Anda di halaman 1dari 2

Selamat pagi dan apa kabar?

Aku tulis catatan ini di pagi hari, karenanya kuucapkan selamat


pagi padamu kawan. Entah , apakah kamu membaca di siang hari ketika matahari begitu
terik, kala senja merona di sore hari, atau ketika orang-orang mulai terlelap di malam hari,
yang jelas aku ucapkan selamat pagi padamu. Semoga kamu selalu ada dalam keadaan sehat
kawan, terlebih di tengah kondisi semesta yang penuh dengan penyakit saat ini. Aku harap
semua yang ada dalam kehidupanmu berlangsung baik-baik saja.
Usiaku semakin menua. Rasanya tidak bisa dipastikan juga bahwa aku bertambah dewasa.
Akan tetapi, pengalaman hidup semakin bertambah. Cara berpikir nampaknya perlahan
berubah. Begitu juga dengan kehidupanku, jauh berbeda. Kini aku bukan lagi anak SMA yang
mengutuk diri karena merasa terlahir di keluarga broken home. Aku juga bukan ketua
himpunan yang penuh ambisi untuk menggerakan organisasi. Bahkan aku bukan anak muda
yang mengejar mimpi berkeliling dunia dengan berbagai cara. Kini aku menjalani peran
sebagai seorang guru sekaligus suami dari seorang perempuan baik yang hidup di daerah
sunyi di perbatasan Jogja dan Jawa Tengah. Ya, disinilah aku dengan ceritaku sekarang.
Banyak kejadian yang ingin aku tuliskan. Seperti biasanya, aku selalu punya hal yang ingin
aku ceritakan dari hidup ini. Semua yang ingin aku utarakan lewat kata-kata. Segala yang
indah untuk diikat dalam paragraf demi paragraf penuh makna. Mungkin itulah satu satunya
hal yang tidak berubah dariku, bahwa aku masih tetap berusaha jadi penulis terlepas dari
siapapun yang membacanya.
Aku semakin gemar untuk melakukan refleksi atas kehidupan yang aku jalani. Semakin
senang berfilosofi dengan kehidupan, menerka makna semua kejadian lalu menyusun kata-
kata mutiara tentang hidup. Aku melihat keseluruhan kejadian dalam hidup sebagai media
pembelajaran yang Allah tujukan agar aku belajar nilai-nilai kehidupan. Setiap bagian cerita
yang berlangsung dalam hari-hari yang aku jalani adalah pelajaran hidup yang
mendewasakan diri. Semakin banyak yang aku lalui, semakin banyak pelajaran hidup yang
bisa dimengerti.
Sebuah kepindahan telah memberiku cara pandang yang berbeda dalam melihat dunia.
Menenggelamkanku pada kejadian demi kejadian yang saat kurenungi bermakna besar
dalam pembelajaran hidup yang aku jejaki. Ia juga mengubah caraku berpikir, mendorongku
berjuang lagi dari titik nol kehidupan.
Aku memulai banyak hal dari awal di Jogja. Disini aku tidak punya kenalan, tak ada teman,
juga saudara. Meski pada akhirnya aku dikenalkan pada keluarga dari Istriku yang berasal
dari Jogja, namun tentu aku perlu waktu untuk membina ikatan emosional bersama mereka.
Fase hidup ini mendorongku untuk kembali membangun hubungan baik dengan banyak
orang baru, berusaha untuk menjadi pribadi yang bisa beradaptasi dengan orang orang di
sekeliling.
Karir pekerjaanku pun seakan kembali ke titik nol. Walau secara status pekerjaan keadaan
karirku membaik setelah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, namun bekerja di kota yang
baru membuat aku harus membangun kembali kepercayaan dan jejaring. Jika di Bandung
aku sudah punya banyak kenalan, kini aku kembali ke garis start untuk melangkah lagi
membangun segalanya.
Disisi lain, kepindahanku ke Jogjakarta disertai dengan dimulainya peranku sebagai seorang
suami. Aku terdorong untuk belajar menjadi pemimpin rumah tangga, bukan sesuatu yang
mudah, namun selalu ku berusaha melakukan yang terbaik. Aku harus mampu menjaga,
merawat, melindungi dan membimbing istriku dengan baik. Hingga saat ini aku masih
merasa belum bisa jadi suami yang baik, namun aku yakin seiring berjalannya waktu aku
akan belajar banyak.
Dari kepindahan ini aku menyadari bahwa apapun yang kita miliki hari ini dan apapun ada di
sekeliling bisa berubah kapanpun. Segala yang sudah dicapai, semua hal yang sudah
dibangun, akan berganti seiring fase hidup yang berganti. Satu hal yang pasti adalah bahwa
kemampuan kita untuk beradaptasi adalah hal penting yang perlu kita miliki. Hidup ini tidak
berjalan datar, selalu dinamis dan menuntut kita beradaptasi dengan dinamikanya. Apapun
yang terjadi, kita harus siap menyesuaikan dengan segala situasi. Kuncinya adalah kita harus
selalu mau belajar, entah itu belajar membangun hubungan baik dengan sesama, belajar
sesuatu yang baru dalam bidang pekerjaan, belajar mengubah sikap jadi lebih dewasa,
maupun semua pelajaran kehidupan lainnya. Tidak boleh ada kata selesai untuk belajar di
universitas kehidupan ini. Selama nafas kita masih berhembus, selama itu juga kita harus
jadi pembelajar kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai