Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA


YANG MENDERITA ARTRITIS REUMATOID (AR)

Mata Kuliah : Keperawatan Dasar 1


Dosen Pembimbing : Wahyu Tri Ningsih, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh Kelompok 1 :


1. Alfin Eko Adi P. (P27820521004)
2. M. Yanuar Bagus F. (P27820521031)
3. M. Fredy Hardiansyah (P27820521032)
4. Irmanda Mufida (P27820521019)
5. Julia Novita Putri (P27820521021)
6. Khusnul Maisaroh (P27820521022)
7. Lailatul Khotimah (P27820521024)
8. Putri Dwi Yanti (P27820521037)
9. Shovia Mei Sanggar W. (P27820521043)
10. Vera Feriska A. (P27820521048)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PRODI D3 KEPERAWATAN TUBAN
Tahun 2021/2022
LANDASAN TEORI
1. Definisi personal hygiene
Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan kebuthan
perawatan diri sendiri atau perorangan yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik
fisik maupun pisikologis (Kasiati & Rosmalawati Ni Wayan Dwi, 2016).
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, yaitu personal yang artinya perorangan dan
hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan pisikis (Kasiati &
Rosmalawati Ni Wayan Dwi, 2016).
Personal hygine harus senantiasa terpenuhi karena merupakan pencegahan primer yang
spesifik karena merupakan tindakan pencegahan primer yang spesifik untuk meminimalkan
pintu masuk (port de entry), pencegahan personal hygiene juga harus senantiyasa dilakukan
oleh lansia (Efendi, 2013). Hal ini dikarenakan lansia mengalami penurunan fungsi dari
berbagai penurunan fungsi dari berbagai organorgan tubuh akibat kerusakan sel-sel karena
proses menua (Maryam, 2011).
2. Tujuan personal hygiene
Tujuan dari personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri, menciptakan
keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga dapat mencegah
terjadinya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain, baik secara sendiri/mandiri maupun
dengan menggunakan bantuan dari orang lain, serta mencitakan penampilan yang sesuai
dengan kebutuhan kesehatan (Maulida Debi. 2017).
3. Jenis personal hygine
Menurut Aziz Alimul (2006) personal hygiene dibagi menjadi dua yaitu: berdasarkan
waktu pelaksanaannya dan berdasarkan tempatnya.
a. Berdasarkan waktu pelaksanaan
Berdasarkan waktu pelaksanaan, personal hygiene dapat dibagi menjadi empat jenis
diantaranya: pertama, perawatan dini hari, merupakan perawatan yang di lakukan pada waktu
bangun tidur, untuk melakuan tindakan, seperti persiapan dalam pengambilan bahan
pemeriksaan (urin atau feses). Kedua, perawatan pagi hari, perawatan yang dilakukan setelah
melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri, seperti melakukan pertolongan
dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil). Ketiga, perawatan siang
hari, perawatan yang dilakukan seteah melakukan berbagai aktivitas pengobatan atau
pemertiksaan dan setelah makan siang. Keempat, perawatan 7 menjelang tidur yang
dilakukan untuk mempersiapkan istirahat tidur malam agar tidur atau istirahat dalam keadaan
tenang.
b. Berdasarkan tempat
1) Personal hygiene pada kulit
Kulit merupakan bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi dari berbagai
kuman atau trauma, sehingga diperlukan perawatan yang baik dalam mempertahankan
fungsinya, diantaranya:
a) Mengatur keseimbangan tubuh dan membantu produksi keringat serta penguapan.
b) Sebagai indra peraba yang membantu tubuh menerima rangsangan dari luar karena kulit
memiliki reseptor saraf yang peka terhadap suhu, sentuhan, tekanan dan rasa nyeri.
c) Sebagai alat sekresi melalui pengeluaran keringat yang mengandung air, garam dan
nitrogrogen.
d) Menghasilkan minyak untuk menjaga kelembaban.
e) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah pengeluaran cairan
tubuh secara berlebihan.
f) Menghasilkan dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau pemberi vitamin D dari
sinar ultraviolet matahari.
2) Personal hygiene pada kuku dan kaki
Kuku merupakan lapisan lempengan kratin transparan yang berasal dari invaginasi
epidermis. Secara anatomis, kuku terdiri dari atas dasar kuku, badan kuku, dinding kuku,
kantung kuku, akar kuku dan laluna. Pertumbuhan kuku berlngsung terus-menerus seumur
hidup, tetapi pada usia muda kuku tumbuh lebih cepat. Menjaga kebersihan kuku merupakan
aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kuku. Gangguan pada kuku, diantaranya:
a) Tinea pedis: terdapat guratan kekuningan pada lempengan kuku yang pada akhirnya
menyebabkan seluruh kuku menjadi tebal, berubah warna dan rapuh. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi jamur epiermophyton, trichophyton.
b) Ingrown nail : kuku tangan tidak tumbuh dan terasa sakit di bagin tersebut.
c) Pronychia: radang di sekitar jaringan kuku
d) Bau tidak sedap: reaksi mikroorganisme pada kuku atau kaki yang menyebabkan bau tidak
sedap.
3) Personal hygiene pada rambut
Rambut merupakan struktur kulit. Secara anatomis, rambut terdiri dari bagian batang,
akar rambut, sarung akar, folikel rambut serta kelenjar sebasea. Normalnya rambut tumbuh
karena mendapat suplai darah dari pembuluh darah disekitar rambut. Beberapa hal yang dapat
mengganggu pertumbuhan rambut adalah panas dan kondisi malnutrisi. Adapun ciri-ciri
rambut yang sehat adalah rambut terlihat mengkilap, tidak kering atau tidak berminyak, tidak
bercabang dan tidak mudah patah, berikut gangguan pada rambut diantaranya:
a) Ketombe yaitu pelapisan kulit kepala disertai gatal.
b) Kutu, misalnya pediculotis cepitis. Kutu ini menyebabkan gatal dan menyerap darah
c) Seborheic dermatitis, merupakan radang ada kulit kepala yang ditumbuhi rambut.
4) Perawatan gigi dan mulut
Gigi dan mulut merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan dan merupakan
bagian tambahan dari sistem pernafasan. Di dalam rongga ini terdapat gigi, lidah, kelenjar
ludah (sublingualis dan portalis), tonsil, dan uvula. Dalam rongga mulut dan gigi dan lidah
berperan penting dalam proses perencanaan awal. Selain itu, ada pula saliva yang penting
untuk membersihkan mulut secara mekanik. Mulut merupakan rongga yang tidak bersih dan
penuh dengan bakteri, karenanya harus selalu dibersihkan. Adapun salah satu tujuan
perwatan gigi dan mulut adalah untuk mencegah penyebaran penyakit yang diturunkan
melalui mulut. Berikut gangguan pada gigi dan mulut:
a) Karies gigi (radang pada gigi) adalah lubang akibat kerusakan pada gigi yang berhubungan
dengan kekurangan kalsium.
b) Halitosis adalah bau nafas yang tidak sedap bisa dikarenakan oleh kuman ataupun yang
lainnya.
c) Plak adalah lapisan transparan yang sangat tipis terdiri dari mukus dan bakteri yang
menyelimuti permukaan gigi, plak dapat menyebabkan karies, kalkulis (karang gigi),
gingivitis (radang pada gusi), periodonitis (radang pada jaringan penyangga gigi.
d) Periodonatal disease adalah gigi mudah bengkak dan berdarah
e) Stomatitis (sariawan) adalah radang yang terjadi pada daerah mukosa atau rongga mulut.
Hal ini dapat terjadi karena defisiensi vitamin, infeksi bakteri atau virus dan kemterapi.
f) Glositis adalah radang yang terjadi pada lidah
g) Kilosis adalah bibir yang pecah-pecah. Hal ini dapat terjadi karena hipersalivasi, nafas
mulut dan defisiensi riboflavin.
5) Personal hygiene pada kelamin
Perawatan diri pada alat kelamin atau genetalia pada perempuan adalah perawatan
genatalia eksterna yang terdiri atas mins veneris, labiya mayora, labiya minora, klitoris,
uretra, vagina, erinium dan anus, sedangakan ada laki-laki difokuskan pada daerah ujung
penis untuk 10 mencegah penumpukan sisa urine.Tunjun dilakukannya personal hygiene
pada kelamin yaitu:
a) Mencegah dan mengontrol infeksi
b) Mencegah kerusakan kulit
c) Meningkatkan kenyamanan
d) Mempertahankan kebersihan diri
4. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut (Potter & Perry, 2009), pilihan hygiene klien terpenuhi oleh beberapa faktor
sehingga individu memiliki pariasi praktik hygiene. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Citra tubuh (body image)
Body image seseorang berpengaruh dalam pemenuhan personal hygiene karena
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak perduli dengan kebersihannya. Penampilan
umum pasien dapat menggambarkan pentingnya personal hygiene pada orang tersebut.
b. Praktik sosial
Kelompok sosial mempengaruhi bagaimana pasien dalam melaksanakan praktik
personal hygiene. Termasuk produk dan frekuensi perawatan pribadi. Selama masa kanak-
kanak, kebiasaan keluarga mempengaruhi personal hygiene, misal frekuensi mandi, waktu
mandi dan jenis hygiene mulut. Pada masa remaja, hygiene pribadi dipengaruhi oleh teman.
Misalnya remaja wanita mulai tertarik ada penampian pribadi dan mulai memakai riasan
wajah. Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang
penampilan pribai sedangkan pada lansia beberapa praktik hygiene berubah karena hidupnya
dan sumber yang tersdia . pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka 11
kemungkinan akan menjadi perubahan pola personal hygiene, beberapa praktik hygiene pada
lansia berubah karena kondisi hidunya dan sumber yang tersedia.
c. Status sosial dan ekonomi
Status ekonomi akan mempengaruhi jenis dan sejauh mana praktek hygiene
dilakukan. Kondidi sosisl ekonomi seseorang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mempertahankan kebersihan
diri.
d. Pengetahuan dan motivasi kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi
praktek hygiene. Meskipun demikian, pengetahuan sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus
termotifasi untuk memelihara kesehatan diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit
mampu mendorong klien untuk meningkatan hygine.
e. Variabel budaya
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygine.
Orang dari luar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek keperawatan diri yang berbeda.
f. Kebiasaan atau pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi,
bercukur dan melakukan perawatan rambut. Klien memiliki produk yang berbeda (misalnya
sampho, sabun mandi, pasta gigi) menurut pilihan dan kebutuhan pribadi. klien juga memiliki
pilihan mengenai bagaimana melakukan hygiene.
g. Kondisi fisik seseorang
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya atau yang menjalani oprasi seringkali kekurangan energi fisik
atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi. seseorang klien yang mengguanakan
gips pada tangannya atau mengguanakan traksi membutuhkan bantuan mandi yang lengkap.
5. Dampak masalah personal hygiene
Seseorang yang mengalami masalah personal hyiene akan berdapak pada fisik,
pisikososial, dan spiritualnya (Maulida Debi. 2017). Berikut dampak dari personal hygiene:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharannya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta
gangguan pada fisik pada kuku.
b. Dampak pisiko sosial
Masalah sosial yang berhubunagna dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dam mencintai, kebutuhan hargadiri, aktualisasi diri, dan
gangguan interaksi sosial.
c. Dampak spirtual
Ganguan pada personal hygiene dapat derdampak pada masalah spiritual, yaitu distres
spritul. Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan
merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lian,lingkungan atau
tuhan (PPNI ,2017). Seseorang yang Gangguan personal hygiene saat akan melakukan sprtual
akan merasa drinya tidak suci atau tidak bersih.
6. Definisi artritis reumatoid
Rheumathoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronik yang
menyebabkan tulang sendi destruksi dan deformitas, serta mengakibatkan ketidakmampuan
(Meiner & Luekenotte, 2006). Rheumathoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit autoimun
dan inflamasi sistemik kronik terutama mengenai jaringan sinovium sendi dengan manifestasi
utama poliarthritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Manjoer, 1999).
7. Etiologi
Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti.
Penyebab Rheumatoid Arthritis ini masih terus diteliti di berbagai belahan dunia, namun agen
infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur, sering dicurigai sebagai pencetusnya. Sejumlah
ilmuwan juga berpendapat, bahwa beberapa faktor resiko seperti faktor genetik dan kondisi
lingkungan pun ikut berperan dalam timbulnya RA ( Williams & Wilkins, 1997).
a. Genetik
Terdapat hubungan antara HLA-DW 4 dengan RA seropositif yaitu penderita
mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.
b. Hormon Sex
Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan lebih banyak
menderita penyakit ini.
c. Infeksi
Dengan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara mendadak dan
disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga oleh bakteri, mikroplasma atau
virus.
d. Heart Shock Protein (HSP)
HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh sebagai
respon terhadap stres.
e. Radikal Bebas
Radikal Superoksida dan lipid peroksidase yang merangsang keluarnya prostaglandin
dan pembengkakan.
Menurut Meiner & Lueckenotte, 2006 penyebab RA belum diketahui dengan jelas,
namun teori yang paling banyak diterima menyebutkan bahwa RA merupakan penyakit
autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan penyambung. Insiden
meningkat dengan bertambahnya usia terutama pada wanita. Insiden puncak adalah antara
40-60 tahun dan penyakit ini menyerang orang diseluruh dunia dan berbagai suku bangsa
(Price & Wilson, 2005).
8. Konsep lansia dengan artritis reumotoid
Diperkirakan pada tahun 2025 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah lansia
sebesar 41,4%, yang merupakan peningkatan tertinggi di dunia (WHO, 2010). WHO
memperkirakan bahwa di tahun 2025 jumlah warga lansia mencapai kurang lebih 60 juta
jiwa. Penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) di dunia tumbuh dengan sangat cepat bahkan
tercepat di bidang kelompok usia lainnya. Penduduk lansia mengalami peningkatan yang
signifikan pada tahun 2015, jumlah penduduk lansia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat
menjadi 20.547.541 pada tahun 2016 (Bureau, 2016).
Lansia yang tidak melakukan aktivitas personal hygiene dengan baik akan berdampak
pada masalah fisik dan pisikososial. Masalah fisik yang di alami lansia seperti gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga serta
gangguan fisik pada kuku. Sedangkan dampak pada masalah pisikososial seperti gangguan
kebutuhan rasa aman nyaman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
Personal hygiene penting untuk dilakukan dan harus senantiasa terpenuhi oleh semua
orang, karena merupakan pencegahan primer yang spesifik untuk meminimalkan pintu masuk
mikroorganisme bakteri. Yang dapat mencegah seseorang terkena penyakit (Kuntoro, 2015).
Gangguan personal hygiene banyak terjadi pada lansia hal ini dikarenakan lansia mengalami
penurunan fungsi berbagai organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua
sehngga produksi hormon, enzim, dan zat-zat lain yang diperlukan untuk kekebalan tubuh
berkurang yang dapat menyebabkan cacat fisik salah satunya adalah artritis reumatoid.
Artritis reumatoid (RA) merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat
sistematik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan-jringan ikat sendi
secara sistematis (Nurarif & Kusuma Hardhi, 2015). Rheumatoid arthritis terjadi saat sistem
kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh. Penyakit ini lebih sering diderita oleh wanita,
terutama di atas 40 tahun. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan pria dan siapa pun di
luar usia tersebut terjangkit penyakit ini. Seiring waktu, peradangan ini bisa menghancurkan
jaringan persendian dan bentuk tulang. Efek dari kondisi ini akan membatasi aktivitas
keseharian, seperti sulit untuk berjalan dan menggunakan tangan, termasuk aktivitas
kebersian diri.
Penderita arthritis rheumatoid pada lansia diseluruh dunia telah mencapai angka 355 juta
jiwa, artinya 1 dari 6 lansia didunia ini menderita reumatik. Diperkirakan angka ini terus
meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 22 25% akan mengalami
kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia
terserang penyakit arthritis rheumatoid, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20
tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (WHO, 2012). Angka morbilitas dan mortilitas
reumatoid atritis di Indonesia masih sangat tinggi seiring bertambahnya usia (Depkes RI,
2004).
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah awal dalam asuhan keperawatan melalui pendekatan
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi, analisis data,
dan penentuan permasalahan atau diagnosis keperawatan. Manfaat pengkajian keperawatan
adalah membantu mengidentifikasi status kesehatan, pola petahanan klien, kekuatan serta
merumuskan diagnos kepewatan yang terdiri dari tiga tahap yaitu pengumpulan,
pengelompokan, dan perorganisasian serta menganalisa dan merumuskan diagnosa
keperawatan (Solica, 2016).
Berikut hal yang perlu di tanyakan dalam masalah personal hygiene:
a. Tanyakan tentang pola kebesihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana yang dimiliki,
serta yang mempengaruhi personal hygiene individu baik faktor pendukung maupun
pencetus.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, kaji pesonal hygiene individu, mulai dai ekstermitas atas sampai
bawah:
1) Rambut: amati kondisi rambut (warna, tekstur, kualitas), apakah tampak kusam?
Apakah ditemukan kotoran?
2) Kepala: amati dengan seksama kebersihan kuit kepala. Perhatikan adanya ketombe,
kotoran, atau tanda-tanda kemerahan.
3) Mata: amati tanda-tanda adanya ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada kelopak mata,
kemerahan pada kelopak mata.
4) Hidung: amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung,
tanda-tanda pilek yang tidak kunjung sembuh, tanda-tanda alergi atau peubahan pada
daya penciuman.
5) Mulut: amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembabannya. Perhatikan adanya lesi,
tanda-tanda radang gusi/sariawan, kekeringan, atau pecah-pecah.
6) Gigi: amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-tanda karang gigi,
karies, gigi pecah-pecah, atau gigi palsu.
7) Telinga: amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya serume, lesi, infeksi,
atau perubahan daya pendengaan.
8) Kulit: amati kondisi kulit. Perhatikan adanya perubahan pada wana kulit keriut, sesi
atau puitus.
9) Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan
pada kuku.
10) Genatalia: amati kondisi dan kebersihan genetalia, pada laki-laki perhatikan adanya
kelainan pada skrotum dan testisnya.
11) Personal hygiene secara umum: amati kondisi dan kebersihan kulit secara umum,
pastikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
responden individu, keluarga, atau komunitas pada masalah keperawatan, pada resiko
masalah keperawatan atau pada proses kehidupan (PPNI, 2018).
Menurut PPNI, 2018 diagnosa yang muncul pada kasus personal hygiene yang
bekaitan dengan kondisi klinis atritis reumotoid adalah:
a. Defisit perawatan diri
1) Definisi: tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
2) Penyebab/etiologi
a) Gangguan muskuloskeletal
b) Gangguan neuro muskular
c) Kelemahan
d) Gangguan pisikologis dan/atau pisikotik penurunan motivasi atau minat
3) Gejala Dan Tanda Mayor
Gejala dan tanda mayor subjektif yaitu klien menolak melakukan perawatan diri.
Objektif yaitu: klien tidak mampu mandi, mengenakan pakaian, makan, ke toilet, berhias
secara mandiri dan minat melakukan perawatan dari kurang.
4) Gejala dan tanda minor Gejala dan tanda mayor baik subjektif mauoun objktif tidak
tersedia.
5) Kondisi klinis terkait
a) Stroke
b) Cidera medula spinalis
c) Depresi
d) Atritis reumotoid
e) Retardasi mental
f) Delirium
g) Demensia
h) Gangguan amnestik
i) Skizofrenia dan gangguan pisikotik lain
j) Fungsi penilaian terganggu
6) Keterangan Diagnosis ini dispesifikasikan mejadi salah satu atau lebih dari:
a) Mandi
b) Makan
c) Berpakaian
d) Toileting
e) Berhias

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Defisit perawatan diri: Setelah dilakukan Memandikan


mandi berhubungan tindakan keperawatan
dengan gangguan diharapkan defisit a. Bantu (memandikan
neuromuskular, perawatan diri: mandi pasien) dengan
kelemahan, teratasi dengan kriteria menggunakan kursi
ketidakmampuan hasil: untuk mandi, bak
merasakan bagian tubuh, tempat mandi, mandi
nyeri, penurunan Perawatan diri: mandi dengan berdiri,
motivasi dengan menggunakan
Indikator: cara yang tepat atau
sesuai dengan
a. Tidak terganggu keinginan/ keadaan
masuk dan keluar (pasien)
dari kamar mandi b. Cuci rambut sesuai
b. Tidak terganggu dengan kebutuhan
mengambil atau keinginan
alat/bahan mandi c. Mandi dengan air
c. Tidak terganggu yang mempunyai
mandi di bak cuci suhu yang nyaman
d. Tidak terganggu d. Bantu dalam
membersihkan perawatan perineal
area perineum jika memang
e. Tidak terganggu diperlukan
mengeringkan e. Bantu dalam hal
badan kebersihan (misalnya,
deodoran, parfum)
Pergerakan f. Berikan fasilitas
merendam kaki,
Indikator:
sesuai dengan
a. Tidak terganggu kebutuhan
keseimbangan g. Cukur pasien sesuai
b. Tidak terganggu dengan indikasi
koordinasi h. Berikan lotion atau
c. Tidak terganggu lubrikan pada area
cara berjalan kulit yang kering
d. Tidak terganggu i. Tawarkan mencuci
gerakan otot tangan setelah
e. Tidak terganggu eliminasi dan
gerakan sendi sebelum makan
f. Tidak terganggu j. Berikan bedak kering
pada lipatan kulit
kinerja yang dalam
pengaturan tubuh k. Monitor kondisi kulit
g. Tidak terganggu saat mandi
berjalan l. Monitor fungsi
kemampuan saat
mandi.

Perawatan Kaki

a. Periksa kulit untuk


mengetahui adanya
iritasi, retak, lesi,
katimumul, kapalan,
kecacatan, atau
edema
b. Periksa sepatu pasien
agar dapat
menggunakan dengan
tepat
c. Berikan rendamkan
kaki, jika diperlukan
d. Keringkan pada sela-
sela jari dengan
seksama
e. Oleskan lotion
f. Bersihkan kuku
g. Berikan bedak tabur
yang menyerap
kelembapan, sesuai
indikasi
h. Monitor cara berjalan
dan tumpuan berat
badan klien pada kaki
i. Monitor tingkat
hidrasi kaki

Perawatan kuku

a. Monitor atau bantu


(individu)
membersihkan kuku
sesuai dengan
kemampuan perawata
indidvidu
b. Monitor atau bantu
pemangkasan kuku
sesuai dengan
kemampuan
perawatan diri
individu
c. Rendam kuku dalam
air hangat, bersihkan
bagian bawah kuku
dengan batang
pembersih kuku
(orange stick) dan
dorong kutikula
dengan menggunakan
gunting kutikula
d. Lembabkan daerah
sekitar kuku untuk
mencegah
kekeringan.

2. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan Peningkatan mekanika tubuh


berhubungan dengan tindakan keperawatan
gangguan diharapkan ambulasi a. Kaji komitmen
neuromuscular, dapat teratasi dengan pasien untuk belajar
penurunan kakuatan otot kriteria hasil: dan menggunakan
postur tubuh yang
a. Dapat menopang benar
berat badan b. Kolaborasi dengan
b. Dapat berjalan fisioterapis dalam
dengan langkah mengembangkan
yang efektif peningkatan
c. Dapat berjalan mekanika tubuh
dengan pelan c. Edukasi pasien
mengenai bagaimana
Pergerakan menggunakan postur
tubuh dan mekanika
a. Keseimbangan tubuh untuk
tidak terganggu mencegah injuri saat
b. Cara berjalan melakukan
tidak terganggu berbagaiaktivitas
c. Gerakan otot d. Informasikan pada
tidak terganggu pasien tentang
d. Gerakan sendi struktur dan fungsi
tidak terganggu tulang belakang dan
e. Dapat bergerak postur yang optimal
dengan mudah untuk bergerak dan
menggunakan tubuh
e. Bantu pasien
melakukan latihan
fleksi untuk
memfasilitasi
mobilisasi punggung,
sesuai indikasi
f. Monitor perbaikan
postur tubuh/
mekanika tubuh
pasien

Manajemen energi

a. Menilai status
fisiologi pasien untuk
mengurangi
kelelahan sesuai
umur dan
perkembangannya
b. Pilih intervensi untuk
menurunkan
kelelahan
menggunakan
kombinasi antara
farmakologi dan
kategori
nonfarmakologi
c. Tentukan apa dan
berapa banyak
aktivitas yang
diperlukan untuk
membangun
ketahanan
d. Monitor intake nutrisi
untuk memastikan
sumber energi yang
adekuat
e. Monitor dan catat
pola tidur pasien dan
jumlah jam tidur
f. Ajar mengatur
aktivitas dan teknik
manajemen waktu
untuk mencegah
kelelahan

Manajemen lingkungan

a. Ciptakan lingkungan
yang nyaman
b. Hindari lingkungan
yang beresiko
c. Pindahkan benda
yang berbahaya dari
lingkungan
d. Tempatkan benda-
benda yang sering
digunakan dalam
jangkauan pasien
e. Kontrol pencahayaan
untuk manfaat
terapeutik

Peningkatan latihan: latihan


kekuatan

a. Beri informasi
mengenai jenis
latihan daya tahan
otot yang bisa
dilakukan
b. Bantu
mengembangkan
program latihan
kekuatan yang sesuai
dengan tingkat
kebugaran otot,
hambatan
muskuloskeletal,
tujuan kesehatan
fungsional, sumber
peralatan latihan,
kecenderungan
pribadi dan dukungan
sosial
c. Demonstrasikan
sikap tubuh yang
baik (postur) dan
tingkatkan bentuk
latihan dalam setiap
kelompok otot
d. Gunakan gerakan
yang resiprokal
(timbal balik/
berlawanan) untuk
menghindari cedera
dalam latihan tertentu
e. Bantu untuk
menentukan tingkat
kenaikan kerja otot
f. Kolaborasi dengan
keluarga dan tenaga
kesehatan lain untuk
program latihan otot

Terapi latihan: pergerakan


sendi
a. Jelaskan pada pasien
dan keluarga manfaat
dan tujuan
melakukan latihan
sendi
b. Dukung latihan ROM
aktif, sesuai jadwal
yang teratur dan
terencana
c. Lakukan latihan
ROM pasif, atau
ROM dengan
bantuan atau ROM
aktif
d. Bantu pasien untuk
membuat jadwal
latihan ROM aktif
e. Sediakan dukungan
positif dalam
melakukan latihan
sendi.
PERENCANAAN TINDAKAN
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk tepi yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan,
dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas (PPNI, 2018).
Menurut PPNI, 2018 intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan
personal hygiene adalah sebagai berikut:
a. Observasi
1) Identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan
2) Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
3) Monitor kebersihan tubuh (misalnya: Sabun, rambut, mulut, kulit, kuku)
4) Monitor integritas kulit
b. Teraupetik
1) Sediakan peralatan mandi (Sabun, sikat gigi, shamphoo, pelembab kuit)
2) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
3) Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan
4) Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5) Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
6) Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
c. Edukasi
1) Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan
2) Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien jika perlu
IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah proses pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Solica, 2016).

EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah proses kontinyu yang paling penting untuk memanajemen
kualitas dan tetepatan tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan dan keefektifan rencana
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien selalu berubah dengan cepat dan perencanaan
pun selalu memerlukan revisi dan pembaharuan dengan menambah informasi klien yang baru
berkembang (Doengoes, 2012). Menurut Sude Moorhead, 2016 pengukuran outcomes
kesehatan meliputi:
a. Perawatan diri: kebersihan
Tujuan yang ingin di capai yaitu untuk mempertahankan kebersihan diri dan menjaga
penampilan secara mandiri tanpa alat bantu.
b. Perawatan diri: mandi
Tujuan yang ingin di capai yaitu mampu membersihkan badannya secara mandiri atau
tanpa alat bantu.
c. Perawatan diri: rambut
Tujuan yang ingin di capai yaitu untuk dapat merawat rambut sendiri secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu.
d. Perawatan diri: mulut
Tujuan yang ingin di capai yaitu dapat merawat mulut dan giginya secara mandiri dengan
atau tanpa alat bantu.
S : klien mengatakan sudah membiasakan personal hygiene secara mandiri, karena membuat
badan lebih bersemangat
O : klien tampak tenang dan fokus saat diberikan edukasi dan memiliki keinginan personal
hygiene mandiri
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Indani Permai.(2019). Personal Hygiene Lansia Dengan Gangguan Artritis Reumatoid,
Lampung Selatan:Poltekkes Tanjung Karang
Fauziah Miftahul.(2017).Asuhan Keperawatan Dengan Pemenuhan Kebutuhan Personal
Hygiene Pada Pasien Stroke Iskemik di RSSN BukitTinggi, Sumatera Barat:Poltekkes Padang

Anda mungkin juga menyukai