Anda di halaman 1dari 4

Sekte-sekte Mahayana

Aliran Mahayana terdiri dari 9 sekte yaitu: Yogacara/Vijnanavada, Tri-sastra, Avatamsaka, Tien Tai,
Tantra, Dhyana, Sukhavati, Nichiren dan Vinaya. (Sumber ini dikutip dari karya Prof. Junjiro
Takakusu "The Essentials of Buddhist Philosophy") Berikut ini pembahasan secara garis besar
mengenai ke sembilan sekte tersebut.

1. Sekte Yogacara/Vijnanavada (Wei She Cung/Hosso)

Sekte ini dipelopori oleh Arya Asanga (abad V Masehi) yang menyusun karya Yogacarabhumi Sastra
(Yu Cia She Ti Luen) dan Mahayana Samparigraha Sastra (She Ta Chen Luen). Terjemahan ke bahasa
Mandarin dilakukan oleh Buddhasanta, Paramartha dan Suan Chang. Isi dari sastra-sastra tersebut
menerangkan: vijnana-citta, sad-paramita, sila, samadhi, prajna, dasabhumi dan tri-kaya.

Sekte Yogacara juga berpedoman pada Sandhi Nirmocana Sutra/解深密經, Dasabhumi ka sastra,
Vijnapti Matrada Sidhi karya Dharmapala terjemahan Suan Chang. Pada masa sekarng sekte ini hanya
dipelajari di perguruan tinggi Buddhis dan hanya terbatas pada kaum intelektual saja.

2. Sekte Tri-sastra (San Luen Cung/San Ron Syu)

Sekte ini di India disebut Madhyamika atau Sunyatavada. Di India, sekte ini dipelopori oleh
Nagarjuna dan Arya Deva (antara abad I dan II Masehi) kemudian disusul oleh Buddhapalita,
Bhavaviveka dan Chandrakirti. Di Tiongkok sekte ini dipelopori oleh Kumarajiva (abad V).

Aliran ini berpedoman pada tiga buah sastra yaitu:


a. Madyamika Karika (Cung Luen) karya Nagarjuna
b. Dvadasa-dvara (Se Er Men Luen) karya Nagarjuna
c. Sata Sastra (Pai Luen) karya Arya Deva

Sekte ini menekankan Sunyata. Pengertian terhadap Sunyata adalah sebagai suatu kebenaran yang
absolut. Di samping itu sunya adalah pengertian mengenai tidak adanya inti yang kekal karena
semuanya berkontradiksi. Sekte ini begitu menitikberatkan pada metode analisa dan perenungan
sehingga amat sukar untuk dicerna oleh pengertian awam. Pada masa sekarang sekte ini hanya
dipelajari di perguruan tinggi Buddhis dan terbatas pada kaum intelektual saja.

3. Sekte Avatamsaka (Hua Yen Cung/Kegon Syu)

Secara harafiah nama sekte ini berarti "lingkaran bunga". Sekte ini bersumber pada Avatamsaka
Sutra (Hua Yen Cing), sebuah sutra besar Mahayana. Sutra ini sulit dimengerti sehingga secara
legendaris dikisahkan setelah Pertapa Gautama mencapai Samyaksambodhi, beliau menerangkan isi
sutra tersebut, namun sayangnya tidak ada manusia yang dapat memahami isi sutra tersebut.

Dikisahkan pula bahwa sutra tersebut dititipkan kepada istana Dewa Naga. Setelah lebih dari 500
tahun Sang Buddha parinirvana, Nagarjuna berhasil mendapatkan kembali sutra tersebut. Sebagian
besar naskah asli dalam bahasa Sansekertanya telah hilang. Penterjemahan sutra tersebut ke dalam
bahasa Mandarin dilakukan oleh Buddhabadra, Siksananda dan Prajna. Di Tiongkok sekte ini
dipelopori oleh Bhiksu Sien Sou (Tu Sun) yang hidup antara tahun 577-640 Masehi.

Sekte ini sampai sekarang mungkin hanya di Jepang yang masih aktif, sedangkan di negara-negara
Timur lainnya umumnya hanya dipelajari di perguruan tinggi Buddhis saja. Di Jepang sekte ini
berpusat di Vihara Todaiji di Nara.

4. Sekte Tien Tai (Tien Tai Cung/Tendai Syu)

Sekte ini terbentuk di Tiongkok dengan mengambil nama sebuah gunung di provinsi Ce Ciang yaitu
Gunung Tien Tai (yang berarti "panggung surgawi"). Di Gunung Tien Tai ini secara resmi Bhiksu Ce
Khai (531-597) yang disebut juga Ce Yi atau Che ce mendirikan sekte ini. Sebelum beliau telah ada
dua orang bhiksu intelektual lainnya yang meratakan jalan dan merintis berdirinya aliran ini yaitu
Bhiksu Hui Wen (510-557) dan Bhiksu Hui She (514-577).
Sekte ini berpedoman pada Saddharma Pundarika Sutra (Miao Fa Lien Hua Cing), Amitartha Sutra
(Wu Liang I Cing) dan Nirvana Sutra (Nie Phan Cing). Di samping itu ada tiga tafsiran sutra dan karya
sastra yang disusun oleh Hui Wen, Hui She dan Ce Khai yaitu:
a. Fa Hua Wen Ci (Words and phrases of the lotus)
b. Fa Hua Suen I (Profound meaning of the lotus)
c. Mo Ho Ce Kuan Fa Men (Mahayana method of cessation and comtemplation)

Sekte Tien Tai memiliki suatu pandangan filosofis yang disebut konsep 3.000 alam (Tri-sahasra
Dharmadhatu). Konsep ini menitikberatkan hubungan erat antar makhluk-makhluk hidup serta
hubungan dengan alam semesta sehingga timbul perkataan "yi nien san chien" (ichinen sanzen) yaitu
pikiran sekejab meliputi segala hal ikhwal seluruh alam semesta.

Sekte Tien Tai dianut oleh berjuta-juta umat di Asia Timur. Di Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam,
sekte ini terus berkembang dan dapat dikatakan suatu sekte aliran Mahayana yang cukup aktif.

5. Sekte Tantra (Mi Cung/Cen Yen Cung/ Shingon Syu)

Ada dua macam Tantra Buddhis yaitu Tantra Timur dan Tantra Tibet. Tantra Timur terbagi dua yaitu
Tantra yang ada pada sekte Tien Tai dan Tantra pada sekte Cen Yen yang kemudian dibawa ke
Jepang dengan nama Shingon Syu. Yang dimaksud dengan Tantra Tibet adalah tantra yang
diterapkan di Tibet, Mongolia, Bhutan, Nepal,dll.

Tantra Timur berkembang di Tiongkok pada abad VII ketika tiga orang Guru Besar Tantra datang
dari India. Mereka adalah:
a. Subhakarasimha (善无畏 637-735 M). Pada tahun 716 M beliau tiba di Chang An setelah belajar di
Nalanda. Pada tahun 725 M beliau bersama I Cing menterjemahkan sutra tantra yang terkenal yaitu
Maha-Vairocana Sutra (Ta Re Ru Lai Cing).
b. Vajrabodhi (金剛智 663-723 M). Beliau juga pernah belajar di Nalanda dan pada tahun 720 M
menterjemahkan Vajrasekhara (Cin Kang Ting Cing) ke bahasa Mandarin.
c. Amoghavajra (不空 705-774 M). Beliau adalah siswa Vajrabodhi dan pada tahun 746 M tiba di
Chang An.

Pada tahun 747 M Guru Padma Sambhava (Lien Hua Seng Ta She) tiba di Tibet. Dikisahkan bahwa
beliau berhasil menundukkan roh-roh halus dari agama pribumi Tibet yang disebut Bon-pa sehingga
terbentuklah perpaduan yang harmonis dengan Buddhisme.

Adapun sekte yang terdapat pada Tantra Tibet adalah:


a. Sekte Nyingmapa/寧瑪宗-紅教, biasanya disebut pengikut jubah dan topi merah. Sekte ini
didirikan oleh Guru Padma Sambhava dan Santarakshita pada tahun 749 M.
b. Sekte Kadampa, dipelopori oleh Atisa pada tahun 1035 M
c. Sekte Gelugpa/黃教, biasanya disebut juga Lama yang bertopi dan berjubah kuning. Sekte ini
adalah sekte pembaharuan yang dipelopori oleh Tsong-ka-pa pada abad XV.
d. Sekte Kargyupa/白教, didirikan pada abad XI oleh Lama Marpa. Tokoh lain dari sekte ini yang
terkenal adalah Milarepa.
e. Sekte Sakyapa/花教, didirikan oleh Lama Kon-dkon-meho'oggyal-po pada tahun 1072 M.

6. Sekte Dhyana (Chan Cung/Zen)

Sekte ini lebih dikenal dengan sebutan Buddhisme Zen. Secara harafiah Zen adalah perubahan bunyi
dari kata Chan yang berasal dari bahasa Sansekerta Dhyana yang dapat diartikan "meditasi".

Dapat dikatakan sekte Zen lahir dan tumbuh besar di Tiongkok ketika seorang bhiksu India yang
bernama Bodhidharma (Tat Mo Co Su) datang ke Tiongkok pada tahun 520 M. Silsilah Bodhidharma
dapat kita lihat sebagai berikut:
Sakyamuni Budha-Maha Kasyapa-Ananda-Sanavasa-Upagupta-Dhritaka-Micchaka-Buddhanandi-
Buddhamitra-Bhiksu Parsva-Punyayasas-Asvaghosha-Bhiksu Kapimala-Nagarjuna-Kanadeva-Arya
Rahulata-Samghanandi-Samghayasas-Kumarata-Jayata-Vasubandhu-Manura-Hakkenayasas-Bhiksu
Simha-Vasasita-Punyamitra-Prajnatara-Bodhidharma.

Setelah kedatangan Bodhidharma ke Tiongkok juga dikenal sebutan enam Patriarch sebagai berikut:
a. Patriarch I : Bodhidharma
b. Patriarch II : Hui Khe
c. Patriarch III : Shen Chie
d. Patriarch IV : Tao Sin
e. Patriarch V : Hung Jen
f. Patriarch VI : Hui Neng

Sub-sekte dari Buddhisme Zen yang masih aktif hingga saat ini adalah:
a. Sub-sekte Lin Chi (Rinzai), diperkenalkan oleh Master Lin Chi kira-kira pada tahun 850 M.
b. Sub-sekte Chau Tung (Soto), diperkenalkan oleh Master Tung San Liang Cie (807-869 M0 dan Chau
San (840-901 M).
c. Sub-sekte Huang Po (Obaku), dikembangkan oleh Master Huang Po kira-kira tahun 850 M.

Beberapa sutra yang dapat dikatakan sumber bagi Zen Buddhisme adalah:
a. Lankavatara Sutra/楞伽經(diterjemahkan ke bahasa Mandarin oleh Buddhabadra)
b. Vajrachedika Prajnaparamita Sutra (diterjemahkan ke bahasa Mandarin oleh Kumarajiva)
c. Sutra Altar Patriarch VI
d. Vimalakirti Nirdesa Sutra (diterjemahkan ke bahasa Mandarin oleh Kumarajiva)
e. Surangama Sutra/楞嚴經(diterjemahkan ke bahasa Mandarin oleh Siksananda)

7. Sekte Sukhavati (Cing Thu Cung/Jodo Syu)

Sekte Sukhavati adalah sebuah sekte yang menitikberatkan pada puja bakti terhadap Amitabha
Buddha. Beliau berdiam di sebuah alam yang bernama Sukhavati (bumi yang penuh dengan
kebahagiaan) dan 'berada' di sebelah barat dari loka dunia ini.

Sekte ini tidak menitikberatkan pada pelajaran atau penyelidikan sutra-sutra dan meditasi. Tetapi
yang terpenting adalah mematuhi Pancasila Buddhis dan menyerahkan diri pada kekuatan Maitri-
Karuna Amitabha Buddha dan Bodhisatva Mahasatva lainnya. Yang penting adalah penyerahan diri
serta bertobat seraya mengulangi sebutan mulia "Namo Amitabha Buddha" (Namo Amotofo). Di
samping itu pemujaan dan bakti terhadap Avalokitesvara Bodhisatva (Kuan She Yin Pu Sa) dan
Mahastamaprapta Bodhisatva (Ta She Che Pu Sa) juga dilakukan.

Sering dikatakan: Dia yang menyebut "Namo Amitabha Buddha" dialah orang yang penuh dengan
kasih sayang dan welas asih terhadap semua makhluk hidup. Semasa hidup dengan tekun menyebut
"Namo Amitabha Buddha" serta menerapkan Pancasila Buddhis dan melaksanakan Maitri-Karuna
agar nanti setelah meninggal dunia akan terlahir di alam Sukhavati. Ini jangan semata-mata diartikan
setelah mati baru lahir di Sukhavati; akan tetapi pada saat masih hidup akan dapat memastikan
terlahir di alam Sukhavati.

Ada tiga sutra yang dijadikan pedoman yaitu:


a. Amitabha Sutra/Sukhavati Vyuha Sutra (O Mi To Cing)
b. Maha Sukhavati Vyuha Sutra (Wu Liang Sou Cing)
c. Amitayus Dhyana Sutra (Kuan Wu Liang Sou Cing)

8. Sekte Nichiren

Sekte ini berasal dari sekte Tien Tai (Tendai) yang dipelopori oleh seorang bhiksu Jepang yang
militan yaitu Nichiren Daishonin (1222-1282 M). Pokok utama dari ajaran Nichiren adalah
bersumber pada Saddharma Pundarika Sutra (Hokkekyo). Dengan menyebut dan mengulang "Namu
Myoho Rengekyo" sebagai sebutan mulia utama agar dapat menimbulkan keyakinan (sradha) yang
kuat terhadap Hokkekyo dan menghapus karma-karma buruk sekaligus menambah karma-karma
baik.
Nichiren banyak menulis karya sastra. Di antaranya untuk memperingati guru beliau yang amat
sangat beliau cintai dan hormati yaitu Dozenbo, beliau menulis Ho-On-Syo (sastra tentang balas
budi) di mana beliau menekankan arti bals budi terhadap orang tua, guru dan negara. Selain itu
karya-karya sastra beliau yang cukup terkenal adalah Kaimokusyo (sastra tentang membuka mata)
di mana beliau menekankan sifat berkorban beliau terhadap rakyat dan negara serta dunia dan
Shohojisyo yang mengisahkan garis besar filsafat beliau.

9. Sekte Vinaya (Li Cung/Ritsusyu)

Sesuai dengan namanya, sekte ini menitikberatkan pada Vinaya. Di Tiongkok sekte ini dipelopori
oleh Bhiksu Tao Hsu An pada periode Dinasti Tang (abad VI M). Pada sekte Vinaya terdapat apa yang
disebut Catuh-Vinaya (She Fen Li) yaitu Empat Sumber Vinaya yang terdiri dari:
a. Sarvastivada Vinaya (十誦律 Se Thung Li), diterjemahkan ke dalam 61 Chuan pada tahun 404-406
M oleh Punyatara
b. Dharmagupta Vinaya (四分律 She Fen Li), diterjemahkan ke dalam 60 Chuan pada tahun 405 M oleh
Budhayasas
c. Mahasanghika Vinaya (摩訶僧祇律 Ta Seng Che Li), diterjemahkan ke dalam 40 Chuan pada tahun
405 M oleh Buddhabadra/佛陀跋陀羅
d. Mahisasaka Vinaya (五分律 Wu Pu Li), diterjemahkan ke dalam 30 Chuan pada tahun 423 M oleh
Buddhajiva

1 汉传佛教
1.1 先秦 Pra Dinasti Qin
1.2 汉朝 Dinasti Han
1.3 魏晋 Dinasti Wei (Utara) & Dinasti Jin (Selatan)
1.4 南北朝 Dinasti Selatan dan Utara
1.5 唐朝 Dinasti Tang
1.6 五代十国 Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara
1.7 宋朝 Dinasti Song
1.8 明朝 Dinasti Ming

Biksu India yang membawa agama Buddha ke Tiongkok zaman Dinasti Han Timur
迦叶摩腾 Kasyapa Matanga
竺法兰 Dharmaratna

Anda mungkin juga menyukai