Oleh:
Prof. Dr. H. Joni Emirzon, SH., M.Hum, FCBarb.
GURU BESAR HUKUM BISNIS FH UNSRI
KETUA BANI PERWAKILAN PALEMBANG
MANAGING PARTNER JEIOL
WEBINAR PUNCAK EKSPO PROFESI
KEUANGAN
A. Integritas:
a.1. Penilai tidak boleh bertindak dengan cara yang
menyesatkan atau bertindak curang;
a.2. Penilai tidak boleh dengan sengaja menetapkan dan
menyampaikan seuatu laporan penilaian yang isinya palsu,
tidak tepat, atau berdasarkan pendapat dan analisis yang
memihak;
a.3. Penilai tidak boleh berpartisipasi kepada, atau berperan
serta dalam suatu jasa penilaian yang berdasarkan
pertimbangan penilai yang rasional tidak akan membenarkan
tindakan dari penilai yang bersangkutan;
a.4. Penilai wajib bertindak menurut hukum sesuai
dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di negara tempat penilai yang bersangkutan
menjalankan praktik penilaian atau di negara tempat
penilai mendapatkan penugasan;
a.5. Penilai dengan sengaja salah menafsirkan
persyaratan professional yang tidak dimilikinya;
a.6. Penilai tidak akan secara sadar menggunakan
kepalsuan, menyesatkan, atau menuntut yang berlebihan
atau mengiklankan dalam usahanya untuk mendapatkan
atau penugasan tertentu;
a.7. Penilai harus meyakinkan dalam menangani
penugasan bahwa setiap anggota stafnya atau pembantu
pelaksananya mematuhi KEPI.
b. Benturan Kepentingan (conflict of interests)
b.1. Penilai tidak akan bertindak untuk dua atau lebih para pihak pada
penugasan yang sama, kecuali dengan persetujuan tertulis dari pihak-
pihak yang berkepentingan;
b.2. Penilai harus mengambil upaya yang rasional untuk mencegah
dalam rangka meyakinkan bahwa tidak ada konflik dalam menjalankan
tugasnya antara kepentingan-kepentingan tugas yang bersangkutan dan
kepentingan-kepentingan pemberi tugas lainnya, ataupun penilai, sanak
keluarga, teman-temannya, atau asosiasinya.
.
Apabila terjadi konflik yang potensial
…….. harus dijelaskan secara tertulis sebelum
menerima penugasan. Setiap konflik yang
demikian jika penilai baru kemudian
menyadarinya, harus segera menjelaskan secara
tertulis kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Apabila konflik yang demikian
baru diketahui setelah penilai menyelesaikan
tugas penilaiannya, penjelasannya harus segera
dibuat dalam waktu sesingkat-singkatnya
c. Kerahasiaan
c.1. Penilai setiap waktu harus menyelesaikan seluruh permasalahan
penugasan dengan pemberi tugas berdasarkan kebijakan yang tepat dan
merahasiakannya.
c.2. Penilai tidak boleh menjelaskan secara terbuka, data yang memuat
fakta yang sensitif, yang diperoleh dari pemberi tugas, atau sebagai hasil
dari suatu penugasan yang dipersiapkan kepada pemberi tugas kepada
siapa saja di luar daripada pihak-pihak yang secara khusus diberi
wewenang oleh pemberi tugas, kecuali apabila dipersyaratkan oleh
hokum yang berlaku untuk berbuat demikian dalam suasana yang
penilai harus mengikuti tata cara tertentu yang seakan-akan menurut
hokum (quasi-judicial) dalam asosiasi profesi penilai yang diakui secara
nasional jika penilai yang bersangkutan adalah menjadi salah satu
anggotanya.
d. KETIDAKBERPIHAKAN (Impartiality)
d.1. Penilai yang melaksanakan tugas penilaian harus
dengan ketat mempertahankan kemandirian,
objektivitas, dan ketidakberpihakan, dan tanpa
mencampuradukan dengan kepentingan-kepentingan
pribadi penilai yang bersangkutan;
d.2. penilai tidak boleh menerima suatu penugasan
yang laporan penilaiannya mencakup pendapat-
pendapat dan simpulan-simpulan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
d.3. Imbalasan jasa yang berkaitan dengan suatu penugasan
tidak boleh bergantung pada hasil yang telah ditetapkan
terlebih dahulu dari suatu penilaian atau berdasarkan laporan
penilaian yang isinya berdasarkan pertimbangan –pertimbangan
yang tidak mandiri dan tidak objektif;
d.4. Penilai tidak boleh mendasarkan pekerjaannya pada
informasi yang kritis yang disediakan oleh pemberi tugas, atau
setiap pihak lainnya, tanpa kualifikasi yang tepat atau konfirmasi
dari sumber yang mandiri, kecuali sifat hakikatnya dan
berlakunya secara khusus dapat dipercaya sebagai prasyarat
pembatasan;
d.5. Penilai tidak boleh menerima suatu penugasan
untuk membuat laporan penilaian berdasarkan
asumsi pada prasyarat hipotesis yang tidak mungkin
dilaksanakan dalam setiap kurun waktu yang wajar;
d.6. Prasyarat hipotesis adalah suatu kemungkinan
yang wajar mungkin dilaporkan yang dapat diterima
apabila disertai oleh beberapa diskusi, baik mengenai
prospek realisasi dari hipotesis tersebut maupun
berdasarkan suatu pertimbangan yang menceminkan
keadaan yang berlaku, misalnya suatu situasi yang
pemberi tugas-tugas ingin mengetahui berapa nilai
dari tanah itu apabila ditunda dibebaskan dari unsure-
unsur yang mengandung racun;
d.7. Penilai tidak akan menggunakan atau mendasarkan
pada simpulan-simpulan yang tidak didukung berdasarkan
pada prasangka setiap jenis atau laporan simpulan yang
mengandung pendapat yang berprasangka adalah
diperlukan untuk memperbaiki atau memaksimalkan nilai;
d.8. Dalam meninjau laporan penilai yang lain, penilai
harus memperlihatkan pengambilan keputusan yang tidak
memihak dan membernarkan pertimbangan-
pertimbangannya untuk menyetujui atau tidak menyetujui
simpulan-simpulan dari laporan penilaian yang bersan
d. Ketidakberpihakan (Impartiality)
d.1. Penilai yang melaksanakan tugas penilaian harus dengan ketat
mempertahankan kemandirian, objektivitas, dan ketidakberpihakan,
dan tanpa mencampuradukan dengan kepentingan-kepentingan pribadi
penilai yang bersangkutan;
d.2. penilai tidak boleh menerima suatu penugasan yang laporan
penilaiannya mencakup pendapat-pendapat dan simpulan-simpulan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
d.3. Imbalasan jasa yang berkaitan dengan suatu penugasan tidak boleh
bergantung pada hasil yang telah ditetapkan terlebih dahulu dari suatu
penilaian atau berdasarkan laporan penilaian yang isinya berdasarkan
pertimbangan –pertimbangan yang tidak mandiri dan tidak objektif;
d.4. Penilai tidak boleh mendasarkan pekerjaannya pada informasi yang
kritis yang disediakan oleh pemberi tugas, atau setiap pihak lainnya,
tanpa kualifikasi yang tepat atau konfirmasi dari sumber yang mandiri,
kecuali sifat hakikatnya dan berlakunya secara khusus dapat dipercaya
sebagai prasyarat pembatasan;
d.5. Penilai tidak boleh menerima suatu penugasan untuk
membuat laporan penilaian berdasarkan asumsi pada
prasyarat hipotesis yang tidak mungkin dilaksanakan dalam
setiap kurun waktu yang wajar;
d.6. Prasyarat hipotesis adalah suatu kemungkinan yang
wajar mungkin dilaporkan yang dapat diterima apabila
disertai oleh beberapa diskusi, baik mengenai prospek
realisasi dari hipotesis tersebut maupun berdasarkan suatu
pertimbangan yang menceminkan keadaan yang berlaku,
misalnya suatu situasi yang pemberi tugas-tugas ingin
mengetahui berapa nilai dari tanah itu apabila ditunda
dibebaskan dari unsure-unsur yang mengandung racun;
d.7. Penilai tidak akan menggunakan atau
mendasarkan pada simpulan-simpulan yang tidak
didukung berdasarkan pada prasangka setiap jenis
atau laporan simpulan yang mengandung pendapat
yang berprasangka adalah diperlukan untuk
memperbaiki atau memaksimalkan nilai;
d.8. Dalam meninjau laporan penilai yang lain, penilai
harus memperlihatkan pengambilan keputusan yang
tidak memihak dan membernarkan pertimbangan-
pertimbangannya untuk menyetujui atau tidak
menyetujui simpulan-simpulan dari laporan penilaian
yang bersan
g. Syarat Pengungkapan (Disclosure).
Hal ini adalah sangat penting bagi penilai membuat dan
mengkomunikasikan analisisnya, pendapat-pendapatnya, dan simpulan
kepada pengguna jasa penilaian melalui laporan-laporan yang sangat
bermanfaat, tidak menyesatkan dan menjelaskan segala sesuatunya
yang akan memperkuat objektivitasnya.
OKI, laporan penilaian harus memuat suatu uraian yang jelas dan tepat
mengenai lingkup penugasannya serta maksud dan tujuan
penggunaannya, menjelaskan setiap asumsi, skenario-skenario
hipotesis, atau persyaratan-persyaratan pembatas yang secara langsung
mempengaruhi penilaian.
h. Pertanggung jawaban Penilai, yaitu bahwa seorang penilai
mempunyai tanggung jawab terhadap integritas pribadi Penilai,
masyarakat, asosiasi, sesame penilai.
3. PENTINYA ATURAN HUKUM (UUBAGI JASA
PENILAI
Mengapa diperlukannya aturan hukum (UU khusus tentang usaha jasa penilai),
berdasarkan hasil penelitian penulis ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan yaitu:
1. Kegiatan Usaha jasa penilai perlu keberadaan yang jelas dalam kegiatan
ekonomi. Di satu sisi lembaga ini diperlukan dan di pihak lain belum diatur
secara komprehensif.
2. Tantangan ke depan yang akan dihadapi Usaha Jasa Penilai Indonesia akan
lebih berat dengan berlakunya era globalisasi ekonomi, dimana konvensi yang
mengatur sektor jasa Indonesia ikut meratifikasi.
3. Sesuai dengan kebijakan pemerintah bahwa semua aset negara /daerah akan
dinilai dan disusun neraca, sehingga diperlukan tenaga-tenaga penilai yang
handal.
4. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
keberadaan profesi jasa penilai, sehingga tidak dilihat
sebelah mata saja.
5. Memberikan perlindungan, khususnya terhadap usaha
jasa penilai dan umumnya masyarakat pengguna jasa
penilai.
6. Menghindarkan peluang KKN dalam penilaian aset, baik
aset milik negara maupun bukan.
7. Agar tercipta harmonisasi pengaturan di bidang jasa
penilai, yang selama ini menjadi ajang perdebatan
antara pelaku bisnis jasa penilai dengan pejabat negara
yang diberikan kewenangan untuk menilai.
PENTINGNYA UU BAGI PERLINDUNGAN HUKUM JASA
PENILAI DALAM MENJALANKAN TUGAS