Anda di halaman 1dari 2

Pertanyaan Terapi Immunomodulator pada Sindrom Pasca COVID-19

1. Apa yang dimaksud dengan deconditioning pada kodisi sindrom pasca infeksi covid dan
bagaimana hubungannya dengan sequele neuropsikiatri pada pasien sindrom pasca infeksi
COVID-19 ?
- Deconditioning merupakan kondisi terjadinya penurnan fungsi anatomi dan fisiologi
tubuh akibat usia dan tirah baring lama yang sering terjadi pada pasien infeksi COVID-19
derajat berat.
- Tirah baring tersebut menyebabkan pasien tidak melakukan rutinitas aktivitas
sederhana seperti berjalan , makan dan minum sehingga impuls saraf motoric yang
dihantarkan ke otak berkurang yang akhirnya mengurangi aktivitas sel neuron otak.

Sumber : Ivena I, Sudiyono N, Jim EL, Pohan HT. REHABILITASI MEDIK PADA SINDROMA
DEKONDISI PASCA COVID-19 DERAJAT BERAT. Damianus Journal of Medicine [Internet]
2021;20(2):152–62. Available from: http://dx.doi.org/10.25170/djm.v20i2.2694

2. Dari sekian banyak immunomodulator pada terapi pasien pasca infeksi COVID-19,
manakah yang paling efektif?
- Hingga saat ini terapi immunomodulator pada sindrom pasca covid masih dan sedang
dilakukan studi termasuk kohort prospektif, uji klinis yang fungsinya mencari tingkat
keamanan, efektivitas serta dosis yang sesuai dengan keburuhan ataupun derajat
penyakit pasien
- Sequele multi-organ dari COVID-19 menjadi bagian penting dari sindrom pasca covid-19
sehingga terapi immunomodulator tersebut dilakukan pendekatan sesuai dengan
sequele target organ.

Sumber : Nalbandian A, Sehgal K, Gupta A, et al. Post-acute COVID-19 syndrome. Nat Med
[Internet] 2021;27(4):601–15. Available from: http://dx.doi.org/10.1038/s41591-021-01283-
z

3. Bagaimana mekanisme plasma convalescent pada sindrom pasca covid-19


- Plasma convalescenet merupakan imunoterapi pasif. Dalam studi prospektif pada10
kasus infeksi berat COVID-19 yang menerima single dosis 200mL dari plasma
convalescent dengan antibody titter > 1 : 640 menunjukkan perbaikan gejala.
- Plasma convalescent tersebut berperan sebagai neutralizing SARS-CoV-2 sehingga
memperbaiki kapasitas paru-paru pasien sehingga tidak jatuh di kondisi ARDS / MOD
yang juga menjadi salah satu faktor timbulnya sindrom pasca COVID-19

Sumber : Razmi M, Hashemi F, Gheytanchi E, Dehghan Manshadi M, Ghods R, Madjd Z.


Immunomodulatory-based therapy as a potential promising treatment strategy against
severe COVID-19 patients: A systematic review. Int Immunopharmacol [Internet] 2020 [cited
2022 Jun 9];88(106942):106942. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.intimp.2020.106942

4. Parameter untuk memulai pemberian immunomodulator ?


- Pasien dengan infeksi berat akan memiliki parameter inflamasi IL-6 > 1000 pg/mL
sehingga mungkin bermanfaat jika diberikan Tocilizumab atau Anankinra, dimana peran
obat tersebut telah menunjukkan meningkatkan imunitas dalam melawan patogen
tersebut.

Sumber : Hall MW, Joshi I, Leal L, Ooi EE. Immune immunomodulation in Coronavirus
disease 2019 (COVID-19): Strategic considerations for personalized therapeutic intervention.
Clin Infect Dis [Internet] 2022;74(1):144–8. Available from:
http://dx.doi.org/10.1093/cid/ciaa904

5. Bagaimana peran immunomodulator pada MIS-C ?


- Terapi immunomodulator yang dapat diberikan adalah intravena immunoglobulin
kombinasi glukokortikoid dan dosis rendah aspirin selama 4 minggu setelah diagnosis

Sumber : Nalbandian A, Sehgal K, Gupta A, et al. Post-acute COVID-19 syndrome. Nat Med
[Internet] 2021;27(4):601–15. Available from: http://dx.doi.org/10.1038/s41591-021-01283-
z

Anda mungkin juga menyukai