Anda di halaman 1dari 14

STANDAR PELAYANAN

PELAYANAN PEMERIKSAAN UMUM DI UPTD PUSKESMAS TUNJUNGAN


KABUPATEN BLORA
Nomor : .......................................
Dasar Hukum :
1. UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112 Tambahan
Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 5038) ;
3. Peraturan Pemerintahan Nomor 96 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 25 Teahun 2009 Tentang Pelayanan Publik ;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor
15 Tahun 2014 Tentang Pedoman Standar Pelayanan ;
5. Peraturan Bupati Blora Nomor 58 Tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas Pokok Dan
Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Blora ;
6. Peraturan Bupati Blora Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Tarif Pelayanan BLUD Unit
Pelaksana Teknis Puskesmas Kabupaten Blora ;
7. Peraturan Bupati Blora Nomor 35 Tahun 2018 Tentang Pembentukan Susunan
Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Daerah Pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Blora ;
8. Surat Keputusan Bupati Blora Nomor 440 / 376 / 2019 Tentang Pemberian Ijin
Operasional Tetap Kepada Unit Pelaksana Teknis Dinas Puskesmas Tunjungan
Kabupaten Blora
NO. KOMPONEN URAIAN
1. Persyaratan 1. Pelayanan Pasien Faringitis
Pelayanan - Petugas Rekam Medis RM ) membawa RM pasien yang
ke Ruang Periksa ( RP ) Umum
- Untuk pasien BPJS ( jamkesnas atau ASKES dan
Jamkesda menyertakan fotokopi kartu jaminan
kesehatan yang dimilikinya, dan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk ( KTP ) atau Kartu Keluarga KK ) untuk
pasien gratis ( dalam wilayah Tunjungan Kabupaten
Blora) yang disatukan dengan RM
- Untuk pasien umum diberlakukan tarif sesuai perda
Kabupaten Blora.
2. Pelayanan Pasien Hipertensi
- Petugas Rekam Medis ( RM ) membawa RM pasien
yang ke Ruang Periksa ( RP ) Umum
- Untuk pasien BPJS ( Jamkesmas atau ASKES ) dan
Jamkesda menyertakan fotokopi kartu jaminan
kesehatan yang dimilikinya, dan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk ( KTP ) atau Kartu Keluarga ( KK ) untuk
pasien gratis (dalam wilayah Tunjungan Kabupaten
Blora) yang disatukan dengan RM
- Untuk pasien umum diberlakukan tarif sesuai perda
Kabupaten Blora.
3. Pelayanan Pasien Polimialgia Rematik
- Petugas Rekam Medis ( RM ) membawa RM pasien
yang ke Ruang Periksa ( RP ) Umum
- Untuk pasien BPJS ( Jamkesmas atau ASKES ) dan
Jamkesda menyertakan fotokopi kartu jaminan
kesehatan yang di milikinya, dan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk ( KTP ) atau Kartu Keluarga ( KK ) untuk
pasien gratis (dalam wilayah Cepu Kabupaten Blora )
yang disatukan dengan RM
- Untuk pasien umum diberlakukan tarif sesui perda
Kabupaten Blora
4. Pelayanan Pasien Diabetes Militus
- Petugas Rekam Medis ( RM ) membawa RM pasien
yang ke Ruang Periksa ( RP) Umum
- Untuk pasien BPJS ( Jamkesmas atau ASKES dan
Jamkesda menyertakan fotokopi kartu jaminan
kesehatan yang dimilikinya dan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk ( KTP atau Kartu Keluarga KK ) untuk
pasien gratis (dalam wilayah Tunjungan Kabupaten
Blora) yang disatukan dengan RM
- Untuk pasien umum diberlakukan tarif sesuai perda
Kabupaten Blora.
5. Pelayanan Pasien Dermatitis Kontak
- Petugas Rekam Medis ( RM ) membawa RM pasien
yang ke Ruang Periksa ( RP) Umum
- Untuk pasien BPJS ( Jamkesmas atau ASKES dan
Jamkesda menyertakan fotokopi kartu jaminan
kesehatan yang dimilikinya dan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk ( KTP atau Kartu Keluarga KK ) untuk
pasien gratis (dalam wilayah Tunjungan Kabupaten
Blora) yang disatukan dengan RM
- Untuk pasien umum diberlakukan tarif sesuai perda
Kabupaten Blora.
6. Pelayanan Pasien Gastritis
- Petugas Rekam Medis ( RM ) membawa RM pasien
yang ke Ruang Periksa ( RP) Umum
- Untuk pasien BPJS ( Jamkesmas atau ASKES dan
Jamkesda menyertakan fotokopi kartu jaminan
kesehatan yang dimilikinya dan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk ( KTP atau Kartu Keluarga KK ) untuk
pasien gratis (dalam wilayah Tunjungan Kabupaten
Blora) yang disatukan dengan RM
- Untuk pasien umum diberlakukan tarif sesuai perda
Kabupaten Blora.
7. Pelayanan Pasien Tubercolusis
- Petugas Rekam Medis ( RM ) membawa RM pasien
yang ke Ruang Periksa ( RP) Umum
- Untuk pasien BPJS ( Jamkesmas atau ASKES dan
Jamkesda menyertakan fotokopi kartu jaminan
kesehatan yang dimilikinya dan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk ( KTP atau Kartu Keluarga KK ) untuk
pasien gratis (dalam wilayah Tunjungan Kabupaten
Blora) yang disatukan dengan RM
- Untuk pasien umum diberlakukan tarif sesuai perda
Kabupaten Blora.
8. Pelayanan Pasien Asthma
- Petugas Rekam Medis ( RM ) membawa RM pasien
yang ke Ruang Periksa ( RP) Umum
- Untuk pasien BPJS ( Jamkesmas atau ASKES dan
Jamkesda menyertakan fotokopi kartu jaminan
kesehatan yang dimilikinya dan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk ( KTP atau Kartu Keluarga KK ) untuk
pasien gratis (dalam wilayah Tunjungan Kabupaten
Blora) yang disatukan dengan RM
- Untuk pasien umum diberlakukan tarif sesuai perda
Kabupaten Blora.
9. Pelayanan Pasien Gastroenteritis
- Petugas Rekam Medis ( RM ) membawa RM pasien
yang ke Ruang Periksa ( RP) Umum
- Untuk pasien BPJS ( Jamkesmas atau ASKES dan
Jamkesda menyertakan fotokopi kartu jaminan
kesehatan yang dimilikinya dan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk ( KTP atau Kartu Keluarga KK ) untuk
pasien gratis (dalam wilayah Tunjungan Kabupaten
Blora) yang disatukan dengan RM
- Untuk pasien umum diberlakukan tarif sesuai perda
Kabupaten Blora.
10. Pelayanan Pasien Konjungtivitis
- Petugas Rekam Medis ( RM ) membawa RM pasien
yang ke Ruang Periksa ( RP) Umum
- Untuk pasien BPJS ( Jamkesmas atau ASKES dan
Jamkesda menyertakan fotokopi kartu jaminan
kesehatan yang dimilikinya dan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk ( KTP atau Kartu Keluarga KK ) untuk
pasien gratis (dalam wilayah Tunjungan Kabupaten
Blora) yang disatukan dengan RM
- Untuk pasien umum diberlakukan tarif sesuai perda
Kabupaten Blora.
2. Prosedur 1. Pelayanan Pasien Faringitis
1. Petugas mempersilahkan duduk dan melakukan sambung
rasa
2. Petugas melakukan anamnesis : Pasien datang dengan
keluhan nyeri tenggorokan, sakit jika menelan dan batuk.
3. Petugas menanyakan Gejala dan tanda yang timbul seperti
lemas, anorexia, demam, suara serak, kaku dan sakit pada
otot leher
4. Petugas menanyakan faktor risiko faringitis seperti :
 Paparan udara yang dingin.
 Menurunnya daya tahan tubuh.
 Konsumsi makanan yang kurang gizi.
 Irıtasi kronik oleh rokok, minum
alkohol,makanan.refluks asam lambung. inhalasi
uap
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksa
tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat, apakah ada
tonsıl membesar atau tidak
6. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan meliputi pemeriksaan darah lengkap, atau
dengan pemeriksaan mıkroskop dengan pewarnaan gram
7. Petugas menegakkan diagnosis faringitis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan
8. Petugas melakukan edukasi terhadap pasien untuk istirahat
cukup, minum air putih yang cukup, berkumur dengan air
hangat atau air antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut
9. Apabila diperlukan petugas mernberikan resep antibioti k
(untuk faringitis yang disebabkan bakteri ),
analgetik/antipiretik, antitutsif atau ekspektoran dan
kortikosteroid untuk menekan inflamasi/ peradangan.yang
merangsang mukosa faring.
2. Pelayanan Pasien Hipertensi
1. Petugas mempersilahkan duduk dan melakukan sambung
rasa
2. Petugas melakukan anamnesis : Mulai dari tidak bergejala
sampai dengan bergejala. Keluhan hipertensi antara lain:
sakit nyeri kepala,gelisah, jantung berdebar-debar. pusing.
leher kaku. penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada.
Keluhan tidak spesitik antara lain tidak nyaman kepala,
mudah telah dan impotensi.
3. Petugas menanyakan faktor resiko pada pasien. Faktor
resiko dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu kelompok yang
dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Hal
yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin,
riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskuler dalam
keluarga. Hal yang dapat dimodifikasi, yaitu :
 Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan).
 Konsumsi alkohol berlebihan
 Aktifitas fisik kurang
 Kebiasaan merokok
 Obesitas
 Dislipidemia
 Diabetes melitus
 Psikososial dan Stres
4. Petugas rnelakukan pemeriksaan fisik dengan memeriksa
tekanan darah meningkat (sesuai kriteria JNC VII). Nadi
tidak normal. Pada pasien dengan hipertensi. wajib
diperiksa status neurologis, akral, dan pemeriksaan fisik
jantungnya (JVP, batas jantung, dan rochi)
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Pre- hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage- 140-159 mmHg 90-99 mmHg
1
Hipertensi stage- ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
2
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan
seperti Urinal isis (proteinuri atau albuminuria), tes gula
darah, tes kolesterol (profil lipid). ureuin kreatinin.
funduskopi, EKG dan foto thoraks.
6. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan.
7. Petugas melakukan edukasi kepada pasien hipertensi untuk
modifikasi gaya hidup seperti menurunkan berat badan,
pembatasan asupan natrium, meningkatkan aktifitas
aerobik, membatasi konsumsi alkohol.
8. Apabila diperlukan petugas memberikan resep obat anti
hipertensi kepada pasien.
9. Petugas menyarankan pasien untuk kontrol kembali apabila
obat habis
3. Pelayanan Pasien Polimialgia Rematik
1. Petugas mempersilahkan duduk dan melakukan sambung
rasa
2. Petugas melakukan anamnesa : myalgia proximal dari
pinggul dan gelang bahu dengan kekakuan pagi hari yang
berlangsung selama lebih dari 1 jam.
3. Petugas menanyakan gejala-gejala termasuk nyeri dan
kekakuhan bahu dan pinggul. kekakuhan mungkin begitu
parah sehingga pasien mengalami kesulitan bangkit dari
kursi, berbalik di tempat tidur, atau mengangkat tangan
mereka diatas bahu tinggi
4. Petugas menanyakan faktor resiko faringitis seperti :
 Usia onset 50 tahun atau lebih tua
 Laju endap darah > 40 mm/jam
 Nyeri bertahan selama >1 bulan dan melibatkan 2
dari daerah berikut : leher, bahu, dan korset
panggul.
 Tidak adanya penyakit lain dapat menyebabkan
muskuloskeletal
 Kekakuan pagi hari berlangsung < 1 jam
 Respon cepat terhadap prednison ( < 20 mg)
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik seperti penampilan
tampak lemah, pembengkakan ekstremitas, nyeri pada
panggul dan bahu
6. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan, meliputi pemeriksaan LED darah
7. Petugas menegakkan diagnosis faringitis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan.
8. Petugas memberikan resep prednison, dengan dosis 10-15
mg oral setiap hari, biasanya menghasilkan perbaikan klinis
dalam beberapa hari. Terapi glukokortikoid dapat
diturunkan secara bertahap dengan dosis pemeliharaan 5-10
mg/ oral setiap hari tetapi harus dilanjutkan selama minimal
1 tahun untuk meminimalkan resiko kambuh. NSAID dapat
memfasilitasi penurunan dosis prednison. Memodifikasi
gaya hidup dalam aktifitas fisik.
9. Petugas melakukan edukasi terhadap pasien bahwa
penyakit ini mungkin menimbulkan gangguan dalam
aktifitas penderita, sehingga dukungan keluarga sangatlah
penting.
4. Pelayanan Pasien Diabetes Militus
1. Petugas mempersilahkan duduk dan melakukan sambung
rasa
2. Petugas melakukan anamnesis apakah ada tanda-tanda
 Poli fagiaPoli fagia
 Poli uri
 Poli dipsi
 Penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya
 Poli uri
 Poli dipsi
 Penurunan berat badan yang tidak jelas
sebabnya
Selain itu juga terdapat keluhan tidak khas DM :
 Lemah
 Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
 Gatal
 Mata kabur
 Disfungsi ereksi pada pria
 Pruritus vulvae pada wanita
 Luka yang sulit sembuh
3. Petugas menanyakan faktor resiko dm seperti :
 Berat badan lebih dan obese (IMT > 25 Kg/m2 )
 Riwayat penyakit dm di keluarga
 Mengalami hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg
atau sedang dalam terapi hipertensi)
 Pernah didiagnosis penyakit jantung atau stroke
(Kardiovaskuler)
 Kolekterol HDL < 35mgdl dan atau trigliserida >
250mgdl atau dalam pengobatan dislipidemia
 Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary
syndrome )
 Riwayat GDPT (Glukosa darah puasa terganggu)/ TGT
(toleransi glukosa terganggu)
 Aktifitas jasmani yang kurang
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan
berat badan yang mengalami penurunan yang tidak jelas
penyebahnya
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang berupa :
 Gula darah puasa
 Gula darah post prandial
 HbA1C
6. Petugas menegakkan diagnosa DM berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
 Gula klasik DM ( poliuria, polidipsia, polifagia) –
glukosa plasma > 200 mldl (11.1 mmol/L). Glukosa
plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir. ATAU
 Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa > 126
mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. ATAU
 Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa
terganggu ( 1 TGO) > 200 mg dL ( 11.1 mmol/L )
TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan
beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam
air. ATAU
 HbA1C
 Penentuan diagnosis DM berdasarkan HbAlC > 6.5 %
belum dapat digunakan secara nasional di lndonesia,
mengingat standarisasi pemeriksaan yang masih belum
baik.
7. Petugas memberikan terapi untuk Diabetes Melitus
dilakukan dengan modilikasi yang hidup dan pengobatan
(algoritma pengelolaan DM tipe 2)
5. Pelayanan Pasien Dermatitis Kontak
1. Petugas mempersilahkan duduk dan melakukan sambung
rasa
2. Petugas melakukan anamnesis . Keluhan kelainan kulit
berupa gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan
dermatitis.Keluhan dapat disertai timbulnya bercak
kemerahan. Hal yang penting ditanyakan adalah riwayat
kontak dengan bahan-bahan yang berhubungan dengan
riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah
digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang
dapat menimbulkan alergi, serta riwayat alergi di keluarga
3. Petugas menanyakan faktor risiko dermatitis seperti :
 Ditemukan pada orang-orang yang terpajang oleh bahan
alergen.
 Riwayat kontak dengan bahan alergen pada waktu
tertentu.
 Riwayat dermatitis atopik atau riwayat atopi diri dan
keluarga
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dengan memeriksa
tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada
umumnya, tergantung pada kondisi akut atau kronis. Lokasi
dan pola kelainan kulit penting diketahui untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya, seperti di
ketiak oleh deodorant, dipergelangan tangan oleh jam
tangan, dan seterusnya.
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan
6. Petugas menegakkan diagnose dermatitis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan.
7. Petugas memberikan resep sesuai dengan keluhan
 Keluhan diberikan farmakoterapi berupa :
Topikal (2 X sehari)
1. Pelembab krim hidrofilik urea 10%
2. Kortikostroid
Desonid krim 0,05% (catatan : bila tidak tersedia
dapat digunkan fluosinolon asetonid krim 0,025%)
3. Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi
dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan
betametason Valerat krim 0,1% atau mometason
furoat krim 0,1%).
Pada kasusu infeksi skunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotic topikal.
Oral sistemik
1. Antihistamin hidroksisin (2 x 1 tablet) selama
maksimal 2 minggu, atau
2. Loratadine 1 x 10mg / hari selama maksimal 2
minggu.
 Pasien perlu mengidentifikasi factor resiko, menghindari
bahan-bahan yang bersifat alergen, baik yang bersifat
kimia, mekanis, dan fisis, memakai sabun dengan pH
netral dan mengandung pelembab serta memakai alat
pelindung diri untuk menghindari kontak alergen saat
bekerja.
8. Petugas melakukan konseling dan edukasi
 Konseling untuk menghindari bahan alergen dirumah
saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga
 Edukasi menggunkan alat pelindung diri seperti sarung
tangan dan sepatu boot
 Memodifikasi lingkungan tempat kerja
6. Pelayanan Pasien Gastritis
1. Petugas mempersilahkan duduk dan melakukan sambung
rasa
2. Petugas melakukan anamnesis, pasien datang ke dokter
karena rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut
bagian atas. Keluhan mereda atau memburuk bila diikuti
dengan makan, mual, muntah, dan kembung.
3. Petugas menanyakan faktor resiko gastritis seperti :
 Pola makan yang tidak baik : waktu makan terlambat,
jenis makanan pedas, porsi makan yang besar.
 Sering minum kopi dan teh
 Infeksi bakteri atau parasit
 Penggunaan obat analgetik dan steroid
 Usia lanjut
 Alkoholisme
 Stress
 Penyakit lainnya seperti : penyakit refluks empedu,
penyakit autoimun, HIV/AIDS, chron disease
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dengan memeriksa
adanya nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat,
bila terjadi proses inflamasi berat, dapat ditemukan
pendarahan saluran cerna berupa hematemesis dan milena,
biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, conjungtivitis
tampak anemis.
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan meliputi darah rutin, untuk mengetahui infeksi
Helicobacter pylori : pemeriksaan breathe test dan feses,
rontgen dengan barium enema, endoskopi.
6. Petugas menegakkan diagnosis gastritis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan
7. Petugas menginformasikan kepada pasien untuk
menghindari pemicu terjadinya keluhan, antara lain dengan
makan tapat waktu, makan sering dengan porsi kecil dan
hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung
atau perut kembung seperti kopi, teh, makanan pedan dan
kol.
8. Petugas memberi terapi diberikan peroral dengan obat,
antara lain : H2 blocker 2 x / sehari (ranitidine 150mg / x ,
famotidine 20mg / x , simetidine 400-800mg / x ), PPI 2 x /
hari (omeprazole 20 mg / x, lansoprazole 30mg / x), serta
Antasida dosis 3 x 500-1000mg / hari.
7. Pelayanan Pasien Tubercolusis
1. Petugas mempersilahkan duduk dan melakukan sambung
rasa
2. Petugas melakukan anamnesis : keluhan pasien datang
dengan batuk berdahak lebih dari 2 minggu. Batuk disertai
dahak, dapat bercampur darah atau batuk darah. Keluhan
dapat diserati sesak nafas, nyeri dada atau pleuritic chest
pain (bila disertai peradangan pleura), badan lemah, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise berkeringat
malam tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari
1 bulan,
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dengan memeriksa
tanda- tanda sebagai berikut :
 Demam (pada umumnya subfebris, walaupun bias
juga tinggi sekali)
 Respirasi meningkat, berat badan menurun (BMI
pada umumnya <18,5)
 Pada auskultasi terdengan suara nafas
bronkial/amforik/ronkhibasah/suara nafas melemah
diapex paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
4. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang antara lain
sebagai berikut :
 Darah : limfositosis, monositosis, LED meningkat, Hb
turun
 Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (bakteri tahan
asam/BTA) atau kultur kuman dari specimen
sputum/dahak sewaktu-pagi-sewaktu
 Untuk TB non paru, specimen dapat diambil dari bilas
lambung cairan serebrospinal. Cairan pleura ataupun
biopsy jaringan.
 Test tuberculin (matox test). Pemeriksaan ini merupakan
penunjang utama untuk membantu menegakkan
diagnosis TB pada anak.
 Pembacaan hasil uji tuberculin yang dilakukan dengan
cara mantox (intakutan) dilakukan 48-72 jam setelah
penyuntikan dengan mengukur diameter transversal. Uji
tuberculin dinyatakan positif yaitu : 1. Pada kelompok
anak dengan imunokompoten termasuk anak dengan
riwayat imunisasi BCG diameter indurasinya >10mm.
pada kelompok anak dengan imunokompromais (HIV,
gizi buruk, keganasan dan lainnya) diameter indurasinya
>5mm
 Radiologi dengan foto torax PA-Lateral/Top lordotik
Pada TB, umumnya di apeks paru terdapat gambaran
bercak bercak awan dengan batas yang tidak jelas atau
bila dengan batas jelas membentuk tuberculoma.
Gambaran lain yang dapat menyertai yaitu, kavitas
(bayangan berupa cincin berdinding tipis),
pleuritis(penebalan pleura) ,efusi pleura (sudut
kostrofrenikus tumpul).
5. Petugas menegakkan diagnosis faringitis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan
6. Petugas memberikan resep obat paket TB kepada semua
pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak
pernah diterapi sebelumnya harus mendapat terapi obat anti
TB (OAT) lini pertama sesuai ISTC (table 2). Satu fase
awal selama 2 bulan, terdiri dari : isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol. Fase lanjutan selama 4 bulan ,
terdiri dari : isoniazid, dan rifampisin. Dosis OAT yang
digunakan harus sesui dengan terapi rekomendasi
internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan
kombinasi dosis tetap (KDT/fixed-dosecombination FDC)
yang terdiri dari 2 tablet (INH dan RIF), 3 tablet (INH, RIF
dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF, PZA, EMB).
8. Pelayanan Pasien Asthma
1. Petugas mempersilahkan duduk dan melakukan sambung
rasa
2. Petugas melakukan anamnesis : sesak nafas yang episodic,
batuk batuk berdahak yang sering memburuk pada malam
dan pagi hari menjelang subuh. Batuk biasanya terjadi
kronik, mengi.
3. Petugas menanyakan factor resiko :
 Ada riwayat atopi pada penderita atau keluarganya,
hipersensitif saluran nafas, jenis kelamin, rasa tau
etnik.
 Bahan bahan di dalam ruangan : tungau, debu
rumah, binatang, kecoa. Bahan-bahan di luar
ruangan : tepung sari bunga, jamur. Makanan-
makanan. tertentu penyedap dan pewarna makanan.
Obat-obatan tertentu. Iritan : parfum, bau-bauan
merangsang. Ekspresi emosi yang berlebihan. Asap
rokok. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan.
Infeksi saluran nafas.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
 sesak napas
 mengi pada auskultasi
 pada serangan berat digunakan otot bantu nafpas
(retreksi supraklavikula, tnterakostal dan epigastrium)
5. petugas melakukan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan meliputi pemeriksaan darah lengkap, dan
mengukur arus puncak ekspirasi dengan peak flowmeter
6. petugas menegakkan diagnose faringitis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan
7. petugas menyarankan pasien untuk meidentifikasi serta
mengendalikan factor pencetusnya.
8. Petugas bila perlu melakukan perencanaan dan pemberian
pengobatan jangka panjang serta menetapkan pengibatan
pada serangan akut.
9. Pelayanan Pasien Gastroenteritis
1. Petugas mempersilahkan duduk dan melakukan sambung
rasa
2. Petugas melakukan anamnesis :
3. Petugas menanyakan factor resiko faringitis seperti :
 Higine pribadi dengan snitasi lingkungan yang kurang
 Riwayat intoleransi laktosa, riwayat alergi obat
 Infeksi HIV atau infeksi manular seksual
4. Petugas melukan pemeriksaan fisik dengan memriksa
tampak turgor kulit perut menurun, akral dingin, penurunan
tekanan darah, peningkatan denyut nadi, tangan keriput,
mata cekung tidak, penurunan kesadaran (syok
hipovolemik) nyeri tekan abdomen, kualitas bising usus
hiperperistaltik. Padan anak kecil cekung ubun-ubun
kepala. Pada tanda vital lain dapat ditemukan suhu tubuh
yang tinggi (hiperpireksi), nadi dan pernapasan cepat
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan meliputi pemeriksaan darah lengkap dan feses
6. Petugas menegakkan diagnose berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila
diperlukan
7. Petugas melakukan edukasi. Pada umumnya diare akut
bersifat ringan dan sembuh cepat dengan sendirinya melalui
rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jaranf diperlukan
evaluasi lebih lanjut
8. Apabila diperlukan petugas memberikan resep antibiotic.
10. Pelayanan Pasien Konjungtivitis
1. Petugas mempersilahkan duduk dan melakukan sambung
rasa
2. Petugas melakukan anamnesis : pasien datang dengan
keluhan mata merah, rasa mengganjal, gatal dan berair,
kadang disertai secret.
Umunya tanpa disertai penurunan tajam penglihatan
3. Petugas menanyakan factor resiko seperti :
 Daya tahan tubuh menurun
 Adanya riwayat atopi
 Penggunaan kontak lens dengan perawatan yang tidak
baik
 Higine personal yang buruk
4. Petugas melukan pemeriksaan fisik dengan memeriksa
mata tampak
o Tajam penglihatan normal
o Injeksi konjungtiva
o Dapat disertai edema kelopak, kemosis
o Eksudasi ; eksudat dapat serous, mukopurulen atau
purulent tergantung penyebab
o Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel,
papil atau papil raksasa, flikten, membrane atau
pseudomembran
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan meliputi :
 Sediaan langsung swab konjungtiva dengan pewarnaan
gram atau giemsa
 Pemeriksaan sektret dengan pewarna metilenblue pada
kasusu konjungtivitas gonore
6. Petugas menegakkan diagnose berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila
diperlukan
7. Petugas melakukan edukasi terhadap pasien untuk :
 Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat
sesudah menangani mata yang sakit
 Secret mata dibersihkan
 Pemberian obat mata topical
1. Pada infeksi bakteri : kloramfenikol tetes sebanyak 1
tetes 6 kali sehari atau salep mata 3 kali sehari selama
3 hari
2. Pada alergi diberikan flumetolon tetes mata dua kali
sehari selama 2 minggu
3. Pada konjungtivitas gonore diberikan kloramfenikol
tetes mata 0,5-1% sebanyak 1 tetes tiap jam dan
suntikan pada bayi diberikan 50.000U/kgBB tiap hari
sampai tidak ditemukan kuman GO pada sediaan apus
selama 3 hari berturut turut
4. Konjungtivitas viral diberikan salep asiklovir 3% lima
kali sehari selama 10 hari
3. Waktu Untuk semua pemeriksaan waktu pelayanan :
Pelayanan a. Senin – kamis : jam 08.00 WIB – 12.00 WIB
b. Jumat : jam 08.00 WIB – 10.00 WIB
c. Sabtu : jam 08.00 WIB – 11.00 WIB
4. Biaya/tarif Untuk biaya tarif pelayananan laboratorium sesuai dengan
PERDA no. 3 tahun 2019 Kabupaten Blora
5. Produk Buku register laburatorium
Pelayanan Blangko hasil pemeriksaan laboratorium
6. Pengelola Masyarakat menyampaikan pengaduan melalui kotak saran,
Pengaduan telepon, sms.
Pengaduan dicatat oleh petugas dan disampaikan kepadaq
kepala puskesmas Tunjungan.

Kepala UPTD Puskesmas Tunjungan


Kabupaten Blora

Teguh Ratmono, S.Kep.Ns.,M.Kes.


NIP. 19700303 199003 1 006

Anda mungkin juga menyukai