Anda di halaman 1dari 31

PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI

SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO


TA. 2011 - 2012

A. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK

Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Terms Of Reference (TOR)


adalah satu petunjuk atau dasar dari sebuah rencana suatu pekerjaan.
Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) didasari atas gagasan filosofis
dari pekerjaan dimaksud. Dalam hal Kegiatan Perencanaan Teknis
Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan Propinsi, Pekerjaan
Supervisi Pelebaran Jalan Jurusan Madiun - Ponorogo yang disusun
dengan maksud untuk menyediakan prasarana jalan dan jembatan yang
baik, agar dapat berfungsi optimal melayani masyarakat. Sedangkan
tujuan kegiatan ini adalah melaksanakan pekerjaan pengawasan teknik
jalan sedemikian rupa, sehingga dicapai mutu pekerjaan konstruksi yang
dilaksanakan secara optimal sesuai dengan investasi dan syarat-syarat
yang ditetapkan.
Berdasarkan penjelasan dalam Perpres No. 54 tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disebutkan bahwa Kerangka Acuan
Kerja yang ditetapkan oleh PPK sekurang-kurangnya memuat hal-hal
sebagai berikut :
1) uraian pendahuluan berupa gambaran secara garis besar
mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan, antara lain latar
belakang, maksud dan tujuan, lokasi, asal sumber pendanaan,
nama dan organisasi PPK;
2) data penunjang berupa data yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan, antara lain data dasar, standar teknis, studi-studi
terdahulu yang pernah dilaksanakan, dan peraturan
perundang~undangan yang harus digunakan;
3) tujuan dan ruang lingkup pekerjaan yang memberikan gambaran
mengenai tujuan yang ingin dicapai, keluaran yang akan
dihasilkan, keterkaitan antara suatu keluaran dengan keluaran
lain, peralatan dan material yang disediakan oleh PPK serta
peralatan dan material yang harus disediakan oleh penyedia,
lingkup kewenangan yang dilimpahkan kepada penyedia,
perkiraan jangka waktu penyelesaian pekerjaan jasa konsultansi,
kualifikasi dan jumlah tenaga ahli yang harus disediakan oleh
penyedia, perkiraan keseluruhan tenaga ahli/tenaga pendukung
yang diperlukan (jumlah person-months) dan jadwal setiap
tahapan pelaksanaan pekerjaan. Khusus untuk pengadaan jasa
konsultansi dengan evaluasi pagu anggaran, jumlah tenaga ahli
tidak dicantumkan dalam Kerangka Acuan Kerja;
4) jenis dan jumlah laporan yang disyaratkan (antara lain laporan
pendahuluan, laporan bulanan, laporan antara dan laporan akhir);

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 1

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

5) ketentuan bahwa kegiatan jasa konsultansi harus dilaksanakan di


Indonesia, kecuali untuk kegiatan tertentu yang belum mampu
dilaksanakan di Indonesia;
6) hal-hal lain seperti fasilitas yang disediakan oleh PPK untuk
membantu kelancaran tugas penyedia, persyaratan kerjasama
dengan penyedia lain (apabila diperlukan), dan pedoman tentang
pengumpulan data lapangan.
Namun terlepas dari itu semua, konsultan menganggap bahwa
Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Dan
Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan Propinsi, Pekerjaan Supervisi
Pelebaran Jalan Jurusan Madiun - Ponorogo tersebut penuh dengan
apresiasi dan inovasi. Salah satu hal yang mendapat tanggapan positif
dari kami adalah mengenai alih pengetahuan yang menerangkan bahwa
apabila dipandang perlu oleh Pejabat Pembuat Komitmen, maka
Penyedia Jasa harus mengadakan pelatihan, kursus singkat, diskusi dan
seminar terkait dengan subtansi pelaksanaan kegiatan dalam rangka alih
pengetahuan kepada staff di lingkungan organisasi Pejabat Pembuat
Komitmen. Hal ini dapat dijadikan sebagai ruang dan media untuk :
1. Menambah wawasan;
2. Memperluas daya pikir
Dengan begitu akan terjadi diskusi dan tukar pendapat sekaligus
menyamakan persepsi antara ketiga pihak; konsultan pengawas,
kontraktor pelaksana, dan staff organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Timur, sehingga tercapai hubungan
sinergi yang baik.
Hubungan yang sinergi antara ketiga belah pihak tersebut
menjadi hal yang urgen dan menjadi prioritas utama dalam pekerjaan ini,
karena kami menilai suatu pekerjaan tidak akan menghasilkan sesuatu
yang memuaskan apabila pihak – pihak yang terlibat di dalamnya tidak
bisa membangun sebuah hubungan kerja sama yang baik. Untuk itu kami
selaku konsultan pengawas menghimbau agar senantiasa saling
berkomunikasi dalam proses peyelesaian pekerjaan pengawasan ini.

B. URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA


B.1. PENDEKATAN METODOLOGI

Pengawasan pekerjaan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik


merupakan suatu aspek penting menunjang keberhasilan pembinaan
Bidang Bina Marga, utamanya keberhasilan dalam meningkatkan mutu
pelaksanaan pekerjaan fisik jalan dan jembatan. Penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan dan pengawasannya
yang masing – masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan,
pengerjaan dan pengakhiran.
Tahap pengawasan menjadi tahap yang tidak kalah pentingnya
sebagai proses pengendalian terhadap pelaksanaan pekerjaan fisik.
Fungsi dasar pekerjaan konstruksi yaitu mempunyai beberapa wujud
karakter, antara lain :

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 2

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

Quality control, yaitu mengamankan komponen secara


menyeluruh dan mendetail (tidak secara random) untuk memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan dan selalu dilengkapi daftar simak apa
yang akan diperiksa.
Observasi berkala, yaitu mengamankan tercapainya sasaran
desain dengan segala konsep, metode, asumsi, perilaku struktur, urutan
pelaksanaan, dan observasi cermat serta detail.

1. METODE PENGAWASAN PELEBARAN PERKERASAN JALAN

Pekerjaan pelebaran perkerasan jalan mencakup penambahan


lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan
dalam rancangan, yang ditunjukkan pada gambar atau yang
diperintahkan konsultan. Pekerjaan ini mencakup penggalian dan
pembuangan bahan yang ada, penyiapan tanah dasar, dan
penghamparan serta pemadatan bahan dengan garis dan dimensi yang
diberikan dalam gambar atau yang disetujui oleh konsultan pengawas.
Pekerjaan harus sudah selesai sebelum pelaksanaan pekerjaan aspal.
Pelebaran perkerasan harus dilaksanakan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar. Penentuan pelebaran perkerasan apakah satu sisi maupun
dua sisi harus dilakukan dengan mempertimbangkan Ruang Milik Jalan
(Rumija) yang tersedia, bangunan tetap dan lingkungan yang ada termasuk
pembebasan tanah (jika ada), sehingga dapat menciptakan suasana aman
bagi pemakai jalan seperti kebebasan samping yang cukup dengan
disediakannya lebar bahu jalan yang memenuhi standar teknis.
Apabila alinyemen jalan lama tidak memenuhi ketentuan
minimum dari fungsi jalan tersebut (arteri, kolektor, dan lokal), maka
pelebaran perkerasan dilaksanakan dengan perbaikan alinyemen
sedemikian hingga sumbu jalan menjadi lebih lurus dan lengkung pada
tikungan maupun pada puncak tanjakan dapat dikurangi.

A. PENGAWASAN PERSIAPAN UNTUK PELEBARAN


PERKERASAN

Pekerjaan pelebaran perkerasan dapat dilaksanakan


dengan menggunakan timbunan, Lapis Pondasi Agregat atau
Lapis Pondasi Semen Tanah, dan Lapisan Beraspal, bersama
dengan Lapis Resap Pengikat yang diperlukan, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh jajaran Pejabat Pembuat Komitmen.
Konsultan akan menginstruksikan pelaksanaan galian untuk
pelebaran perkerasan agar mampu menyediakan ruang gerak yang
cukup untuk alat penggilas (roller). Sampai saat ini lebar alat
penggilas (roller) minimum adalah 0,8 m yaitu baby roller, maka lebar
penggalian yang dibutuhkan adalah 1 m untuk dapat memberikan
ruang gerak yang lebih baik. Bilamana lebar galian melebihi lebar
pelebaran perkerasan yang diperlukan, maka bahan galian tersebut

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 3

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

harus diisikan kembali dan dipadatkan bersama-sama dengan setiap


bahan yang akan digunakan untuk pelebaran perkerasan. Konsultan
akan memberikan perhatian khusus untuk menjamin agar bahan
yang digunakan untuk pelebaran perkerasan tidak terkontaminasi
dengan bahan galian yang diisikan kembali, sedemikian rupa
sehingga diperlukan suatu acuan untuk memisahkan kedua jenis
bahan selama penghamparan. Dalam hal ini, lebar galian yang
melebihi lebar pelebaran perkerasan yang diperlukan tidak akan
dipandang sebagai kuantitas galian tambahan yang dapat dibayar.

B. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN BAHAN


PELEBARAN PERKERASAN

Ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi Umum dalam


hal penghamparan dan pemadatan bahan pelebaran perkerasan
harus berlaku kecuali bahwa frekuensi pengujian pengendalian
mutu harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga tidak kurang
dari lima pengujian indeks plastisitas (plasticity index), lima
pengujian gradasi butiran, dan satu pengujian kepadatan kering
maksimum harus dilakukan untuk tiap 500 meter kubik bahan yang
dibawa ke lapangan. Ketentuan lain yang perlu diperhatikan yang
berhubungan dengan produksi, penghamparan, pemadatan dan
pengujian bahan perkerasan harus berlaku dengan perkecualian
berikut ini :

a) Sebelum bahan dihampar, lapis resap pengikat yang sesuai


harus disemprotkan pada lapis pondasi yang sudah
dipersiapkan dan lapis perekat yang sesuai juga harus
disemprot pada permukaan vertikal dari tepi perkerasan lama.
b) Pada pelebaran yang agak sempit, penghamparan dapat
dilakukan dengan cara manual, tetapi dalam batas-batas
temperatur seperti penghamparan dengan mesin. Pemadatan
harus dilakukan menggunakan alat pemadat mekanis atau alat
pemadat bergerak bolak balik yang disetujui. Alat pemadat
kecil yang bermesin sendiri dapat digunakan bilamana lebar
pekerjaan pelebaran cukup untuk menampung seluruh lebar
roda alat pemadat.
c) Pengujian kepadatan dari bahan lapisan beraspal terhampar
yang ditentukan dengan pengujian benda uji inti (core), harus
dilaksanakan dengan frekuensi tidak kurang dari satu
pengujian setiap 50 m pekerjaan pelebaran untuk masing-
masing sisi jalan (jika diterapkan pelebaran dua sisi), diukur
sepanjang sumbu jalan.

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 4

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

2. METODE PENGAWASAN TERHADAP PEKERJAAN LAPIS


PONDASI AGREGAT DENGAN CEMENT TREATED BASE (CTB)

Cement Treated Base (CTB) adalah lapis pondasi agregat semen


yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari konstruksi Soil-
Cement, dengan gradasi dan mutu yang lebih terkendali dan metode
pelaksanaan (pencampuran dan penghamparan) yang menyerupai
pekerjaan pengaspalan. Dengan daya dukung yang tinggi, maka pada
umumnya CTB banyak digunakan untuk ruas – ruas jalan yang melayani
lalu lintas cukup padat dan berat.
Dengan perkembangan lalu – lintas yang semakin berat dan
padat, serta dengan semakin menipisnya deposit agregat dengan kualitas
tinggi, maka penggunaan CTB dalam konstruksi jalan menjadi semakin
“Justified”. Terlebih apabila dijadikan pilihan sebagai lapis pondasi
agregat pada konstruksi pelebaran jalan jurusan Madiun – Ponorogo.
Konsultan akan mengawasi dengan seksama tebal minimum Cement
Treated Base (CTB) yang dihampar tidak kurang dari tebal yang
disyaratkan. Tebal maksimum tidak boleh lebih besar dari 10 mm dari
tebal yang di syaratkan. Cement Treated Base (CTB) tidak boleh di
hampar dengan tebal lapisan melebihi 15 cm tebal padat, dan tidak dalam
lapisan kurang dari 7,5 cm tebal padat. Elevasi permukaan akhir tidak
boleh berubah lebih dari 10 mm ke atas atau ke bawah dari elevasi
rencana dalam setiap titik.
Bahan untuk pembuatan lapis pondasi agregat dengan Cement
Treated Base (CTB) adalah semen, air, dan agregat. Kadar semen harus
ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium (laboratory test) dan
campuran percobaan (trial mix). Kadar air optimum harus ditentukan
berdasarkan percobaan laboratorium. Untuk dapat mengetahui
kesempurnaan campuran CTB, maka penyedia jasa harus melakukan
campuran percobaan (trial mix) dibawah pengawasan konsultan.
Percobaan tersebut dilakukan untuk menentukan Kuat tekan dari
Cement Treated Base (CTB), kadar semen yang dibutuhkan, kadar air
optimum, dan berat isi campuran kering pada kadar air optimum.
Campuran Cement Treated Base (CTB) akan berkaitan dengan
ketentuan kuat tekan. Untuk mempersiapkan bahan/material untuk
menempatkan percobaan campuran kedalam cetakan silinder dengan
ukuran 150 mm x 300 mm dalam tiga lapisan. Selama proses
penghamparan Cement Treated Base (CTB), percobaan silinder harus
dilakukan berpasangan. Silinder dari setiap pasangan harus dilakukan
percobaan kuat tekan pada umur 7 hari dan pada umur 21 hari.
Pada awal pekerjaan, dan sampai saat jajaran Pejabat Pembuat
Komitmen memerintahkan pengurangan jumlah silinder yang
disyaratkan yaitu 6 silinder untuk setiap 1.000 m2 dari lapis pondasi atau
bagian yang di hampar setiap hari. Apabila jumlahnya cukup dan hasil
test silinder yang ada dapat memuaskan, petugas laboratorium dari
jajaran Pejabat Pembuat Komitmen bisa memutuskan bahwa kualitas
beton dapat diterima dan dapat mengurangi jumlah silinder menjadi tiga

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 5

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

pasang untuk setiap 1.000 m2 dari bagian yang dihampar setiap harinya.
Persyaratan kuat tekan (unconfine compressive strength) dari
Cement Treated Base (CTB) (kg/cm2) dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini :

Silinder Diameter 150 mm x 300 mm


Umur 7 hari 28 hari
Kuat Tekan
78 120
(kg/cm2)

A. PERCOBAAN LAPANGAN (FIELD TRIALS)

Disain campuran CTB yang telah dilakukan oleh kontraktor harus


dicoba di lapangan dengan luas pekerjaan Cement Treated Base (CTB)
500 m2, dengan tebal berdasarkan instruksi dari pengawas lapangan dari
jajaran Pejabat Pembuat Komitmen dan konsultan supervisi. Luas
percobaan dari Cement Treated Base (CTB) harus mendapat persetujuan
dari pengawas lapangan. Selama pelaksanaan pekerjaan, yang meliputi
penghamparan, pemadatan, dan perawatan akan diawasi oleh pengawas
lapangan dan konsultan untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
Berdasarkan hasil percobaan lapangan sesudah 14 hari pengawas
lapangan dari unsur Pejabat Pembuat Komitmen dapat menyetujui
kontraktor untuk meneruskan pekerjaan atau menginstruksikan untuk
membuat beberapa variasi percobaan yang lain.

B. PENGHAMPARAN DAN PENCAMPURAN

Pencampuran dari Cement Treated Base (CTB) harus dengan


peralatan batching plant sistem ukuran berat untuk menjamin kebenaran
porsi setiap bahan. Instalasi pencampuran harus dilengkapi dengan silo
semen, tangki air (water tank), peralatan pemasok yang akan menyalurkan
agregat, semen dan air kedalam alat pencampur sesuai kuantitas yang
dipersyaratkan dan campuran yang homogen. Waktu pencampuran
Cement Treated Base (CTB) terhitung pada waktu air ditambahkan ke
dalam campuran.

C. PENGANGKUTAN

Cement Treated Base (CTB) harus diangkut dengan Dump Truck


yang disetujui oleh pengawas lapangan dan konsultan. Jumlah dan
kapasitas Dump Truck harus berdasarkan jadwal proyek dan kapasitas
produksi alat pencampur (Mixer Plant).

D. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN

1) Persiapan Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 6

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

a) Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base) harus sesuai dengan


Spesifikasi Teknis termasuk ketebalan, ukuran, elevasi,
seperti terlihat pada gambar kerja.
b) Permukaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base) harus bersih dan
rata.

2) Penghamparan Cement Treated Base (CTB)

Cement Treated Base (CTB) harus dihampar dan ditempatkan di


atas perbaikan tanah dasar, dengan metode mekanis,
menggunakan alat high density screed paver dengan dual tamping
rammer sesuai instruksi Direksi Pekerjaan, untuk mendapatkan
kepadatan, toleransi kerataan dan kehalusan permukaan.

3) Pemadatan

a) Pemadatan Cement Treated Base (CTB) harus telah dimulai


dilaksanakan paling lambat 60 menit semenjak pencampuran
material dengan air.
b) Campuran yang telah dihampar tidak boleh dibiarkan tanpa
dipadatkan Iebih dari 30 menit .
c) Kepadatan Cement Treated Base (CTB) setelah pemadatan
harus mencapai kepadatan kering lebih dari 95% maksimum
kepadatan kering.
(d) Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan
kadar air optimum dan maksimal sama dengan kadar air
optimum ± 2 %.
(e) Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 menit
semenjak semen dicampur dengan air.

4) Perawatan (Curing)

Segera setelah pemadatan terakhir dan atas usul pengawas


lapangan maupun konsultan, bila permukaan telah cukup kering
harus ditutup dengan menggunakan :
a) Lembaran plastik atau terpal untuk menjaga penguapan air
dalam campuran.
b) Penyemprotan dengan Aspal Emulso CSS-l dengan batasan
pemakaian antara 0,35 -0,50 liter per meter persegi.
c) Metode lain yang bertujuan melindungi Cement Treated Base
(CTB) adalah dengan karung goni yang dibasahi air selama
masa perawatan (curing).

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 7

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

3. METODE PENGAWASAN TERHADAP PEKERJAAN ASPAL

Pekerjaan campuran beraspal panas mencakup pengadaan lapisan


padat yang awet berupa lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus
campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang
dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran, serta
menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau
permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi dan
memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan
dalam gambar rencana.
Sebelum dan selama pekerjaan, konsultan pengawas akan
meminta kepada kontraktor mengenai beberapa hal seperti terangkum di
bawah ini :
a) Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, yang
disimpan oleh konsultan selama periode Kontrak untuk keperluan
rujukan;
b) Setiap bahan aspal yang diusulkan kontraktor untuk digunakan,
berikut keterangan asal sumbernya bersama dengan data
pengujian sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian
penuaan aspal (RTFOT/TFOT);
c) Laporan tertulis yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari
seluruh bahan, seperti disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis;
d) Laporan tertulis setiap pemasokan aspal beserta sifat-sifat bahan
seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis;
e) Hasil pemeriksaan kelayakan peralatan laboratorium dan
pelaksanaan. Khusus peralatan instalasi pencampur aspal (Asphalt
Mixing Plant, AMP) harus ditunjukkan sertifikat ”layak produksi”
yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.
f) Rumusan campuran kerja (Job Mix Formula, JMF) dan data
pengujian yang mendukungnya dalam bentuk laporan tertulis;
g) Laporan tertulis mengenai kepadatan dari campuran yang
dihampar;
h) Data pengujian laboratorium dan lapangan untuk pengendalian
harian terhadap takaran campuran dan mutu campuran, dalam
bentuk laporan tertulis;
i) Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat
penimbang;
j) Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal lapisan dan dimensi
perkerasan;

A. PENGAWASAN TERHADAP MUTU BAHAN

1) Agregat

Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan pelebaran


jalan Madiun – Ponorogo harus sedemikian rupa agar campuran
beraspal yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 8

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

campuran kerja memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan.


Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu
oleh konsultan pengawas.
Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka
konsultan mengajurkan agar penyerapan air oleh agregat
maksimum 3 %, serta berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan
halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2. Konsultan pengawas
mengambil kesimpulan demikian dari pengalaman yang telah
dilaksanakan, juga berdasarkan literatur dan methode yang telah
ditetapkan Dinas Bina Marga dalam spesifikasi pada umumnya.
Termasuk juga mengenai ketentuan agregat kasar yang
dirangkum oleh konsultan sebagai berikut :

Pengujian Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan Maks.12 %
natrium dan magnesium sulfat
Abrasi dengan mesin Campuran AC Maks. 30%
Los Angeles bergradasi kasar
Semua jenis campuran Maks. 40%
aspal bergradasi
lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal Min. 95 %
Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 95/90 1
cm)
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 80/75 1
cm)
Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10 %
Material lolos Ayakan No.200 Maks. 1 %

Untuk pemilihan agregat halus dari sumber bahan


manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu
pecah dan terdiri dari bahan dengan ukuran minimal 2,36 mm.
Agar hasil pekerjaan yang didapat sesuai dengan mutu
pekerjaan konstruksi seperti yang menjadi maksud dan tujuan
Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Timur, maka agregat halus harus
merupakan bahan yang bersih, keras, dan bebas dari lempung,
atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus
harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu.
Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah
batu tahap pertama (primary crusher), tidak memenuhi pengujian
Standar Setara Pasir, maka fraksi agregat harus dipisahkan
sebelum masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) dan
tidak diperkenankan untuk campuran aspal jenis apapun.
Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah
dan harus dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan
menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds) yang

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 9

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase pasir didalam


campuran dapat dikendalikan dengan baik.

2) Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi yang ditambahkan ke dalam campuran


beraspal terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), kapur
padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya
disetujui oleh konsultan. Bahan pengisi tersebut harus kering dan
bebas dari gumpalan-gumpalan. Semua campuran beraspal harus
mengandung bahan pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari
1% dan maksimum 2% dari berat total agregat.

3) Bahan Apal Untuk Campuran Aspal

Selain agregat dan bahan pengisi atau filler, bahan yang


tidak kalah pentingnya untuk membuat sebuah campuran aspal
adalah aspal itu sendiri. Bahan pengikat yang dicampur dengan
agregat yang telah disetujui oleh konsultan, sehingga
menghasilkan campuran beraspal sebagaimana yang disyaratkan
dalam Spesifikasi Teknis, atau yang disebutkan dalam gambar
kerja (shop drawing).
Dengan mengikuti alur dan perkembangan zaman,
sebagian besar instansi kini lebih cenderung menggunakan Aspal
Modifikasi. Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Modifikasi telah
konsultan rangkum dalam tabel di bawah ini :

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 10

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

Tipe II Aspal yang Dimodifikasi


Tipe I
A B C
No. Jenis Pengujian Aspal
Asbuton yg Elastomer Elastomer
Pen. 60-70
diproses Alam (Latex) Sintetis
Penetrasi pada
1. 60-70 40-55 50-70 Min.40
25C (dmm)
Viskositas 135C
2. 385 385 – 2000 < 2000(5) < 3000(5)
(cSt)
3. Titik Lembek (C) >48 - - >54

4. Indeks Penetrasi > -1,0 ≥ - 0,5 > 0.0 > 0,4


Duktilitas pada
5. >100 > 100 > 100 > 100
25C, (cm)
6. Titik Nyala (C) >232 >232 >232 >232
Kelarutan dlm
7. >99 > 90(1) >99 >99
Toluene (%)
8. Berat Jenis >1,0 >1,0 >1,0 >1,0
Stabilitas
9. - <2,2 <2,2 <2,2
Penyimpanan (C)
Berat yang Hilang
10. < 0.8 < 0.8 < 0.8 < 0.8
(%)
Penetrasi pada
11. > 54 > 54 > 54 ≥54
25C (%)
12. Indeks Penetrasi > -1,0 > 0,0 > 0,0 > 0,4
Keelastisan
13. setelah - - > 45 > 60
Pengembalian (%)
Duktilitas pada
14. > 100 > 50 > 50 -
25C (cm)
Partikel yang lebih
15. halus dari 150 Min. 95 Min. 95 Min. 95
micron (m) (%)

4) Aspal Yang Dimodifikasi

Aspal yang dimodifikasi adalah jenis Multigrade atau


Asbuton, elastomerik latex. Proses modifikasi aspal di lapangan
tidak diperbolehkan kecuali ada lisensi dari pabrik pembuat aspal
modifikasi dan pabrik pembuatnya menyediakan instalasi
pencampur yang setara dengan yang digunakan di pabrik
asalnya.
Mengenai pengiriman Aspal modifikasi, konsultan akan

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 11

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

memastikan bahwa Aspal Modifikasi dikirim dalam tangki yang


dilengkapi dengan alat pembakar gas atau minyak yang
dikendalikan secara termostatis. Pengiriman dalam tangki
dilengkapi dengan sistem segel yang disetujui untuk mencegah
kontaminasi yang terjadi apakah dari pabrik pembuatnya atau
dari pengirimannya. Aspal yang dimodifikasi harus disalurkan ke
tangki penampung di lapangan dengan sistem sirkulasi yang
tertutup penuh. Penyaluran secara terbuka tidak diperkenankan.
Setiap pengiriman harus disalurkan kedalam tangki yang
diperuntukkan untuk kedatangan aspal dan harus segera
dilakukan pengujian penetrasi, titik lembek dan stabilitas
penyimpanan. Tidak ada aspal yang boleh digunakan sampai diuji
dan disetujui.
Jangka waktu penyimpan untuk aspal modifikasi dengan
bahan dasar latex, konsultan menganjurkan tidak boleh melebihi 3
hari kecuali jika jangka waktu penyimpanan yang lebih lama
disetujui oleh Konsultan.

5) Sumber Pasokan

Sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi


(filler) harus disetujui terlebih dahulu oleh konsultan pengawas
sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis bahan harus diserahkan,
seperti yang diperintahkan Konsultan, paling sedikit 60 hari
sebelum usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan.

B. PENGAWASAN TERHADAP PROSES PENCAMPURAN

Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan


pengisi, bahan aditif, dan aspal. Persentase aspal yang aktual
ditambahkan ke dalam campuran ditentukan berdasarkan
percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang
dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan
penyerapan agregat yang digunakan.

1) Prosedur Rancangan Campuran

Sebelum melakukan penghamparan campuran beraspal


dalam Pekerjaan Pelebaran Jalan Jurusan Madiun - Ponorogo,
Kontraktor diminta untuk menunjukkan semua usulan metoda
kerja, agregat, aspal, dan campuran yang memadai dengan
membuat dan menguji campuran percobaan di laboratorium dan
juga dengan penghamparan campuran percobaan yang dibuat di
instalasi pencampur aspal. Pengujian yang diperlukan meliputi
analisa ayakan, berat jenis dan penyerapan air, dan semua jenis
pengujian lainnya sebagaimana yang dipersyaratkan pada seksi
ini untuk semua agregat yang digunakan. Pengujian pada

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 12

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

campuran beraspal percobaan akan meliputi penentuan Berat


Jenis Maksimum campuran beraspal, pengujian sifat-sifat
Marshall dan Kepadatan Membal (Refusal Density) campuran
rancangan.
Setelah dilakukan pengujian, contoh agregat untuk
rancangan campuran harus diambil dari pemasok dingin (cold bin)
dan dari penampung panas (hot bin). Rumusan campuran kerja
yang ditentukan dari campuran di laboratorium harus dianggap
berlaku sementara sampai diperkuat oleh hasil percobaan pada
instalasi pencampur aspal dan percobaan penghamparan dan
pemadatan lapangan.
Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan
lapangan dilaksanakan dalam tiga langkah dasar berikut ini :
i) Penentuan proporsi takaran agregat dari pemasok dingin
untuk dapat menghasilkan komposisi yang optimum.
Perhitungan proporsi takaran agregat dari bahan
tumpukan yang optimum harus digunakan untuk
penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh dari
pemasok panas harus diambil setelah penentuan besarnya
bukaan pemasok dingin. Selanjutnya proporsi takaran
pada pemasok panas dapat ditentukan. Suatu Rumusan
Campuran Rancangan (Design Mix Formula, DMF)
kemudian akan ditentukan berdasarkan prosedur
Marshall.
ii) DMF, data dan grafik percobaan campuran di
laboratorium harus diserahkan pada Konsultan untuk
mendapatkan persetujuan. Konsultan akan menyetujui
atau menolak usulan DMF tersebut dalam waktu 7 hari.
Percobaan produksi dan penghamparan tidak boleh
dilaksanakan sampai DMF disetujui.
iii) Percobaan produksi dan penghamparan serta persetujuan
terhadap Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula,
JMF). JMF adalah suatu dokumen yang menyatakan
bahwa rancangan campuran laboratorium yang tertera
dalam DMF dapat diproduksi dengan instalasi pencampur
aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP), dihampar dan
dipadatkan di lapangan dengan peralatan yang telah
ditetapkan dan memenuhi derajat kepadatan lapangan
terhadap kepadatan laboratorium hasil pengujian Marshall
dari benda uji yang campuran beraspalnya diambil dari
AMP.

2) Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)

Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal,


kontraktor harus menyerahkan secara tertulis kepada Konsultan,
usulan DMF untuk campuran yang akan digunakan dalam

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 13

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

pekerjaan. Rumus yang diserahkan harus menentukan untuk


campuran berikut ini:
a) Sumber-sumber agregat.
b) Ukuran nominal maksimum partikel.
c) Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan
digunakan Kontraktor, pada penampung dingin maupun
penampung panas.
d) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang
disyaratkan.
e) Kadar aspal optimum dan efektif terhadap berat total
campuran .
f) Rentang temperatur pencampuran aspal dengan agregat
dan temperatur saat campuran beraspal dikeluarkan dari
alat pengaduk (mixer).

Kontraktor harus menyediakan data dan grafik hubungan


sifat-sifat campuran beraspal terhadap variasi kadar aspal hasil
percobaan laboratorium untuk menunjukkan bahwa campuran
memenuhi semua kriteria yang dipersyaratkan tergantung
campuran aspal mana yang dipilih.

3) Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)

Percobaan campuran di instasi pencampur aspal (Asphalt


Mixing Plant, AMP) dan penghamparan percobaan yang
memenuhi ketentuan akan menjadikan DMF dapat disetujui
sebagai JMF.
Segera setelah DMF disetujui, kontraktor harus melakukan
penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton untuk setiap jenis
campuran yang diproduksi dengan AMP, dihampar dan
dipadatkan dengan peralatan dan prosedur yang diusulkan.
Kontraktor harus menunjukkan bahwa setiap alat penghampar
(paver) mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal yang
disyaratkan tanpa segregasi, tergores, dsb. Kombinasi penggilas
yang diusulkan harus mampu mencapai kepadatan yang
disyaratkan dalam rentang temperatur pemadatan.
Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan
digunakan untuk membuat benda uji Marshall maupun untuk
pemadatan membal (refusal). Bilamana percobaan tersebut gagal
memenuhi Spesifikasi pada salah satu ketentuannya maka perlu
dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali.
Konsultan tidak akan menyetujui DMF sebagai JMF sebelum
penghamparan percobaan yang dilakukan memenuhi semua
ketentuan dan disetujui.
Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat
dimulai sebelum diperoleh JMF yang disetujui oleh Konsultan.
Bilamana telah disetujui, JMF menjadi definitif sampai Konsultan

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 14

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

menyetujui JMF pengganti lainnya. Mutu campuran harus


dikendalikan, terutama dalam toleransi yang diijinkan.
Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap
penghamparan percobaan. Contoh campuran beraspal dapat
diambil dari instalasi pencampur aspal atau dari truk di AMP, dan
dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda
uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada temperatur yang
disyaratkan dan menggunakan jumlah penumbukan yang
disyaratkan pula. Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji
yang diambil dari penghamparan percobaan yang memenuhi
ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job Standard
Density), yang harus dibandingkan dengan pemadatan campuran
beraspal terhampar dalam pekerjaan.

4) Penerapan JMF dan Toleransi Yang Diijinkan

Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus


sesuai dengan JMF, dalam batas rentang toleransi yang
disyaratkan. Setiap hari konsultan akan mengambil benda uji baik
bahan maupun campurannya, atau benda uji tambahan yang
dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran.
Setiap bahan yang gagal memenuhi batas-batas yang diperoleh
dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan harus ditolak.
Apabila setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang
diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan, tetapi
menunjukkan perubahan yang konsisten dan sangat berarti atau
perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber setiap
bahan berubah, maka suatu JMF baru harus diserahkan dengan
cara seperti yang disebut di atas dan atas biaya Kontraktor sendiri
untuk disetujui, sebelum campuran beraspal baru dihampar di
lapangan. Untuk toleransi Komposisi Campuran dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Agregat Gabungan Toleransi Komposisi
Campuran
Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total agregat
Lolos ayakan 2,36 mm sampai No.50 ± 3 % berat total agregat
Lolos ayakan No.100 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total agregat
Lolos ayakan No.200 ± 1 % berat total agregat

Kadar aspal Toleransi


Kadar aspal ± 0,3 % berat total campuran

Temperatur Campuran Toleransi


Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke - 10 ºC dari temperatur
tempat penghamparan campuran beraspal di truk
saat keluar dari AMP

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 15

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

C. PENGAWASAN MENGENAI KETENTUAN INSTALASI


PENCAMPURAN ASPAL

1) Instalasi Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP)

Instalasi Pencampuran Aspal harus disertifikasi oleh


Instansi yang ditunjuk oleh konsultan dalam kurun waktu 12
bulan terakhir. Jika belum disertifikasi maka bukti-bukti yang
menyatakan bahwa sertifikasi sedang dilaksanakan, minimal bisa
menunjukan kalibrasi timbangan aspal dan agregat dari badan
metrologi. Jika perlu Konsultan dapat malkukan inspeksi dan
membuat persetujuan sementara sebagai pengganti dari sertifikasi
yang tertunda tersebut. AMP merupakan pusat pencampuran
dengan sistem penakaran (batching) atau drum mix dan harus
memiliki kapasitas minimum 800 kg dan mampu memasok mesin
penghampar secara terus menerus bilamana menghampar
campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang
dikehendaki.
Untuk menjamin kualitas mutu campuran aspal, maka
AMP harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust
collector) yang lengkap yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone)
dan pusaran basah (wet cyclone), sehingga tidak menimbulkan
pencemaran debu. Bilamana salah satu sistem di atas rusak atau
tidak berfungsi maka konsultan akan menginstruksikan bahwa
AMP tersebut tidak boleh dioperasikan. AMP juga harus
mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas minimum 800
kg jika diperlukan untuk memproduksi AC bergradasi kasar atau
AC-Base selain dari pekerjaan minor.
Jika digunakan untuk pembuatan campuran aspal yang
dimodifikasi, AMP harus dilengkapi dengan pengendali
temperatur termostatik otomatis yang mampu mempertahankan
temperatur campuran sebesar 175 oC dan dirancang sebagaimana
mestinya, dilengkapi dengan semua perlengkapan khusus yang
diperlukan.

2) Tangki Penyimpan Aspal

Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan


pemanas yang dapat dikendalikan dengan efektif dan handal
sampai suatu temperatur dalam rentang yang disyaratkan.
Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap (steam coils),
listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi
tangki aspal. Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah
termometer yang terletak sedemikian hingga temperatur aspal
dapat dengan mudah dilihat. Sebuah keran harus dipasang pada
pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan benda uji.

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 16

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai


ukuran yang sesuai agar dapat memastikan sirkulasi yang lancar
dan terus menerus selama periode pengoperasian. Perlengkapan
yang sesuai harus disediakan, baik dengan selimut uap (steam
jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk mempertahankan
temperatur yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat aspal
dalam sistem sirkulasi.
Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah
paling sedikit untuk kuantitas dua hari produksi. Paling sedikit
harus disediakan dua tangki yang berkapasitas sama. Tangki-
tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian
rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah
tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat pencampur.
Untuk campuran aspal yang dimodifikasi, sekurang-
kurangnya sebuah tangki penyimpan aspal tambahan dengan
kapasitas yang tidak kurang dari 20 ton, tidak boleh dipanaskan
langsung dengan minyak atau pemanas listrik dan harus
dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik yang
mampu mempertahankan temperatur sebesar 175oC harus
disediakan. Tangki ini harus disediakan untuk penyimpanan
aspal yang dimodifikasi selama periode dimana aspal tersebut
diperlukan untuk proyek.
Semua tangki penyimpan aspal untuk pencampuran aspal
alam yang mengandung bahan mineral dan untuk aspal yang
dimodifikasi lainnya, bilamana akan terjadi pemisahan, harus
dilengkapi dengan pengaduk mekanis yang dirancang sedemikian
hingga setiap saat dapat mempertahankan bahan mineral
didalam bahan pengikat sebagai suspensi.

3) Tangki Penyimpan Aditif

Tangki penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal


dapat menyimpan bahan aditif untuk satu hari produksi
campuran beraspal dan harus dilengkapi dengan dozing pump
sehingga dapat memasok langsung aditif ke pugmil dengan
kuantitas dan tekanan tertentu.

4) Pengendali Waktu Pencampuran

Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang


handal untuk mengendalikan waktu pencampuran dan menjaga
waktu pencampuran tetap konstan kecuali kalau diubah atas
perintah Konsultan.

5) Timbangan dan Rumah Timbang

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 17

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

Timbangan harus disediakan untuk menimbang agregat,


aspal dan bahan pengisi. Rumah timbang harus disediakan untuk
menimbang truk bermuatan yang siap dikirim ke tempat
penghamparan. Timbangan tersebut harus memenuhi ketentuan
seperti yang dijelaskan di atas.

6) Penyimpanan dan Pemasokan Bahan Pengisi

Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk


menyimpan dan memasok bahan pengisi dengan sistem
penakaran berat harus disediakan.

7) Penyimpanan dan Pemasokan Aspal Alam

Jika Aspal Alam Berbutir digunakan untuk pekerjaan


sebuah tempat penyimpanan yang tahan cuaca dan elevator yang
cocok untuk memasok yang dilengkapi dengan sistem penakaran
berat harus disediakan.

8) Peralatan Pengangkut

Truk untuk mengangkut campuran aspal harus


mempunyai bak terbuat dari logam yang rapat, bersih dan rata,
yang telah disemprot dengan sedikit air sabun, atau larutan kapur
untuk mencegah melekatnya campuran aspal pada bak. Setiap
genangan minyak pada lantai bak truk hasil penyemprotan
sebelumnya harus dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan
dalam truk.
Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau
bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa
agar dapat melindungi campuran aspal terhadap cuaca. Bilamana
dianggap perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh
penutup harus diikat kencang agar campuran aspal yang tiba di
lapangan pada temperatur yang disyaratkan.
Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada
campuran aspal aki-bat sistem pegas atau faktor penunjang
lainnya, atau yang menunjukkan kebocoran oli yang nyata, atau
yang menyebabkan keterlambatan yang tidak semestinya, atas
perintah Konsultan harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai
kondisinya diperbaiki.
Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan
ke arah belakang harus disetel agar seluruh campuran aspal dapat
dituang ke dalam penampung dari alat penghampar aspal tanpa
mengganggu kerataan pengoperasian alat penghampar dan truk
harus tetap bersentuhan dengan alat penghampar. Truk yang
mempunyai lebar yang tidak sesuai dengan lebar alat

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 18

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

penghampar tidak diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal


dengan muatan lebih tidak diperkenankan.
Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus
cukup dan dikelola sedemikian rupa sehingga peralatan
penghampar dapat beroperasi secara menerus dengan kecepatan
yang disetujui.
Penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan
menghasilkan permukaan yang tidak rata sehingga tidak
memberikan kenyamanan bagi pengendara serta mengurangi
umur rencana akibat beban dinamis. Kontraktor tidak diijinkan
memulai penghamparan sampai minimum terdapat tiga truk di
lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan
penghampar. Kecepatan peralatan penghampar harus
dioperasikan sedemikian rupa sehingga jumlah truk yang
digunakan untuk mengangkut campuran aspal setiap hari dapat
menjamin berjalannya peralatan penghampar secara menerus
tanpa henti. Bilamana penghamparan terpaksa harus dihentikan,
maka Konsultan hanya akan mengijinkan dilanjutkannya
penghamparan bilamana minimum terdapat tiga truk di lapangan
yang siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar.
Ketentuan ini merupakan petunjuk pelaksanaan yang baik dan
Kontraktor tidak diperbolehkan menuntut tambahan biaya atau
waktu atas keterlambatan penghamparan yang diakibatkan oleh
kegagalan Kontraktor untuk menjaga kesinambungan pemasokan
campuran aspal ke peralatan penghampar.

9) Peralatan Penghampar dan Pembentuk

Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar


mekanis bermesin sendiri yang disetujui, yang mampu
menghampar dan membentuk campuran aspal sesuai dengan
garis, kelandaian serta penampang melintang yang diperlukan.
Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung
dan dua ulir pembagi dengan arah gerak yang berlawanan untuk
menempatkan campuran aspal secara merata di depan "screed"
(sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini harus dilengkapi dengan
perangkat kemudi yang dapat digerakkan dengan cepat dan
efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur seperti
halnya maju. Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap
yang dapat dilipat pada saat setiap muatan campuran aspal
hampir habis untuk menghindari sisa bahan yang sudah
mendingin di dalamnya.
Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan
elektronik dan/atau mekanis pengendali kerataan seperti batang
perata (leveling beams), kawat dan sepatu pengarah kerataan (joint
matching shoes) dan dan peralatan bentuk penampang (cross fall
devices) untuk mempertahankan ketepatan kelandaian dan

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 19

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan acuan


tepi yang tetap (tidak bergerak).
Alat penghampar harus dilengkapi dengan "screed"
(perata) baik dengan jenis penumbuk (tamper) maupun jenis
vibrasi dan perangkat untuk memanasi "screed" (sepatu) pada
temperatur yang diperlukan untuk menghampar campuran aspal
tanpa menggusur atau merusak permukaan hasil hamparan.
Istilah "screed" (perata) mengacu pada pengambang
mekanis standar (standard floating mechanism) yang dihubungkan
dengan lengan arah samping (side arms) pada titik penambat yang
dipasang pada unit pengerak alat penghampar pada bagian
belakang roda penggerak dan dirancang untuk menghasilkan
permukaan tektur lurus dan rata tanpa terbelah, tergeser atau
beralur.
Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan
penghampar dan pembentuk meninggalkan bekas pada
permukaan, segregasi atau cacat atau ketidak-rataan permukaan
lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara modifikasi
prosedur pelaksanaan, maka penggunaan peralatan tersebut harus
dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya
yang memenuhi ketentuan harus disediakan oleh Kontraktor.

10) Peralatan Pemadat

Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit satu


alat pemadat roda baja (steel wheel roller) dan satu alat pemadat
roda karet (tyre roller). Paling sedikit harus disediakan satu
tambahan alat pemadat roda karet (tire roller) untuk setiap
kapasitas produksi yang melebihi 40 ton perjam. Semua alat
pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri.
Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui
dan memiliki tidak kurang dari sembilan roda yang
permukaannya halus dengan ukuran yang sama dan mampu
dioperasikan pada tekanan ban pompa (6,0 - 6,5) kg/cm2 atau (85
– 90) psi pada jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sama. Roda-
roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua sumbu dan
diatur sedemikian rupa sehingga tengah-tengah roda pada sumbu
yang satu terletak di antara roda-roda pada sumbu yang lainnya
secara tumpang-tindih (overlap). Setiap roda harus dipertahankan
tekanan pompanya pada tekanan operasi yang disyaratkan
sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda tidak melebihi
0,35 kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban harus
disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban pompa di
lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban
yang digunakan, Kontraktor harus memberikan kepada Konsultan
grafik atau tabel yang menunjukkan hubungan antara beban roda,
tekanan ban pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 20

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

bidang kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan


suatu cara penyetelan berat total dengan pengaturan beban
(ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat diubah dalam
rentang (300 – 600) kilogram per 0,1 meter. Tekanan dan beban
roda harus disetel sesuai dengan permintaan Konsultan, agar
dapat memenuhi ketentuan setiap aplikasi khusus. Pada
umumnya pemadatan dengan alat pemadat roda karet pada setiap
lapis campuran aspal harus dengan tekanan yang setinggi
mungkin yang masih dapat dipikul bahan.

a) Alat pemadat roda baja yang bermesin yang dimaksud


adalah alat pemadat tandem statis.
Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat
statis tidak kurang dari 8 ton. Roda gilas harus bebas dari
permukaan yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan
yang merusak permukaan perkerasan.
b) Dalam penghamparan percobaan, kontraktor harus dapat
menunjukkan kombinasi jenis penggilas untuk
memadatkan setiap jenis campuran sampai dapat diterima
oleh konsultan, sebelum JMF disetujui. Kontraktor harus
melanjutkan untuk menyimpan dan menggunakan
kombinasi penggilas yang disetujui untuk setiap
campuran. Tidak ada alternatif lain yang dapat
diperkenankan kecuali jika Kontraktor dapat
menunjukkan kepada Konsultan bahwa kombinasi
penggilas yang baru paling sedikit seefektif yang sudah
disetujui.

D PENGAWASAN TERHADAP PENGHAMPARAN CAMPURAN

1) Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi

Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk


perataan setempat dalam kondisi rusak, menunjukkan
ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah berubah bentuk
secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan
di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali
lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan
permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan
campuran beraspal atau bahan lain yang disetujui oleh Konsultan.
Bilamana permukaan yang akan dilapisi terdapat atau
mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran
yang tidak memadai, sebagimana yang ditunjukkan dengan
adanya kelelehan plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh
lapisan dengan bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran
semacam ini harus diteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan
yang keras (sound). Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 21

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

sama dengan yang disyaratkan untuk pelaksanaan lapis pondasi


agregat.
Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan
dihampar harus diber-sihkan dari bahan yang lepas dan yang
tidak dikehendaki dengan sapu mekanis yang dibantu dengan
cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack coat) atau lapis
resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan
Spesifikasi.

2) Acuan Tepi

Besi atau kasau kayu atau acuan lain yang disetujui harus
dipasang sesuai dengan garis dan serta ketinggian yang
diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar.

3) Penghamparan Dan Pembentukan Perkerasan Aspal

Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat


penghampar harus dipanaskan. Campuran beraspal harus
dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta
bentuk penampang melintang yang disyaratkan. Penghamparan
harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu
lajur.
Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus
dijalankan selama penghamparan dan pembentukan. Penampung
alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa campuran
beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang
disyaratkan. Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu
kecepatan yang tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan,
atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan
penghamparan harus disetujui oleh Konsultan dan ditaati.
Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada
permukaan, maka alat penghampar harus dihentikan dan tidak
boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan
diperbaiki. Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena
terlalu kasar atau bahan yang tersegregasi karena penaburan
material yang halus sedapat mungkin harus dihindari sebelum
pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh ditebarkan diatas
permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.
Konsultan akan memperhatikan agar campuran tidak
terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi penampung alat
penghampar atau tempat lainnya. Bilamana jalan akan dihampar
hanya setengah lebar jalan atau hanya satu lajur untuk setiap kali
pengoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 22

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

setiap hari produksi dibuat seminimal mungkin. Selama pekerjaan


penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau dan
dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana
yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan
dan toleransi yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan
beraspal:
i) Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan,
sebelum dibolehkannya pemadatan (diperlukan
pemeriksaan secara manual)
ii) Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk
menjamin terpenuhinya lereng melintang dan super
elevasi yang diperlukan.
iii) Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang
telah dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya
pemadatan.
iv) Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka
harus digunakan besi profil siku dengan ukuran tinggi 5
mm lebih kecil dari tebal rencana dan dipakukan pada
perkerasan dibawahnya.
v) Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal
lama dengan menggunakan batang perata, kawat baja atau
hasil penandaan survei.

4) Pemadatan

Segera setelah campuran beraspal dihampar dan


diratakan, permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap
ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur
campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus
dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas
aspal. Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga
operasi yang terpisah berikut ini :
1. Pemadatan Awal
2. Pemadatan Antara
3. Pemadatan Akhir
Pemadatan awal atau breakdown rolling harus
dilaksanakan baik dengan alat pemadat roda baja. Pemadatan
awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat
alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima
minimum dua lintasan pengilasan awal.
Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan
alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan
awal. Pemadatan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan
dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi). Bila
hamparan aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan
setelah pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan.

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 23

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada


sambungan melintang yang telah terpasang kasau dengan
ketebalan yang diperlukan untuk menahan pergerakan campuran
beraspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat
untuk menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka
lintasan awal harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang
untuk suatu jarak yang pendek dengan posisi alat pemadat
berada pada lajur yang telah dipadatkan dengan tumpang tindih
pada pekerjaan baru kira-kira 15 cm.
Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan
memanjang dan kemudian dari tepi luar. Selanjutnya,
penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan
menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada
tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak
kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling
tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar roda dan
lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang
kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat
untuk pemadatan awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur
yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm
dari lebar roda pemadat yang memadatkan tepi sambungan yang
belum dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang berurutan
harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit
demi sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya
sambungan yang dipadatkan dengan rapi.
Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam
untuk roda baja dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu
dijaga rendah sehingga tidak mengakibatkan bergesernya
campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan
tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran beraspal.
Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara
menerus untuk memperoleh pemadatan yang merata saat
campuran beraspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan
sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat
dihilangkan.
Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan
secara terus menerus untuk mencegah pelekatan campuran
beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak
diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk
menghindari lengketnya campuran beraspal pada roda.
Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di
atas permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh
permukaan tersebut dingin. Setiap produk minyak bumi yang
tumpah atau tercecer dari kendaraan atau perlengkapan yang
digunakan oleh kontraktor di atas perkerasan yang sedang

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 24

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran


dan perbaikan oleh kontraktor atas perkerasan yang
terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini
menjadi beban Kontraktor.
Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai
dengan lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi
toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang
menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak
dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar
sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari
campuran beraspal terhampar dengan luas 1000 cm2 atau lebih
yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus
dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan
sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan
yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh
Konsultan.
Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan,
Kontraktor harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi.
Setiap bahan yang berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah
pemadatan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor di luar daerah
milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya
disetujui oleh Konsultan.

5) Sambungan

Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan


yang berurutan harus diatur sedemikian rupa agar sambungan
pada lapis satu tidak terletak segaris yang lainnya. Sambungan
memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada
lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu
lintas.
Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping
campuran beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali
bilamana tepinya telah tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus
atau dipanaskan dengan menggunakan lidah api (dengan
menggunakan alat burner). Bila tidak ada pemanasan, maka pada
bidang vertikal sambungan harus lapis perekat.

B.2. RENCANA KERJA

Untuk meningkatkan kinerja fisik di lapangan, tanpa adanya


penyimpangan kontrak yang dapat berakibat gagalnya pelaksanaan
kegiatan fisik yang juga mengakibatkn kerugian Negara yang disebabkan
tidak tercapainya sasaran kegiatan. Untuk itu konsultan supervisi
memiliki rencana kerja yang telah tersusun secara sistematis sesuai

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 25

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

dengan alur dan prosedur kerja pekerjaan fisik di lapangan, guna


tecapainya tujuan dari pekerjaan pengawasan ini.
Beberapa hal yang akan dilaksanakan oleh konsultan supervisi,
antara lain :
1. Mobilisasi personil konsulan supervisi
2. Mengikuti rapat persiapan pekerjaan (PCM)
Dalam pelaksanaan PCM, konsultan akan melaksanakan hal – hal
di bawah ini :
a. mencatat seluruh kesepakatan dalam PCM dan dituangkan
dalam Berita Acara tersendiri sebagai dokumen kegiatan
b. Menjelaskan struktur organisasi dan personil yang sudah
dimobilisasidan rencana personil lainnya yang akan
dimobilisasi
c. Menjelaskan tugas dari masing – masing personil
d. Memberikan usulan teknik pelaksanaan yang lebih efisien
3. Menyusun rencana mutu kontrak pengawasan
Konsultan akan menyusun, menyampaikan, dan
mempresentasikan RMK kepada Dinas Bina Marga Propinsi Jawa
Timur pada saat PCM. Disamping itu, konsultan akan turut
membantu PPK dalam mengkaji RMK yang telah disusun oleh
kontraktor.
4. Mengawal mobilisasi kontraktor
Konsultan akan melaksanakan pengawasan, pengujian,
pengecekan kuantitas dan kualitas serta kelayakan peralatan,
fasilitas dan perlengkapan yang dimobilisasi. Disamping itu,
konsultan pun akan mengecek daftar peralatan, fasilitas dan
perlengkapan yang disampiakan kontraktor, mengecek masa
berlaku kalibrasi peralatan yang akan digunakan, serta
menyampaikan rekomendasi kepada PPK tentang jumlah,
fasilitas, dan perlengkapan yang telah dimobilisasi oleh
kontraktor.
5. Melakukan perhitungan rekayasa lapangan (Uet Zet)
6. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Pekerjaan
Pelebaran Jalan Jurusan Madiun – Ponorogo
Pengawasan dilakukan terhadap item – item yang tertuang dalam
kontrak mulai dari Penyiapan Badan Jalan, Galian, Lapis Pondasi
Agregat, sampai pada Lapis Aspal (Hotmix).
7. Melakukan pengecekan terhadap sertifikat pembayaran bulanan
(Mutual Certifikate / MC)
Pengecekan sertifikat pembayaran bulanan dilakukan oleh
Konsultan setiap bulan. Pengajukan MC oleh kontraktor harus
disertai Back Up pembayaran tiap bulannya. Konsultan tidak akan
menanda tangani pengajuan MC Kotraktor yang tidak dilampiri
Back Up, baik Back Up Quality maupun Back Up Quantity.
8. Membuat Laporan Bulanan, Laporan Triwulan, dan Laporan
Akhir serta Laporan Pengendalian Mutu.

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 26

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

Konsultan akan senantiasa melaporkan kemajuan progres fisik


bulanan kepada Pejabat Pembuat Komitmen baik secara lisan
maupun secara tertulis dalam Laporan Bulanan Konsultan
Supervisi.

C. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Bulan Ke
No Tahapan Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Mobilisasi Personil
2 Mengikuti PCM
3 Menyusun RMK
4 Mob. Kontraktor
5 Rekayasa lapangan
6 Pengawasan Jalan
8 Pengecekan MC
9 Pelaporan
a) Lap. Awal
b) Lap. Bulanan
c) Lap. Triwulan
d) Lap. Akhir
10 PHO

D. KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN

Tenaga – tenaga yang terlibat pada pekerjaan Supervisi


Pelebaran Jalan Jurusan Madiun - Ponorogo, yaitu terdiri dari :
1. Site Engineer : Ir. ANANTO SUKMONO
2. Chief Inspector : Ir. USMAN ALAMUDI
3. Surveyor/Inspector : BUDI MULYONO
4. Lab. Technician : ISWANTO
5. Chief Administrasi : SLAMET E. PRIYANTO

D.1. URAIAN PENUGASAN PERSONIL

1. Site Engineer : a. Menjamin bahwa semua isi dari acuan


tugas akan dipenuhi dengan baik
sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan peningkatan jalan .
b. Bekerja sama dan membantu PPK paket
pekerjaan fisik sehubungan dengan
pekerjaan yang diawasi maupun hal-hal
yang berkaitan dengan instansi lain /
masyarakat yang berkaitan dengan
pekerjaan.

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 27

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

c. Menjamin bahwa semua detail teknis


pekerjaan di lapangan termonitor dan di
bawah pengendalian yang baik, dalam
hal menentukan lokasi dan batas – batas
kualitas serta kuantitas dari jenis
pekerjaan yang tertuang dalam
dokumen kontrak.
d. Memantau kemajuan pekerjaan dan
menjamin bahwa semua laporan yang
menyangkut keuangan dan fisik
pekerjaan serta laporan ringkasan
tentang pengendalian mutu dapat
terkirimkan dengan baik ke PPK.
e. Menjamin bahwa semua kebijakan dan
standar dari Bina Marga akan
dilaksanakan di semua paket kontrak
yang diawasi.
f. Menjamin bahwa PPK selalu mendapat
tugas terbaru mengenai perubahan
desain, perubahan item pekerjaan,
perubahan harga yang dapat
mengakibatkan perubahan nilai kontrak
fisik.
g. Memberi nasehat/saran/masukan
kepada tim supervisi lapangan dalam
menyusun prosedur pengawasan yang
efisien dan pemantauan kegiatan
kontraktor termasuk manajemen
konstruksi dan pengendalian terhadap
kuantitas dan biaya.
h. Melaksanakan tugas-tugasnya
khususnya untuk hal – hal di bawah ini :
- Secara teratur mengunjungi lokasi
pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya
- Mengatur dan mengawasi semua detail
teknis pekerjaan di lapangan yang
diminta dalam acuan tugas
- Penafsiran yang benar dari gambar
standar dan spesifikasi
- Memberikan masukan metoda dan
tahapan pelaksanaan konstruksi yang
tepat, posisi kontruksi dan lain
sebagainya disesuaikan dengan kondisi
lapangan

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 28

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

- Melaksanakan pengukuran kuantitas


secara cermat sesuai dengan cara – cara
pembayaran dalam kontrak
- Memberikan detail teknik
(gambar/spesifikasi/perhitungan) bila
ada pekerjaan yang baru / belum
dijelaskan dalam kontrak sesuai kondisi
lapangan atau dalam kejadian – kejadian
khusus.
i. Memberikan rekomendasi / teguran
lisan atau tertulis apabila menerima
ataupun menolak pekerjaan atau bahan
yang meragukan yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
j. Pemantauan dengan cermat kemajuan
seluruh pekerjaan dan memberikan
peringatan kepada kontraktor bila
pelaksanaan pekerjaan telah terlambat
lebih dari 10% dari prestasi yang
ditargetkan, serta memberikan
rekomendasi secara tertulis untuk
mengatasi keterlambatan tersebut.
k. Memantau dengan baik semua
pengukuran volume dan mengikuti
secara langsung pengukuran akhir pada
tiap-tiap segmen pekerjaan
l. Menyiapkan rekomendasi kepada PPK
untuk keperluan sertifikat pembayaran
bulanan dan ikut menandatangani
sertifikat tersebut
m. Menyiapkan rekomendasi kepada PPK
untuk keperluan sertikat mutu dan
kuantitas dari pekerjaan yang telah
selesai.
n. Membuat Laporan Mingguan, Bulanan
dan Laporan Akhir, menyiapkan data –
data dan kajian teknis untuk keperluan
Review Design, Usulan Perintah
Perubahan (bila ada), dsb untuk
persoalan – persoalan yang mungkin
selama pengawasan pelaksanaan
konstruksi.
2. Chief Inspector : a). Berkedudukan di lokasi atau di tempat
paling dekat lokasi paket kontrak yang
harus diawasi .

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 29

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

b). Melakukan peninjauan lapangan secara


kontinyu sebagai bagian kegiatan
pengawasan harian
c). Mempelajari dengan baik gambar –
gambar teknik proyek dan spesifikasi
sebelum pekerjaan dimulai. Penafsiran
yang benar dari gambar standar dan
spesifikasi dalam aplikasinya di
lapangan
d) Melaksanakan pengawasan secara terus
menerus di lokasi proyek yang sedang
dikerjakan dan memberikan informasi
kepada SE atas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan kontrak dokumen,
termasuk segala permasalahan atau
hambatan yang akan / sudah terjadi
sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan. Semua hasil pengamatan
harus dilaporkan secara tertulis kepada
SE dan memberikan masukan untuk
mendapat alternatif penyelesaiannya.
e) Terus menerus mengawasi dan
mencatat, mengumpulkan serta
mengontrol semua hasil pegukuran,
perhitungan kuantitas, pengendalian
mutu dan menjamin bahwa kontraktor
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
syarat – syarat kontrak
f) Memeriksa secara cermat kuantitas
pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor
dan memeriksa kebenaran Back Up
Kuantitas dan Kualitas untuk keperluan
pembayaran serta membantu semua
kegiatan administrasi lainnya
g) Mengumpulkan seluruh data kuantitas
dan kualitas harian, dan memberikan
laporan secara kontinyu berkaitan
dengan skedul kontrol, dan memberikan
masukan apabila pekerjaan terlambat
h) Senantiasa menjaga ketelitian dan
memperbaharui gambar – gambar
pelaksanaan dan menjaga agar
pelaksanaan dilaksanakan sesuai
rencana
i) Menyimpan arsip – arsip surat,
administrasi kontrak, dan laporan
pendukung, data – data kuantitas dan

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 30

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI


PENAWARAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI
SUPERVISI PELEBARAN JALAN JURUSAN MADIUN – PONOROGO
TA. 2011 - 2012

kualitas, data pengukuran dan


sebagainya.
Untuk lebih detail mengenai komposisi tim dan penugasan dapat
dilihat pada Lampiran B.1. Komposisi Tim dan Penugasan.

E. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Secara umum, keterlibatan personil Konsultan Perencana pada


Pekerjaan Supervisi Pelebaran Jalan Jurusan Madiun - Ponorogo ini
adalah 12 (dua belas) bulan, namun keterlibatannya disesuaikan dengan
kebutuhan di lapangan. Untuk dapat memberikan gambaran secara rinci
tentang jadwal penugasan personil pada pekerjaan ini dapat dilihat pada
Lampiran B.2. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli.

CV. CENTRUM KONSULINDO Hal. B- 31

BAB B. PENDEKATAN DAN METHODOLOGI

Anda mungkin juga menyukai