
3.7) atau nilai dalam kondisi apa adanya (indemity value).
3.2 Nilai dalam Penggunaan (Value in Use)
Nilai dalam Penggunaan merupakan nilai yang dimiliki oleh suatu aset bagi
penggunaan tertentu untuk seorang pengguna tertentu dan oleh karena itu tidak
berkaitan dengan Nilai Pasar. Nilai dalam Penggunaan ini adalah nilai yang
diberikan oleh aset tertentu kepada badan usaha dimana aset tersebut merupakan
bagian dari badan usaha tanpa memperdulikan penggunaan terbaik dan tertinggi
dari aset tersebut, atau jumlah uang yang dapat diperoleh atas penjualannya.
Definisi akuntansi dari Nilai dalam Penggunaan adalah nilai kini dari estimasi
aliran kas yang diharapkan untuk didapat dari penggunaan berkelanjutan atas
suatu aset dan dari penjualannya di akhir umur penggunaannya.
3.3 Nilai Investasi (Investment Value)
a) Nilai Investasi adalah nilai dari suatu aset bagi pemilik atau calon pemilik
untuk investasi individu atau tujuan operasional.
b) Nilai ini merupakan Dasar Nilai yang spesifik dari entitas. Meskipun nilai
dari suatu aset bagi pemilik mungkin sama dengan jumlah yang dapat
direalisasikan dari penjualan kepada pihak lain, Dasar Nilai ini
mencerminkan manfaat yang diterima oleh entitas yang mempunyai aset,
dalam hal ini tidak selalu melibatkan pertukaran hipotetis. Nilai Investasi
mencerminkan keadaan dari tujuan keuangan dari entitas yang dinilai. Hal
ini sering digunakan untuk mengukur kinerja investasi.
3.4 Nilai Khusus (Special Value)
a) Nilai Khusus adalah sejumlah uang yang mencerminkan atribut tertentu
dari aset yang hanya berlaku bagi pembeli khusus dan bukan pasar secara
keseluruhan.
b) Pembeli Khusus adalah pembeli tertentu atas suatu aset tertentu dimana
baginya aset memiliki nilai khusus, karena adanya manfaat yang timbul atas
kepemilikannya, dan tidak tersedia bagi pembeli lain di pasar.
Jika Penilai memberikan opini Nilai Khusus, maka harus dilaporkan dan
dibedakan dengan jelas dari Nilai Pasar.
3.5 Nilai Likuidasi (Liquidation Value)
a) Nilai Likuidasi adalah sejumlah uang yang mungkin direalisasikan saat
sebuah atau sekelompok aset dialihkan secara satu per satu (piecemeal
basis).
Dasar Nilai di atas digunakan dalam konteksi penilaian untuk kepentingan
likuidasi perusahaan.
b) Nilai Likuidasi adalah sejumlah uang yang mungkin diterima dari penjualan
suatu aset dalam jangka waktu yang relatif pendek untuk dapat memenuhi
jangka waktu pemasaran dalam definisi Nilai Pasar. Pada beberapa situasi,
Nilai Likuidasi dapat melibatkan penjual yang tidak berniat menjual, dan
pembeli yang membeli dengan mengetahui situasi yang tidak
menguntungkan penjual.
Definisi diatas berlaku untuk penilaian aset tetap yang umumnya berlaku
dalam konteks jaminan pembiayaan dan lelang aset.
Penilai harus menyatakan Dasar Nilai ini sebagai indikasi Nilai Likuidasi
Dasar. Dasar Nilai ini seharusnya hanya dapat diberikan dalam hal
terjadinya kredit macet atau gagal bayar pembiayaan.
c) Indikasi Nilai Likuidasi untuk Penggunaan Kembali (Liquidation Value in
Place in Use) adalah perkiraan jumlah uang yang diperhitungkan akan dapat
diperoleh dari suatu transaksi jual beli properti/fasilitas yang berhenti,
dalam waktu yang terbatas ketika penjual terpaksa untuk menjual dan
sebaliknya pembeli tidak terpaksa untuk membeli, dengan asumsi seluruh
aset/fasilitas akan dijual secara utuh untuk diteruskan kembali sesuai
dengan penggunaannya.
3.6 Nilai Pasar untuk Penggunaan yang Ada (Market Value for the Existing Use)
Nilai Pasar untuk Penggunaan yang Ada adalah Nilai Pasar dari suatu aset
berdasarkan kelanjutan dari penggunaan yang ada, dengan asumsi bahwa aset
tersebut dapat dijual di pasar terbuka untuk penggunaan yang ada saat itu, tetapi
tetap sesuai dengan definisi Nilai Pasar tanpa memperhitungkan apakah
penggunaan yang ada menggambarkan penggunaan tertinggi dan terbaik dari
aset tersebut.
3.7 Nilai Pembangunan Kembali (Reinstatement Value)
Nilai Pembangunan Kembali adalah biaya yang diperlukan untuk
menggantikan, memperbaiki, atau membangun kembali aset ke kondisi yang
secara substansial sama dengan, tetapi tidak lebih baik atau lebih ekstensif dari
kondisi baru.
Nilai ini biasanya digunakan untuk kepentingan asuransi.
3.8 Nilai Penggantian Wajar
Nilai Penggantian Wajar adalah nilai untuk kepentingan pemilik yang
didasarkan kepada kesetaraan dengan Nilai Pasar atas suatu Properti, dengan
memperhatikan unsur luar biasa berupa kerugian non fisik yang diakibatkan
adanya pengambilalihan hak atas Properti dimaksud.
3.9 Nilai Potensial (Potential Value)
Nilai Potensial adalah nilai yang terkait dengan suatu rencana investasi yang
akan menentukan harga maksimum untuk kepentingan khusus dari investor
sebagai adanya kemauan untuk membayar suatu rencana investasi. Nilai
Potensial tidak sama dengan Nilai Pasar karena adanya asumsi khusus, tetapi
SPI ini tidak membatasi Penilai untuk mengeluarkan Nilai Potensial
berdasarkan asumsi khusus. Bagaimanapun, asumsi khusus yang mendasari
Nilai Potensial harus secara jelas dan tegas dinyatakan dalam laporan penilaian
dan setiap referensi yang dipublikasikan. Laporan tersebut harus memuat
sebuah pernyataan bahwa Nilai Potensial bukan merupakan Nilai Pasar.
3.10 Nilai Realisasi Bersih (Net Realisable Value)
a) Nilai Realisasi Bersih adalah perkiraan harga jual beli suatu aset dalam
suatu usaha yang berjalan sebagaimana biasa, dikurangi biaya penjualan
dan biaya penyelesaian. Dengan demikian, Nilai Realisasi Bersih adalah
sama dengan Nilai Pasar dikurangi biaya penjualan hanya jika semua
persyaratan definisi Nilai Pasar telah dipenuhi. Terutama hal ini mencakup
adanya waktu yang cukup bagi terjadinya transaksi Nilai Pasar. Nilai Pasar
biasanya merupakan jumlah kata, atau lebih tepat, “nilai nominal’ (face
value) sebelum pengurangan biaya-biaya penjualan.
b) Bilamana sebuah nilai diambil untuk tanggal yang akan datang, tanggal
yang akan datang tersebut harus dinyatakan dan opini dituangkan tentang
apakah tanggal tersebut memungkinkan periode yang wajar untuk
pemasaran yang layak dengan mempertimbangkan sifat dari properti dan
kondisi pasar. Bilamana tanggal yang akan datang tidak memungkinkan
periode yang wajar untuk pemasaran yang layak, Penilai harus
menggunakan istilah “Estimasi Nilai Realisasi Bersih Terbatas”. Bilamana
tanggal yang akan datang memungkinkan periode yang wajar untuk
pemasaran yang layak, Penilai harus menggunakan istilah “Estimasi Nilai
Realisasi Bersih Terbatas”. Bilamana tanggal yang akan datang
memungkinkan periode yang wajar untuk pemasaran yang layak,
digunakan istilah “Estimasi Nilai Realisasi Bersih” dan pernyataan yang
jelas harus dibuat bahwa hal ini berbeda dengan asumsi Nilai Pasar.
c) Nilai Realisasi Bersih akan dihitung sebelum pembayaran pajak pengalihan
aset selain dari biaya dokumentasi penjualan. Bilamana digunakan jumlah
setelah perhitungan pajak, Penilai harus menambahkan kata- kata “setelah
pajak” dan harus memberikan pernyataan yang jelas tent ang dasar-dasar
perhitungan pajak.
3.11 Nilai Realisasi Bersih Terbatas (Net Restricted Realisable Value)
Nilai Realisasi Bersih Terbatas adalah Nilai Realisasi Bersih berdasarkan
penyelesaian di masa mendatang dan tanggal yang akan datang tidak
memungkinkan waktu yang cukup untuk penawaran yang layak dengan
mempertimbangkan sifat properti dan kondisi pasar.
3.12 Nilai Realisasi Bersih untuk Penggunaan yang Ada sebagai Kesatuan
Operasional (Net Realisation Value for the Existing Use as an Operational
Entity)
a) Nilai Realisasi Bersih untuk Penggunaan yang Ada sebagai Kesatuan
Operasional adalah perkiraan harga jual dari suatu aset dalam suatu usaha
yang berjalan normal, dikurangi biaya penjualan dan biaya penyelesaian
dengan asumsi bahwa aset akan terus digunakan sebagai kesatuan
operasional.
b) Apabila kondisi atau pembatasan tertentu diterapkan, Penilai harus
menjelaskan bahwa nilai tersebut adalah Nilai Realisasi Bersih Terbatas
untuk Penggunaan yang Ada sebagai Kesatuan Operasional dan harus
menyatakan pembatasan yang digunakan di dalam laporan. Pembatasan-
pembatasan tersebut dapat meliputi hal-hal berikut :
1. Penyelesaian akan terjadi pada satu tanggal yang akan datang yang
ditentukan oleh Pemberi Tugas (dan dicatat dalam laporan) yang tidak
memungkinkan periode yang wajar untuk pemasaran yang layak
dengan mempertimbangkan sifat dari aset dan kondisi pasar pada saat
itu;
2. Rekening atau catatan penjelasannya (atau bagian darinya) tidak akan
tersedia atau tidak dapat digunakan oleh calon pembeli;
3. Kegiatan usaha berhenti atau dihentikan;
4. Barang inventaris dan atau mesin dan peralatan telah dipindahkan atau
sebagian dipindahkan. Dalam kasus demikian, barang-barang yang
dipindahkan tersebut atau pemindahannya harus dinyatakan;
5. Lisensi, atau perizinan yang dibutuhkan hilang atau dicabut, atau
bermasalah, atau perlu diperpanjang;
6. Properti yang telah rusak atau dirusak hingga berada dalam kondisi
kerusakan yang serius.
3.13 Nilai Sekrap (Scrap Value)
Nilai Sekrap adalah perkiraan jumlah uang yang akan diperoleh dari transaksi
jual beli dari bagian-bagian /material suatu aset (tidak termasuk tanah) dan tidak
untuk suatu kegunaan yang produktif.
3.14 Nilai Sewa (Rental Value)
Nilai Sewa adalah perkiraan jumlah uang yang dapat diperoleh dari penyewaan
suatu aset pada tanggal penilaian, antara pemilik yang berminat menyewakan
dan penyewa yang berminat menyewa sesuai persyaratan sewa yang berlaku di
antara kedua belah pihak.
a) Nilai Sewa adalah istilah yang digunakan bila perjanjian/persyaratan sewa
menyewa doketahui, dinyatakan atau diasumsikan, dan persyaratan tersebut
berbeda dengan persyaratan yang diasumsikan dalam definisi Nilai Sewa
Pasar (lihat di dalam SPI 101 butir 3.6).
b) Pada semua kasus yang Nilai Sewa-nya dilaporkan, Penilai harus
menyatakan persyaratan atau kondisi sewa menyewa yang faktual atau
asumsi sewa-menyewa yang menjadi dasar penentuan Nilai Sewa.
c) Bilamana sebuah properti dikuasai atas dasar sewa atau disewakan, Nilai
Sewa harus ditentukan berdasarkan persyaratan sewa menyewa tersebut
tanpa penyesuaian apapun.
3.15 Nilai Sisa (Salvage Value)
Nilai Sisa adalah nilai suatu properti , tanpa nilai tanah, seperti jika dijual secara
terpisah untuk setiap bagiannya dan tidak lagi dimanfaatkan untuk
penggunaannya saat ini serta tanpa memperhatikan penyesuaian dan perbaikan
khusus.
Nilai tersebut dapat diberikan dengan atau tanpa memperhitungkan biaya
penjualan, dan apabila memperhitungkan biaya penjualan, hasilnya dihitung
dengan menggunakan konsep nilai realisasi bersih (net realisable value). Dalam
setiap analisis, komponen-komponen yang termasuk atau tidak termasuk
hendaknya diidentifikasi.
3.16 Nilai Sinergi
Nilai Sinergi adalah nilai yang timbul karena adanya kombinasi dari dua atau
lebih aset kepentingan, dimana nilai gabungan lebih besar dari penjumlahan
nilai-nilai yang terpisah. Jika sinergi hanya berlaku untuk satu pembeli tertentu
maka Nilai Sinergi akan berbeda dengan Nilai Pasar, karena Nilai Sinergi akan
mencerminkan atribut tertentu dari aset yang hanya memiliki nilai bagi pembeli
tertentu.
Nilai Penggabungan (Marriage Value) merupakan tambahan nilai diatas nilai
hasil penggabungan dua atau lebih hak atas properti.
3.17 Nilai Wajar
Nilai Wajar adalah harga yang akan diterima dari penjualan aset atau dibayarkan
untuk pengalihan liabilitas dalam transaksi yang teratur diantara pelaku pasar
pada tanggal pengukuran.
a) Definisi Nilai Wajar diatas adalah sesuai dengan definisi dalam PSAK 68.
Dalam SPI ini, definisi Nilai Wajar untuk tujuan pelaporan keuangan adalah
sesuai dengan persyaratan standar akuntansi yang berlaku (lihat SPI 201 –
Penilaian untuk Pelaporan Keuangan).
3.18 Nilai Wajar Khusus
Harga yang diestimasikan dari pengalihan suatu aset atau liabilitas, untuk pihak
yang berbeda pendapat sesuai dengan kepentingannya.
Selain itu SPI mengakui Dasar Nilai lain yang berasal dari Standar Penilaian
Internasional (IVS 2017) yaitu :
3.19 Nilai Ekuitabel (Equitable Value)
Harga yang diestimasikan dari pengalihan suatu aset atau liabilitas, diantara
para pihak yang memahami dan berminat sesuai dengan kepentingannya.
6.0 Pembahasan
6.1 Menyusun kesimpulan penilaian secara lengkap dan mudah dimengerti serta
tidak menimbulkan kesalahpahaman
6.2 Konteks dimana kesimpulan penilaian dilaporkan adalah sama penting dengan
dasar dan akurasi kesimpulan nilai itu sendiri. Kesimpulan nilai seharusnya
didasarkan pada referensi dari fakta pasar dan prosedur serta alasan yang
mendukung kesimpulan
6.3 Mengkomunikasikan jawaban dari pertanyaan penilaian dalam sebuah sikap
yang logis dan konsisten membutuhkan sebuah pendekatan metodologikal yang
memungkinkan pengguna memahami proses yang dilakukan dan relevansinya
terhadap kesimpulan
6.4 Laporan seharusnya mengarahkan pembaca agar benar-benar mengerti opini
yang dikemukakan oleh Penilai dan juga sekaligus dapat dibaca dan dipahami
oleh seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang properti secara
memadai
6.5 Laporan seharusnya menyajikan kejelasan, transparansi, dan pendekatan yang
konsisten
6.6 Penilai seharusnya berhati-hati sebelum mengizinkan hasil penilaiannya untuk
digunakan selain untuk tujuan yang semula telah disetujui.
1.0 Pendahuluan
1.1 Penerapan Pendekatan dan Metode Penilaian merupakan tahapan yang harus
dilewati Penilai sebelum kesimpulan dan opini nilai dihasilkan. Pemilihan
pendekatan penilaian yang sesuai sangat bergantung kepada pertimbangan
seperti tujuan dan Dasar Nilai yang ditetapkan, tersedianya informasi dan data
masukan penilai dan metode atau teknis yang diterapkan oleh pelaku pasar yang
relevan.
1.2 Proses pelaksanaan implementasi salah satunya berisikan pendekatan penilaian
setelah tahapan investigasi dilakukan. Hasil investigasi yang diperoleh Penilai
akan diproses melalui analisis berdasarkan pasar atau kewajaran data yang
digunakan, dan selanjutnya data dimaksud akan dijadikan dasar inputan atau
data masukan penilaian dalam penerapan Pendekatan dan Metode Penilaian.
1.3 Dalam pemenuhan hasil penelitian yang dapat diyakini dan dipercaya,
penerapan Pendekatan Penilaian maupun metode yang digunakan sudah
seharusnya didasari kepada suatu pedoman yang terstandar secara konsisten.
Untuk itu, dibutuhkan standar penilaian yang dapat dijadikan prinsip dalam
pengaplikasian Pendekatan dan Metode Penilaian yang digunakan.
2.1 SPI ini sebagai bagian yang tidak terlepas dari tahapan implementasi yang diatur
dalam SPI 04, sehingga secara bersamaan berlaku untuk kepada semua
penugasan penilaian;
2.2 Penilai harus memilih pendekatan dan metode penilaian yang tepat dan sesuai.
Selain mendasari pemilihan pendekatan dan metode penilaian sesuai yang diatur
dalam standar ini, dan secara bersamaan Penilai seharusnya melihat metode dari
pengatuan yang ada dalam Standar Teknis.
2.3 Standar ini berhubungan dengan beberapa standar teknis lainnya pada seri 300.
3.0 Definisi
3.1 Depresiasi merujuk kepada penyesuaian yang diperhitungkan untuk
mengestimasi biaya pembuatan aset dengan utilitas yang setara guna
merefleksikan dampak terhadap nilai dari berbagai keusangan yang
mempengaruhi aset yang dinilai.
3.2 Metode Biaya Pengganti, Metode yang mengindikasikan nilai dengan
menghitung biaya untuk membuat aset yang serupa dengan utilitas yang setara.
3.3 Metode Biaya Reproduksi, Metode yang mengindikasikan nilai dengan
menghitung biaya untuk membuat replika aset.
3.4 Metode Diskonto Arus Kas (DFC), arus kas yang diproyeksikan
didiskontokan kembali ke tanggal penilaian, menghasilkan nilai kini dari aset.
3.5 Metode Penjumlahan, Metode yang menghitung nilai aset dengan
menjumlahkan nilai dari setiap bagian komponennya.
3.6 Metode Pembanding Perdagangan Tercatat di Bursa menggunakan
informasi dari pembanding aset yang diperdagangkan di bursa yang sama atau
sejenis dengan aset yang dinilai untuk mendapatkan indikasi nilai.
3.7 Metode Perbandingan Data Pasar yaitu menggunakan informasi dari
transaksi yang melibatkan aset yang sama atau sejenis dengan aset yang dinilai
untuk mendapatkan indikasi nilai.
3.8 Model Pertumbuhan Konstan/ Gordon Growth Model , Model pertumbuhan
konstan mangasumsikan aset tumbuh (menurun) pada tingkat yang konstan
selamanya.
3.9 Nilai Terminal, nilai pada akhir periode proyeksi eksplisit dari semua arus kas
proyeksi yang tersisa Nilai Terminal dari beberapa aset mungkin sedikit
berhubungan atau tidak ada hubungan sama sekali dengan arus kas yang
mendahuluinya. Nilai Terminal dapat berupa nilai sisa/biaya pelepasan.
3.10 Pendekatan Biaya memberikan indikasi nilai menggunakan prinsip ekonomi
bahwa pembeli akan membayar aset tidak lebih dari biaya untuk mendapatkan
aset dengan utilitas yang sama, baik melalui pembelian atau dengan pembuatan
konstruksi dengan mengecualikan faktor-faktor seperti waktu yang tidak
semestinya, ketidaknyamanan, risiko atau faktor-faktor lainnya.
3.11 Pendekatan Pendapatan memberikan indikasi nilai dengan mengkonversi arus
kas masa denpan menjadi satu nilai saat ini. Pada Pendekatan Pendapatan, nilai
aset ditentukan dengan referensi kepada pendapatan arus kas atau penghematan
biaya yang dihasilkan aset.
3.12 Pendekatan Pasar memberikan indikasi nilai dengan membandingkan aset
dengan aset lainnya yang identik atau sebanding dimana terdapat informasi
harga.
3.13 Tingkat diskonto, tingkat pengembalian yang digunakan untuk
mendiskontokan proyeksi arus kas yang merefleksikan nilai waktu dari uang,
resiko terkait dengan jenis arus kas dan operasional masa depan dari aset.
3.14 Definisi lain yang terikat dengan standar ini dapat dilihat dalam Daftar Istilah
(Glossary).
6.0 Pembahasan
6.1 Pendekatan Pasar
a) Pendekatan Pasar memberikan indikasi nilai dengan membandingkan aset
dengan aset lainnya yang identik atau sebanding dimana terdapat
informasi harga.
b) Pendekatan Pasar seharusnya diterapkan dan diberikan bobot signifikan
dalam kondisi berikut :
1. Aset yang dinilai baru saja dijual dalam transaksi yang sesuai
untuk pertimbangan yang terdapat dalam Dasar Nilai yang
digunakan,
2. Aset yang dinilai atau aset yang secara langsung substansial
sejenis diperdagangkan di publik secara aktif, dan/atau
3. Terdapat beberapa transaksi dan/atau transaksi terkini yang dapat
diobservasi untuk aset yang secara substansial sejenis.
c) Jika kondisi dalam butir 6.1.b) di atas tidak terpenuhi, maka terdapat
beberapa kondisi tambahan yang menyebabkan Pendekatan Pasar dapat
diterapkan dan mendapatkan bobot yang signifikan, dengan
mempertimbangkan apakah pendekatan lainnya dapat diterapkan dan
diberikan bobot untuk mendukung indikasi nilai dari Pendekatan Pasar:
1. Transaksi yang melibatkan aset yang dinilai atau aset yang secara
substansial sejenis tidak terjadi dalam kurun waktu belakangan ini
dengan mempertimbangkan tingkat volatilitas dan aktivitas di
pasar.
2. Aset yang dinilai atau aset yang secara substansial sejenis
diperdagangkan di publik, tapi tidak secara aktif.
3. Informasi di transaksi pasar tersedia, namun aset sejenis memiliki
perbedaan signifikan terhadap aset yang dinilai, dan berpotensi
membutuhkan penyesuaian yang subyektif.
4. Informasi dari transaksi terkini tidak dapat diandalkan (misalnya
dari informasi yang tidak dapat dikonfirmasi, pembeli sinergistik,
tidak bebas ikatan/arm’s-length , penjualan terpaksa/distressed ,
dan sebagainya).
5. Faktor utama yang mempengaruhi nilai aset adalah harga yang
dapat diperoleh dipasar daripada biaya reproduksi atau
kemampuannya untuk menghasilkan pendapatan.
d) Sifat beberapa aset yang heterogen berarti seringkali tidak mungkn untuk
mendapatkan bukti transaksi yang identik atau mirip di pasar. Bahkan
dalam situasi dimana Pendekatan Pasar tidak digunakan, penggunaan data
masukan berbasis pasar seharusnya dimaksimalkan dalam penerapan
pendekatan lainnya (misalnya tolak ukur penilaian berbasis pasar seperti
imbal hasil efektif - effective yield dan tingkat pengambalian – rates of
return ).
e) Ketika informasi pasar pembanding tidak berhubungan dengan aset yang
sama atau secara substansial sejenis, Penilai harus melaksanakan analisis
perbandingan kualitatif dan kuantitatif dari persamaan dan perbedaan di
antara aset pembanding dan aset yang dinilai. Seringkali diperlukan untuk
dilakukannya penyesuaian berdasarkan analisis komparatif ini.
Penyesuaian tersebut harus wajar dan Penilai harus mendokumentasikan
alasan untuk penyesuaian dan bagaimana hal tersebut dikuantifikasi.
f) Pendekatan Pasar seringkali menggunakan pengali pasar ( market
multiples ) yang didapatkan dari kumpulan data pembanding, masing-
masing dengan pengali yang berbeda. Pemilihan pengali yang sesuai
dalam kisaran tersebut membutuhkan pertimbangan, dengan
mempertimbangkan faktor kualitatif dan kuantitatif.
6.2 Metode dalam Pendekatan Pasar
Metode Perbandingan Data Pasar
a) Metode Perbandingan Data Pasar, dalam penilaian bisnis juga dikenal
sebagai Guideline Transaction Method sedangkan dalam penilaian
properti dikenal sebagai Direct Comparison Method , yaitu
menggunakan informasi dari transaksi atau penawaran yang melibatkan
aset yang sama atau sejenis dengan aset yang dinilai untuk mendapatkan
indikasi nilai.
b) Ketika Perbandingan Data Pasar yang dipertimbangkan berkaitan
dengan aset yang dinilai, metode ini terkadang disebut sebagai metode
transaksi sebelumnya ( prior transaction method ).
c) Apabila hanya terdapat beberapa transaksi atau bahkan tidak terdapat
data transaksi yang dapat diandalkan (harga kuotasian), Penilai dapat
mempertimbangkan harga dari aset identik atau sejenis yang ditawarkan
untuk dijual, dengan syarat bahwa relevansi dari informasi ini
diungkapkan secara jelas, dengan syarat bahwa relevansi dari informasi
ini diungkapkan secara jelas, dianalisis secara kritikal dan
didokumentasikan. Metode ini juga dapat disebut sebagai comparable
listings method dan seharusnya tidak digunakan sebagai satu-satunya
indikasi nilai, namun dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan
bersama dengan metode lainnya. Pada kondisi dimana Penilai tidak
dapat menggunakan data lainnya, maka metode ini dapat diterima
sebagai satu-satunya metode dengan memberikan justifikasi dan alasan
yang memadai. Ketika mempertimbangkan penawaran jual atau beli,
bobot yang diberikan kepada harga penawaran seharusnya
mempertimbangkan tingkat komitmen dan kondisi lainnya yang melekat
pada harga serta berapa lama aset tersebut telah ditawarkan di pasar.
Sebagai contoh, penawaran yang mewakili komitmen yang mengikat
untuk membeli atau menjual aset pada harga tertentu dapat diberikan
bobot yang lebih besar daripada harga yang dikutip tanpa adanya
komitmen yang mengikat.
d) Metode Perbandingan Data Pasar dapat menggunakan beragam variasi
dari bukti pembanding yang berbeda, juga dikenal sebagai unit
perbandingan, yang membentuk basis dari perbandingan. Sebagai
contoh, beberapa dari berbagai unit perbandingan yang umum
digunakan dalam penilaian real properti adalah harga per meter persegi,
sewa per meter persegi dan tingkat kapitalisasi. Beberapa dari unit
perbandingan yang umum digunakan dalam penilaian bisnis adalah
pengali EBTIDA, pengali pendapatan bersih ( earnings ), pengali
pendapatan (revenue) dan pengali nilai buku. Beberapa dari unit
perbandingan yang umum digunakan dalam penilaian instrumen
keuangan adalah tolak ukur (satuan pengukuran) seperti yield dan spread
tingkat bunga. Unit perbandingan yang sama digunakan pelaku pasar
dapat berbeda antara berbagai kelas aset dan lintas industri serta
geografi.
e) Bagian dari Meode Perbandingan Data Pasar adalah matrix prioritas
yang terutama digunakan untuk menilai beberapa jenis instrumen
keuangan seperti efek berupa utang tanpa bergantung secara eksklusif
pada harga kuotasian untuk efek tersebut secara spesifik, tetapi lebih
bergantung kepada hubungan efek yang dinilai kepada efek kuotasian
yang menjadi tolak ukur dan atribut lainnya (seperti yield).
f) Beberapa langkah penting dalam metode Perbandingan Data Pasar
adalah :
1. Mengidentifikasi unit perbandingan yang digunakan oleh pelaku
pasar pada pasar yang relevan.
2. Mengidentifikasi data transaksi atau penawaran pembanding yang
relevan dan menghitung tolak ukur utama penilaian ( key valuation
metrics ) pada data tersebut.
3. Melaksanakan analisis perbandingan yang konsisten terhadap
persamaan dan perbedaan kualitatif dan kuantitatif antara aset
pembanding dengan aset yang dinilai.
4. Membuat penyesuaian yang diperlukan (jika ada) terhadap tolak
ukur utama penilaian untuk merefleksikan perbedaan antara aset
yang dinilai dengan aset pembanding (lihat butir 6.2.h).
5. Menerapkan tolak ukur utama penlaian yang disesuaikan terhadap
aset yang dinilai, dan
6. Apabila digunakan beberapa tolak ukur utama penilaian, maka
dapat dilakukan rekonsiliasi terhadap indikasi nilai.
g) Penilai seharusnya memilih data transaksi atau penawaran pembanding
dalam konteks berikut :
1. Bukti dari beberapa data transaksi lebih disarankan daripada hanya
satu transaksi atau kejadain. Dalam hal Penilai tidak memperoleh
data transaksi, Penilai dapat menggunakan beberapa data
penawaran (lihat butir 6.2.c)).
2. Bukti dari data pembanding aset yang sangat mirip (idealnya
identik) memberikan indikasi nilai yang lebih baik daripada aset
dimana harga transaksi membutuhkan penyesuaian yang
signifikan.
3. Data transaksi yang terjadi lebih dekat dengan tanggal penilaian
lebih mewakili pasar pada tanggal tersebut daripada transaksi yang
terjadi lebih lama, terutama pada pasar yang cepat berubah.
4. Untuk sebagian besar Dasar Nilai, transaksi seharusnya bersifat
bebas kepentingan (arm’s lenght ) di antara pihak-pihak yang tidak
terkait.
5. Informasi yang memadai mengenai transaksi seharusnya tersedia
untuk memungkinkan Penilai mengembangkan pemahaman yang
wajar atas aset pembanding dan mengkaji tolak ukur
penilaian/bukti pembanding.
6. Informasi atas perbandingan data pasar seharusnya berasal dari
sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan, dan
7. Transaksi aktual memberikan bukti yang lebih baik dari pada
penawaran atau transaksi yang belum terjadi.
h) Penilai seharusnya mengalanisis dan membuat penyesuaian untuk
berbagai perbedaan material antara berbandingan data pasar dan aset
yang dinilai. Contoh dari perbedaan umum yang dapat mensyaratkan
adanya penyesuaian, antara lain:
1. Karakteristik fisik (umur, ukuran, spesifikasi, dan lain-lain)
2. Restriksi yang relevan baik untuk aset yang dinilai atau aset
pembanding
3. Lokasi geografis (lokasi aset dan/atau lokasi aset paling mungkin
ditransaksikan/digunakan) beserta kondisi ekonomi dan peraturan
perundagan yang berlaku,
4. Profitabilitas atau kapasitas menghasilkan keuntungan dari aset
5. Pertumbuhan historis dan yang diharapkan
6. Tingkat imbal hasil ( yield ) atau kupon,
7. Jenis kolateral (untuk instrumen keuangan)
8. Persyaratan yang tidak umum dalam perbandingan data pasar,
9. Perbedaan yang terkait dengan marketabilitas dan karakteristik
kontrol dari aset pembanding dan aset yang dinilai, dan
10. Karakteristik kepemilikan (misal bentuk hukum dari kepemilikan,
jumlah presentase yang dimiliki).
Metode Pembanding Perdagangan Tercatat di Bursa (Guideline Publicly-
traded Comparable Method )
i) Metode Pembanding Perdagangan Tercatat di Bursa ( Guideline
Publicly-traded Comparable Method ) menggunakan informasi dari
pembanding/aset yang sama atau sejenis dengan aset yang dinilai yang
diperdagangkan di bursa untuk mendapatkan indikasi nilai.
j) Metode ini mirip dengan metode perbandingan data pasar. Namun
demikian, terdapat beberapa perbedaan dikarenakan pembanding berasal
dari aset yang diperdagangkan di bursa, yaitu :
1. Tolak ukur penilaian/bukti pembanding tersedia pada tanggal
penilaian.
2. Informasi detail dari pembanding tersedia dalam dokumen publik
( public filings), dan
3. Informasi yang terdapat dalam dokumen publik dibuat dengan
mengacu kepada standar akuntansi yang dipahami dengan baik.
k) Metode ini seharusnya digunakan hanya jika aset yang dinilai memiliki
kemiripan yang cukup dengan aset pembanding yang diperdagangkan
dibursa untuk memungkinkan adanya perbandingan yang berarti.
l) Langkah kunci dalam metode pembanding perdagangan terbuka adalah:
1. Mengidentifikasi tolak ukur penilaian/bukti pembanding yang
digunakan pelaku pasar pada pasar yang relevan.
2. Mengidentifikasi pembanding perdagangan terbuka yang relevan
dan menghitung tolak ukur utama penilaian untuk transaksi
tersebut.
3. Melaksanakan analisis perbandingan yang konsisten terhadap
persamaan dan perbedaan kualitatif dan kuantitatif antara
perdagangan terbuka pembanding dengan aset yang dinilai,
4. Membuat penyesuaian yang diperlukan, apabila ada, terhadap
tolak ukur utama penelitian untuk merefleksikan perbedaan antara
aset yang dinilai dengan perdagangan terbuka pembanding,
5. Menerapkan tolak ukur utama penelitian yang disesuaikan
terhadap aset yang dinilai, dan
6. Apabila digunakan beberapa tolak ukur penilaian, maka dapat
dilakukan rekonsiliasi terhadap indikasi nilai,
m) Penilai harus memilih perdagangan terbuka pembanding dalam konteks
berikut :
1. Penggunaan beberapa perdagangan terbuka pembanding yang
sejenis lebih disarankan daripada hanya menggunakan satu
perusahaan pembanding.
2. Bukti transaksi dari perusahaan pembanding (misalnya, dengan
segmen pasar yang sama, area geografis, ukuran pendapatan
dan/atau aset, tingkat pertumbuhan, margin profit, leverage,
likuiditas dan diversifikasi) memberikan indikasi nilai yang lebih
baik daripada pembanding yang membutuhkan penyesuaian yang
signifikan.
3. Efek yang aktif diperdagangkan memberikan bukti yang lebih
berarti daripada efek yang jarang diperdagangkan.
n) Penilai seharusnya menganalisis dan membuat penyesuaian untuk
berbagai perbedaan material perdagangan terbuka pembanding
dan aset yang dinilai. Contoh dari perbedaan yang umum ditemui yang
membutuhkan penyesuaian, termasuk diantaranya:
1. Karakteristik perusahaan (lama beroperasi, ukuran perusahaan,
klasifikasi perusahaan, dan lain-lain).
2. Diskon dan premium yang relevan (lihat butir 6.2.q)).
3. Restriksi yang relevan pada aset yang dinilai atau aset
pembanding.
4. Lokasi geografis dari perusahaan dan kondisi ekonomi serta
ketentuan perundang-undangan.
5. Profitabilitas atau kemampuan menghasilkan keuntungan dari
aset.
6. Tingkat pertumbuhan historis dan yang diharapkan.
7. Perbedaan yang terkait dengan karakteristik marketabilitas
pengendalian dari aset pembanding dan aset yang dinilai, dan;
8. Bentuk kepemilikan.
e) Pada saat memilih jenis arus kas yang sesuai untuk sifat asset atau
penugasan, Penilai harus mempertimbangkan factor di bawah ini.
Sebagai tambahan, tingkat diskonto dan data lainya harus konsisten
dengan jenis arus kas yang dipilih.
1. Arus Kas untuk keseluruhan asset atau sebagian hak: Pada
umumnya digunakan arus kas untuk keseluruhan asset atau arus
kan untuk perusahaan (FCFF) dalam penilaian bisnis, namun
demikian, adakalanya tingkat pendapatan lainya dapat juga
digunakan, seperti arus kas ekuitas (setelah pembayaran bunga dan
pokok utang) (FCFF) atau dividen (hanya arus kas yang
didistribusikan kepada pemilik ekuitas). Arus kas untuk
keseluruhan asset/perusahaan adalah yang paling banyak
digunakan karena asset seharusnya secara teoritis memiliki nilai
tunggal yang independen terlepas bagaimana asset tersebut
dibiayai atau apakah pendapatan dibayar sebagai dividen atau
direinvestasikan.
2. Arus kas dapat sebelum atau sesudah pajak: Apabila digunakan
setelah pajak, tingkat pajak yang diterapkan seharusnya konsisten
dengan Dasar Nilai yang digunakan dan umumnya merupakan
tingkat pajak yang berlaku bagi pelaku pasar bukan tingkat pajak
untuk suatu pemilik tertentu.
3. Nominal atau Rill, arus kas rill tidak mempertimbangkan inflasi
sedangkan kas nominal memasukan ekspektasi mengenai inflasi.
Apabila ekpektasi arus kas memasukan tingkat inflasi yang
diharapkan, tingkat diskonto harus memasukan tingkat inflasi
yang sama.
4. Mata uang pilihan, mata uang yang digunakan memiliki dampak
terhadap asumsi terkait dengan inflasi dan risiko. Hal ini khusunya
berlaku untuk Negara berkembang atau pada mata uang dengan
tingkat inflasi yang tinggi.
f) Jenis arus kas yang dipilih seharusnya sesuai dengan sudut pandang
pelaku pasar, sebagai contoh arus kas dan tingkat diskonto untuk real
property umumnya dikembangkan dengan dasar sebelum pajak
sedangkan arus kas dan tingkat diskonto untuk bisnis biasanya
dikembangkan dengan dasar setelah pajak. Penyesuaian antara tingkat
sebelum dan setelah pajak merupakan suatu hal yang rumit dan rawan
terhadap kesalahan dan harus diperlakukan dengan hati – hati.
g) Apabila arus kas dikembangkan dalam mata uang (mata uang penilaian)
yang berbeda dengan mata uang yang digunakan dalam proyeksi arus
kas (mata uang fungsional), Penilai seharusnya menggunakan satu dari
kedua metode translasi mata uang berikut ini:
1. Diskontokan arus kas dalam mata uang fungsional menggunakan
tingkat diskonto yang sesuai dengan arus kas fungsional.
Konversikan nilai kini dari arus kas ke dalam mata uang penilaian
menggunakan spot rate seperti kurs tangah Bank Indonesia pada
tanggal penilaian.
2. Gunakan kurva currency exchange forward untuk mentranslasikan
proyeksi mata uang fungsional ke dalam proyeksi mata uang
penilaian dan diskontokan proyeksi menggunakan tingkat
diskonto yang sesuai mata uang penilaian. Apabila kurva currency
exchange forward yang dapat diandalkan tidak tersedia (sebagai
contoh, dikarenakan kurangnya likuiditas dalam pasar pertukaran
mata uang yang relevan), sehingga tidak mungkin untuk
menggunakan metode ini dan hanya metode pada butir 6.2.g).1
yang dapat diterapkan.
1.0 Pendahuluan
1.1 Standar Penilaian Indonesia (SPI) ini diterapkan agar Penilaian Bisnis
dilaksanakan oleh para penilai dengan lebih konsisten dan lebih bermutu
sehingga bermanfaat bagi pengguna jasa penilaian.
1.2 Penilaian Bisnis biasanya dilakukan menggunakan Nilai Pasar sebagai Dasar
Nilai dengan menerapkan SPI 101. Sedangkan untuk penerapan Dasar Nilai
selain Nilai Pasar harus diberikan penjelasan yang memadai sesuai dengan SPI
102.
1.3 Secara umum, Penilaian Bisnis menerapkan konsep, proses dan metode yang
biasa digunakan untuk penilaian-penilaian lainnya. Beberapa istilah mungkin
bisa memiliki arti atau penggunaan yang berbeda dan perlu penjelasan apabila
digunakan. Beberapa definisi penting yang digunakan dalam Penilaian Bisnis
dikemukakan dalam standar ini.
1.4 Penilai dan pengguna jasa penilaian hendaknya berhati-hati dalam
membedakan antara nilai suatu entitas, nilai sebuah aset yang dimiliki oleh
suatu entitas, dan berbagai kemungkinan penerapan bisnis atau pertimbangan
untuk Bisnis yang Berjalan yang diperhitungkan dalam penilaian hak atas Real
Properti. Sebagai contoh adalah penilaian Properti dengan Bisnis Khusus
(Lihat Jenis Properti butir 4.3.b)).
3.0 Definisi
3.1 Arus Kas Bersih (AKB) adalah jumlah kas yang :
a) Tersedia setelah terpenuhinya kebutuhan kas untuk kegiatan operasional;
b) Merupakan arus kas yang tersedia bagi penyedia modal (utang dan
ekuitas); dan
c) Telah bebas dari kewajiban untuk mempertahankan operasi saat ini
(current operation ) dan untuk mengantisipasi pertumbuhan perusahaan.
3.2 Arus Kas Bersih untuk Ekuitas ( Free Cash Flow to Equity or Equity Net Cash
Flow); Laba bersih setelah pajak, ditambah dengan depresiasi dan komponen
bukan kas lainnya, dikurangi atau ditambah perubahan modal kerja, dikurangi
pengeluaran barang modal (capital expenditure ), dikurangi/ditambah
perubahan pokok pinjaman.
3.3 Arus Kas Bersih untuk Modal Investasi ( Free Cash Flow to the Firm or
Invested Capital Net Cash Flow ); Laba bersih setelah pajak, ditambah dengan
depresiasi dan komponen bukan kas lainnya, ditambah dengan pembayaran
bunga bebas pajak, dikurangi atau ditambah perubahan modal kerja, dikurangi
pengeluaran barang modal (capital expenditure ).
3.4 Business Interest adalah kepemilikan dalam perusahaan yang antara lain
meliputi penyertaan dalam perusahaan, surat berharga, aset keuangan
( financial assets) lainnya dan Aset Tak Berwujud ( Intangible Assets).
3.5 Modal Investasi ( Invested Capital) adalah jumlah utang berbunga (interest
bearing debt) dan ekuitas pada suatu perusahaan.
3.6 Diskon Tanpa Pengendalian ( Discount For Lack of Control) adalah suatu
jumlah atau persentase tertentu yang merupakan pengurang dari nilai suatu
ekuitas sebagai cerminan dari kurangnya tingkat pengendalian atas Objek
Penilaian.
3.7 Diskon Likuiditas Pasar ( Discount For Lack of Marketability ) adalah suatu
jumlah atau persentase tertentu yang merupakan pengurang dari nilai suatu
ekuitas sebagai cerminan dari kurangnya likuiditas dari Objek Penilaian.
3.8 Faktor Kapitalisasi adalah semua jenis rasio yang digunakan untuk
mengkonversi pendapatan menjadi suatu nilai.
3.9 Goodwill adalah aset yang merepresentasikan manfaat ekonomi masa depan
yang berasal dari bisnis atau kelompok aset lainnya yang diakuisisi dalam
rangka kombinasi bisnis yang tidak dapat diidentifikasi secara individual dan
diakui secara terpisah.
3.10 Kelangsungan Usaha ( Going Concern) adalah :
a) Suatu kondisi yang mencerminkan usaha yang sedang beroperasi atau
sekurang-kurangnya dalam proses konstruksi; atau
b) Suatu premis dalam penilaian, dimana Penilai menganggap suatu
perusahaan akan terus melanjutkan operasinya secara berkelanjutan.
3.11 Kapitalisasi adalah :
a) Pengkonversian Arus Kas Bersih (AKB) atau penghasilan bersih lain, baik
yang bersifat aktual maupun perkiraan, selama periode tertentu yang
ekuivalen dengan nilai aset pada suatu tanggal tertentu; atau
b) Pengakuan atas suatu pengeluaran barang modal ( capital expenditure ).
3.12 Modal Kerja Bersih adalah selisih jumlah aset lancar dikurangi liabilitas
lancar.
3.13 Nilai Aset Bersih ( Net Asset Value) adalah total Nilai Pasar aset dikurangi total
Nilai Pasar liabilitas.
3.14 Nilai Buku Aset Tetap adalah hasil Kapitalisasi atas biaya perolehan aset,
dikurangi akumulasi depresiasi, deplesi, sebagaimana yang tercatat dalam
laporan posisi keuangan.
3.15 Nilai Buku Ekuitas/Nilai Buku adalah selisih antara total aset dikurangi
dengan total liabilitas dari perusahaan sebagaimana tercatat dalam laporan
posisi keuangan.
3.16 Nilai Buku Disesuaikan adalah Nilai Buku yang dihasilkan setelah dilakukan
penyesuaian (normalisasi) terhadap nilai dari satu atau lebih aset atau liabilitas.
3.17 Nilai Entitas (enterprise value ) adalah Nilai Ekuitas dalam bisnis ditambah
nilai utang atau kewajiban utang terkait, dikurangi kas atau setara kas yang
tersedia untuk memenuhi liabilitas yang ada.
3.18 Nilai Ekuitas adalah nilai bisnis bagi semua pemegang saham.
3.19 Kendali/Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur pengelolaan dan
kebijakan suatu entitas.
3.20 Objek Penilaian dapat merupakan aset, liabilitas, entitas, ekuitas, kepentingan
dan/atau kerugian ekonomis yang dinilai.
3.21 Perusahaan Induk Investasi ( Investment Holding Company) adalah suatu
perusahaan yang sebagian besar pendapatannya berasal dari penyertaan pada
perusahaan-perusahaan lain.
3.22 Perusahaan Induk Operasional ( Operating Holding Company ) adalah suatu
perusahaan yang pendapatannya berasal dari penyertaan pada perusahaan lain
dan kegiatan usahanya.
3.23 Premi Kendali (Control Premium) adalah suatu jumlah atau persentase tertentu
yang merupakan penambah dari nilai suatu ekuitas sebagai cerminan dari
tingkat pengendalian atas Objek Penilaian.
3.24 Rasio Penilaian (Valuation Multiple ) adalah faktor dimana nilai atau harga
sebagai pembilang (numerator ) dan data keuangan, operasional, atau data fisik
sebagai penyebut ( denominator ).
IMPLEMENTASI
PENGUMPULAN DAN PEMILIHAN DATA
Data Makro Ekonomi dan Data Perusahaan
Data Perusahaan
Industri Pembanding
PENDEKATAN PENILAIAN
Pendekatan Pasar Pendekatan Pendapatan Pendekatan Aset
PELAPORAN PENILAIAN
5.7 Bagan di atas mengilustrasikan Proses Penilaian Bisnis yang secara umum
ditetapkan. Proses tersebut merefleksikan KPUP, dan untuk memberikan
kesimpulan atas nilai yang dihasilkan dapat saja tidak mengikuti setiap
langkah dalam proses tersebut. Walaupun proses ini dapat digunakan baik
untuk Nilai Pasar (SPI 101) atau nilai selain Nilai Pasar (SPI 102), penerapan
Nilai Pasar membutuhkan pertimbangan penilaian berdasarkan data dan
asumsi pasar.
5.8 Faktor yang dipertimbangkan oleh Penilai dalam Penilaian Bisnis mencakup :
a) Karakteristik dan sejarah bisnis. Karena nilai merupakan manfaat dari
suatu kepemilikan yang akan datang, sejarah bisnis berguna untuk
memberikan panduan untuk harapan bisnis di masa yang akan datang.
b) Gambaran ekonomi yang dapat mempengaruhi bisnis, termasuk keadaan
politik dan kebijakan pemerintah. Hal-hal seperti nilai tukar, inflasi, dan
suku bunga mungkin mempengaruhi bisnis yang beroperasi dalam sektor
yang berbeda dalam situasi ekonomi yang sangat berbeda.
c) Kondisi dan gambaran masa depan dari industri spesifik yang dapat
mempengaruhi bisnis.
d) Laporan keuangan dan kondisi keuangan suatu bisnis.
e) Laba dan kapasitas/kemampuan membayar deviden dari sebuah bisnis.
f) Identifikasi adanya nilai aset takberwujud yang signifikan.
g) Transaksi sebelumnya atas hak kepemilikan bisnis tersebut.
h) Ukuran tingkat pengendalian dari Objek Penilaian.
i) Data pasar lainnya, seperti tingkat pengembalian pada investasi
alternative, keuntungan sebagai pengendali, kerugian karena kurangnya
likuiditas, dan lain-lain.
j) Harga pasar dari barang yang diperdagangkan kepada umum atau
kepemilikan atas suatu kemitraan, harga perolehan untuk kepemilikan
suatu bisnis atau perjanjian kerjasama bisnis dengan jaringan bisnis yang
sama atau sejenis.
k) Setiap informasi relevan lainnya yang dipercaya oleh Penilai.
5.9 Bisnis yang Berjalan mempunyai beberapa arti dalam akuntansi dan penilaian.
Dalam beberapa konteks, Bisnis yang Berjalan sebagai premis dimana Penilai
dan akuntan mempertimbangkan bahwa perusahaan merupakan suatu entitas
yang telah berdiri dan akan terus beroperasi selamanya.
Premis Bisnis yang Berjalan sebagai alternatif untuk premis likuidasi.
Pengeluaran yang berhubungan dengan likuidasi (imbalan jasa penjualan,
komisi, pajak, biaya penutupan lainnya, biaya administrasi selama penutupan,
dan kerugian nilai dalam persediaan) juga diperhitungkan dan dikurangkan
dari estimasi nilai bisnis.
5.10 Penilai perlu mempertimbangkan Hak, kemudahan, atau kondisi yang melekat
pada kepemilikan, apakah dalam bentuk perusahaan, kemitraan atau
perorangan.
5.11 Kepentingan non-pengendali mungkin memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan kepentingan pengendali. Kepemilikan Kepentingan mayoritas
tidak selalu merupakan kepentingan pengendali. Hak dalam pemungutan suara
dan hak-hak lain yang melekat pada kepemilikan akan ditentukan berdasarkan
kerangka legal dimana entitas didirikan. Seringkali terdapat beberapa kelas
yang berbeda dari ekuitas dalam suatu bisnis, dimana masing-masing memiliki
hak yang berbeda atau melalui perjanjian antar pemegang saham. Jika hal ini
terjadi mungkin saja kepemilikan minoritas memiliki kendali atau hak veto
yang efektif atas suatu tindakan korporasi.
5.12 Penilai akan mengambil langkah untuk meyakinkan bahwa semua sumber data
dapat diandalkan dan layak untuk melaksanakan penilaian.
5.13 Penilai seringkali tergantung pada jasa Penilai properti dan/atau tenaga ahli
profesional lainnya. Dimana jasa para ahli lainnya digunakan, Penilai akan
melakukan langkah komunikasi yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa
jasa tersebut dilakukan secara kompeten dan kesimpulan yang dihasilkan
wajar dan dapat dipercaya.
5.14 Penilai sering kali bersandar kepada informasi yang diterima dari klien atau
dari perwakilan klien. Sumber data tersebut dapat dikutip oleh Penilai dalam
Laporan Penilaian.
5.15 Penilaian atas sebuah entitas atau kepentingan bisnis seringkali tergantung
pada informasi yang diterima dari manajemen, perwakilan dari manajemen
atau tenaga ahli lainnya. Penilai perlu melakukan verifikasi data-data yang
diperoleh bilamana diperlukan dalam melakukan penilaian.
5.16 Pemahaman terhadap aktivitas pasar sekarang dan pengetahuan tentang
perkembangan dan tren ekonomi yang relevan adalah penting untuk suatu
Penilaian Bisnis yang kompeten. Dalam mengestimasi Nilai Pasar dari sebuah
bisnis, Penilai melakukan identifikasi dan menilai dampak berbagai
pertimbangan dalam penilaian dan Laporan Penilaian.
5.17 Kegunaan laporan keuangan
Terdapat dua tujuan dalam analisis dan penyesuaian keuangan :
a) Pemahaman hubungan yang ada dalam laporan laba-rugi dan laporan
posisi keuangan termasuk tren dari masa ke masa untuk mengevaluasi
risiko yang timbul dalam operasional bisnis dan pengaruhnya pada
prospek kinerjanya di masa mendatang.
b) Perbandingan dengan bisnis yang sejenis untuk mengevaluasi risiko dan
parameter nilai.
5.18 Dalam melakukan penilaian, Penilai harus memperoleh laporan keuangan
selama 3 (tiga) tahun terakhir atau sejak pendirian apabila perusahaan berdiri
kurang dari 3 (tiga) tahun.
5.19 Penilai harus memperoleh laporan keuangan terakhir yang telah diaudit oleh
Akuntan Publik dengan periode tidak lebih dari 12 bulan dari Tanggal
Penilaian; Untuk penilaian badan Usaha Mikro sampai dengan Usaha Kecil,
sebagaimana didefinisikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, laporan
keuangan dapat memakai laporan keuangan yang tidak diaudit.
5.20 Untuk memperkirakan Nilai Pasar suatu bisnis, penyesuaian umum terhadap
laporan keuangan dilakukan agar lebih mendekati realitas ekonomi, baik
terhadap laporan laba rugi komprehensif maupun laporan posisi keuangan.
a) Penyesuaian laporan keuangan seharusnya dilakukan terhadap informasi
keuangan untuk akun yang relevan dan signifikan terhadap proses
penilaian.
b) Penyesuaian juga dilakukan bila pemilik mempunyai kendali untuk
melakukan perubahan sebagaimana terwakili oleh besarnya penentuan
tingkat kendali.
c) Penyesuaian yang dibuat seharusnya dijelaskan dan didukung
sepenuhnya. Penilai harus berhati-hati dalam membuat penyesuaian data
historis. Penyesuaian tersebut seharusnya didiskusikan dengan jelas
dengan Pemberi Tugas. Penilai seharusnya membuat penyesuaian hanya
setelah data mengenai bisnisnya cukup memadai untuk mendukung
validitasnya.
5.21 Kondisi dan Syarat Pembatas yang digunakan oleh Penilai merujuk SPI 105.
5.22 Jika penilaian yang dilakukan adalah untuk suatu kepentingan yang memiliki
kendali harus dipertimbangkan mengenai apakah nilai total aset jika dijual
secara terpisah akan melebihi nilai sebagai perusahaan yang berjalan ( going
concern).
i) Dalam hal Penilai menggunakan metode PAB, maka Aset Tak Berwujud
harus diidentifikasi dan dinilai secara individual.
j) Dalam hal Penilai menggunakan metode KKP, maka Aset Tak Berwujud
harus dinilai secara kolektif.
5.33 Metode Penyesuaian Aktiva Bersih (PAB)
Dalam hal Penilai menggunakan metode PAB maka berlaku ketentuan sebagai
berikut :
a) Metode PAB digunakan untuk menilai antara lain :
1. Ekuitas suatu perusahaan dimana Nilai perusahaan sangat bergantung
pada Nilai aktiva tetap (a heavy based on fixed assets company ),
seperti perusahaan real estat;
2. Ekuitas dari Perusahaan Induk ( holding company);
3. Perusahaan yang tidak memiliki riwayat pendapatan yang
mempunyai prospek positif, perusahaan yang memiliki pendapatan
yang berfluktuasi, atau perusahaan yang diragukan kemampuannya
untuk melanjutkan operasi yang bersifat going concern, seperti
perusahaan yang baru berdiri ( start up company) atau perusahaan
yang berada dalam kesulitan untuk memperoleh pendapatan ( troubled
companies );
1.0 Pendahuluan
1.1 Standar Penilaian Indonesia ini diterapkan agar Penilaian Instrumen Keuangan
dilaksanakan oleh para penilai dengan lebih konsisten dan lebih berkualitas
sehingga bermanfaat bagi pengguna jasa penilaian
1.2 Penilaian Instrumen Keuangan biasanya dilakukan menggunakan Nilai Pasar
sebagai Dasar Nilai dengan menerapkan SPI 101. Sedangkan untuk Penerapan
Dasar Nilai selain Nilai Pasar harus diberikan penjelasan yang memadai sesuai
dengan SPI 102.
1.3 Secara umum, Penilaian Instrumen Keuangan menerapkan konsep, proses, dan
metode yang biasa digunakan untuk penilaian-penilaian lainnya. Beberapa
istilah mungkin bisa memiliki arti atau penggunaan yang berbeda dan perlu
penjelasan apabila digunakan. Beberapa definisi penting yang digunakan dalam
Penilaian Instrumen Keuangan dikemukakan dalam standar ini.
1.4 Penilai dan pengguna jasa penilaian hendaknya berhati-hati dalam membedakan
antara Penilaian Instrumen Keuangan untuk tujuan pelaporan keuangan atau
tujuan transaksi.
1.0 Pendahuluan
1.1. Pedoman Penilaian Indonesia (PPI) 01 ini membahas mengenai pedoman
penilaian aset berwujud terkait dengan revaluasi dalam rangka pelaporan
keuangan, serta tujuan perpajakan. PPI ini memberikan panduan mengenai
Lingkup Penugasan, Implementasi dan Pelaporan dengan tujuan pelaporan
keuangan Penilaian untuk penilaian sebagaimana diatur pada SPI 201 atau untuk
tujuan perpajakan.
1.2. Aset Berwujud yang dibahas dalam PPI ini mencakup aset tetap dan properti
investasi.
1.3. PPI ini tidak mengatur cara penulisan, namun memberikan gambaran terkait
dengan hal-hal teknis dalam proses penilaian yang dimaksud dalam Lingkup
Penugasan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada proses Implementasi dan
hal-hal yang perlu diungkapkan dalam Pelaporan Penilaian.
1.4. Pendekatan penilaian dengan metode penerapan serta pengungkapannya dalam
laporan menjadi cakupan pada PPI ini, dimana diharapkan Penilai dapat
menerapkan secara konsisten sehingga memiliki pola yang seragam dalam
praktek penilaian dan selanjutnya menghasilkan
menghasilkan penilaian
penilaian yang dapat dipercaya.
dipercaya.
1.5. Jenis, isi dan kedalaman Pelaporan Penilaian sesuai dengan yang dinyatakan di
dalam Lingkup Penugasan yang disepakati dengan Pemberi Tugas dan tertuang
di dalam kontrak atau perianjian kerja.
1.6. Penilai harus memiliki kompetensi didalam melaksanakan pekerjaan penilaian
untuk pelaporan keuangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam KEPI dan
SPI. Dalam pemenuhan dasar kompetensi tersebut, Penilai secara terus menerus
menjaga dan meningkatkan pengetahuannya melalui program CPD (Continuing
Professional Development) diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai dan
lembaga kompeten lainnya yang diakui oleh Asosiasi Profesi Penilai.
1.7. Sepanjang sesuai dan relevan, SPI 201 berikut PPI ini dapat juga digunakan
sebagai rujukan dalam melaksanakan revaluasi aset tetap untuk tujuan
perpajakan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
79/PMK.03/2008 juncto Nomor 191/PMK.010/2015 juncto Nomor
233/PMK.03/2015 berikut Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per- 37/PJ/2015 dan
peraturan perundang terkait.
1.8. Berkaitan dengan revaluasi untuk tujuan pelaporan keuangan dan perpajakan,
keuntungan bagi Entitas atau Wajib Pajak antara lain:
a) Meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan pembiayaan
dengan naiknya ekuitas dari selisih nilai aset.
b) Menurunkan beban pajak penghasilan karena penghasilan neto fiscal akan
berkurang oleh penyuSutan
penyuSutan yang berasal dari selisih lebih revaluasi.
1.9. PPI ini diterbitkan dan dapat dipergunakan sejak tanggal 1 Februari 2016.
Lingkup Penugasan sebagaimana dimaksud di atas harus dituangkan menjadi bagian dari
kontrak atau perjanjian pekerjaan diantara Penilai dan Pemberi Tugas.
4.0 Implementasi (merujuk kepada SPI 104)
4.1 Investigasi
Investigasi yang dilakukan dalam tugas penilaian harus didasarkan kepada
tujuan penilaian sesuai dengan Lingkup Penugasan yang diatur dalam
perjanjian tugas dan sesuai dengan Dasar Nilai yang akan dilaporkan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam prosedur Investigasi ini antara lain:
a) Proses pengumpulan data yang cukup dapat dilakukan dengan cara
inspeksi, penelaahan, penghitungan dan analisis yang dilakukan dengan
cara yang benar. Penilai harus menentukan batasan, sejauh mana data
yang dibutuhkan adalah cukup untuk tujuan penilaian.
b) Apabila setelah dilakukan Investigasi ternyata dijumpai hal-hal yang tidak
sesuai dengan apa yang diatur dalam Lingkup Penugasan yang telah
disepakati; seperti data dari pemberi tugas maupun pihak lain tidak sesuai
atau tidak memadai yang akan mengakibatkan hasil penilaian tidak dapat
diyakini dan dipercaya (credible), maka Lingkup Penugasan harus
didiskusikan kepada Pemberi Tugas dan direvisi (dibuatkan adendum)
atau opsi lainnya sesuai SPI 103-5.6.b).
c) Penilai harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh dapat
dipercaya atau diandalkan, sehingga tidak mempengaruhi kredibilitas
hasil penilaian. Pertimbangan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan
review, jika memiliki keraguan atas kredibilitas atau keandalannya, maka
informasi tersebut seharusnya tidak digunakan. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan Penilai dalam mereview informasi yang diperoleh,
antara lain:
1. Materialitas informasi terhadap kesimpulan nilai;
2. Kompetensi dari pihak ketiga;
3. Indepedensi pihak ketiga terhadap objek penilaian atau pengguna
penilaian;
4. Sejauh mana informasi tersebut termasuk ke domain publik.
d) Objek penilaian dalam penugasan ini diperhitungkan berdasar Nilai Wajar
dari aset apabila dijual dalam transaksi teratur antara elaku pasar pada
tanggal penilaian. Pengukuran Nilai Wajar berbasis pasar, bukan
pengukuran yang spesifik atas Entitas atau biasa dikenal sebagai Nilai
dalam Penggunaan. Dalam pengukuran Nilai Wajar, karakteristik aset
(seperti kondisi dan lokasi, adanya restriksi) diperhitungkan sejauh
karakteristik tersebut dipertimbangkan oleh pelaku pasar pada tanggal
penilaian.
e) Pengukuran Nilai Wajar mengasumsikan bahwa transaksi pertukaran
terjadi dalam suatu transaksi yang teratur atau transaksi dengan asumsi
adanya periode pemasaran yang lazim dan umum sebelum tanggal
penilaian dan bukan merupakan transaksi karena keterpaksaan seperti
dalam konteks likuidasi.
f) Transaksi penjualan aset terjadi:
1. Di pasar utama untuk aset tersebut. Pasar utama didefinisikan sebagai
pasar dengan volume dan tingkat aktivitas terbesar untuk aset.
2. Jika tidak terdapat pasar utama, di pasar yang paling menguntungkan
untuk aset tersebut. Pasar yang paling menguntungkan adalah pasar
dimana jumlah maksimal dari penjualan aset akan diterima setelah
memperhitungkan biaya transportasi dan biaya lainnya. Pada
umumnya kondisi penjualan ini berlaku untuk personal properti
berwujud.
g) Hierarki Nilai Wajar memberikan prioritas tertinggi kepada harga yang
langsung dikutip dari pasar atau harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di
pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identic (input level 1) kemudian
input yang dapat diobservasi dari pasar/data pasar baik secara langsung
maupun tidak langsung (input level 2) dan prioritas terendah umtuk input
yang tidak dapat diobservasi dari pasar (input level 3) yang umumnya
terkait dengan properti khusus atau properti dengan pasar yang terbatas.
h) Pengukuran Nilai Wajar dari aset memperhitungkan kemampuan pelaku
pasar untuk menghasilkan manfaat ekonomi dengan menggunakan aset
dalam penggunaan tertinggi dan terbaiknya (HBU) atau dengan
menjualnya kepada pelaku pasar lain yang akan menggunakan aset
tersebut dalam HBUnya.
4.2 Pendekatan Penilaian
Pendekatan dan metode yang digunakan berdasarkan pertimbangan seperti,
dasar nilai dan tujuan penilaian, ketersedian informasi dan data, serta metode
yang diterapkan para pelaku dalam pasar yang relevan.
a) Tujuan penilaian pada SPi 201 dan PPI ini adalah pelaporan keuangan,
dimana sesuai dengan Hierarki Nilai Wajar yang dijelaskan pada 4.1.g),
pendekatan penilaian yang relevan dibutuhkan didalam menentukan Nilai
Wajar level 2 dan level 3, dikarenakan adanya penyesuaian yang
dibutuhkan dalam menentukan opini Nilai Wajar.
b) Objek penilaian dalam revaluasi aset meliputi:
1. Tanah; dengan peruntukan seperti pertanian, permukiman, industry
atau komersial.
2. Bangunan; dapat terdiri bangunan residensial, industri dan komersil
dan meliputi:
a. Aset yang melekat dengan tanah; seperti prasarana dan sarana
pelengkap bangunan.
b. Mesin dan peralatan yang terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan
dari bangunan.
3. Personal Properti berwujud; antara lain terdiri dari mesin dan
peralatan, alat transportasi, alat berat, perabotan dan peralatan lain.
Untuk tujuan perpajakan, personal properti berwujud diklasifikasikan
sebagai Aktiva Tetap Bukan Bangunan.
DIAGRAM B
Aset Tetap
Ya Tidak
Ilustrasi –
Ilustrasi – A
A
Tanah Rp 35.000.000.000,-
35.000.000.000,-
Nilai Sisa Bangunan Rp 500.000.000,-
500.000.000,-
Ilustrasi - B
Peniliaian Bangunan Pabrik dengan excess land di Zona Transisi yang sudah mengarah ke
Komersial.
Asumsi (i) Pabrik masih memiliki ijin untuk beroperasi dan memenuhi HBU as improved
Indikasi Nilai Wajar Pabrik Rp 25.000.000.000,-
25.000.000.000,-
Tanah (asumsi peruntukan tanah industri) Rp 12.000.000.000,-
12.000.000.000,- (a1)
Bangunan Rp 5.000.000.000,-
5.000.000.000,-
Mesin& Peralatan (in situ) Rp 8.000.000.000,-
8.000.000.000,-
Asumsi (ii) pabrik masih memiliki izin untuk beroperasi tapi tidak memenuhi HBU
Indikasi Nilai Wajar Pabrik Rp 27.000.000.000,-
27.000.000.000,-
Tanah (asumsi HBU untuk penggunaan alternative) Rp 27.000.000.000,-
27.000.000.000,- (a2)
Asumsi (ii)
Nilai Wajar Aset Rp 32.000.000.000,-
32.000.000.000,-
Tanah Rp 32.000.000.000,-
32.000.000.000,- (a2+b)
Bangunan Rp 1.000.000.000,-
1.000.000.000,-
Mesin & Peralatan (in situ) Rp 5.000.000.000,-
5.000.000.000,-
Ilustrasi –
Ilustrasi – C
C
Penilaian Aset Publik (Infrastruktur) berupa Gardu Induk yang berlokasi di Zona Komersial
Indikasi Nilai Wajar Rp 39.000.000.000,-
39.000.000.000,-
Tanah (asumsi peruntukan komersial) Rp 12.000.000.000,-
12.000.000.000,- (a)
Bangunan Rp 2.000.000.000,-
2.000.000.000,-
Mesin & Peralatan (in situ) Rp 25.000.000.000,-
25.000.000.000,-
Indikasi Nilai Wajar excess land sesuai HBU sebagai Rp 7.000.000.000,-
7.000.000.000,- (b)
Tanah komersial (dihitung dari kelebihan tanah
Terhadap kebutuhan pengembangan GI)
Pengungkapan dalam laporan penilaian:
Nilai Wajar Aset Rp 46.000.000.000,-
46.000.000.000,-
Tanah (asumsi peruntukan komersial) Rp 19.000.000.000,-
19.000.000.000,- (a+b)
Bangunan Rp 2.000.000.000,-
2.000.000.000,-
Mesin & Peralatan (in situ) Rp 25.000.000.000,-
25.000.000.000,-
Lampiran 3:
Pernyataan Penilai
Dalam batas kemampuan dan keyakinan kami sebagai Penilai, kami yang bertanda tangan di
bawah ini menyatakan bahwa:
1. Pernyataan dalam laporan Penilaian ini, sebatas pengetahuan kami, adalah benar dan
akurat.
2. Analisis, opini, dan kesimpulan yang dinyatakan di dalam Laporan Penilaian ini dibatasi
oleh asumsi dan batasan-batasan yang diungkapkan di dalam Laporan Penilaian, yang
mana merupakan hasil analisis, opini dan kesimpulan Penilai yang tidak berpihak dan
tidak memiliki benturan kepentingan.
3. Kami tidak mempunyai kepentingan baik sekarang atau di masa yang akan datang
terhadap properti yang dinilai, maupun memiliki kepentingan pribadi atau keberpihakan
kepada pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap properti yang dinilai.
4. Penunjukan dalam penugasan ini tidak berhubungan dengan opini Penilaian yang telah
disepakati sebelumnya dengan Pemberi Tugas
5. Biaya jasa profesional tidak dikaitkan dengan nilai yang telah ditentukan sebelumnya atau
gambaran nilai yang diinginkan oleh Pemberi Tugas, besaran opini nilai, pencapaian hasil
yang dinyatakan, atau adanya kondisi yang terjadi kemudian (subsequent event) yang
berhubungan secara langsung dengan
dengan penggunaan yang dimaksud.
6. Penilai telah mengikuti persyaratan pendidikan profesional yang ditetapkan/dilaksanakan
oleh Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI).
7. Penilai memiliki pengetahuan yang memadai sehubungan
s ehubungan dengan property dan/atau jenis
industri yang dinilai.
8. Penilai telah melaksanakan ruang lingkup sebagai berikut:
Identifikasi masalah (identifikasi batasan, tujuan dan objek, definisi Penilaian, dan
tanggal Penilaian);
Pengumpulan data dan wawancara;
Analisis data;
Estimasi nilai dengan menggunakan pendekatan Penilaian;
Penulisan laporan.
9. Penilai telah/ tidak melakukan
melak ukan inspeksi lapangan yang merupakan objek Penilaian (apabila
lebih dari 1 orang menandatangani pernyataan ini, harus dibuat terinci mengenai individu
mana yang melakukan inspeksi lapangan).
10. Tidak seorangpun selain yang bertandatangan di bawah ini, yang telah terlibat dalam
pelaksanaan inspeksi, analisis, pembuatan kesimpulan, dan opini sebagaimana yang
dinyatakan dalam laporan Penilaian ini.
11. Analisis, opini, dan kesimpulan yang dibuat oleh Penilai, serta laporan Penilaian telah
dibuat dengan memenuhi ketentuan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan SPI yang
berlaku.
12. Pernyataan Penilai yang ditandatangani merupakan bagian integral dari laporan
lap oran Penliaian.
Penilai yang menandatangani bagian lainnya dari laporan Penilaian, termasuk surat
pengantar (letter of transmittal ) juga harus menandatangani pernyataan ini.
Apabila Penilaiyang menandatangani laporan bergantung kepada pekerjaan yang
dilakukan oleh Penilai/tenaga ahli lainnya yang tidak menandatangani permyataan Penilai,
Penil ai,
maka Penilai yang menandatangani bertanggung jawab atas keputusan untuk bergantung
kepada pekerjaan mereka, dan disyaratkan untuk memiliki alasan yang kuat untuk
mempercayai kompetensi dari Penilai/tenaga ahli lainnya tersebut.
Nama dari individu yang terlibat dalam Penilaian namun tidak menandatangani lembar
Pernyataan Penilai harus dinyatakan.
Lampiran 5:
Syarat Pembatas
Berikut adalah contoh dari syarat pembatas yang harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan
penilaian:
1. Informasi yang telah diberikan oleh pihak lain kepada Penilai seperti yang disebutkan
dalam laporan Penilaian dianggap layak dan dipercaya, tetapi Penilai tidak bertanggung
jawab jika ternyata informasi yang diberikan itu terbukti tidak sesuai dengan hal yang
sesungguhnya. Informasi yang dinyatakan tanpa menyebutkan sumbernya merupakan hasil
penelaahan kami terhadap data yang ada, pemeriksaan atas dokumen ataupun keterangan
dari instansi pemerintah yang berwenang. Tanggung jawab untuk memeriksa kembali
kebenaran informasi tersebut sepenuhnya berada dipihak Pemberi Tugas.
2. Kecuali diatur berbeda oleh peraturan dan perundangan yang ada, maka penilaian dan
laporan Penilaian bersifat rahasia dan hanya ditujukan terbatas untuk Pemberi Tugas yang
dimaksud dan penasehat profesionalnya dan disajikan hanya untuk maksud dan tujuan
sesuai dengan yang dicantumkan pada laporan Penilaian. Kami tidak bertanggung jawab
kepada pihak lain selain Pemberi Tugas dimaksud. Pihak lain yang menggunakan laporan
ini bertanggung jawab atas segala risiko yang timbul.
3. Nilai yang dicantumkan dalam laporan ini serta setiap nilai lain dalam Laporan yang
merupakan bagian dari properti yang dinilai hanya berlaku sesuai dengan maksud dan
tujuan Penilaian. Nilai yang digunakan dalam Iaporan Penilaian ini tidak boleh digunakan
untuk tujuan Penilaian lain yang dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan.
4. Kami telah mempertimbangkan kondisi properti dimaksud, namun demikian tidak
berkewajiban untuk memeriksa struktur bangunan ataupun bagian-bagian dari properti
yang fertutup, tidak terlihat dan tidak dapat dijangkau. Kami tidak memberikan jaminan
bila ada pelapukan,rayap, gangguan hama lainnya atau kerusakan yang tidak terlihat.
Penilai tidak berkewajiban untuk melakukan pemeriksaan terhadap fasilitas lingkungan dan
lainnya. Kecuali diinformasikan lain, Penilaian kami didasarkan pada asumsi bahwa
seluruh aspek ini dipenuhi dengan baik.
5. Kami tidak melakukan penyelidikan atas kondisi tanah dan fasilitas lingkungan lainnya,
untuk SUatu pengembangan baru. Apabila tidak diinformasikan lain, Penilaian kami
didasarkan pada kewajaran, dan untuk suatu rencana pengembangan tidak ada pengeluaran
tidak wajar atau keterlambatan dalam masa pembangunan.
6. Kami tidak melakukan penyelidikan atas masalah lingkungan yang berkaitan dengan
pencemaran. Apabila tidak diinformasikan lain, Penilaian kami didasarkan pada asumsi
mengenai tidak adanya pencemaran yang dapat berpengaruh terhadap nilai.
7. Gambar, denah ataupun peta yang terdapat dalam laporan ini disalikan hanya untuk
kemudahan visualisasi saja. Kami tidak melaksanakan survei/pemetaan dan tidak
berianggung jawab mengenai hal ini.
8. Keterangan mengenai rencana tata kota diperoleh dari Rencana Umum Tata Ruang Kota
dan Pernyataan Tertulis yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Kecuali
diinstruksikan lain, kami beranggapan bahwa properti yang dinilai tidak terpengaruh oleh
berbagai hal yang bersifat pembatasan-pembatasan dan properti maupun kondisi
penggunaan baik saat ini maupun yang akan datang tidak bertentangan dengan peraturan-
peraturan yang berlaku.
9. Semua bukti kepemilikan, legalitas dan perijinan yang ada didasarkan kepada informasi
dan data yang diberikan Lembaga Petanahan selaku pemberi tugas/pengguna laporan (bila
dinyatakan lain sebutkan). Oleh karena itu, kami tidak melakukan pengukuran ulang
terhadap luasan properti secara detail, melainkan data dari sertifikat & gambar bangunan
yang diterima dari Pemberi Tugas.
Lampiran 6:
Surat Representasi
Penilai harus memperoleh surat representasi dari Pemberi Tugas yang ditujukan kepada Penilai
untuk menyatakan kebenaran informasi yang diberikan. Surat representasi dimaksud diterima
Penilai sebelum laporan diterbitkan.
No. ………..
………. , (tanggal surat)
Kepada Yth.
(sebutkan nama dan alamat KJPP/Instansi Penilai )
Up. (sebutkan nama Partner penanggung jawab laporan )
Perihal: Surat Pernyataan Atas Laporan Penilaian ( sebutkan properti ) yang berlokasi
(sebutkan alamat lokasi ) milik (sebutkan nama pemilik properti )
Dengan hormat,
Merujuk kepada kontrak ( sebutkan nomor kontrak ) tanggal (sebutkan tanggal kontrak )
mengenai Kontrak Pekerjaan Penilaian properti yang disebutkan di atas maka berikut adalah
pernyataan dari (sebutkan nama Pemberi Tugas ) atas dikeluarkannya laporan tersebut:
a. Bahwa seluruh informasi dan pernyataan baik secara lisan maupun tulisan serta dokumen
baik dalam bentuk asli, foto copy dan/atau salinan yang kami sampaikan kepada ( sebutkan
nama KJPP) yang kemudian di tuangkan dalam bentuk laporan adalah benar-benar berasal
dari (sebutkan nama Pemberi Tugas ), akurat, lengkap dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya serta tidak mengalami perubahan lagi sampai dengan dikeluarkannya laporan
tersebut.
b. Bahwa atas isi dan segala sesuatu yang terdapat dalam laporan ini kami ( sebutkan nama
Pemberi Tugas), memberikan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada ( sebutkan
nama KJPP) termasuk didalamnya anggota Partner dan seluruh staff yang ada dari tuntutan
kerugian harta, gugatan dan tanggung jawab ( semuanya dalam bentuk apapun juga ) baik
secara sendiri-sendiri maupun institusi yang timbul secara langsung mauun tidak langsung
oleh karena laporan ini terhadap pihak manapun juga apabila hal itu diakibatkan oleh
kesalahan penyampaian informasi atas dokumen - dokumen, penyataan-pernyataan dan
keterangan-keterangan baik dalam bentuk asli, foto kopi, dan/atau salinan dari kami.
c. Bahwa Laporan yang diberikan oleh ( sebutkan nama Pemberi Tugas ) kepada (sebutkan
nama KJPP), bersifat rahasia dan diperuntukkan hanya oleh dan antara pihak - pihak yang
terkait dan/atau mempunyai kepentingan didalamnya berikut akan digunakan sebagaimana
mestinya oleh (sebutkan nama KJPP) sesual dengan Kontrak (sebutkan nomor dan tanggal
kontrak ).
Demikian peryataan dari kami atas dikeluarkannya laporan oleh … ( sebutkan nama KJPP)
Hormat Kami,
(nama Pemberi Tugas)
*****
Pedoman Penilaian Indonesia 02
(PPI 02)
Penilaian Personal Properti
1.0 Pendahuluan
1.1 Konsep dan Prinsip Umum Penilaian (KPUP) membedakan antara real estat
yaitu benda berwujud yang bersifat fisik (lihat KPUP 2.0), dan real properti
yang berkaitan dengan hak, kepentingan dan manfaat yang berkaitan dengan
kepemilikan real estat. Hak sewa adalah bagian dari real properti, yang berasal
dari hubungan kontraktual pihak pemilik properti dengan pihak penyewa, yaitu
pihak yang menerima hak non-permanen untuk menggunakan properti sewa
dengan membayar sewa atau pertimbangan ekonomis bernilai lainnya.
1.2 Untuk menghindari kesalahpahaman dan salah penafsiran, Penilai dan
pengguna jasa penilaian seharusnya memahami perbedaan penting antara
aspek fisik dan aspek legal yang terkait dalam mempertimbangkan nilai hak
sewa.
1.3 Jenis kepemilikan ini, seperti bentuk kepemilikan lainnya, adalah lazim
terdapat pada seluruh jenis aset properti yang dinilai. Suatu real estat dapat
terdiri atas satu hak atau lebih atas properti, dimana setiap hak itu akan
memiliki nilai Nilai Pasar apabila memiliki kemampuan untuk dipertukarkan
secara bebas.
1.4 Dalam kondisi apapun adalah tidak layak untuk menilai berbagai hak atas
properti yang terdapat di dalam sebuah real estat secara terpisah dan
menjumlahkan nilainya sebagai indikasi dari nilai total real estat. Kontrak
sewa menciptakan jenis kepemilikan yang berbeda dengan hak milik.
1.5 Standar Akuntansi Internasional dan PSAK memiliki persyaratan akuntansi
khusus untuk properti baik dimiliki berdasarkan sewa atau obyek untuk
disewakan.
1.6 Hubungan antara berbagai kepentingan legal di properti yang sama dapat
bersifat kompleks dan dapat menjadi lebih membingungkan dengan berbagai
terminologi yang digunakan untuk menjelaskan berbagai kepentingan. PPI ini
akan membahas dan mengklarifikasikan masalah tersebut. Bagian 2-1 akan
mengilustrasikan hubungan antara hak sewa.
3.0 Definisi
istilah yang bersifat mendasar untuk pendefinisian dan penilaian kepentingan legal
mencakup:
3.1 Hak Milik. Kepemilikan yang bersifat selamanya terhadap tanah.
3.2 Hak Milik yang dibebani Hak Sewa, memiliki pengertian yang sama dengan
Leased Fee Interest , yaitu mewakili kepentingan pemilik real properti yang
kemudian disewakan kepada pihak lain.
3.3 Hak Penyewa. Hak yang dimiliki oleh penyewa dalam berbagai situasi yang
diungkapkan dalam butir 3.5 di bawah. Hak Penyewa memiliki makna yang
sama dengan Hak Sewa.
3.4 Hak Sewa, atau dikenal sebagai Hak Penyewa ( Lessee Interest , Tenant's
interest atau Leashold estate). Hak Kepemilllikan yang lebih dibentuk oleh
persyaratan dalam perjanjian sewa dan bukan didasarkan kepada hak
kepemilikan atas real estat. Hak sewa tergantung kepada persyaratan dari
perjanjian sewa secara spesifik, berakhir dalam waktu tertentu dan
dimungkinkan untuk dibagi-bagi atau disewakan kembali kepada pihak lain.
3.5 Headleasehold Interest atau Sandwich Lessar Interest . Pemilik dari sewa
induk.
0 ∞
Entitas A Hak Milik Hak absolut untuk menjual, menyewakan, atau
menggunakan properti selamanya, hanya dibatasi
Hak Absolut yang oleh restriksi negara.
dimiliki entitas A
Entitas B Hak Sewa Hak untuk menghuni dan menggunakan properti
untuk periode waktu tertentu dan untuk kondisi
Lease Interest, Lease tertentu sesuai dengan perjanjian sewa antara
Hold atau hak sewa entitas A dan entitas B
yang dimiliki entitas B
Entitas C Sublease interest,Hak untuk menghuni dan menggunakan properti
Subleasehold, atau untuk periode waktu tertentu dan untuk kondisi
yang dimiliki Entitas C tertentu sesuai dengan perjanjian sewa antara
entitas B dan entitas C
Hak yang ditentukan dalam 'subordinate lease'
tidak dapat melampaui hak yang terdapat dalam
sewa antara A dan B
Entitas D Subordinate Sublease Hak untuk menghuni dan menggunakan properti
interest yang dimiliki untuk periode waktu tertentu dan untuk kondisi
entitas D, tertentu sesuai dengan perjanjian sewa antara
entitas C dan entitas D.
Hak yang dtentukan dalam 'subordinate lease'
tidak dapat melampaui hak yang terdapat dalam
sewa antara B dan C
Penilai harus mengidentifikasi kepentingan atas properti yang dinilai sesuai dengan
hak dan batasan yang ada.
4.9 Adalah penting untuk membedakan antara nilai PBK dengan nilai
bisnis. Untuk melakukan penilaian PBK, Penilai memerlukan
pengetahuan yang memadai tentang sektor pasar terkait PBK yang
dinilai secara khusus sehingga mampu memutuskan potensi usaha
yang dapat dicapai oleh Pengelola yang Efisien secara Wajar,
demikian pula pemahaman atas nilai elemen komponen secara
individual.
1.0 Pendahuluan
1.1 Pedoman Penilaian Indonesia (PPI) atau dikenal dengan petunjuk teknis
(Juknis) ini membahas mengenai pedoman penilaian tanah terkait dengan
pemberian ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum. Juknis ini memberikan panduan mengenai Lingkup
Penugasan, Implementasi dan Pelaporan Penilaian untuk tujuan penilaian
pengadaan tanah sebagaimana diatur pada SPI 204.
1.2 Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) dapat dipahami sama dengan
petunjuk teknis (juknis) sebagaimana yang disebutkan dalam pedoman ini, PPI
04 fidak mengatur cara penulisan, namun memberikan petunjuk dan prosedur
terkait dengan hal-hal teknis dalam proses penilaian atas pendiskripsian hal-
hal yang perlu dipertimbangkan pada proses Implementasi dan Pelaporan
Penilaian.
1.3 Jenis, isi dan kedalaman Pelaporan Penilaian sesuai dengan yang dinyatakan
di dalam Lingkup Penugasan yang disepakati dengan Pemberi Tugas dan
tertuang di dalam kontrak atau perjanjian kerja.
1.4 Penilai harus memiliki kompetensi didalam melaksanakan pekerjaan penilaian
untuk pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam KEPI dan SPI. Dalam pemenuhan dasar
kompetensi tersebut, Penilai secara terus menerus menjaga dan meningkatkan
pengetahuannya melalui program CPD (Continuing Professional
Development) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai dan
lembaga kompeten lainnya yang diakui oleh Asosiasi Profesi Penilai.
1.5 Sepanjang sesuai, relevan dan tidak diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya, SPI 204 berikut PPI ini bersifat mandatori
sebagai rujukan bagi Penilai dalam melaksanakan penilaian properti terkait
dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, apakah dalam
pelaksanaannya menerapkan atau tidak tahapan sebagaimana ketentuan UU
No. 2 tahun 2012 berikut peraturan pelaksanaanya.
1.6 Pedoman penilaian ini merupakan hasil revisi dari Juknis 306, dan dapat
dipergunakan sejak tanggal 1 Agustus 2018 dengan masa efektif berlaku ada
tanggal 1 Februari 2019.
2.0 Definisi dan Pengertian
2.1 Implementasi; merupakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh Penilai
Investigasi, penerapan pendekatan penilaian dan meliputi tahapan penyusunan
kertas kerja penilaian (SPI 104),
2.2 Laporan Penilaian; merupakan suatu dokumen yang mencantumkan instruksi
penugasan, tujuan dan Dasar Nilai, dan hasil analisis yang menghasilkan opini
nilai. Suatu laporan penilaian dapat juga menjelaskan proses analisis yang
dilakukan dalam pelaksanaan penilaian, dan menyatakan informasi penting
yang digunakan dalam analisis (SPI 105).
2.3 Lingkup penugasan ; merupakan dasar dalam pengaturan kesepakatan
penugasan penilaian, tingkat kedalaman investigasi, penentuan asumsi dan
batasan penilaian (SPI 103).
2.4 Nilai Penggantian Wajar; adalah nilai untuk kepentingan pemilik yang
didasarkan kepada kesetaraan dengan Nilai Pasar atas suatu Properti, dengan
memperhatikan unsur luar biasa berupa kerugian non fisik yang diakibatkan
adanya pengambilalihan hak atas Properti dimaksud (SPI 102-3.10)
Nilai Penggantian Wajar (NPW) diartikan sama dengan Nilai Ganti Kerugian
sebagaimana dimaksud dalam UU No. 2 tahun 2012.
NPW dapat dihasilkan dari kombinasi kerugian fisik dan kerugian non fisik
atas suatu objek penilaian. Kombinasi ini dapat digambarkan
sebagaipenjumlahan indikasi Nilai Pasar atas kerugian fisik ditambah indikasi
nilaiatas kerugian non fisik (lihat lampiran 1).
2.5 Nilai Pasar; didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang yang dapar
diperoleh dari hasil penukaran suatu aset atau liabilitas pada tanggal penilaian,
antara pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat
menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan
secara layak, di mana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar
pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan (SPI 101 -3.1).
2.6 Nilai Khusus; adalah sejumlah uang yang mencerminkan atribut tertentu dari
aset yang hanya berlaku bagi pembeli khusus dan bukan pasar secara
keseluruhan (SPI 102-3.4)
2.7 Pemanfatan tertinggi dan terbaik (Higest and Best Use) yang selanjutnya
disebut HBU, didefinisikan sebagai penggunaan yang paling mungkin dan
fisik dimungkinkan, telah dipertimbangkan secara memadai, secara hukum
diizinkan, secara finansial layak, dan menghasilkan nilai tertinggi dari aset
tersebut (KPUP -12.1).
2.8 Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi
ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak (UU No. 2/2012,
Pasal 1 Butir 2).
2.9 Penilaian untuk keperluan ganti kerugian meliputi:
a) Ganti kerugian fisik (material) tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman
dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
b) Ganti kerugian non fisik (immaterial) terdiri dari penggantian terhadap
kerugian pelepasan hak dari pemilik tanah yang akan diberikan dalam
bentuk uang (premium), serta kerugian lainnya yang dapat dihitung
meliputi biaya transaksi, bunga (kompensasi masa tunggu), kerugian sisa
tanah, dan jenis kerugian lainnya yang dinyatakan dan disepakati oleh
pemberi tugas dalam Lingkup Penugasan.
Objek Pengadaan Tanah yang dimaksud diatas diartikan sama dengan istilah
Properti atau Properti Pertanahan sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia
(SPI) 204 tahun 2018.
2.10 Pengertian atas Asosiasi Profesi Penilai pada Juknis ini adalah Masyarakat
Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) sebagaimana yang tercantum dalam bagian
Pendahuluan SPI.
Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
Mata uang 5.3.a).5 Hasil penilaian harus dinyatakan dalam mata uang
yang Rupiah.
digunakan
Maksud dan 5.3.a).6 Maksud dan Tujuan Penilaian adalah untuk memberikan
Tujuan opini Nilai Penggantian Wajar (NPW) yang akan
Penilaian digunakan untuk tujuan pengadaaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum.
Dasar Nilai 5.3.a).7 Berdasarkan SPI 102 3.10 dan SPI 204-5.2 dasar nilai
yang digunakan adalah Nilai Penggantian Wajar. Dasar
Nilai ini harus didefinisikan sesuai dengan SPI.
Sifat dan 5.3.a).10 Data dan informasi lain yang dianggap dapat dipercaya
Sumber dalam mendukung pelaksanaan penilian dalam juknis ini
informasi dapat bersumber dari:
yang dapat
diandalkan Pemerintah Daerah sebagai instansi rujukan
informasi terkait dengan peraturan daerah;
Asumsi dan 5.3.a).11 Asumsi khusus harus dinyatakan secara jelas apabila
asumsi khusus terdapat ketidakpastian informasi berkaitan karakteristik
fisik, legal atau ekonomi dari properti, atau mengenai
kondisi eksternal properti seperti kondisi pasar atau tren
atau l integritas data yang digunakan dalam analisis
Lingkup Penugasan sebagaimana dimaksud di atas harus dituangkan menjadi bagian dari
kontrak atau perjanjian pekerjaan diantara Penilai dan Pemberi Tugas. Khusus untuk
penilaian yang objeknya masuk kategori skala kecil (<5 hektar), ketentuan yang berlaku
diatur pada 3.2.
3.2 Prosedur dan dasar nilai untuk penilaian yang objeknya masuk kategori skala
kecil sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perudang-undangan
sekurang-kurangnya harus memenuhi prosedur:
No Faktor Tanah Skala Besar Tanah Skala Kecil (< 5 hektar)
Perbedaan (>5 hektar)
Tidak Terikat Lokasi Terikat Lokasi
Tertentu Tertentu
5 Objek Penilaian Sesuai UUPT sesuai Skala kecil tidak Skala kecil tidak
Penetapan Lokasi mengikuti tahapan mengikuti tahapan
dan penetapan oleh pelaksanaan sesuai pelaksanaan sesuai
BPN UUPT, digunakan UUPT, digunakan
berdasarkan petunjuk berdasarkan
pemberi tugas petunjuk pemberi
tugas dalam hal
objek pengadaan
tanah terdiri dari
beberapa bidang
yang dihuni
sejumlah
pemilik/penghuni,
sehingga perlu
penetapan lokasi dari
pihak berwenang.
5.2 Dalam proses finalisasi, Penilai harus memastikan bahwa hasil penilaian telah
sesuai sebagaimana yang dimaksud dalam Lingkup Penugasan dan tetap
memperhatikan proses kaji ulang internal (review). Proses konfirmasi hasil
penilaian kepada pemberi tugas dapat dilaksanakan paa tahap finalisasi
laporan penilaian,
5.3 Revisi Laporan Penilaian yang disampaikan kepada pemberi tugas sebagai
bagian dari tanggungjawab profesional Penilai merupakan hal yang dapat
diterima dalam praktek penilaian dalam hal terdapat kekeliruan dalam
penilaian. Kekeliruan dalam penilaian sehingga memunculkan revisi laporan
penilaian dapat disebabkan oleh dua hal, pertama kekeliruan terkait penugasan
yang disebabkan oleh pemberi tugas penilaian dan kedua kekeliruan terkait
proses penliaian yang merupakan tanggungjawab penilai.
Revisi laporan penilaian dilakukan dengan memenuhi hal sebagai berikut :
a) Revisi dilakukan dengan memenuhi ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku;
1. Kerugian Ekonomi :
Kerugian Bisnis
Kehilangan Pekerjaan + Tergantung objek
Kerugian hasil
pertanian + Tergantung objek
+ Tergantung objek
3. Biaya Transaksi
4. Kerugian Lain :
Catatan : Kompponen dasar pembentukan NPW yang disebutkan di atas dapat disesuaikan
dengan objek penilaian
Lampiran 2:
2.1. llustrasi Penghitungan NPW atas Rumah Tinggal Biasa (masa tinggal 8 tahun)
a.1 Indikasi Nilai Pasar Rumah Tinggal (Tanah dan Bangunan) Rp 100,000,000
a.1 Indikasi Nilai Pasar Rumah Tinggal (Tanah dan Bangunan) Rp 100,000,000
Transaksi 8% x Rp 100.000.000
Asumsi Biaya Pindah 2%
Asumsi Biaya Pajak 5%
Asumsi Biaya PPAT 1%
Beban Masa Tunggu (6 bulan) @ 6% pa.
Rp 3% x Rp 123.000.000
a.1 Indikasi Nilai Pasar Rumah Tinggal (Tanah dan Bangunan) Rp 100,000,000
Asumsi pajak 5%
Kerugian fisik :
101,600,000
221,600,000
3,324,000
Objek Ganti Rugi Rumah Tinggal terdiri dari tanah dan bangunan
Luas bangunan 72 m 2
Alternatif Indikasi
No NP NPW Sisa
Solatium Premium Lainnya
Tanah
Nilai Pasar
Transaksi Bunga
Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
447
C 15% 108.000 136,825 36,000 72,000 0 16,200 8,640 3,985 - -
Asumsi :
448
3.2 Ilustrasi Perhitungan untuk RT-1b
Objek ganti rugi : Rumah tinggal terdiri dari tanah dan bangunan (dengan tanah berlebih)
Luas tanah : 600 m2
Luas tanah efektif utk RT (asumsi 60%) 120 m2
tanah tersisa 480m2
Luas bangunan : 72 m2
Masa tunggu 6 bulan (3%)
HBU : eksisting (rumah tinggal)
Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
449
B 10% 252,000 289,224 144,000 36,000 72,000 10,800 18,000 8,424 - -
Asumsi :
- *) Kehilangan bisnis/pekerjaan/alih profesi
- Solatium (baris 9 = (6+7)x2)
- Asumsi beban transaksi diambil 8% dari NP
450
3.3 Ilustrasi Perhitungan untuk RT-2a
Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000 Rp. 1000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
451
D 20% 120,000 158,208 120,000 - 0 24,000 9,600 4,608 - -
Asumsi :
- *) kehilangan bisnis/pekerjaan/alih profesi
- **) penyusutan fisik 100%
- Asumsi beban transaksi diambil 8% dari HP
- Solatium (baris 8 (5+6)x2)
452
3.28 Studi Kelayakan Industri Pertambangan suatu studi yang menyeluruh terhadap
suatu deposit Mineral atau akumulasi Minyak Bumi, dengan
mempertimbangkan semua faktor geologi, rancang-bangun, operasional,
ekonomi, pemasaran, lingkungan, peraturan, dan faktor lain yang terkait secara
cukup rinci. Studi ini cukup memadai untuk dipergunakan sebagai landasan
pengambilan keputusan akhir oleh pemilik atau lembaga keuangan untuk
memulai/melanjutkan pekerjaan, atau membiayai, pengembangan properti yang
prospektif untuk produksi Mineral atau Minyak Bumi. Lihat juga Prastudi
Kelayakan.
Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk
menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk
analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang. (UU
Minerba)
3.29 Sumber Daya Mineral. Sebagaimana didefinisikan oleh CRIRSCO:, “suatu
konsentrasi atau munculnya bahan dari suatu hak/kepentingan ekonomi intrinsik
di dalam atau pada kerak bumi (suatu kandungan) dengan bentuk atau kuantitas
yang layak untuk dilakukan penambangan secara ekonomis. Lokasi, kuantitas,
tingkatan, karakteristik geologi dan kesinambungan dari suatu cadangan
Sumber Daya Mineral diketahui, diestimasi atau ditafsirkan dari kejadian
geologi khusus dan pengetahuan. Sumber Daya Mineral dibagi sesuai dengan
peningkatan bukti geologis, menjadi kategori terkira, terunjuk dan terukur.
Bagian kandungan yang tidak memiliki prospek yang memadai untuk dilakukan
penambangan secara ekonomis, tidak termasuk dalam Sumber Daya Mineral”.
The United Nations Framework Classification (UNFC) dengan cara yang sama
mendefinisikan suatu Sumber Daya Mineral dan anak cabang/sub-divisinya,
menerapkan sistem kode UNFC. Untuk kepentingan PPI ini, bahan
pertambangan/mineralisasi yang digolongkan ke dalam kategori UNFC’s G4
(” Reconnaissance Study atau survey tinjau”), tidak termasuk Sumber Daya
Mineral. Pilihan untuk mengadopsi UNFC atau definisi lain dari Sumber Daya
Mineral guna pelaporan keuangan publik atau penggunaan laporan sesuai
dengan undang-undang harus merekonsiliasikan Cadangan Mineral ke kategori
Cadangan Terkira/Terduga dan Terbukti dari CRIRSCO untuk tujuan
penelitian.
3.30 Sumber Daya Minyak Bumi. Untuk maksud PPI ini, sumber daya minyak bumi
hanya meliputi Cadangan Minyak Bumi dan potensi sumber daya. Potensi
Sumber Daya sebagaimana didefinisikan oleh Masyarakat Insinyur
Perminyakan (Society of Petroleum Engineers/SPE ) / Kongres Perminyakan
Dunia ( World Petroleum Congress/WPC ), yang tergabung dalam Asosiasi Ahli
Geologi Perminyakan Amerika ( the American Association of Petroleum
Geologist/AAPG ), adalah “kuantitas Minyak Bumi yang diantisipasi untuk
secara potensial dipulihkan daria akumulasi yang telah diketahui, tetapi bukan
untuk waktu sekarang dipertimbangkan untuk dapat dipulihkan kembali secara
komersial.
The United Nations Framework Classification (UNFC) dengan cara yang sama
mendefinisikan Cadangan Minyak Bumi dan subdivisinya, menerapkan sistem
kode UNFC. Untuk maksu PPI ini, akumulasi minyak bumi yang
diklasifikasikan dalam kategori UNFC G4’s (“ Potential Geological
Conditions”) tidak termasuk sebagai Cadangan Minyak Bumi.
p) Hasil dari setiap pendekatan dan metode penilaian yang digunakan haruslah
dibobotkan dan direkonsiliasi ke dalam kesimpulan opini nilai. Alasan-
alasan untuk memberikan bobot yang lebih tinggi kepada salah satu
pendekatan atau metode yang lainnya haruslah dicantumkan.
4.2 Kompetensi dan Ketidak berpihakan
a) Penilaian yang dilakukan berdasarkan PPI ini haruslah mengacu pada
ketentuan dari KEPI.
b) Untuk mengembangkan penilaian atas suatu aset Industri Pertambangan
atau hak/kepentingannya, penilai haruslah memiliki
kemampuan/kompetensi yang relevan dengan aset atau hak yang dinilai
atau menggunakan jasa tenaga ahli yang memadai.
c) Untuk menghasilkan penilaian yang dapat diandalkan dan akurat, biasanya
penilai membutuhkan adanya pelatihan khusus atau bantuan dari tenaga ahli
atau yang memiliki akreditasi di bidang geologi, estimasi sumber daya dan
cadangan, keteknikan, aspek ekonomi dan lingkungan hidup yang relevan
dengan jenis SDA serta lokasi geografisnya. Istilah tenaga ahli yang
didefinisikan menyangkut orang yang memiliki kompetensi (“ Competent
Person ”), “Penilai Independen” dan memenuhi per syaratan sesuai
ketentuan yang berlaku, apabila penggunaan dari laporan penilaian
berkaitan dengan pelaporan keuangan untuk publik/umum atau tujuan
lainnya yang diatur oleh regulasi.
d) Penilai di dalam menggunakan Kajian Teknis, data, atau opini yang
diperoleh, perlu melakukan verifikasi bahwa data-data tersebut dibuat oleh
tenaga ahli yang memiliki kualifikasi dan kredibilitas serta kompetensi.
4.3 Pertimbangan khusus untuk Penilaian Properti Industri Pertambangan
a) Setiap deposit Mineral, akumulasi Minyak Bumi dan Properti Eksplorasi
adalah unik. Oleh sebab itu, perbandingan langsung transaksi properti SDA
Mineral atau Minyak Bumi sering kali sulit atau tidak sesuai.
Bagaimanapun, analisis penjualan merupakan suatu alat penilaian yang
penting. Penyesuaian penjualan atau analisis rasio sering dapat diterapkan
untuk tujuan perbandingan penjualan secara tidak langsung. Analisis
penjualan dan analisis pasar lainnya dapat menghasilkan faktor-faktor pasar
seperti tingkat diskonto pasar, faktor resiko atau faktor ketidakpastianyang
bisa digunakan pada Pendekatan Pendapatan
b) Dalam suatu laporan penilaian untuk menghasilkan estimasi Nilai Pasar,
analisis penilaian harus berdasarkan pada bukti pasar, ekspektasi dan
persepsi pasar dari pelaku pasar terhadap properti yang dinilai, dan bukti
pasar tersebut haruslah diterapkan secara konsisten dalam analisis Penilai.
c) Metode paling umum dipakai dalam bisnis untuk pengambilan keputusan
investasi pada Industri Pertambangan adalah analisis nilai bersih masa kini
(NPV)/analisis arus kas diskonto (DCF). Penilai harus harus berhati-hati
bahwa metode tersebut dan metode lainnya, seperti metode yang
berdasarkan teori opsi, akan menghasilkan estimasi nilai yang bukan Nilai
Pasar melainkan Nilai Investasi ( Investment Value) atau Nilai dalam
Penggunaan (Value in Use), kecuali Penilai secara berhati-hati memastikan
diperolehnya estimasi Nilai Pasar. Jika Penilai melaporkan suatu estimasi
Nilai Pasar yang diperoleh dari suatu analisis, semua masukan dan asumsi
haruslah mencerminkan bukti pasar yang ada, ekspektasi dan persepsi dari
pelaku pasar, sesuai dengan PPI 09 – Analisa Discounted Cash Flow.
Penyimpangan dari persyaratan dan ketentuan analisis pada PPI 09 harus
dijelaskan.
d) Nilai Pasar dari properti dan bisnis SDA dari suatu Industri Pertambangan,
biasanya lebih atau kurang dari hasil penjumlahan dari nilai bagian-
bagiannya atau komponennya. Sebagai contohnya, Nilai Pasar dari suatu
bidang real estat yang dimiliki berdasarkan hak milik dan mengandung
cadangan Mineral, jarang merupakan penjumlahan dari masing-masing
nilai Mineral, permukaan tanah serta pabrik dan peralatannya. Keadaan
serupa terjadi pada industri Minyak Bumi.
e) Untuk properti SDA Industri Mineral/Bahan Tambang atau Minyak Bumi
yang menghasilkan, mungkin terjadi pemisahan hak kepemilikan atas
bagian komponen yang digunakan oleh perusahaan, seperti cadangan,
royalti, serta pabrik dan peralatannya. Penting bagi penilai untuk dapat
mengenali hak-hak tersebut dengan benar. Selain itu ada kemungkinan pula
Penilai diminta untuk melakukan penilaian atas hak/kepentingan setiap
kepemilikan secara terpisah.
f) Data penting yang digunakan dalam penilaian seharusnya sedapat mungkin
diverifikasi keakuratannya secara wajar. Hal ini mungkin termasuk kajian
selektif terhadap informasi lubang pengeboran, contoh ( sample), dan data
analitis yang terkait dengan properti SDA yang dinilai, dan konfirmasi dari
informasi yang dipublikasi mengenai transaksi properti yang sejenis.
g) Apabila terdapat lebih dari satu estimasi kuantitas dan kualitas dari sumber
daya dan cadangan atas properti SDA yang dinilai, Penilai harus
menentukan estimasi yang dianggap paling wajar untuk diungkapkan dan
dibahas, dan estimasi yang digunakan sebagai basis pada proses Penilaian,
serta harus dijelaskan alasannya. Pembahasan kritis terhadap estimasi
alternatif dapat disampaikan dalam Laporan Penilaian.
h) Penilai seharusnya mempertimbangkan dan membuat rujukan pada hal-hal
yang berdampak signifikan terhadap penilaian. Bergantung pada jenis
properti dan hak yang dinilai, hal-hal tersebut meliputi:
1. Status penguasaan, hak dan kepentingan lain;
2. Seluruh deposit Mineral/Bahan Tambang atau Minyak Bumi dalam
batas-batas pengusaan atau hak;
3. Jalur pemasaran serta kualitas dan kuantitas produk yang dapat dijual;
4. Sarana dan prasarana infrastruktur, ketetapan bea cukai, biaya dan
kewajiban-kewajiban terkait lainnya;
5. Kajian lingkungan dan kewajiban pemulihan;
6. Setiap aspek hak kepemilikan adat setempat;
7. Modal dan biaya operasi;
8. Penjadwalan dan penyelesaian proyek;
9. Perkiraan nilai sisa;
10. Kesepakatan/perjanjian penting dan persyaratan undang-
undang/perijinan yang sah;
11. Perpajakan dan royalti;
12. Keterbukaan kewajiban dan keuangan;
13. Biaya rehabilitasi tapak, reklamasi dan penutupan;
14. Aspek penting lainnya yang berpengaruh signifikan terhadap penilaian
4.4 Pengungkapan dalam Laporan Penilaian Properti Industri Pertambangan
a) Laporan penilaian seharusnya mengidentifikasikan secara memadai jenis
properti, hak/kepentingan properti properti secara spesifik dan hak-hak
terkait yang dinilai seperti diatur dalam SPI 105.
b) Laporan penilaian harus mengungkapkan status Penilai termasuk bila
memperoleh bantuan tenaga ahli dalam kaitannya dengan suatu penugasan
(lihat SPI 103 butir 5.3.a).1).
c) Laporan penilaian harus didukung dengan pengungkapan peraturan, standar
atau ketentuan praktek yang relevand an dapat diterapkanpada penilaian
dan Kajian Teknis yang menunjang. Semua estimasi sumber daya atau
cadangan mineral/bahan tambang atau minyak bumi yang dinyatakan pada
laporan penilaian atau Kajian Teknis yang mendukung, harus sesuai dengan
definisi yang diberikan di bagian 3 di atas, dan sistem penggolongan yang
mengacu pada defenisi tersebut, kecuali jika terdapat masalah jurisdiksi
hukum atau alasan wajar lain yang diungkapkan.
d) Apabila sesuai dan memungkinkan, peta, kajian geologi, diagram dan foto
seharusnya dimasukkan dalam laporan penilaian untuk membantu
pengkomunikasian informasi. Informasi teknis yang relevan mendukung
penilaian properti SDA, termasuk estimasi sumber daya dan cadangan yang
dinilai, seharusnya diungkapkan dan dibahas dalam suatu Kajian Teknis.
e) Laporan penilaian seharusnya mengungkapkan apakah pemberi tugas, atau
pemilik aset atau pengelola operasionalnya telak memberikan pernyataan
bahwa semua data dan informasi yang tersedia dan relevan dengan
penilaian, yang diminta oleh Penilai, telah diberikan kepada Penilai.
1.0 Pendahuluan
1.1 Tujuan PPI 07 ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan konsistensi dari
penilaian Personal Properti denii kepentingan pengguna jasa penilaian Personal
Properti.
1.2 Penilaian Personal Properti pada umumnya diperoleh dan dilakukan dengan
Nilai Pasar Sebagai Dasar Nilai, dengan menerapkan SPI 101. Apabila
digunakan Dasar Nilai Selain Nilai Pasar, diterapkan SPI 102, dengan
pengungkapan dan penjelasan yang sesuai.
1.3 Dalam beberapa terminologi tertentu mungkin mempunyai definisi yang
berbeda, dan metode yang dipergunakan dapat berbeda, namun dalam hal teori,
konsep, dan proses yang diterapkan dalam penilaian Personal Properti pada
dasarnya sama dengan jenis penilaian yang lain. Bila terminologi yang
mempunyai arti berbeda digunakan, maka perbedaan tersebut harus
diiungkapkan. Dalam pedoman ini diterapkan definisi penting yang digunakan
dalam Penilaian Personal Properti.
1.4 Para Penilai dan Pengguna Jasa penilaian harus memiliki pemahoman mengenai
komponen pasar yang sesuai dengan Nilai Pasar Personal Properti.
Salah satu contoh dari perbedaan tersebut adalah Nilai Pasar properti yang dijual
melalui lelang akan berbeda dengan properti yang dijual atau diperoleh secara
pribadi dimana harga yang dinegosiasikon tidak diungkapkan. Contoh lain
adalah Nilai Pasar Personal Properti yang dijual secara grosir berbeda dengan
Nilai Pasar dad properti yang sama tetapi dijual secara eceran.
3.0 Definisi
3.1 Analisis Discounted Cash Flow (DCF) merupakan suatu teknik pembuatan
model keuangan yang didasarkan pada asumsi prospek arus kas suatu
properti/aset. Sebagai metode yang dapat diterima dalam pendekatan
Pendapatan, analisis DCF melibatkan proyeksi arus kas untuk suatu periode
baik untuk menilai properti operasional, properti dalam pengembangan atau
bisnis. Proyeksi arus kas tesebut memerlukan parameter tingkat diskonto yang
berlaku saat ini untuk mendapatkan indikasi nilai kini dari arus kas dalam
kaitannya dengan properti atau bisnis. Dalam hal penilaian properti
operasional, arus kas secara berkala pada umumnya diestimasikan sebagai
pendapatan kotor dikurangi kekosongan dan piutang tak tertagih, serta biaya
operasional. Pendapatan operasional bersih dalam suatu periode bersama
dengan estimasi nilai akhir (terminal value/exit value) pada akhir periode
proyeksi, yang kemudian didiskontokan. Dalam hal penilaian properti dalam
pengembangan, estimasi modal, biaya pengembangan dan pendapatan
penjualan diestimasikan untuk mencapai sejumlah pendapatan bersih yang
kemudian didiskonto selama periode pengembangan dan periode pemasaran.
Dalam hal penilaian bisnis, estimasi arus kas dalam suatu periode dan nilai dari
bisnis, estimasi arus kas dalam suatu periode dan nilai dari bisnis pada akhir
periode proyeksi, didiskontokan. Aplikasi analisis DCF yang paling sering
digunakan adalah Nilai Kini ( Present Value), Nilai Kini Bersih (Net Present
Value) dan Tingkat Pengembalian Internal ( Internal Rate of Return ) dari arus
kas.
3.2 Analisis Investasi adalah suatu kajian yang dilakukan untuk pengembangan
dan investasi, evaluasi kinerja investasi atau analisis transaksi yang melibatkan
suatu bisnis atau properti investasi. Analisis investasi sering disebut sebagai
Studi Kelayakan, analisis pasar atau analisis marketabilitas atau studi proyeksi
keuangan.
3.3 Informasi Keuangan Prospektif (IKP). Proyeksi data finansial yang digunakan
untuk mengestimasi arus kas dalam DCF model.
3.4 Model keuangan. Merupakan sebuah proyeksi pendapatan arus kas berkala
atas suatu bisnis atau properti sebagai dasar ukuran perhitungan pengembalian
keuangan. Proyeksi pendapatan atau Proyeksi arus kas disajikan melalui model
keuangan yang mempertimbangkan hubungan historis antara pendapatan,
biaya, dan pengeluaran modal serta proyeksi dari variabel tersebut. Model
keuangan juga digunakan sebagai perangkat manajemen untuk menguji
ekspektasi kinerja properti, untuk mengukur integritas dan stabilitas model
DCF atau sebagai metode untuk membuat replika langkah-langkah yang
diambil investor dalam membuat keputusan yang melibatkan penjualan ,
pembelian atau masa kepemilikan dari suatu properti atau bisnis.
3.5 Nilai Kini Bersih ( Net Present Value-NPV) adalah ukuran selisih antara
pendapatan atau arus kas masuk dengan biaya atau arus kas keluar yang telah
didiskonto dengan tingkat diskonto yang sesuai, dalam analisis DCF. Jika
penilaian dilakukan untuk memperoleh Nilai Pasar, maka penerimaan,
pengeluaran dan tingkat diskonto diperoleh dari data pasar yang berlaku saat
ini. NPV yang dihasilkan harus menjadi indikasi Nilai Pasar bagi Pendekatan
Pendapatan.
3.6 Tingkat Diskonto adalah tingkat pengembalian yang digunakan untuk
mengkonversikan jumlah arus kas yang harus dikeluarkan atau diterima di
masa yang akan datang menjadi nilai kini. Secara teori, tingkat diskonto harus
merefleksikan ‘opportunity cost ’ dari modal, yaitu tingkat pengembalian
modal yang dapat diperoleh atau dihasilkan apabila ditempatkan untuk
penggunaan lain dengan resiko yang sama.
3.7 Tingkat Pengembalian Awal ( Intial Yield ). Pendapatan awal dari suatu
investasi dibagi dengan harga yang dibayarkan untuk investasi yang
dinyatakan dalam bentuk prosentase.
3.8 Tingkat Pengembalian Internal ( Internal Rate of Return-IRR) merupakan
tingkat diskonto dimana nilai kini dari arus suatu proyek adalah sama dengan
nilai kini dari investasi modal ( capital investment ). Tingkat pengembalian
tersebut adalah tingkat dimana Nilai Kini Bersih (Net Present Value) sama
dengan nol. IRR mencerminkan baik pengembalian modal yang diinvestasikan
maupun pengembalian investasi awal, sebagai dasar pertimbangan bagi
investor potensial. Oleh karena itu, penentuan IRR dari analisis transaksi pasar
terhadap properti/bisnis yang sejenis yang memiliki pola pendapatan yang
sebanding merupakan suatu metode yang sesuai dalam menentukan tingkat
diskonto pasar dalam penilaian untuk mendapatkan Nilai Pasar.
e) Perkiraan arus kas dapat berupa nilai nominal, yaitu arus kas yang
mencerminkan dampak dari perubahan harga yang diharapkan karena
faktor inflasi dari waktu ke waktu, atau dapat berupa nilai riil, yaitu
dengan penyesuaian yang dibuat untuk menghilangkan efek dari
perubahan harga tersebut. Arus kas juga dapat arus kas sebelum pajak atau
setelah pajak. Pilihannya akan tergantung pada tujuan penelitian, data
yang tersedia, dn praktik pasar untuk jenis aset atau bisnis yang sedang
dinilai.
f) Karena IKP untuk bisnis didasarkan pada data akuntansi, penyesuaian
mungkin diperlukan untuk merekonsiliasi laba menjadi arus kas. Beban
non kas, seperti depresiasi dan amortisasi ditambahkan kembali dan arus
kas keluar yang berkaitan dengan pembelanjaan modal atau perubahan
pada modal kerja dikeluarkan untuk merubah laba menjadi arus kas.
4.5 Tingkat Diskonto
a) Tingkat diskonto yang sesuai harus diterapkan pada arus kas. Apabila
frekuensi titik waktu yang dipilih adalah kuartalan, maka tingkat diskonto
harus merupakan angka kuartalan efektif dan bukan angka nominal.
Karenasetiap periode waktu dalam arus kas pada kenyataannya dimulai
dari titik waktu, Penilai harus berusaha menempatkan arus kas pada titik
waktu yang tepat dalam proyeksi arus kas. Seringkali frekuensi arus kas
ditentukan oelh titik waktu dimana sewa diperoleh. Apabila kejadian yang
lain terjadi dengan frekuensi yang lebih sering, Penilai harus memutuskan
apakah akan dimasukan pada titik waktu sebelum atau setelah kejadian
tersebut sebenarnya terjadi. Pengeluaran/biaya mungkin ditempatkan
pada titik waktu akuntansi dan bukan pada saat kejadian tersebut terjadi.
Solusi yang paling tepat adalah memiliki frekuensi arus kas yang sesuai
dengan waktu terjadinya aspek yang peling sering terjadi dari arus kas
periodik.
b) Periode awal (interval waktu) dari arus kas bisnis atau real properti disebut
sebagai periode 0 dan periode ini tidak didiskontokan. Seluruh arus kas
masuk dan keluar diharapkan terjadi dalam periode waktu ini seharusnya
dimasukkan dalam periode 0. Pendapatan bersih atau biaya dapat
ditempatkan dalam periode 0 dan seharusnya dimasukkan dalam periode
ini jika penerimaan atau pengeluaran tunai terjadi dalam periodeini.
Sebagai contoh, banyak properti investasi menerima pendapatan secara
bulanan. Karenanya, apabila digunakan interval tahunan, pendapatan
bersih yang diterima d ditahun awal harus ditempatkan dalam periode 0,
mengabaikan apakah periode kalkulasi yang diambil berada di awal atau
akhir.
c) Tingkat diskonto harus mencerminkan tidak hanya nilai waktu dari uang,
namun juga risiko yang terkait dengan operasional aset dan bisnis di masa
depan.
d) Tingkat diskonto yang digunakan tergantung dari dasar nilai yang
diperlukan. Jika tujuan dari penilaian adalah untuk mengestimasi nilai
pasar, tingkat diskonto harus mencerminkan risiko dari sisi pelaku pasar.
Jika tujuannya adalah untuk mengestimasi nilai investasi, tingkat diskonto
tersebut harus mencerminkan target tingkat pengembalian dari suatu
investor tertentu dengan memperhatikan risiko yang melekat pada aset.
e) Tingkat diskonto yang digunakan harus mencerminkan sifat dari arus kas.
Sebagai contoh, tingkat diskonto yang mencerminkan ekspektasi
kegagalan pencapaian di masa depan adalah tepat jika menggunakan arus
kontraktual atau arus kas dengan asumsi paling mungkin untuk dicapai
(most likely). Tingkat diskonto tersebut dapat dibandingkan dengan
tingkat pengembalian untuk aset atau kewajiban pembanding yang
diperdagangkan di pasar, dimana arus kas yang diproyeksikan akan
dinyatakan atas dasar yang sama dengan aset/kewajiban pembanding.
Tingkat diskonto yang sama tidak dapat diterapkan jika menggunakan
arus kas model probabilitas tertimbang karena model arus kas probabilitas
tertimbang telah mencerminkan asumsi-asumsi mengenai risiko
kegagalan pencapaian di masa depan; untuk arus kas model tersebut,
tingkat diskonto yang sepadan dengan risiko yang melekat pada arus kas
yang lebih tepat untuk digunakan. Tingkat diskonto ini dapat diturunkan
dari model asset-pricing yang menghasilkan tingkat pengembalian yang
diharapkan, yang mencerminkan berbagai hasil kemungkinan.
f) Entitas Bisnis
1. Untuk entitas bisnis, arus kas biasanya didiskontokan baik dengan
menggunakan biaya rata-rata modal tertimbang (WACC) atau biaya
ekuitas. FCFF didiskontokan dengan menggunakan WACC untuk
sampai pada nilai perusahaan untuk bisnis. WACC mencerminkan
struktur kapital yang optimal dan bukan struktur pembelanjaan yang
aktual, mungkin diperlukan penyesuaian dari angka yang aktual
untuk mendapatkan struktur kapital yang optimal. Sebagai alternatif,
biaya ekuitas untuk bisnis. Nilai ekuitas mencerminkan nial yang
menjadi hak pemegang saham. Sebagai alternatif, untuk
menghasilkan nilai ekuitatas, utang bersih harus dikurangkan dari
nilai perusahaan.
2. WACC adalah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pelaku
pasar yang ingin berinvestasi dengan menginvestasikan dalam bentuk
utang dan ekuitas, yaitu:
WACC = Ke *(E/(D+E)) + Kd * (1-T) * (D/(D+E)
Di mana:
Ke = biaya ekuitas;
E = nilai pasar dan ekuitas;
Kd = biaya utang;
D = nilai pasar dari utang; dan
T = tarif pajak perusahaan
3. Biaya ekuitas merepresetasikan tingkat pengembalian ekuitas yang
diharapkan oleh investor. Biaya ekuitas tidak mudah diamati di pasar.
Terdapat beberapa model untuk mengestimasikan biaya ekuitas
dengan metode yang paling umum yaitu menggunakan satu atau lebih
variasi dari Capital Asset Pricing Model (CAPM). berdasarkan
CAMP, biaya ekuitas dihitung sebagai berikut:
Ke = Rf + β* ( Rm – Rf) + α
Di mana :
Rf = tingkat balikan bebas resiko – tingkat pengembalian saat ini
untuk aset bebas resiko;
Rm = tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pasar;
(Rm-Rf) = premi risiko di atas ringkat balikan bebas risiko yang
diperoleh dari por tofolio yang terdiri dari seluruh aset di ‘pasar’;
β = faktor beta, menjadi ukuran risiko sistematik (atau tidak
terdiversifikasi) dari aset tertentu relatif terhadap risiko potofolio
yang terdiri dari aset yang berisiko; dan
α = faktor alpha, menjadi risiko spesifik perusahaan (yaitu) yang
mungkin mencerminkan jenis properti, perusahaan dan premi
resiko lainnya)
4. Lihat SPI 330 mengenai ketentuan penetapan tingkat diskonto untuk
penilaian bisnis
5. Untuk menentukan tingkat diskonto dan kapitalisasi akhir, Penilai
menggunkan beberapa sumber data dan informasi real estat dan pasar
modal. Sebagai tambahan untuk data pendapatan dan penjualan dari
properti atau bisnis pembanding, survey mengenai opino investor dan
tingkat pengembalian berguna dalam pemilihan tingkat diskonto
dengan asumsi pasar untuk properti yang dinilai konsisten dengan
pasar dari properti yang dibeli oleh investor yang menjadi data
survey.
g) Entitas Real Properti
1. Sebuah kepentingan pada real properti dapat, dan lebih sering
ditransfer secara independen oleh entitas pemiliknya. Pada pasar aktif
biasanya terdapat data yang memadai, baik dari analisis transaksi atau
data survei untuk mengetahui tingkat diskonto yang dibutuhkan oleh
pemain pasar setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti kualitas
bangunan, kualitas penyewa dan lama waktu dan ketentuan sewa
lainnya, dimana terdapat data yang cukup terpercaya untuk
menentukan sebuiah tingkat diskonto. Tingkat diskonto dapat
diperkirakan dengan menggunakan metode “ build-up”.
2. Metode build-up melibatkan penentuan tingkat balikan bebas resiko
yang tepat, biasannya didasarkan pada obligasi pemerintah dengan
jangka waktu yang panjang untuk dianggap sebagai risiko spesifik
aset. Premi risiko untuk mencerminbkan risiko pasar dan risiko
spesifik aset. Premi risiko untuk real properti tersebut akan
mencerminkan faktor-faktor seperti risiko investasi yang
berhubungan dangan pasar real properti dibandingkan dengan suatu
investasi bebas risiko dan risiko spesifik untuk suatu properti atau
kepemilikan properti tertentu. Yang terakhir, biasanya akan
mencakup perkembangan atas tingkat kepastian dari jadwal
perubahan arus kas di masa depan. Faktor-faktor seperti kualitas
bangunan dan lokasinya, kualitas penyewa dan ketentuan sewa-
menyewa yang berdampak terhadap premi.
4.6 Nilai Terminal
a) Pemilihan metode kalkulasi Nilai Akhir/Terminal Value/ Exit Value
tergantung kepada praktek dari pasar properti/ bisnis yang dinilai,
(termination date ). Penilai harus merefleksikan praktek pasar ini dan
mengungkapkan secara menyeluruh metode yang dipilih dan
penerapannya. Nilai pasar dipahami sebagai nilai kini dari manfaat
kepemilikan di masa depan. Sehingga, untuk properti investasi, hal ini
berarti arus kas/nilai pada titik waktu dari penilaian pada saat penjualan
(atau tergantung dari metode yang diambil, setelah tanggal nilai akhir
/terminal value) seharusnya digunakan dan bukan angka pada periode
sebelumnya . Nilai Akhir/ Terminal Value/ Exit Value dapat didasarkan
kepada proyeksi dari pendapatan bersih untuk tahun setelah tahun
berakhir dalam analisis DCF.
b) Sebagaimana komponen lainnya dalam analisis DCF, tingkat diskonto
seharusnya merefleksikan data pasar, yaitu tingkat diskonto yang
ditentukan berdasarkan pasar. Tingkat diskonto seharusnya dipilih dari
properti atau bisnis pembanding di pasar. Agar sebanding, maka
pendapatan, biaya, resiko, inflasi, tingkat pengembalian riil dan proyeksi
pendapatan dari properti / bisnis pembanding harus sama dengan properti
/bisnis yang dinilai.
c) Untuk aset atau bisnis yang diperkirakan akan terus berjalan melampaui
periode proyeksi eksplisit, perlu untuk menentukan nilai berkelanjutan
dari asset atau bisnis pada akhir periode proyeksi eksplisit. Dalam
menghitung nilai terminal ini, harus diperhatikan potensi asset atau bisnis
di akhir periode proyeksi eksplisit. Jika metode DCF yang digunakan
untuk memperkirakan Nilai Pasar, nilai kekal dapat disamakan dengan
harga yang akan diperoleh dalam penjualan hipotesis asset atau bisnis di
akhir periode proyeksi. Untuk mengestimasi nilai invetasi, nilai kekas
akan mencerminkan nilai bagi entitas untuk terus memiliki asset setelah
akhir periode proyeksi. Dalam beberapa keadaan, nilai terminal dapat
merupakan suatu jumlah tertentu yang telah ditetapkan seperti misalnya
suatu penerimaan yang telah ditetapkan kontrak.
d) Nilai terminal dapat dihitung dengan menggunakan teknik seperti
menerapkan faktor kapitalisai terhadap arus kas di masa segera setelah
akhir periode eksplisit atau dengan menggunakan model pertumbuhan
konstan. Teknik pertama biasanya digunakan untuk menilai investasi
properti, yang kedua untuk menilai bisnis. Nilai terminal juga dapat
diperoleh dengan pendekatan penilaian lain, seperti Pendekatan Pasar
menggunakan exit multiple (angka ini bukan merupakan valuation
multiple saat ini yang diperoleh dari data pasar pada tanggal penilaian,
tetapi valuation multiple untuk di masa depan – forward valuation
multiple , yang telah disesuaikan jika diperlukan).
e) Metode faktor kapitalisasi yang digunakan untuk memperoleh nilai
terminal untuk real properti biasanya diterapkan sebagai berikiut:
Nilai Terminal = (NRn) x faktor kapitalisasi
Dimana :
NRn = jumlah pendapatan sewa bersih pada tahun terakhir periode
proyeksi eksplisit
f) Metode pertumbuhan konstan yang digunakan untuk memperoleh nilai
terminal bisnis mengasumsikan bahwa bisnis tumbuh dengan tingkat yang
konstan selamanya. Dihitung dari arus kas yang telah dinormalisasi, yaitu
arus kas bersih dari perusahaan yang telah mencapai tahap pertumbuhan
stabil. Rumus yang digunakan adalah:
Nilai Terminal = (FCFn * (1 + g)) / (r-g)
dimana:
FCFn = arus kas bebas tahun akhir periode proyeksi eksplisit
g = tingkat pertumbuhan periode kekal
r = tingkat diskonto (WACC atau biaya ekuitas – Ke)
g) Perlu perimbangan bahwa nilai terminal untuk beberapa aset mungkin
memiliki sedikit atau tidak ada hubungan dengan arus kas periode-periode
sebelumnya, sebagai contoh adalah suatu aset yang memiliki jumlah atau
masa manfaat terbatas seperti suatu tambang atau sumur minyak.
h) Nilai terminal yang ditentukan pada akhir periode proyeksi eksplisit
kemudian didiskontokan kembali ke tanggal penilaian menggunakan
tingkat diskonto yang sama dengan yang diterapkan kepeda proyeksi arus
kas, kecuali jika risikonya dianggap berbeda dengan risiko untuk periode
proyeksi eksplisit.
i) Jika periode proyeksi adalah pendek, maka perhitungan nilai kekal
menjadi lebih menentukan karena akan mewakili proporsi yang lebih
tinggi dari nilai saat ini. Untuk kasus ini diperlukan tambahan kehati-
hatian untuk memastikan bahwa asumsi-asumsi yang dibuat dalam
menyusun arus kas yang digunakan untuk menghitung nilai terminal
sudah sesuai dan bahwa tidak ada kemungkinan perubahan yang terjadi
yang akan tercermin lebih baik dengan memperpanbjang periode proyeksi
untuk memungkinkan perubahan tercermin secara eksplisit.
4.7 Dasar Nilai Yang Digunakan
Lelang Noneksekusi Lelang Noneksekusi Sukarela adalah Lelang atas Barang PPI 05
Sukarela milik swasta, perorangan atau badan hukum/badan usaha Butir 2.13
yang dilelang secara sukarela (Pasal 1 butir 6).
Level Penilaian Level Penilaian ( Assesment Level) adalah total rasio PPI 13
( Assesment Level) antara hasil penilaian dengan indikasi nilai pasar properti. Butir 3.6
Loan Risk Agreement Loan Risk Agreement adalah Pemberian pinjaman PPI 06
kepada Pertamina untuk membiayai kegiatan mencari Butir 3.12
dan memproduksi minyak di wilayah tertentu. Pertamina
akan nanti membayar pokok plus bunga dalam bentuk
minyak.
Mean (rata-rata Mean (rata-rata hitung) adalah total nilai dari seluruh PPI 13
hitung) observasi dibagi dengan jumlah observasi. Butir 3.7
Median (nilai tengah) Median (nilai tengah) adalah nilai tengah dari sebuah PPI 13
distribusi frekuensi. Nilai ini berhubungan dengan posisi Butir 3.8
sentral yang dimilikinya dalam sebuah distribusi.
Mesin dan Peralatan Mesin dan Peralatan adalah aset berwujud selain dari PPI 07
"realty ", dimana; Butir 3.3
a) Dimiliki suatu entitas untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan
b) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari 1
periode.
Mineral Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di PPI 06
alam yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta Butir 3.19
susunan kristal teratur atau gabungannya yang
memberntuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
Minyak Bumi Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa PPI 06
hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur Butir 3.21
atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin
mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari
proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau
endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang
diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan
kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi.
Model Penilaian Model Penilaian adalah sebuah representasi dari sebuah PPI 13
persamaan yang menjelaskan hubungan antara nilai atau Butir 3.10
estimasi harga jual dan variabel-variabel yang
menggambarkan bekerjanya kekuatan penawaran dan
permintaan pada pasar real estat.
Nilai Kini Bersih Nilai Kini Bersih ( Net Present Value-NPV ) adalah PPI 09
( Net Present Value- ukuran selisih antara pendapatan atau arus kas masuk Butir 3.5
NPV ) dengan biaya atau arus kas keluar yang telah didiskonto
denggn tingkat diskonto yang sesuai, dalam analisis
DCF. Jika penilaian dilakukan untuk memperoleh Nilai
Pasar, maka penerimaan, pengeluaran dan tingkat
diskonto diperoleh dari data pasar yang berlaku saat ini.
NPV yang dihasilkan harus menjadi indikasi Nilai Pasar
bagi pendekatan pendapatan.
Nilai Likuidasi Nilai Likuidasi adalah sejumlah uang yang mungkin PPI 05
diterima dari penjualan suatu aset dalam jangka waktu Butir 2.4
yang relatif pendek untuk dapat memenuhi jangka waktu
pemasaran dalam definisi Nilai Pasar. Pada beberapa
situasi, Nilai Likuidasi dapat melibatkan penjual yang
tidak berminat menjual, dan pembeli yang membeli
dengan mengetahui situasi yang tidak menguntungkan
penjual (SPI 102-3.5).
Nilai Limit Nilai Limit adalah harga minimal barang yang akan PPI 05
dilelang dan ditetapkan oleh Penjual (Pasal 1 butir 28) Butir 2.14
Nilai Pasar Nilai Pasar; didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang PPI 04
yang dapat diperoleh dari hasil penukaran suatu aset atau Butir 3.5
liabilitas pada tanggal penilaian, antara pembeli yang
berminat membeli dengan penjual yang berminat
menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang
pemasarannya dilakukan secara layak, di mana kedua
pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman
yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan (SPI
101 3.1)
Nilai Pasar Nilai Pasar; didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang PPI 05
yang dapat diperoleh dari hasil penukaran suatu aset atau Butir 2.5
liabilitas pada tanggal penilaian, antara pembeli yang
berminat membeli dengan penjual yang berminat
menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang
pemasarannya dilakukan secara layak, di mana kedua
pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman
yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan (SPI
101 3.1)
Nilai Penggabungan Nilai Penggabungan. Nilai lebih yang dihasilkan karena PPI 02
adanya penggabungan dua atau lebih kepentingan pada Butir 3.8
properti, melebihi penjumlahan nilai dari kedua
kepentingan tersebut.
Nilai Penggantian Nilai Penggantian Wajar; adalah nilai untuk kepentingan PPI 04
Wajar pemilik yang didasarkan kepada kesetaraan dengan Nilai Butir 3.4
Pasar atas suatu Properti, dengan memperhatikan unsur
luar biasa berupa kerugian non fisik yang diakibatkan
adanya pengambilalihan hak atas Properti dimaksud (SPI
102-3.10).
Pakar Teknis pada Pakar Teknis pada Industri Pertambangan (dalam PPI ini PPI 06
Industri selanjutnya disebut Pakar Teknis). Seseorang yang Butir 3.24
Pertambangan (dalam bertanggungjawab atas seluruh atau sebagian dari Kajian
PPI ini selanjutnya Teknis yang mendukung suatu Penilaian atas Industri
disebut Pakar Teknis) Pertambangan. Seorang Pakar Teknis harus mempunyai
pengalaman yang memadai sesuai dengan bidangnya dan
apabila diperlukan oleh undang-undang atau peraturan,
harus menjadi anggota atau mempunyai ijin dari suatu
lembaga profesional yang diakui dan berwenang
memberikan sanksi atau ijin kepada anggotanya. Seorang
spesialis terakreditasi tidak boleh mengambil alih
tanggungjawab untuk seluruh atau sebagian dari satu
Kajian Teknis apabila bukan Pakar Teknis.
Panas Bumi Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung PPI 06
di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral Butir 3.23
ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya
tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi
dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses
penambangan.
Pemanfatan tertinggi Pemanfatan tertinggi dan terbaik ( Higest and Best Use) PPI 04
dan terbaik ( Higest yang selanjutnya disebut HBU, didefinisikan sebagai Butir 3.7
and Best Use) yang penggunaan yang paling mungkin dan optimal dari suatu
selanjutnya disebut aset, yang secara fisik dimungkinkan, telah
HBU dipertimbangkan secara memadai, secara hukum
diizinkan, secara finansial layak, dan menghasilkan nilai
tertinggi dari aser tersebut. (KPUP -12.1).
Pendekatan Biaya Pendekatan Biaya untuk Menilai Karya Seni ( Cost PPI 07
untuk Menilai Karya Approach for Valuing Fine Art ). Pendekatan berdasarkan Butir 3.7
Seni (Cost Approach perbandingan terhadap nilai karya seni yang dianggap
for Valuing Fine Art ) sebagai pengganti untuk pembelian karya seni tertentu,
dapat merupakan karya seni yang setara untuk
menggantikan karya seni yang asli.
Penggantian Baru Penggantian Baru atas Karya Lama merupakan estimasi PPI 07
atas Karya Lama biaya pembelian barang yang sama atau jika tidak Butir 3.7
(new for old ) memungkinkan, suatu barang seni yang serupa/setara Poin a
dalam kondisi baru di pasaran retail.
Penilaian Massal Penilaian Massal adalah sistem penilaian yang sistematis PPI 03
pada sekelompok properti/aset individual berdasarkan Butir 3.11
data yang ada menggunakan prosedur-prosedur standar
serta diuji secara statistik.
Perabotan dan Perabotan dan Peralatan Lain merupakan istilah yang PPI 07
Peralatan Lain umum digunakan untuk menyatakan Personal Properti Butir 3.12
(Furniture, Fixtures berwujud termasuk perlengkapan dagang dan
and Equipment) pengembangan oleh penyewa. Lihat juga Personal
Properti.
Peta Kadaster Peta Kadaster adalah peta yang menampilkan batas-batas PPI 13
kepemilikan properti dan menampilkan ukuran masing- Butir 3.14
masing bidang berikut informasi terkait, termasuk batas
wilayah administrasi.
Peta tematik (khusus) Peta tematik (khusus), adalah peta dengan subyek-subyek PPI 13
tertentu yang dibuat secara khusus dengan tema tertentu. Butir 3.15
Potensi Keuntungan Potensi Keuntungan yang Memadai. Apabila aset dinilai PPI 08
yang Memadai berdasarkan Biaya Pengganti Terdepresiasi, pengujian Butir 3.6
potensi keuntungan yang memadai suatu entitas dapat
memastikan tercapainya kesimpulan dari Biaya
Pengganti Terdepresiasi.
Properti dengan Kategori real properti tertentu, yang dirancang untuk PPI 03
Bisnis Khusus (PBK) jenis bisnis khusus, yang biasanya diperjualbelikan di Butir 3.5
pasar sesuai dengan potensi usahanya.
Properti Khusus Properti Khusus. Properti yang jarang terjadi kalaupun PPI 08
pernah/ada dijual di pasar, kecuali sebagai penjualan Butir 3.8
usaha atau sebagai bagian dari entitas. Keunikan muncul
dari sifat dan desain khusus, konfigurasi, ukuran, lokasi
atau kombinasinya.
Rasio Penilaian Rasio Penilalan ( Assesment Ratio) adalah rasio dari nilai PPI 13
( Assesment Ratio) yang ditetapkan yang dapat menjadi indikator nilai pasar, Butir 3.16
atau dalam arti lebih luas adalah estimasi hubungan
fraksional antara suatu penilaian dengan indikasi nilai
pasar dari sekelompok properti.
Royalti atau Hak atas Royalti atau Hak atas Royalti (" Royalty Interest ") di PPI 06
Royalti (" Royalty Industri Pertambangan. Bagian untuk pemilik Butir 3.27
Interest ") di Industri tanah atau pemberi sewa (pihak yang menyewakan) dari
Pertambangan suatu produksi, dalam bentuk uang atau produk, tanpa
pembebanan biaya produksi. " Overriding Royalty"
adalah suatu bagian dari bahan tambang atau minyak
bumi yang diproduksi, tanpa pembebanan biaya
produksi, dibayarkan ke pihak selain dari pemberi sewa
yang melebihi dan di afas royalti bagi pemberi sewa.
Usaha pertambangan sesuai peraturan perundangan dapat
dilakukan oleh badan usaha atau perorangan, setelah
memperoleh izin yang dapat dibedakan sebagai berikut.
a) Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi
b) IUP Operasi Produksi
c) Izin Pertambangan Rakyat (IPR)
d) IUPK Operasi Produksi, dan
e) IUPK Pengangkutan dan Penjualan
Rugi Penurunan Nilai Rugi Penurunan Nilai ( Impairment Loss). Selisih dari PPI 08
( Impairment Loss) jumlah tercatat suatu aset dengan jumlah yang dapat Butir 3.9
diperoleh kembali dari aset tersebut (PSAK 16 butir 6).
Sewa Induk Sewa Induk ( Headlease, Master Lease). Sewa kepada PPI 02
( Headlease, Master entitas tunggal yang dimaksudkan sebagai penyewa Butir 3.10
Lease) utama yang kemudian akan menyewakan kembali kepada
pihak lainnya.
Sewa Kontraktual Sewa Kontraktual (Passing Rent atau Contract Rent ). PPI 02
(Passing Rent atau Sewa yang didasarkan kepada perjanjian sewa yang ada; Butir 3.6
Contract Rent) meskipun sewa kontraktual mungkin sama dengan Sewa Poin a
Pasar, dalam prakteknya dapat berbeda secara
substansial, terutama untuk sewa yang sudah lama
dengan harga sewa yang tetap.
Sewa Pasar Sewa Pasar adalah estimasi sejumlah uang yang dapat PPI 02
diperoleh dari hasil transaksi sewa atas hak kepemilikan Butir 3.6
real properti pada tanggal penilaian antara pemilik yang Poin c
berkeinginan menyewakan dan penyewa yang
berkeinginan menyewa pada persyaratan sewa menyewa
yang wajar dan merupakan transaksi bebas ikatan, setelah
pemasaran secara layak sesuai dan dimana kedua pihak
masing-masing bertindak dasar atas pemahaman yang
dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan.
Sewa Tanah (Ground Sewa Tanah (Ground Lease). Pada umumnya sewa tanah PPI 02
Lease) jangka panjang dengan penyewa diijinkan untuk Butir 3.11
membangun di atas tanah dan menikmati manfaat selama
waktu sewa.