Anda di halaman 1dari 55

URGENSI PEMBENTUKAN UU JASA PENILAI

DALAM RANGKA KEPASTIAN PERLINDUNGAN HUKUM


DAN PENGUATAN PERAN JASA PENILAI DALAM PEMBANGUNAN
EKONOMI NASIONAL

Oleh:
Prof. Dr. H. Joni Emirzon, SH., M.Hum, FCBarb.
GURU BESAR HUKUM BISNIS FH UNSRI
KETUA BANI PERWAKILAN PALEMBANG
MANAGING PARTNER JEIOL
WEBINAR PUNCAK EKSPO PROFESI
KEUANGAN

JAKARTA, 15 OKTOBER 2021


PENDAHULUAN
Profesi JASA PENILAI PUBLIK bukan PROFESI JASA YANG BARU BERKEMBANG
SEJAK TAHUN 1932, pada saat itu dibentuk The American Institute of Real
Estate Appraisars (AIREA) yang beranggotakan 120 orang para penilai properti
pada zamannnya.
Keberadaan AIREA dilanjutkan dengan mulai menerbitkan jurnal-jurnal
mengenai penilaian aset pada Oktober 1932 yang disebut The Journal
of AppraisalInstitute. Penilaian pun terus berkembang hingga menilai bisnis,
agunan bank, dan objek pajak.
Sementara di Indonesia, PENILAI PUBLIK baru dikenal pada 1980. Bermula dari
pendirian MASYARAKAT PROFESI PENILAI INDONESIA (MAPPI) yang
mewadahi PENILAI PUBLIK PROFESIONAL di Indonesia.
Lanjutan…

Saat ini USIA MAPPI menginjak 41 tahun, NAMUN,


masih belum menarik banyak minat akademisi memilih
karir di bidang penilai public, SEPERTI JASA PROFESI
LAINNYA SEPERTI: ADVOKAD, NOTARIS, AKUNTAN PUBLIK
DLL, BAHKAN TIDAK BANYAK DIKENAL MASYARAKAT,
TERUTAMA PENEGAK HUKUM.
BIDANG USAHA YANG PALING BESAR MENGGUNAKAN
JASA PENILAI PUBLIK ADALAH: SEKTOR PERBANKAN =
48%, MANUFAKTUR DAN PERDAGANGAN yang masing-
masing 37% dan 4%. Lainnya konstruksi, transportasi,
pertanian, dana pensiun hingga asuransi.
LANJUT…
DALAM EMPAT DEKADE TERAKHIR, PERAN JASA PENILAI MAKIN MENINGKAT SEIRING
PERKEMBANGAN KEGIATAN PEREKONOMIAN. BAHKAN PERAN PROFESI JASA PENILAI
DIPANDANG SANGAT PENTING DAN STRATEGIS. PENILAI MEMPUNYAI ANDIL BESAR:
 DALAM TATA KELOLA PEMBANGUNAN YANG BAIK,
 DALAM KEGIATAN BISNIS, SEPERTI SEBELUM PEMBIAYAAN DISETUJUI ADA PERAN
PENILAIAN UNTUK MENILAI ASET YANG AKAN DIAGUNKAN, SETELAH PASCA
PERJANJIAN TERJADI KONFLIK, JASA PENILAI JUGA BERPERAN,
 KEGIATAN PENILAIAN PROPERTI/ASET YANG AKAN DIJUAL BELIKAN, DILELANG (
PENILAIAN OBYEK HAK TANGGUNGAN YANG AKAN DIEKSEKUSI) , DAN
 BERBAGAI PENILAIAN OBYEK LELANG NONEKSEKUSI,
DILAIN PIHAK, JASA PENILAI DITUNTUT PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM DALAM
MELAKSANAKAN PENILAIAN OBYEK YANG DINILAINYA JANGAN SAMPAI ADA PIHAK YANG
DIRUGIKAN.
MULAI ADA…
HINGGA SAAT INI, MULAI ADA JASA PENILAI DIMINTA
PERTANGGUNG JAWAB HUKUM, BAIK PERDATA, PIDANA DAN
ADMINISTRASI, BAHKAN TELAH ADA YANG DIPENJARA DAN
DICABUT IJIN PRAKTIKNYA, KARENA TERBUKTI TELAH MELAKUKAN
TINDAKAN PIDANA ATAU PERBUATAN MELAWAN HUKUM, DLL.
TERUTAMA KASUS-KASUS PENENTUAN NILAI LIMIT OBYEK LELANG,
YANG SERING DIPERMASALAHKAN PEMILIK BARANG, YANG
MERASA HARGANYA DIBAWAH HARGA PASAR, SEHINGGA PENILAI
JADI TURUT SERTA DALAM KASUS GUGATAN PERDATA ATAU KASUS
PIDANA YANG DIMINTA PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM ATAS
PENILAIAN YANG TELAH DILAKUKAN.
PENTINGNYA:
NILAI, ASAS HUKUM, DAN ATURAN HUKUM
BAGI JASA PENILAI…… DALAM RANGKA MEWUJUDKAN
KEPASTIAN PERLINDUNGAN HUKUM
NILAI???
Secara umum, NILAI = KONSEP yang menunjuk
pada hal hal yang dianggap berharga dalam
kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang
DIANGGAP BAIK, LAYAK, PANTAS, BENAR, PENTING,
INDAH, DAN DIKEHENDAKI OLEH MASYASRAKT
DALAM KEHIDUPANNYA. Sebaliknya, hal-hal yang
dianggap tidak pantas, buruk, salah dan tidak indah
dianggap sebagai sesuatu yang TIDAK BERNILAI.
BERBAGAI PENGERTIAN NILAI YANG DISAMPAI PARA ILMUAN:
 Horrocks, Nilai adalah sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok
sosial membuat keputusan mengenai apa yang ingin dicapai atau sebagai
sesuatu yang dibutuhkan.
 Richard T. Schaefer dan Robert P. Lmm (1998), Nilai adalah suatu gagasan
bersama-sama (kolektif) mengenai apa yang dianggap penting, baik, layak dan
diinginkan. Sekaligus mengenai yang dianggap tidak penting, tidak baik, tidak
layak dan tidak diinginkan dalam hal kebudayaan. Nilai merujuk kepada suatu
hal yang dianggap penting pada kehidupan manusia, baik itu sebagai individu
ataupun sebagai anggota masyarakat.
 Antony Giddens (1995), Nilai adalah suatu gagasan yang dimiliki seseorang
maupun kelompok mengenai apa yang layak, apa yang dikehendaki, serta apa
yang baik dan buruk.
Nietzsche, Pengertian nilai adalah tingkat atau
derajat yang diinginkan oleh manusia.
Danandjaja, Nilai adalah pengertian yg dimiliki
seseorang akan sesuatu yang lebih penting
maupun kuran penting, apa yang lebih baik dan
kuran baik, dan juga apa yang lebih benar dan apa
yang salah.
Gordon Allport, Nilai menurut Gordon adalah
suatu keyakinan yang dapat membuat seseorang
melakukan tindakan berdasarkan pilihannya.
 Soerjono Soekanto, Nilai adalah konsepsi abstrak yang ada
dalam diri manusia, hal ini dikerenakan nilai dapat dianggap baik
dan dapat pula dianggap sebagai jelek. Nilai baik selalu menjadi
simbul kehidupan yang dapat mendorong Integritas sosial
sedangkan nilai yang buruk akan memberikan dampak yang
berarati seperti halnya dampak yang terjadi pada konflik.
 Mulyana, Nilai merupakan suatu keyakinan dan rujukan untuk
menentukan sebuah pilihan.
 Kluckhohn, Nilai adalah sebuah konsepsi dari apa yang
diinginkan dan mempengaruhi seseorang dalam menentukan
tindakan terhadap cara dan juga tujuan yang ingin dicapai.
 Fraenkel, Pengertian nilai merupakan sebuah konsep ataupun
ide mengenai apa yang dipikirkan seseorang dan dianggap
penting.
**** SESUATU DIKATAKAN MEMPUNYAI NILAI, APABILA
MEMILIKI KEGUNAAN, KEBENARAN, KEBAIKAN DAN
KEINDAHAN, MISALNYA: EMAS, BERLIAN, DLL
DIANGGAP BERNILAI KARENA BENDA TERSEBUT
BERMANFAAT, BERGUNA SERTA BERHARGA, SEDANGKAN.
LIMBAH(SAMPAH) DIANGGAP TIDAK BERNILAI KARENA SIFATNYA
BURUK, JELEK DAN MEWRUGIKAN..
 DENGAN DEMIKIAN …..NILAI…… adalah suatu bentuk
penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi manusia
sebagai penentu dan acuan dalam menilai dan melakukan suatu
tindakan.
Dengan mengacu kepada sebuah nilai, seseorang dapat menentukan
bagaimana ia harus berbuat dan bertingkah laku yang baik sehingga
tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
AGAR TIDAK TERJADI SALAH DALAM MENETAPKAN
NILAI SUATU BARANG, MAKA PEMAHAMAN MAKNA
DAN FUNGSI NILAI SUATU BENDA SANGAT PENTING
PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN TENTANG NILAI,
YANG DIMULAI 5W 1 H:
1. WHO=SUBYEK HUKUM
2. WHAT= BENDA APA?
3. WHERE, DI MANA
4. WHEN, KAPAN
5. WHOM, DENGANSIAPA?
6. HOW……… BAGAIMANA?????
LANJUT…
TUGAS POKOK JASA PENILAI MELAKUKAN
PENILAIAN TERHADAP SUATU BARANG ATAU
PROPERTI MEMILIKI NILAI EKONOMIS PADA
TANGGAL TERTENTU YANG YANG DINYATAKAN
DENGAN SATUAN MATA UANG.
OKI, PEMAHAMAN TENTANG NILAI SANGAT
PENTING BAGI JASA PENILAI.
ASSET/PROPERTINILAI, ASAS HUKUM, DAN
ATURAN HUKUM BAGI JASA PENILAI DALAM
UPAYA MEMINIMALISASI RESIKO HUKUM
ASAS HUKUM
ARTI PENTING ASAS HUKUM
Eikema Hommes menyatakan bahwa asas hukum bukanlah norma-norma
hukum konkrit, tetapi adalah sebagai dasar pemikiran umum atau petunjuk-
petunjuk bagi hukum yang berlaku.
Asas hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan
hukum positif.
Asas hukum adalah pangkal tolak dan daya dorong normatif bagi proses
dinamik pembentukan hukum, yang tak terjangkau oleh segala pengaruh dari
luar dirinya.
Sementara Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa asas hukum adalah unsur
penting dan pokok dari peraturan hukum, asas hukum adalah jantungnya bagi
lahirnya hukum karena ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya
peraturan hukum atau ia adalah ratio logisnya peraturan hukum.
Paul Scholten
Menjelaskan bahwa asas-asas hukum adalah pikiran-
pikiran dasar yang ada di dalam dan dibelakang tiap-tiap
sistem hukum yang telah mendapat bentuk sebagai
aturan perundang-undangan dan putusan pengadilan dan
ketentuan-ketentuan dan keputusan itu dapat dipandang
sebagai jabarannya.
Asas-asas hukum merupakan prinsip-prinsip dasar yang
menjadi titik tolak pembangunan sistem hukum. Asas
hukum sangat penting untuk menemukan rationalogis
atau dasar lahirnya, latar belakang pemikiran yang
menjadi motivasi dan tujuan lahirnya peraturan-
peraturan hukum.
BERBAGAI ASAS HUKUM YANG BERHUB DENGAN KEGIATAN JASA
PENILAI

a. Asas “kepastian hukum” yaitu:


ASAS dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan PER-
UU sebagai landasan utama dalam setiap kebijakan dan
tindakan dalam bidang Usaha Jasa Penilai. Pada saat ini, ada
tuntutan pelaku usaha jasa penilai tentang kepastian
eksistensi dan pengakuan serta kepastian berbisnis di bidang
jasa penilai. Dengan adanya kepastian hukum yang tegas akan
meningkat prefosionalisme usaha jasa penilai serta akan
diikuti rasa percayaan publik dengan figur Usaha jasa penilai.
Asas kepastian hukum mengindikasikan bahwa semua
tindakan harus bertumpuh pada aturan hukum positif sebagai
dasar hukumnya.
b. Asas “keterbukaan” yaitu azas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif tentang kegiatan Bisnis Jasa Penilai;
c. Asas “akuntabilitas” yaitu azas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan kegiatan penilaian
aset/properti wajib dan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat, klien, profesi, dan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. Asas “perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara”
yaitu azas perlakuan non-diskriminasi berdasar peraturan perundang-
undangan yang berlaku baik antara pelaku bisnis usaha jasa pelanilai
dalam negeri dengan usaha jas penilai asing maupun antara usaha jasa
penilai dari satu negara asing dengan usaha jasa penilai dari negara
asing lainnya.
e. Asas “keadilan”, asas ini penting, karena tujuan yang akan dicapai
setiap pembentukan aturan hukum ada keadilan, tanpah
memperhatikan asas keadilan suatu aturan hukum tidak akan efektif
bekerja.
f. Asas “kemanfaatan”, bahwa setiap penerbitan aturan hukum harus
menumbuhkan kemanfaatan bagi semua pihak.
g. Asas “kesimbangan”, dalam kegiatan bisnis harus menciptakan
kesimbangan kedudukan antara para pihak, seperti antara pengusaha
dengan konsumen, antara pengusaha dengan pegawai, antara penilai
dengan pengguna jasa penilai, dan sebagainya.
h. asas “perlindungan”, bahwa pada intinya penerbitan suatu aturan
hukum untuk memberikan perlindungan hukum kepada semua pihak
agar tidak terjadi perbuatn yang seweang-wenang dan tidak ada pihak
yang dirugi dalam transaksi apapun.
i. asas “Kecermatan”, dalam kegiatan usaha jasa penilai
diperlukan kecermatan dalam melakukan estiminasi nilai aset,
tanpa kecermatan tinggi tidak akan menghasilan menilaian
yang adil
j. asas “ profesionalitas”, asas ini penting karena setiap pelaku
bisnis jasa harus memiliki profesionalisme dalam menjalannya
pekerjaanya, yaitu sesuai dengan ilmu yang didapat atau
sesuai dengan bidang ilmu.
k. asas “kejujuran”, asas ini penting, karena kalau kejujuran
tidak melekat pada pribadi penilaian maupun pengguna jasa,
maka tidak akan menghasilkan penilaian baik akan
berdampak kerugian bagi pihak ketiga atau pihak lain yang
terlibat langsung maupun tak langsung dalam kegiatan
penilaian.
Dari berbagai asas hukum di atas dapat dibreakdown beberapa asas
khusus yang tertanam dalam kegiatan usaha jasa penilai, yaitu:

A. Integritas:
a.1. Penilai tidak boleh bertindak dengan cara yang
menyesatkan atau bertindak curang;
a.2. Penilai tidak boleh dengan sengaja menetapkan dan
menyampaikan seuatu laporan penilaian yang isinya palsu,
tidak tepat, atau berdasarkan pendapat dan analisis yang
memihak;
a.3. Penilai tidak boleh berpartisipasi kepada, atau berperan
serta dalam suatu jasa penilaian yang berdasarkan
pertimbangan penilai yang rasional tidak akan membenarkan
tindakan dari penilai yang bersangkutan;
a.4. Penilai wajib bertindak menurut hukum sesuai
dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di negara tempat penilai yang bersangkutan
menjalankan praktik penilaian atau di negara tempat
penilai mendapatkan penugasan;
a.5. Penilai dengan sengaja salah menafsirkan
persyaratan professional yang tidak dimilikinya;
a.6. Penilai tidak akan secara sadar menggunakan
kepalsuan, menyesatkan, atau menuntut yang berlebihan
atau mengiklankan dalam usahanya untuk mendapatkan
atau penugasan tertentu;
a.7. Penilai harus meyakinkan dalam menangani
penugasan bahwa setiap anggota stafnya atau pembantu
pelaksananya mematuhi KEPI.
b. Benturan Kepentingan (conflict of interests)
b.1. Penilai tidak akan bertindak untuk dua atau lebih para pihak pada
penugasan yang sama, kecuali dengan persetujuan tertulis dari pihak-
pihak yang berkepentingan;
b.2. Penilai harus mengambil upaya yang rasional untuk mencegah
dalam rangka meyakinkan bahwa tidak ada konflik dalam menjalankan
tugasnya antara kepentingan-kepentingan tugas yang bersangkutan dan
kepentingan-kepentingan pemberi tugas lainnya, ataupun penilai, sanak
keluarga, teman-temannya, atau asosiasinya.
.
Apabila terjadi konflik yang potensial
…….. harus dijelaskan secara tertulis sebelum
menerima penugasan. Setiap konflik yang
demikian jika penilai baru kemudian
menyadarinya, harus segera menjelaskan secara
tertulis kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Apabila konflik yang demikian
baru diketahui setelah penilai menyelesaikan
tugas penilaiannya, penjelasannya harus segera
dibuat dalam waktu sesingkat-singkatnya
c. Kerahasiaan
c.1. Penilai setiap waktu harus menyelesaikan seluruh permasalahan
penugasan dengan pemberi tugas berdasarkan kebijakan yang tepat dan
merahasiakannya.
c.2. Penilai tidak boleh menjelaskan secara terbuka, data yang memuat
fakta yang sensitif, yang diperoleh dari pemberi tugas, atau sebagai hasil
dari suatu penugasan yang dipersiapkan kepada pemberi tugas kepada
siapa saja di luar daripada pihak-pihak yang secara khusus diberi
wewenang oleh pemberi tugas, kecuali apabila dipersyaratkan oleh
hokum yang berlaku untuk berbuat demikian dalam suasana yang
penilai harus mengikuti tata cara tertentu yang seakan-akan menurut
hokum (quasi-judicial) dalam asosiasi profesi penilai yang diakui secara
nasional jika penilai yang bersangkutan adalah menjadi salah satu
anggotanya.
d. KETIDAKBERPIHAKAN (Impartiality)
d.1. Penilai yang melaksanakan tugas penilaian harus
dengan ketat mempertahankan kemandirian,
objektivitas, dan ketidakberpihakan, dan tanpa
mencampuradukan dengan kepentingan-kepentingan
pribadi penilai yang bersangkutan;
d.2. penilai tidak boleh menerima suatu penugasan
yang laporan penilaiannya mencakup pendapat-
pendapat dan simpulan-simpulan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
d.3. Imbalasan jasa yang berkaitan dengan suatu penugasan
tidak boleh bergantung pada hasil yang telah ditetapkan
terlebih dahulu dari suatu penilaian atau berdasarkan laporan
penilaian yang isinya berdasarkan pertimbangan –pertimbangan
yang tidak mandiri dan tidak objektif;
d.4. Penilai tidak boleh mendasarkan pekerjaannya pada
informasi yang kritis yang disediakan oleh pemberi tugas, atau
setiap pihak lainnya, tanpa kualifikasi yang tepat atau konfirmasi
dari sumber yang mandiri, kecuali sifat hakikatnya dan
berlakunya secara khusus dapat dipercaya sebagai prasyarat
pembatasan;
d.5. Penilai tidak boleh menerima suatu penugasan
untuk membuat laporan penilaian berdasarkan
asumsi pada prasyarat hipotesis yang tidak mungkin
dilaksanakan dalam setiap kurun waktu yang wajar;
d.6. Prasyarat hipotesis adalah suatu kemungkinan
yang wajar mungkin dilaporkan yang dapat diterima
apabila disertai oleh beberapa diskusi, baik mengenai
prospek realisasi dari hipotesis tersebut maupun
berdasarkan suatu pertimbangan yang menceminkan
keadaan yang berlaku, misalnya suatu situasi yang
pemberi tugas-tugas ingin mengetahui berapa nilai
dari tanah itu apabila ditunda dibebaskan dari unsure-
unsur yang mengandung racun;
d.7. Penilai tidak akan menggunakan atau mendasarkan
pada simpulan-simpulan yang tidak didukung berdasarkan
pada prasangka setiap jenis atau laporan simpulan yang
mengandung pendapat yang berprasangka adalah
diperlukan untuk memperbaiki atau memaksimalkan nilai;
d.8. Dalam meninjau laporan penilai yang lain, penilai
harus memperlihatkan pengambilan keputusan yang tidak
memihak dan membernarkan pertimbangan-
pertimbangannya untuk menyetujui atau tidak menyetujui
simpulan-simpulan dari laporan penilaian yang bersan
d. Ketidakberpihakan (Impartiality)
d.1. Penilai yang melaksanakan tugas penilaian harus dengan ketat
mempertahankan kemandirian, objektivitas, dan ketidakberpihakan,
dan tanpa mencampuradukan dengan kepentingan-kepentingan pribadi
penilai yang bersangkutan;
d.2. penilai tidak boleh menerima suatu penugasan yang laporan
penilaiannya mencakup pendapat-pendapat dan simpulan-simpulan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
d.3. Imbalasan jasa yang berkaitan dengan suatu penugasan tidak boleh
bergantung pada hasil yang telah ditetapkan terlebih dahulu dari suatu
penilaian atau berdasarkan laporan penilaian yang isinya berdasarkan
pertimbangan –pertimbangan yang tidak mandiri dan tidak objektif;
d.4. Penilai tidak boleh mendasarkan pekerjaannya pada informasi yang
kritis yang disediakan oleh pemberi tugas, atau setiap pihak lainnya,
tanpa kualifikasi yang tepat atau konfirmasi dari sumber yang mandiri,
kecuali sifat hakikatnya dan berlakunya secara khusus dapat dipercaya
sebagai prasyarat pembatasan;
d.5. Penilai tidak boleh menerima suatu penugasan untuk
membuat laporan penilaian berdasarkan asumsi pada
prasyarat hipotesis yang tidak mungkin dilaksanakan dalam
setiap kurun waktu yang wajar;
d.6. Prasyarat hipotesis adalah suatu kemungkinan yang
wajar mungkin dilaporkan yang dapat diterima apabila
disertai oleh beberapa diskusi, baik mengenai prospek
realisasi dari hipotesis tersebut maupun berdasarkan suatu
pertimbangan yang menceminkan keadaan yang berlaku,
misalnya suatu situasi yang pemberi tugas-tugas ingin
mengetahui berapa nilai dari tanah itu apabila ditunda
dibebaskan dari unsure-unsur yang mengandung racun;
d.7. Penilai tidak akan menggunakan atau
mendasarkan pada simpulan-simpulan yang tidak
didukung berdasarkan pada prasangka setiap jenis
atau laporan simpulan yang mengandung pendapat
yang berprasangka adalah diperlukan untuk
memperbaiki atau memaksimalkan nilai;
d.8. Dalam meninjau laporan penilai yang lain, penilai
harus memperlihatkan pengambilan keputusan yang
tidak memihak dan membernarkan pertimbangan-
pertimbangannya untuk menyetujui atau tidak
menyetujui simpulan-simpulan dari laporan penilaian
yang bersan
g. Syarat Pengungkapan (Disclosure).
Hal ini adalah sangat penting bagi penilai membuat dan
mengkomunikasikan analisisnya, pendapat-pendapatnya, dan simpulan
kepada pengguna jasa penilaian melalui laporan-laporan yang sangat
bermanfaat, tidak menyesatkan dan menjelaskan segala sesuatunya
yang akan memperkuat objektivitasnya.
OKI, laporan penilaian harus memuat suatu uraian yang jelas dan tepat
mengenai lingkup penugasannya serta maksud dan tujuan
penggunaannya, menjelaskan setiap asumsi, skenario-skenario
hipotesis, atau persyaratan-persyaratan pembatas yang secara langsung
mempengaruhi penilaian.
h. Pertanggung jawaban Penilai, yaitu bahwa seorang penilai
mempunyai tanggung jawab terhadap integritas pribadi Penilai,
masyarakat, asosiasi, sesame penilai.
3. PENTINYA ATURAN HUKUM (UUBAGI JASA
PENILAI
Mengapa diperlukannya aturan hukum (UU khusus tentang usaha jasa penilai),
berdasarkan hasil penelitian penulis ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan yaitu:
1. Kegiatan Usaha jasa penilai perlu keberadaan yang jelas dalam kegiatan
ekonomi. Di satu sisi lembaga ini diperlukan dan di pihak lain belum diatur
secara komprehensif.
2. Tantangan ke depan yang akan dihadapi Usaha Jasa Penilai Indonesia akan
lebih berat dengan berlakunya era globalisasi ekonomi, dimana konvensi yang
mengatur sektor jasa Indonesia ikut meratifikasi.
3. Sesuai dengan kebijakan pemerintah bahwa semua aset negara /daerah akan
dinilai dan disusun neraca, sehingga diperlukan tenaga-tenaga penilai yang
handal.
4. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
keberadaan profesi jasa penilai, sehingga tidak dilihat
sebelah mata saja.
5. Memberikan perlindungan, khususnya terhadap usaha
jasa penilai dan umumnya masyarakat pengguna jasa
penilai.
6. Menghindarkan peluang KKN dalam penilaian aset, baik
aset milik negara maupun bukan.
7. Agar tercipta harmonisasi pengaturan di bidang jasa
penilai, yang selama ini menjadi ajang perdebatan
antara pelaku bisnis jasa penilai dengan pejabat negara
yang diberikan kewenangan untuk menilai.
PENTINGNYA UU BAGI PERLINDUNGAN HUKUM JASA
PENILAI DALAM MENJALANKAN TUGAS

SAAT INI ADA 26 MACAM PROFESI JASA, SEBAGAIAN BESAR TELAH


MEMILIK UU KHUSUS TENTANG PROFESI JASA TERSEBUT, SEPERTI :
AKUNTAN PUBLIK= UU NO. 5 TAHUN 2011
ADVOCAT/PENGACARA= UU N0. 18 TAHUN 2003
NOTARIS= UU NO. 2 TAHUN 2014 TTG PERUB AHAN UU NO.30 TAHUN
2004 TTG JABATAN NOTARIS.
DALAM UU TERTSEBUT SECARA JELAS BAGAIMANA PENGATURAN
PROFESI-PROFESI TERSEBUT, SEDANG JASA PENILAI PUBLIK HINGGA
SEKARANG BELUM ADA UU KHUSUS YANG MENGATUR, SELAMA INI
JASA PENILAI DIATUR DALAM PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NO.228/PMK.01.2019 TTG. PERUBAHAN KEDUA ATAS PERMENKUE
NO.101/PMK.01 TTG PENILAI PUBLIK.
PENTINGNYA PEMAHAHAN DAN KETAATAN TERHADAP ATURAN HUKUM
OLEH JASA PENILAI DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM DAN
PENGHINDARI TERJADINYA MALPRAKTIK PENILAIAN SERTA TIMBULNYA
RESIKO HUKUM.

BERBAGAI AHLI MENBERIKAN PENGERTIAN KATA MALPRAKTIK, AL:


1. MALPRAKTIK BERASAL DARI “MALPRACTICE” YANG PADA HEKAKETNYA
ADALAH KESALAHAN DALAM MENJALANKAN PROFESI YANG TIMBUL
SEBAGAI AKIBAT ADANYA KEWAJIBAN-KEWAJIBAN YANG HARUS
DILAKUKAN DOKTER
2. 2. MALPRACTICE SECARA HARFIAH BERARTI BAD PRACTICE ATAU PRAKTIK
BURUK YANG BERKAITAN DENGAN PENERAPAN ILMU DAN TEKNOLOGI
MEDIK DALAM MENJALANKAN PROFESI PENILAI YANG MENGANDUNG
CIRI-CIRI KHUSUS.
3. MALPRATIK SECARA HARFIAH SEBAGAI PRLAKSANAAN ATAU TINDAKAN
YANG SALAH
Jenis-jenis Risiko
Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan
aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan
adanya tuntutan hukum, Risiko Hukum timbul antara lain karena
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya
kontrak atau pengikatan PERJANJIAN yang tidak sempurna.
Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah risiko yang disebabkan tidak mematuhi
atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan lain yang berlaku
Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan
adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya
problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah risiko akibat menurunya tingkat
kepercayaan pemangku kepentingan yang antar lain
disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan
kegiatan usaha JASA PENILAI atau persepsi negatif terhadap.
Risiko Reputasi timbul antara lain karena adanya pemberitaan
media dan/atau rumor mengenai JASA PENILAI yang bersifat
negatif, serta adanya strategi komunikasi JASA PENILAI yang
kurang efektif.
Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah risiko yang antara lain akibat
adanya ketidaktepatan dalam pengambilan dan
pelaksanaan stratejik yang tidak tepat atau kurang
responsifnya terhadap perubahan eksternal. Risiko
Stratejik timbul antara lain karena JASA PENILAI
menetapkan strategi yang kurang sejalan dengan visi
dan misi PERSEKUTUAN, melakukan analisis
lingkungan stratejik yang tidak komprehensif,
dan/atau terdapat ketidaksesuaian rencana stratejik
(strategic plan) antar level stratejik.
PERLINDUNGAN HUKUM
PERLINDUNGAN HUKUM
adalah memberikan pengayoman kepada HAM yang
dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut
diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat
menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum
adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan
oleh aparat penegak hukum (PEMERINTAH) untuk
memberikan:
RASA AMAN, BAIK SECARA PIKIRAN MAUPUN FISIK
DARI GANGGUAN DAN BERBAGAI ANCAMAN.
Persoalannya hingga saat ini tidak ada peraturan
yang mensyaratkan laporan penilaian yang dibuat
oleh penilai yang bergabung dalam suatu badan
usaha independen diluar pengembang, perbankan
dan badan usaha lainnya. OKI, dalam praktek di
Indonesia saat ini, Usaha jasa penilai sebagai lembaga
yang dipercayakan untuk mengadakan penilaian atas
nilai riil dari kekayaan atau harta benda untuk
berbagai keperluan transaksi menghadapi berbagai
permasalahan, baik yang berdimensi ekonomi,
maupun hukum, legal standing, dan PERTANGGUNG
JAWABAN HUKUMNYA.
BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM
1. PREVENTIF, (PENCEGAHAN)
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum
terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan PER-UU dengan maksud untuk
mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu- rambu atau batasan-batasan
dalam melakukan sutu kewajiban.
ASPEK PREVENTIF, PEMERINTAH TELAH MELAHIRKAN BERBAGAI PERATURAN PER-UU
TENTANG KEGIATAN BISNIS DAN BERBAGAI ATURAN HUKUM YANG DITERBITKAN
UNTUK MELINDUNGI SEMUA PIHAK, SEPERTI:
1. UU ???/PP??
2. KUH PERDATA/PIDANA
3. SPI
4. KODE ETIK
5. PERATURAN MENTERI KEUANGAN
6. PERJAJIAN PENILAIAN
7. DLL.
2. REFRESIF,
PERLINDUNGAN HUKUM REPRESIF, YAKNI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM
DIMANA LEBIH DITUJUKAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA
PERLINDUNGAN HUKUM YANG BERSIFAT REPRESIF menyangkut HAK JASA
PENILAI dalam PERATURAN PER-UU untuk menjaga hak jika ada perselisihan
atau penyelewengan lainnya yang dilakukan PENILAI ATAU PEMBERI
PEKERJAAN. Lebih lanjut perlindungan secara represif merupakan
perlindungan yang dilaksanakan saat JASA PENILAI mengalami permasalahan
baik intern maupun eksternal/Pasien.

BERDASARKAN PEMAHAMAN YANG TELAH DIURAIKAN DIATAS,


PERLINDUNGAN HUKUM BERFUNGSI MEMBERIKAN RASA KEADILAN,
KEPASTIAN HUKUM DAN KEMANFAATAN BAGI DUNIA USAHA.
Perlindungan pekerja merupakan hal yang diberikan sesuai dengan peraturan
PER-UU. Perlindungan preventif yang lebih sederhana berarti pencegahan
DAN bersifat represif yaitu BNAGAI CARA PENYELESAIAI saat terjadi
permasalahan, berupa tertulis maupun tidak tertulis.
PERLINDUNGAN HUKUM YANG SEIMBANG
KONTRAK YANG DIBUAT PARA PIHAK DIANGGAP
MENGIKAT SEPANJANG DIDASARKAN PADA ASAS
ADANYA KESEIMBANGAN HUBUNGAN ANTARA
HUBUNGAN KEPENTINGAN PERSEORANGAN DAN
KEPENTINGAN UMUM ATAU ADANYA KESEIMBANGAN
ANTARA KEPENTINGAN PARA PIHAK SEBAGAIMANA
HARAPAN DAN KEINGINAN DAPAT DIAKOMODASI,
SEHINGGA PERJANJIAN YANG DILAHIRKAN TIDAK
MERUGIKAN SALAH SATU PIHAK ATAU MASING-
MASING MENDAPAT MANFAAT DARI KONTRAK
TERSEBUT.
“Para pihak diberikan kebebasan sepenuhnya untuk
mencari keuntungan sesuai dengan yang harapkan,
selama tidak menimbulkan kesenjangan atau ketidak
seimbangan”.
TERDAPAT 3 ASPEK YANG SALING BERKAITAN UNTUK MENGUJI DAYA
KERJA ASAS KESEIMBANGAN, YAITU: Perbuatannya sendiri atau
perilaku individual, Isi kontrak dan Pelaksanaan dari apa yang telah
disepakati (Herlien Budiono )
PRINSIP PERLINDUNGAN HUKUM YANG SEIMBANG ADALAH PRINSIP
HUKUM ATAU ASAS HUKUM YANG MENJADI DASAR DALAM
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM SECARA ADIL (TIDAK BERAT
SEBELAH) BAGI PARA PIHAK. Maksudnya adalah, para pihak berada
dalam posisi dan kedudukan yang sama, sehingga pengaturan hak dan
kewajiban bagi para pihak tidak berat sebelah. Dengan demikian para
pihak memperoleh perlindungan hukum yang seimbang.
KESEIMBANGAN ANTARA KEPENTINGAN BERARTI PENDEKATANNYA
BENAR-BENAR TIDAK MEMIHAK. INSTRUMEN PENGUJINYA
DIANTARANYA MEMASUKAN UU, MORAL DAN KETERTIBAN UMUM.
……..HUKUM HARUS MAMPU UNTUK MENYEIMBANGKAN ANTARA
KEPENTINGAN PRIBADI, PUBLIK DAN SOSIAL. HUKUM YANG DI DALAMNYA
TERDAPAT KESEIMBANGAN ANTARA KEPENTINGAN-KEPENTINGAN
TERSEBUT SEBAGAI HUKUM YANG ADIL (Van Apeldoorn).
HUKUM HARUS PASTI (CERTUM), SUPAYA DAPAT MENJALANKAN FUNGSINYA.
KEPASTIAN HUKUM DICAPAI MELALUI SUATU PER-UU YANG MENGATUR
SELURUH HIDUP BERSAMA SAMPAI DETAIL.
OKI, TUJUAN HUKUM yaitu DAPAT menjamin KEPASTIAN (ketertiban) dan
MEMENUHI TUNTUTAN KEADILAN. Kepastian hukum menghendaki apa
yang dijanjikan harus dipenuhi oleh para pihak. Dalam menuntut
dipenuhinya janji, norma-norma keadilan dan kepatutan jangan
ditinggalkan, SEHINGGA TUJUAN HUKUM MENDAPATKAN MANFAAT AKAN
TIMBUL DENGAN SENDIRINYA.
KONSEP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI JASA PENILAI

Perlindungan Hukum merupakan HAK KONSTITUSIONAL


warga negara yang diatur didalam konstitusi UUD NRI 1945
pada Pasal 28D Ayat 1
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama dihadapan hukum”
Perlindungan hukum merupakan perlindungan akan harkat
dan martabat serta pengakuan terhadap hak asasi manusia
yang dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan
hukum
Lanjutan..”
Adapun yang dimaksudkan dengan:
PENILAI adalah seseorang yang dengan keahliannya menjalankan kegiatan
Penilaian.
Penilai Publik adalah Penilai yang telah memperoleh izin dari Menteri
untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini atau penilai eksternal sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri Keuangan di bidang kekayaan negara dan lelang.
“setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang PENILAIAN serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
PENILAIAN memerlukan kewenangan untuk MELAKUKAN TUGAS YANG
DIMANATKAN..”
Sehingga PERLINDUNGAN HUKUM thp tenaga JASA PENILAI masuk sebagai
perlindungan atas WARGA NEGARA yang bergerak dibidang PENILAIAN guna
melindungi harkat dan martabatnya berdasarkan kaedah hukum yang
mengaturnya
A. LANDASAN FILOSOPIS
PERLUNYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI JASA PENILAI
• Secara nilai, eksistensi JASA PENILAIA memiliki cita untuk penyelenggaraan aktifitas di DUNIA
BISNIS dengan berlandaskan pada PADA NILAI DAN ASAS HUKUM, Pancasila dan didasarkan
UUD 1945PASAL 28D:
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja(1) Setiap orang berhak
atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja”.
(2). Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalasan dan

• Penyelenggaraan dan eksistensi JASA PENILAI merupakan wujud hadirnya peran


negara dalam KEGIATAN BISNIS MAUPUN NON-BISNIS, DIMANA DALAM
PEMBUKAAN UUS 1945: BAHWA NEGARA MELINDUNGI SEGENAP BANGSA
INDONESIA”. SEHINGGA SETIAP WARGA NEGARA MEMPUNYAI HAK UNTUK
MENDAPAT PERLINDUNGAN HUKUM YANG CUKUP MELALUI PENERBITAN
PERATURAN PER-UU.”
Lanjutan..”
• Sehingga JASA PENILAI hadir untuk melaksanakan kewajiban berupa
kepentingan penyelenggaraan hak atas PENIALAI ASET DAN
PELAYANAN.
• Timbulnya kewajiban tentu beriringan dengan timbulnya hak, negara
juga membingkai JASA PENILAI dalam dimensi hak agar dalam
pelaksanaan kewajibannya JASA PENILAI juga mendapatkan hak yang
proporsional. Dan hak yang paling esensial adalah hak atas
perlindungan hukum. Sebagaimana diatur didalam Pasal 28D Ayat (1)
dan (2) UUD NRI 1945
B. LANDASAN YURIDIS
• Secara yuridis konstitusional perlindungan akan JASA PENILAI secara
abstraksi diatur oleh UUD NRI 1945 pada Pasal 28D. Pasal ini kemudian
diderivasikan kedalam peraturan PER-UU (UU DAN PP), NAMUN BELUM
ADA UU YANG DIMAKSUD YANG ADA BERUPA:
• KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUH Perdata)
• KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)
 PERATURAN MENTERI KEUANGAN:
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228 /PMK.01/2019 TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 101/PMK.01/2014
TENTANG PENILAI PUBLIK.
4. STANDAR PENILAIAN INDONESIA
5. KODE ETIKA PENILAI.
C. LANDASAN SOSIOLOGIS
DALAM MASA DUA DEKADE PERKEMBANGAN BISNIS
JASA PENILAI CUKUP PESAT DAN KEBUTUHAN AKAN
JASA PENILAI JUGA MENINGKAT CUKUP SIGNIFIKAN
DAN SEBALIKNYA KASUS HUKUM YANG
DIGUGAT/DIDAKWAKAN TERDAP JASA PENILAI JUGA
MAKIN BERTAMBAH, BAIK KASUS ADMINITRASI,
PERDATA MAUPUN PIDANA, SEHINGHGA BERDAMPAK
TERHADAP KEBERADAAN KELEMBAGAA DAN
PROFESI JASA PENILAI SEHINGGA MENIMBULKAN
RESIKO HUKUM, YANG AKHIRNYA DISELESAIKAN DI
MEJA HIJAU/ LEMBAGA PERADILAN YANG DIDUGA
ADA PELANGGARAN ATAU MALPRATIK,
Bbp KASUS yang terjadi
1. KASUS PENILAIAN ASET BANK-BANK YANG MENDAPATKAN
BLBI
2. KASUS PT.WH DENGAN KP3N, PT. BANK B, DAN PT S.
3. kasus Bank Lippo, Dirjenl Lembaga Keuangan DepKeu telah
memeriksa Tim dari kantor akuntan publik yang melakukan
pemeriksaan keuangan Bank Lippo Tbk dan tiga konsultan
penilai (apprisal), Ketiga Usaha jasa penilai tersebut telah
melakukan penilaian aset Bank Lippo pada tanggal 20
September 2002, dan Desember 2001 dan 2002.
(www.sinarharapan.co. id/berita/0303/01 /jab03.html.) dalam
melakukan penilain diduga adanya manipulasi nilai aset yang
mengakibat nilai saham dan CAR. PT. Bank Lippo. Tbk.
Menurun drastis, sehingga merugikan pemegang saham.
4. Jauh sebelum kasus-kasus ini terjadi, ada beberapa kasus telah
terjadi, misalnya kasus penilaian tanah kosong di Jawa Barat
tahun 1990, kasus Over Value, penilaian Usaha elektroniki di
Surabaya tahun 1980, dan kasus penilaian gedung Arthaloka di
Jakarta tahun 1970 dan 1980-an. (Joni Emirzon, 2000,hal .82-
83.)
URGENSI UU JASA PENILAI

SECARA SOSIOLIGIS MENUNJUKAN KEBUTUHAN DAN PERAN JASA


PENILAI MAKIN MENINGKAT, NAMUN, DARI ASPEK HUKUM
PERLINDUNGAN HUKUM JASA PENILAI MASIH LEMAH, SUDAH
SEPATUTNYA SEGERA DITERBITKAN UU KHUSUS TENTANG JASA PENILAI
AGAR SEMUA NILAI DAN ASAS HUKUM DALAM KEGIATAN JASA PENILAI
BISA DIKONKRITISASIKAN DALAM BENTUK NORMA TERTULIS SEHINGGA
TERUJUD KEPASTIAN PERLINDUNGAN HUKUM
SEBAGAI INDIKATOR PENGUATAN PERAN JASA PENILAI
DALAM KEGIATAN BINSIS DALAM PEMBANGUNAN
EKONOMI NASIONAL
PENUTUP
PENGUATAN TERHADAP NILAI, ASAS-ASAS HUKUM BAGI
PROFESI JASA PENILAI SANGATLAH PENTING MELALUI
PENERBITAN UU JASA PENILAI UNTUK MENGHINDARI
TERJADINYA MALPRAKTIK PENILAIAN, RISIKO HUKUM
DAN RESIKO LAINNYA, SERTA PERTANGGUNG JAWABAN
HUKUM, BAIK PERDATA, PIDANA DAN ADMINISTRASI.
OKI, PENERBITAN UU JASA PENILAI SUATU YANG URGEN
UNTUK SAAT INI

DEMIKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai