Momentum bisa diartikan sebagai kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan
geraknya. Atau bisa dikatakan kesulitan benda untuk berhenti.
Setiap benda bermassa dan memiliki kecepatan maka benda tersebut memiliki momentum.
Rumus:
Berdasarkan pengertian di atas dapat dirumuskan dalam persamaan berikut:
P = m.v
Ket:
P = momentum (N.s)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)
Saat sebuah benda bergerak, kecepatannya bisa berubah-ubah dari satu titik ke titik lainnya,
sehingga terjadi pula perubahan momentum.
Ket:
v1 = kecepatan awal benda (m/s)
v2 = kecepatan akhir benda (m/s)
“jumlah momentum sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum setelah tumbukan”
Berdasarkan Gambar 4. menunjukkan bola dengan massa 1 ( m1 ) dan massa 2 ( m2) yang bergerak
berlawanan arah dalam satu garis lurus dengan kecepatan berturut-turut sebesar V1 dan V2.
setelah keduanya bertumbukan masing-masing kecepatannya berubah menjadi V1′ dan V2′
Hukum kekekalan momentum hanya berlaku jika jumlah gaya luar pada benda-benda yang
m1 = massa benda 1
m2 = massa benda 2
Dengan kata lain pula, Impuls adalah besaran dari hasil kali antara gaya (vektor) dengan selang
waktu gaya tersebut bekerja (skalar), jadi impuls berkaitan erat dengan arah. Contoh kejadian
impuls diantaranya seseorang yang menendang bola. Untuk menendang diperlukan gaya membuat
bola bergerak dan ada selang waktu sebelum kaki orang tersebut menyentuh bola.
Impuls digunakan untuk menambah, mengurangi, dan mengubah arah momentum dalam satuan
waktu. Impuls dapat dirumuskan sebagai hasil perkalian gaya dengan interval waktu.
Rumus Impuls
I = (F)(Δt)
Keterangan
Δt = selang waktu (sekon)
F = gaya (newton)
Dari rumus hukum Newton II, F = (m)(a), satuan gaya adalah kg.m.s⁻² (atau newton)
Jadi, satuan impuls adalah
(kg.m.s⁻²)(s) ⇒ kg.m.s⁻¹
Dimensi impuls adalah [M][L][T]⁻¹
Seseorang yang sedang menendang bola. Untuk menendang bola diperlukan gaya untuk
membuat bola tersebut bergerak dan ada selang waktu sebelum kaki orang tersebut menyentuh
bola.
Hubungan Impuls dengan Momentum
Salah satu hukum newton mengatakan bahwa gaya yang bekerja pada sebuah benda sama
dengan perkalian massa dan percepatannya. Dengan adanya pernyataan tersebut maka akan
diperoleh rumus seperti berikut.
F = m.a jika kita masukan kedalam rumus I = F. ∆t maka akan muncul rumus baru seperti berikut
ini :
I = F. ∆t
I = m.a (t2 – t1)
I = mv/t (t2 – t1 )
I = m.v2 – m.v1
I = ∆P = F. ∆t
Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan bahwa besarnya impuls yang dikerjakan atau bekerja
pada sebuah benda akan sama besarnya dengan perubahan momentum pada benda tersebut.
Akan tetapi bila tidak ada gaya luar yang mempengaruhi benda, maka jumlah momentum akan
tetap sama karena jumlah momentum awal dan jumlah momentum akhir akan sama.
Impuls juga dapat dihitung dengan metode hitung integral atau metode grafik.
Jika gaya F yang bekerja pada sebuah benda tidak tetap.
a. Dengan metode Integral
Penggunaan metode hitung integral jika gaya F yang bekerja pada sebuah benda tidak
tetap. Atau Gaya F bukan merupakan fungsi linear terhadap waktu.
Penggunaan grafik dapat dilakukan jika besar gaya F merupakan fungsi linear terhadap
waktu
Impuls = luasan grafik di bawah kurva.