Anda di halaman 1dari 16

LANGKAH MUHAMMADIYYAH

TAHUN 1938-1940
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu : Abdurrohim, M.Pd.

Disusun Oleh:

Renazsyah Finsa Atmoudy 1986208267

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH TANGERANG
TANGERANG 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu dan terselesaikan
dengan baik.
Makalah “Langkah Muhammadiyyah Tahun 1938-1940” ini disusun agar dapat
memenuhi syarat mata kuliah Kemuhammadiyahan yang diselenggarakan oleh
Universitas Muhammadiyah Tangerang demi tercapainya calon pendidik yang baik di
masa yang akan datang. Makalah ini memuat mengenai perjuangan Muhammadiyah
yang dapat diadopsi dalam implementasi kehidupan sehari-hari. Diharapkan Pembaca
dapat memahami isi dari makalah ini kemudian dapat dijadikan sebagai tambahan
wawasan dan wadah untuk belajar.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Kemuhammadiyahan
yang selalu mengarahkan dan menuntun demi selesainya makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak dijumpai kekurangan pada makalah
tentang “Langkah Muhammadiyyah Tahun 1938-1940” ini. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki dan
menyempurnakan kekurangan dan kesalahan tersebut. Semoga buku ini dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Tangerang, 25 Mei 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................I

DAFTAR ISI.............................................................................................................................II

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

LANGKAH MUHAMMADIYYAH TAHUN 1938-1940........................................................3

A. Kiai Haji Mas Mansur.....................................................................................................3

B. 12 Langkah Muhammadiyyah.........................................................................................5

C. Interpretasi 12 Langkah Muhammadiyyah.....................................................................8

D. Pasca Kepemimpinan Kiai Haji Mas Mansur di Muhammadiyyah................................9

BAB III.....................................................................................................................................12

PENUTUP................................................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................................12

B. Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan dan kedudukan ulama senantiasa tidak bisa diabaikan dalam

membicarakan keberadaan Muhammadiyah, mengingat hingga dewasa ini peranan

ulama masih sangat dominan dalam mewarnai perjalanan Muhammadiyah. Di sisi

lain, ulama tidak bisa dipisahkan dengan pondok pesantren, karena dari pondok

pesantren inilah proses santri menjadi kiai berlangsung. Mereka yang semula

berstatus sebagai santri kemudian menjadi kiai untuk mengajarkan ilmunya kepada

santri-santri baru. Muhammadiyah telah berkali-kali mengadakan rumusan-rumusan

yang merupakan usaha untuk memantapkan garis hidup dan perjuangan demi

mencapai cita-citanya. Dengan   rumusan-rumusan tersebut, pimpinan dan warga

Muhammadiyah mendapatkan pegangan yang sesuai dengan keadaan dan

perkembangan zaman.

Perumusan Langkah Muhammadiyah dilaksanakan pada tahun 1938-1940,

ketika organisasi ini dipimpin oleh KH Mas Mansur (1937-1942). KH Mas Mansur

terpilih menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada kongres ke-26 di

Yogyakarta pada Oktober 1937. Terpilihnya KH Mas Mansur sebagai ketua

Muhammadiyah dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan angkatan muda Muhammadiyah

terhadap kebijakan pengurus pusat. Angkatan muda tidak puas karena pengurus pusat

Muhammadiyah hanya mengutamakan pendidikan. Selain itu, angkatan muda

berpendapat bahwa pimpinan pusat Muhammadiyah hanya dikuasai oleh KH Hisyam

(ketum), KH Mukhtar (wakil ketua), dan KH Syuja (ketua Penolong Kesengsaraan

Umum). Situasi bertambah genting, ketika kongres Muhammadiyah ke-26

1
berlangsung di Yogyakarta, banyak ranting Muhammadiyah yang memberikan suara

kepada tiga tokoh tersebut.

Setelah terjadi dialog antara angkatan muda dan berbagai elemen

Muhammadiyah, KH Hisyam, KH Mukhtar, dan KH Syuja, ikhlas mengundurkan

diri. Beberapa nama kemudian diusulkan menjadi ketua umum Muhammadiyah,

seperti Ki Bagus Hadikusumo dan Kyai Hadjid. Namun, kedua tokoh tersebut

menolak dan terpilih KH Mas Mansur sebagai ketua umum Muhammadiyah periode

1937-1942.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa latar belakang Kiai Haji Mas Mansur?
2. Apa isi dari 12 Langkah Muhammadiyyah?
3. Bagaimana kelanjutan Muhammadiyyah pasca kepemimpinan Kiai Haji Mas
Mansur?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat menguraikan tujuan dari masalah
tersebut yaitu:
1. Untuk mengetahui latar belakang Kiai Haji Mas Mansur.
2. Untuk mengetahui isi dari 12 Langkah Muhammadiyyah.
3. Untuk mengetahui kelanjutan Muhammadiyyah pasca kepemimpinan Kiai
Haji Mas Mansur.

2
BAB II
LANGKAH MUHAMMADIYYAH TAHUN 1938-1940

Langkah Muhammadiyah tahun 1938- 1940 di bawah kepemimpinan Kiai Haji


Mas Mansur ini dikenal dengan 12 Langkah Muhammadiyah. Kiai Mas Mansur
merupakan Pahlawan Nasional yang di zaman Jepang menjadi salah satu dari tokoh
empat serangkai, bersama dengan Sukarno, Mohamad Hatta, dan Ki Hajar Dewantara.
Rumusan 12 Langkah Muhammadiyah ini dilandasi Qur’an Surat Al-Ankabut
ayat 69; Al-Hujurat ayat 7-8; An-Nisa’ ayat 135; Al-Anfal ayat 46; Al-Baqarah ayat 269.
Di samping itu, terdapat beberapa hadits: “Ringankanlah dan jangan menyusahkan.
Gembirakanlah dan jangan membikin orang lari,” (HR Bukhari); “Sesungguhnya orang
yang paling baik di antara kamu ialah yang paling bagus budi pekertinya.” (HR
Bukhari);“Beruntunglah orang yang meneliti aib (kesalahan) dirinya sendiri daripada
meneliti aib orang lain.” (HR Firdaus).

A. Kiai Haji Mas Mansur

Kiai Haji Mas Mansur adalah salah seorang ulama terkemuka di tanah air
yang berhasil mengembangkan ilmu agama Islam melalui pondok pesantren Salafiyah
An-Najiyah, pesantren Kademangan di Bangkalan Madura (1906), dan seorang ulama
penuh karisma. Kiai Haji Mas Mansur juga tokoh ulama reformis-modernis yang
cukup terkenal pada masanya (1921-1942). Ia juga memiliki peranan yang sangat
berarti dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, baik pada masa pergerakan
nasional maupun pada masa perang Kemerdekaan Republik Indonesia.
Kiai Haji Mas Mansur berasal dari keluarga yang taat melaksanakan agama.
Ayahnya, Kiai Haji Mas Ahmad Marzuki, adalah seorang ulama yang masih memiliki
ikatan keluarga dengan Pesantren Sidorosmo, Surabaya, Jawa Timur.
Kiai Haji Mas Mansur lahir pada tanggal 15 Muharram 1314 H atau
bertepadat dengan 25 Juni 1896 M,1 di Kampung Sawahan, Surabaya Utara. 2 Kiai
Haji Mas Mansur mendapatkan ilmu pengetahuan agama dari pesantren milik

1
Mas Mansur, Rangkaian Mutu- Manikam, Surabaya, Penyebar Ilmu dan Al-Ichan, 1966, hlm.1.
2
Darul Aqsha, Kiai Haji Mas Mansur (1986-1946) Perjuangan Dan Pemikiran, Jakarta, Gelora Aksara Pratama,
1982, hlm. 20.

3
keluarganya. Selain itu, ia pernah mengenyam pendidikan di Timur Tengah.
Kiai Haji Mas Mansur adalah tokoh Islam modern yang memiliki cakrawala
pemikiran kedepan yang luas. Ia adalah ulama yang hidup pada situasi penjajahan,
baik pada masa penjajahaan Belanda maupun pendudukan Jepang, yang penuh
dengan problematika. Situasi ini membuat jiwanya tergugah untuk menjunjung tinggi
arti kemanusiaan yang dalam waktu cukup lama diinjak-injak oleh bangsa asing.
Penduduk Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam selalu dibodohi dan
masih terbelakang. Di samping itu, akibat dari penjajahan, budaya pra-Islam ternyata
masih melekat kuat di kalangan mereka. Kepercayaan mereka banyak diwarnai oleh
perbuatan syirik, yang selalu dicampur dalam peribadatan seperti adanya
persembahan atau sesaji untuk leluhur, seratus hari untuk mengenang orang
meninggal dunia, dan kepercayaan animisme dan dinamisme.
Kepercayaan campur aduk ini, yang sering dilakukan oleh umat Islam,
membawa dampak buruk bagi perkembangan Islam di Indonesia.
Kiai Haji Mas Mansur mencoba agar perbuatan syirik dihilangkan dari
tuntunan hidup umat Islam, artinya Islam harus dapat memilih antara tradisi dan
budaya dengan cara peribadatan Islam sesungguhnya. Ia meratapi suasana
persaudaraan umat Islam yang runyam, ia merintih: Umat Islam Indonesia yang sudah
lemah ini, telah diperlemah oleh pertikaian kecil-kecil yang disebabkan para ulama
dan pemimpinnya.3 Perselisihan yang kecil sering diperbesarkan sehingga membuat
perpecahan di dalam tubuh umat Islam, dan dari realitas ini Kiai Haji Mas Mansur
sangat serius dalam membina persaudaraan umat yang selalu bertikai.
. Pada tahun 1920 Kiai Haji Mas Mansur, Fakih Hasyim, dan Haji Ali
membentuk Ihya’ussunnah. Ihya’ussunnah merupakan kelompok diskusi yang cukup
menarik perhatian rakyat banyak, termasuk Haji Umar Said Cokroaminoto pimpinan
Sarekat Islam. Ihya’ussunnah lebih berorientasi pada bidang agama dan pendidikan.
Pada tahun 1920 Kiai Haji Mas Mansur dan Cokroaminoto mendirikan
Ta’mirul Go’fili yaitu forum dakwah yang dikoordinir oleh Cokroaminoto sebagai
perkembangan dari Ihya’ussunnah. Melalui forum Ta’mirul Go’fili, mereka
mengundang Kiai Haji Ahmad Dahlan mengadakan pengajian dan memberikan
ceramah-ceramah. Pada tanggal 17 April 1921 Ihya’ussunnah mengadakan pertemuan
yang dihadiri oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Dalam pertemuan tersebut diputuskan

3
Amir Hamzah Wiryosukarto, Kiai Haji Mas Mansur: Kumpulan Karangan Tersebar, Yogyakarta, Persatuan,
1992,hlm. XX.

4
Ihya’ussunnah menjadi Cabang Muhammadiyah, dan pada tanggal 17 April 1921
surat kabar Oetoesan Hindia melaporkan bahwa Kiai Haji Mas Mansur menjadi
Ketua Umum Muhammadiyah Cabang Surabaya.
Pada tahun 1932 Kiai Haji Mas Mansur sudah merangkap sebagai Konsul
Pengurus Besar Muhammadiyah daerah Surabaya dan sebagai Ketua Majelis Tarjih.
Sebelumnya, ia sudah menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya. Pada tahun
1937 Kiai Haji Mas Mansur terpilih sebagai hoofdbestur ( Ketua Umum) Pengurus
Besar Muhammadiyah yang berpusat di Yogyakarta.
Ketika di Yogyakarta, kegiatan Kiai Haji Mas Mansur sehari-hari diawali
dengan memimpin salat subuh berjamaah yang dilanjutkan dengan kuliah subuh.
Kemudian setiap senin Kiai Haji Mas Mansur memberikan ceramah di lingkungan
anggota Muhammadiyah yang diadakan di sebuah gedung sekolah Muhammadiyah di
Kauman yang terletak di belakang Masjid Agung Kauman, Yogyakarta. Ketika
pendudukan Jepang memasuki Yogyakarta pada 1942, Kiai Haji Mas Mansur masih
tetap memimpin Muhammadiyah dan mengajar di Mu’allimin.

B. 12 Langkah Muhammadiyyah

Langkah awal Kiai Haji Mas Mansur sebagai Ketua Pengurus Besar
Muhammadiyah adalah merumuskan dan mencetuskan Dua Belas Langkah
Muhammadiyah, yang kemudian dijadikan pedoman untuk memajukan umat Islam.
Langkah Muhammadiyah yang berlaku pada tahun 1938-1940 ini berisi dua belas
pasal anjuran, yaitu: Memperdalamkan masuknya iman, memperluaskan faham
agama, memperbuahkan budi pekerti, menuntun amalan intiqad, menguatkan
persatuan, menegakkan keadilan, melakukan kebijaksanaan, menguatkan majelis
tanwir, mengadakan konperensi bagian, mempermusyawarahkan putusan,
mengawaskan gerakan dalam, mempersambungkan gerakan luar.4 Sedangkan langkah
pertama sampai ketujuh disebut langkah ilmi, yaitu langkah yang tinggal dilaksanakan
karena sudah jelas dan nyata.5
Langkah Pengurus Besar di bawah KH Mas Mansur itu mengembuskan udara
baru yang lebih segar dalam gerak Muhammadiyah pada umumnya dan Pengurus
Besar pada khususnya. Pokok-pokok fikiran berasal dari KH Mas Mansur yang

4
Abdul Munir Mulkhan, Surianta Ar, Perkembangan Pemikiran Muhammadiyah Dari Masa Ke Masa;
Menyambut Muktamar ke-41, Yogyakarta, Dua Dimensi, 1985, hlm. 222.
5
Mustafa Kamal Pasha, dkk, Muhammaiyah sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta, Persatuan, 1976, hlm. 42.

5
menggambarkan luasnya pandangan yang mencakup segala yang diperlukan oleh
kebijaksanaan pimpinan untuk dapat sesuai dengan tuntutan zaman. Langkah itu
diberi nama “Langkah Muhammadiyah 1938-1940.”
Di bawah ini dimuat seluruhnya tanpa perubahan kata-katanya yang tentu
telah dianggap baik menurut masa itu. Setelah didahului dengan ayat-ayat firman
Allah dan hadits-hadits Nabi SAW, maka dirumuskan sebagaimana disebutkan
berikut ini :

***
Maka Hoofdbestuur Muhammadiyah dengan sungguh-sungguh
melangsungkan langkahnya yang lebih luas dan menetapken jejaknya yang lebih
kokoh dalam tahun 1938-1940, akan :
1. Memperdalam masuknya iman. Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan
dengan selebar-lebarnya, yakni diberi riwayatnya dan dalil buktinya,
dipengaruhkan dan digembirakan, sampai iman itu mendarah daging di tulang
sumsum dan mendalam di hati sanubari kita, sekutu-sekutu anggota
Muhammadiyah.
2. Memperluas paham agama. Hendaklah paham agama yang sesungguhnya itu
dibentangkan dengan arti yang seluas-luasnya, boleh diujikan dan
diperbandingkan, sehingga kita, sekutu-sekutu Muhammadiyah mengerti
perluasan Agama Islam, itulah yang paling benar, ringan dan berguna maka
mendahulukanlah pekerjaan keagamaan itu.
3. Memperbuahkan budi pekerti. Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang
akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela serta diperbahaskannya tentang
memakainya akhlak yang mahmudah dan menjauhkannya akhlak yang
madhmumah itu, sehingga menjadi amalan kita, yang seseorang sekutu
Muhammadiyah kita berbudi pekerti yang baik lagi berjasa.
4. Menuntun amalan intiqad. Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri
kita sendiri, segala usaha dan pekerjaan kita kecuali diperbesarkan supaya
diperbaikilah juga. Buah penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan di
tempat yang tentu, dengan dasar mendatangkan maslahat dan menjauhkan
madlarat sedang yang kedua itu didahulukan dari yang pertama.

6
5. Menguatkan persatuan. Hendaklah menjadi tujuan kita juga, akan menguatkan
persatuan organisasi dan mengokohkan pergaulan persaudaraan kita serta
mempersamakan hak-hak dan memerdekakan lahirnya fikiran-fikiran kita.
6. Menegakkan keadilan. Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya,
walaupun mengenai badan sendiri dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu
dibela dan dipertahankan di mana juga.
7. Melakukan kebijaksanaan. Dalam gerak kita, tidaklah melupakan hikmah.
Hikmah mana hendaklah disendikan kepada Kitabullah dan Sunnah
Rasulillah. Kebijaksanaan yang menyalahi kedua pegangan kita itu, mustilah
kita buang, karena itu bukan kebijaksanaan yang sesungguhnya.

Dalam pada itu, dengan tidak mengurangi segala gerakan


Kemuhammadiyahan, maka pada tahun 1938-1940 Hoofdbestuur
Muhammadiyah mengemukakan pekerjaan akan:

8. Menguatkan majlis Tanwir. Sebab, majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar


dalam kalangan kita Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan kanan yang
bertenaga di sisi Hoofdbestuur Muhammadiyah, maka sewajibnyalah kita
perteguhkan dengan diatur yang sebaik-baiknya.
9. Mengadakan Conferentie Bahagian. Untuk mengadakan garis yang tentu
dalam langkah-langkah bahagian kita, maka hendaklah kita berikhtiar
mengadakan conferentie Bahagian, umpama: Conferentie Bahagian Penyiaran
Agama seluruh Indonesia, dan lain sebagainya.
10. Mempermusyawarahkan putusan. Agar mendapat keentengan dan permudahan
pekerjaan, maka hendaklah setiap ada keputusan yang mengenai kepada
Majlis (Bahagian) dimusyawaratkan dengan yang bersangkutan itu lebih
dahulu, sehingga dapatlah mentanfidzkan dengan cara yang menghasilkannya
dengan segera.
11. Mengawaskan gerakan dalam. Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan
akan mengawasi gerak kita yang ada di dalam Muhammadiyah. Yang sudah
lalu yang masih langsung dan yang bertambah.
12. Mempersambungkan gerakan luar. Kita berdaya upaya akan
memperhubungkan diri kepada luaran, lain-lain persyarikatan dan pergerakan
di Indonesia dengan dasar silaturahim, tolong-menolong dalam segala

7
kebaikan, yang tidak mengubah asasnya masing-masing, terutama
perhubungan kepada persyarikatan dan pemimpin Islam.

Mudah-mudahan Tuhan Allah member taufiq, kepada kita sekalian, dalam


melangkah menjalankan perintahnya dan berteladan akan utusan-Nya sehingga
sejahteralah kita kesemuanya. Hoofdbestuur Muhammadiyah.

***

C. Interpretasi 12 Langkah Muhammadiyyah

Dari langkah yang berjumlah dua belas itu banyak kita lihat hal-hal yang
penting artinya, tidak saja untuk masa itu, tetapi juga masih tetap penting bagi gerak
Muhammadiyah sampai hari ini. Antara yang diungkapkan di bawah ini:
1. Memperdalam masuknya iman ke dalam hati sanubari setiap Mukmin dan
terutama warga Muhammadiyah. Sebab, hanya dengan iman yang mendalam
dan kokoh maka umat Islam akan mampu menjunjung tinggi agamanya serta
menyebarluaskan ke seluruh lapisan masyarakat. Kata-kata yang dipakai
sangat tegas, yaitu memperdalam masuknya iman hingga mendarah-daging,
meresap ke tulang dan sungsum dan bersemayam membentengi hati sanubari.
Apabila usaha ini dilaksanakan dengan mantap dan bersungguh-sungguh,
niscaya Muhammadiyah pasti menjadi potensi yang sangat menentukan.
2. Memperluas paham agama dengan jalan memberikan pengertian yang luas dan
terbuka untuk menanggapi setiap kritikan dengan penjelasan terbuka yang
meyakinkan, sehingga dapat dipahami bahwa ajaran Islam benar-benar
mampu mengatur segala aspek kehidupan manusia dan masyarakatnya.
3. Menentukan amalan intiqad berarti melakukan introspeksi dan evaluasi secara
terus-menerus untuk meneliti kesalahan dan kekeliruan guna diperbaiki bagi
perkembangan dan usaha di masa mendatang. Dalam istilah masa kini
dikatakan perputaran secara kontinyu, dimulai dari perencanaan (planning),
lalu pelaksanaan (execution), seterusnya diadakan laporan (reporting) yang
terus dievaluasi (evaluation) untuk kemudian digunakan menyusun
perencanaan selanjutnya, dan demikian seterusnya sehingga usaha bertambah
maju mencapai sasaran yang dituju.

8
4. Memperkuat persatuan umat Islam adalah sangat penting, oleh sebab warga
Muhammadiyah telah berkembang maju, namun wajib disadari bahwa
Muhammadiyah hanya sebagian dari pada umat Islam seluruhnya. Karena
itulah, maka Muhammadiyah harus merintis dan mempersatukan seluruh umat
Islam dalam gerak dan pimpinannya.
5. Menegakkan keadilan adalah perintah Allah yang sangat keras, sebab hanya
dengan berlakunya keadilan dunia dan masyarakat akan aman. Langkah
menegakkan keadilan ini ditujukan ke dalam dan ke luar. Dengan demikian,
Muhammadiyah telah menempatkan diri sebagai penegak keadilan seperti
yang telah diperintahkan oleh Allah.
6. Menentukan bahwa apa pun kebijaksanaan yang diambil tidak boleh
menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Ini merupakan yang teramat
penting sebab di dalam menentukan kebijaksanaan orang akan sangat
cenderung untuk menyimpang dari hukum Allah.
7. Mengawasi gerakan dari dalam adalah maksudnya tidak lain adalah control.
Ini merupakan langkah yang tepat sebab segala sesuatu yang dilaksanakan
harus diawasi dan dikontrol dengan teliti, agar supaya tidak menyimpang dan
agar berjalan sesuai dengan instruksi atau peraturan yang berlaku serta sesuai
dengan penahapan.
8. Yang dimaksud dengan mempersambungkan gerakan luar ialah hubungan dan
kerjasama dengan organisasi lain, baik yang berdasar Islam ataupun lain,
dengan ketentuan tidak mengikat dan tidak pula merugikan perjuangan Islam.

Dengan langkah tersebut, yang kalau sekarang ini dinamakan khittah, jelas
bahwa Muhammadiyah mulai dibawa lebih ke tengah percaturan masyarakat, untuk
bersama-sama dengan gerakan lain di dalam membela kepentingan nasional.

D. Pasca Kepemimpinan Kiai Haji Mas Mansur di Muhammadiyyah

Demikian langkah yang dicetuskan oleh Kiai Haji Mas Mansur, sebagai

pedoman yang harus dilaksanakan oleh seluruh pemimpin dan anggota

Muhammadiyah. Jika semua ini dapat direalisasikan atau diperhatikan dengan benar

oleh seluruh pemimpin dan anggota Muhammadiyah, niscaya kemajuan umat dan

organisasi akan tercapai. Kiai Haji Mas Mansur tidak hanya memberikan langkah

9
saja, tetapi ia juga memberi contoh atau suri tauladan yang baik lewat tingkah

lakunya. Sehingga seluruh pemimpin dan anggota Muhammadiyah menaruh simpati

terhadapnya dan mengikuti sikap dan sepak terjangnya.

Kiai Haji Mas Mansur tetap bersedia menjadi Ketua Pengurus Besar

Muhammadiyah, karena ia sangat mencintai Muhammadiyah walaupun ia tidak

menerima gaji dari organisasi ini.6 Kiai Haji Mas Mansur melanjutkan tugasnya

sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dengan senang hati. Ia melanjutkan

kepemimpinannya dengan baik hingga Indonesia jatuh ke tangan Jepang pada tahun

1942.

Selanjutnya tahun 1951 pada masa kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo

lahirlah dokumen bernama Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang berisi

beberapa pokok pikiran tentang prinsip-prinsip dasar Muhammadiyah yang

dituangkan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar. Kemudian pada Muktamar

Muhammadiyah ke-35 di Jakarta pada tahun 1962 lahirlah Kepribadian

Muhammadiyah sebagai rumusan ideologi yang menggambarkan hakekat

Muhammadiyah, dasar dan pedoman perjuangan serta amal usaha Muhammadiyah

juga sifat-sifat yang dimilikinya. Setelah itu muncul pemikiran untuk melakukan

pembaharuan kembali khususnya bidang ideologi. Pemikiran ini kemudian

melahirkan rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah.

Di dalam MKCHM memuat tentang keyakinan dan cita-cita hidup

Muhammadiyah sehingga dapat disebut sebagai ideologi Muhammadiyah yang

disusun secara sistematis. Konsep MKCHM diputuskan dalam sidang Tanwir

Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo, yang juga melahirkan Khittah Ponorogo.

Tanwir Muhammadiyah tahun 1969 itu sendiri merupakan amanah Muktamar

Muhammadiyah ke-37 yang dilaksanakan tahun 1968. Muktamar tersebut mengambil


6
Saleh Said, Kyai Haji Mas Mansur Membuka Dan Menutup Sejarahnya, Surabaya, Budi, Tt, hlm. 11.

10
tema “Tajdid Muhammadiyah”. Pada tahun 1970 dalam Tanwir Muhammadiyah di

Yogyakarta, MKCHM tersebut diolah kembali oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Lalu disempurnakan kembali dalam Muktamar Muhammadiyah ke-41 tahun 1985 di

Surakarta.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Langkah Muhammadiyah tahun 1938- 1940 di bawah kepemimpinan Kiai
Haji Mas Mansur ini dikenal dengan 12 Langkah Muhammadiyah. Kiai Mas Mansur
merupakan Pahlawan Nasional yang di zaman Jepang menjadi salah satu dari tokoh
empat serangkai, bersama dengan Sukarno, Mohamad Hatta, dan Ki Hajar Dewantara.
Kiai Haji Mas Mansur adalah salah seorang ulama terkemuka di tanah air yang
berhasil mengembangkan ilmu agama Islam melalui pondok pesantren Salafiyah An-
Najiyah, pesantren Kademangan di Bangkalan Madura (1906), dan seorang ulama
penuh karisma. Kiai Haji Mas Mansur juga tokoh ulama reformis-modernis yang
cukup terkenal pada masanya (1921-1942).
Langkah Muhammadiyah yang berlaku pada tahun 1938-1940 ini berisi dua
belas pasal anjuran, yaitu: Memperdalamkan masuknya iman, memperluaskan faham
agama, memperbuahkan budi pekerti, menuntun amalan intiqad, menguatkan
persatuan, menegakkan keadilan, melakukan kebijaksanaan, menguatkan majelis
tanwir, mengadakan konperensi bagian, mempermusyawarahkan putusan,
mengawaskan gerakan dalam, mempersambungkan gerakan luar.
Di tahun 1951 pada masa kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo lahirlah
dokumen bernama Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang berisi
beberapa pokok pikiran tentang prinsip-prinsip dasar Muhammadiyah yang
dituangkan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar. Kemudian pada Muktamar
Muhammadiyah ke-35 di Jakarta pada tahun 1962 lahirlah Kepribadian
Muhammadiyah sebagai rumusan ideologi yang menggambarkan hakekat
Muhammadiyah, dasar dan pedoman perjuangan serta amal usaha Muhammadiyah
juga sifat-sifat yang dimilikinya.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, tentunya dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kata-kata atau penyampaian yang kurang jelas ataupun
dalam penyajiannya yang kurang lengkap, pastinya makalah ini jauh dari kata

12
sempurna, maka kritik dan saran sangatlah penulis harapkan untuk menjadikan
pelajaran pada masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

https://ibtimes.id/kh-mas-mansur-5-perumus-langkah-muhammadiyah-1938-1940/
https://www.ahdabina.com/inilah-12-langkah-muhammadiyah-dan-tafsirnya/
https://repository.usd.ac.id/25229/2/051314015_Full%5B1%5D.pdf
https://www.mediamu.id/2018/04/17/12-langkah-muhammadiyah-1938-1940/2/
https://suaramuhammadiyah.id/2020/05/11/langkah-muhammadiyah-1938-1940/

13

Anda mungkin juga menyukai