yang digunakan oleh guru. LKS merupakan salah satu alat bantu pengajaran
berupa lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS
tugas teori maupun tugas praktikum (Rustaman, 2005). Dalam LKS memuat
materi pokok yang harus dipelajari, dipahami, dan dikuasai oleh siswa. Akan
tetapi, penggunaan LKS saat ini masih kurang optimal. Berdasarkan studi
digunakan oleh guru. Kekurangan tersebut yaitu kalimat dalam langkah kerja
memahami kalimat pada langkah kerja pada LKS dan tujuan dari kegiatan
praktikum kurang tercapai serta peran LKS sebagai media pembelajaran dalam
sains. Hal ini disebabkan karena pada saat melakukan kegiatan praktikum,
mereka pelajari melalui berbagai fakta sehingga konsep tersebut menjadi lebih
alat dan bahan yang digunakan, langkah kerja dan sejumlah pertanyaan.
Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu LKS menurut Rustaman, (2005)
adalah:
kemampuan penggunaan
5. Memberikan catatan yang jelas bagi siswa atas apa yang telah
mereka lakukan
terdapat dua jenis LKS yaitu eksperimen dan LKS non eksperimen. Menurut
diskusi atau tanya jawab. LKS eksperimen maupun LKS non eksperimen
mempunyai beberapa kelebihan yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.1
Kelebihan LKS Eksperimen dan LKS Non Eksperimen
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Eksperimen Non Eksperimen
Melibatkan banyak indera Efisiensi waktu dalam
Banyak keterampilan proses pembuatannya
yang dilatihkan Relatif murah, aman dan hemat
Menanamkan disiplin dan tenaga
tanggung jawab Target kurikulum lebih mudah
Menantang siswa untuk tercapai
menemukan hal baru Organisasi dan perencanaan
menggugah gagasan orisinil lebih terkendali
Lebih mudah penggunaannya
Sumber: Rustaman et al., (2005)
sebelumnya dan prosedurnya telah dirancang oleh guru dan siswa hanya
oleh siswa dapat beragam dan prosedur pada LKS dirancang sendiri oleh
proses sains dengan tuntutan kurikulum dan karakteristik dari materi yang
diajarkan.
B. Konsep
seperti berikut :
stimulus-stimulus.
gejala.
tersebut sulit rasanya untuk sampai pada suatu definisi konsep yang tepat. Hal
11
yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta, baik merupakan suatu
1. Atribut
suatu konsep merupakan tanda atau ciri atau sifat-sifat dari suatu konsep
ciri atribut yang relevan, dan juga atribut-atribut yang tidak relevan.
2. Struktur
Ada tiga macam struktur yang dikenal, yaitu konsep konjungtif, konsep
konsep yang memiliki dua atau lebih sifat-sifat, sehingga sehingga dapat
12
konsep-konsep yang menghendaki adanya dua atau lebih sifat yang harus
atribut konsep.
3. Keabstrakan
4. Keinklusifan
5. Generalisasi
super ordinat atau sub ordinat. Konsep wortel adalah super ordinat
6. Ketepatan
7. Kekuatan
genetika.
dua cara, yaitu formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep atau
pengalaman.
pengetahuan baru.
14
contoh. Dalam proses ini anak-anak diberi nama konsep dan atribut-atribut
Ini berarti bahwa mereka akan belajar arti konseptual baru dengan
1996:82).
1. Tingkat konkret
2. Tingkat identitas
sesudah selang waktu, bila orang itu mempunyai orientasi ruang yang
15
berbeda terhadap objek itu, atau bila objek itu ditentukan melalui suatu
bahwa ada dua bentuk atau lebih yang identik dari benda yang berbeda
3. Tingkat klasifikatori
4. Tingkat formal
formal, bila siswa itu dapat memberi nama konsep itu, mendefinisikan
tetapi juga untuk menanamkan nilai dan moral yang terkandung didalam
dalam keterampilan siswa mulai dari aspek pemahaman, analisis, sintesis atau
16
mengevaluasi suatu program. Bila konsep tidak diberikan atau tidak dipelajari,
maka beberapa konsep lainnya juga kurang dapat dipahami, karena tidak ada
dasar berbagai keilmuan dan tanpa konsep dasar ini tujuan pembelajaran tidak
akan tercapai dengan baik. konsep dasar merupakan konsep yang dibutuhkan
terdapat di dalam LKS bisa tercapai dengan baik. Dan konsep-konsep yang
C. Aspek Afektif
Aspek afektif berkaitan erat dengan aspek perasaan, nilai, sikap, dan minat
perilaku peserta didik atau siswa. Sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya
afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus
yang harus dipelajari, karena lebih menekankan segi penghayatan dan apresiasi.
Setiap orang memiliki sejumlah nilai, baik yang jelas atau terselubung. Nilai-nilai
yang demikian ini ada yang tersembunyi, dan ada pula yang dapat dinyatakan
secara eksplisit. Nilai juga bersifat multidimensional, ada yang relatif dan ada
yang absolut, sifat-sifat yang demikian inilah yang menjadi penting dalam
domain afektif terdapat lima kategori yaitu: (1) Penerimaan, aspek ini mengacu
pada kepekaan dan kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai
sesuai tata tertib disiplin yang telah diterimanya; (3) Penghargaan/ penilaian,
18
aspek ini mengacu pada penilaian atau penghargaan siswa terhadap suatu objek,
gejala atau perubahan tingkah laku. Penilaian ini ditunjukan oleh perubahan
tingkah laku yang tepat dan cukup stabil; (4) Pengorganisasian, aspek ini mengacu
pada proses membentuk konsep tentang suatu nilai serta menyusun suatu sistem
nilai-nilai dalam diri; (5) Karakteristis, yaitu pembentukan pola hidup, aspek ini
mengacu pada sistem yang mengontrol tingkah laku siswa untuk jangka waktu
yang cukup lama dalam mengembangkan suatu ciri dari siswa. Aspek ini
D. Aspek Psikomotorik
dengan aspek keterampilan motorik atau gerak dari siswa. Hasil belajar
psikomotor ini sebenarnya lanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu)
dan belajar afektif (kecenderungan untuk berperilaku). Adapun kata kerja untuk
lain-lain.
enam kategori yaitu: (1) Persepsi, aspek ini mengacu pada penggunaan alat untuk
dalam kegiatan atau perbuatan; (2) Kesiapan, aspek ini mengacu pada kesiapan
memberikan respon secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan;
(3) Respon terbimbing, aspek ini mengacu pada pemberian respon perilaku,
19
aspek ini mengacu pada keadaan ketika respon fisik yang dipelajari telah menjadi
kebiasaan; (5) Pola penyesuaian gerakan atau adaptasi, aspek ini mengacu pada
kemampuan menyesuaikan respon atau perilaku gerakan dari situasi yang baru;
gerak-gerik yang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru