Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Frekuensi Konsumsi Junk Food, Status Gizi Dan Tingkat Stres

Dengan Fungsi Kognitif Mahasiswa Indekos Pasca Pandemi COVID 19

Ummi Thajanoor Rabiah 1, Lintang P. Dewanti 1*, Khairizka Citra


Palupi 1, Vitria Melani 1, Laras Sitoayu 1
1
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul
* Alamat korespondensi: lintangpurwara@esaunggul.ac.id

Diterima: Direview: Dimuat:

Abstrak
Fungsi kognitif merupakan kemampuan untuk melakukan hal yang mencakup proses belajar,
memberikan perhatian, berfikir, mengingat, dan menggunakan bahasa. Kemampuan kognitif yang
optimal sangat dibutuhkan bagi mahasiswa untuk menghadapi beban kerja dalam kuliah seperti
tuntutan pencapaian nilai dan tugas perkuliahan. Penurunan fungsi kognitif pada mahasiswa
indekos disebabkan oleh banyak faktor diantaranya frekuensi konsumsi junk food, status gizi, serta
tingkat stres. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi junk food, status
gizi dan tingkat stres dengan fungsi kognitif mahasiswa indekos pasca pandemi COVID 19.
Rancangan penelitian adalah cross-sectional study dengan jumlah responden 50 orang mahasiswa
indekos. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner FFQ, (PSS) Perceived Stress
Scale, (MoCA-Ina) Montreal Cognitive Assessment Indonesia dan pengukuran antropometri. Analisis
data menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
frekuensi konsumsi junk food terhadap fungsi kognitif (p-value=0,013), ada hubungan yang
signifikan antara status gizi terhadap fungsi kognitif (p-value=0,002), ada hubungan yang
signifikan antara tingkat stres terhadap fungsi kognitif (p-value=0,040). Bagi mahasiswa indekos
diharapkan untuk lebih meningkatkan makanan bergizi seimbang serta memiliki status gizi dan
tingkat stres yang baik agar dapat mencapai fungsi kognitif normal.
Kata Kunci : Makanan junk food, status gizi, tingkat stres, fungsi kognitif, mahasiswa indekos.

Abstract
Cognitive function is the ability to do things that include the process of learning, paying attention,
thinking, remembering, and using language. Optimal cognitive abilities are needed for students to
face the workload in college such as the demands of achieving grades and lecture assignments. The
decline in cognitive function in boarding students is caused by many factors including the
frequency of consumption of junk food, nutritional status, and stress levels. The purpose of the
study was to determine the relationship between the frequency of consumption of junk food,
nutritional status and stress levels with the cognitive function of boarding house students after the
COVID-19 pandemic. The research design was a cross-sectional study with 50 respondents from
boarding house students. Data were collected using the FFQ questionnaire, (PSS) Perceived Stress
Scale, (MoCA-Ina) Montreal Cognitive Assessment Indonesia and anthropometric measurements.
Data analysis using chi-square test. The results show that there is a significant relationship
between the frequency of consuming junk food on cognitive function (p-value = 0.013), there is a
significant relationship between nutritional status and cognitive function (p-value = 0.002), there is
a significant relationship between stress levels and cognitive function. (p-value=0.040). For
boarding students, it is expected to further improve balanced nutritious food and have good
nutritional status and stress levels in order to achieve normal cognitive function..
Keywords: Junk food, nutritional status, stress level, cognitive function, boarding students.
PENDAHULUAN pada frekuensi konsumsi junk food, status
Fungsi kognitif merupakan gizi dan tingkat stres terhadap gangguan
kemampuan untuk melakukan hal yang fungsi kognitif mahasiswa indekos.
mencakup proses belajar, memberikan Mahasiswa yang bertempat tinggal dikos
perhatian, berfikir, mengingat, dan cenderung memiliki kebiasaan makan
menggunakan bahasa (Permatasari, 2019). yang tidak teratur dan jauh dari ukuran
Gangguan fungsi kognitif dapat sehat dibandingkan dengan mahasiswa
mengurangi aktifitas intelektual yang yang tinggal di rumah (Gazibara, 2013).
mencakup kemampuan untuk belajar, Faktor ekonomi, pengaruh teman sebaya,
mengingat, memusatkan perhatian, dan akses pangan berkaitan dengan
persepsi, bahasa, kecerdasan, serta kebiasaan makan mahasiswa indekos.
penalaran (Driscoll, 2017).
Junk food identik dengan makanan
Harvard School Of Public Health yang tinggi kalori, gula, lemak jenuh,
menjelaskan bahwa salah satu masalah natrium dan rendah mikronutrien seperti
kesehatan masyarakat dunia adalah vitamin, mineral, asam amino, dan serat
gangguan fungsi kognitif. Penelitian yang (Ashakiran, 2012). Gaya hidup di era
dilakukan salthouse (2009) menyatakan modern seperti saat ini mendorong
beberapa aspek kognitif mengalami seseorang untuk mengonsumsi junk food
penurunan dimulai pada orang dewasa yang rendah serat, padahal dengan
berpendidikan ketika mereka berumur 20 mengkonsumsi buah dan sayuran dapat
tahun dan seterusnya. Penurunan fungsi berpengaruh baik terhadap fungsi kognitif
kognitif umumnya banyak terjadi pada (Mao et al, 2019). Adanya peningkatan
seseorang yang berusia lanjut. Namun konsumsi junk food, pada remaja dari (57
penelitian sebelumnya yang dilakukan %) saat sebelum pandemi menjadi (74 %)
Aswarie (2020) kepada mahasiswa saat pandemi COVID 19 (Agustina,
fakultas kedokteran UPH yang berusia 12- 2021). Makanan cepat saji atau junk food
25 tahun menunjukkan (74,5%) digemari mahasiswa indekos karena rasa
diantarnya mengalami gangguan fungsi lezat, penyajian cepat dan harga relatif
kognitif dan (25,5 %) lainnya tidak terjangkau. Selain itu, gencarnya promosi
mengalami gangguan fungsi kognitif. dari para pengusaha junk food mulai dari
iklan di TV hingga adanya potongan harga
Pada mahasiswa usia 18 - 25 tahun, di media sosial diduga dapat
biasanya masih sedang menempuh meningkatkan minat seseorang khususnya
pendidikan S1. Strata satu termasuk mahasiswa indekos untuk mengonsumsi
kategori pendidikan tingkat tinggi, makanan junk food (Agustina et al., 2021).
sehingga mahasiswa yang melalui masa Terlalu sering mengonsumsi junk food
ini di tuntut untuk berfikir lebih keritis. dapat meningkatkan kadar lemak tubuh
Kemampuan kognitif yang optimal sangat dan meningkatkan risiko terjadinya
dibutuhkan bagi mahasiswa untuk obesitas (Riskesdas, 2018). Data Centers
menghadapi beban kerja dalam kuliah for Disease Control and Prevention 2020
seperti tuntutan pencapaian nilai dan tugas menunjukkan bahwa prevalensi obesitas
perkuliahan. Sebagian besar mahasiswa pada dewasa meningkat (CDC, 2020).
merupakan anak indekos, tinggal jauh dari Diperkirakan 22% penduduk dewasa
keluarga sehingga beresiko mengalami mengalami kenaikan berat badan
gangguan fungsi kognitif akibat gaya selama pandemi COVID 19 (Zachary et
hidup dan pola makan yang kurang baik al, 2020). Penelitian Izhar pada tahun
(Adiyani et al., 2022). Pandemi COVID 2020 menemukan bahwa terdapat
19 yang terjadi akhir tahun 2019 hingga hubungan yang signifikan antara
masa transisinya pada saat ini, berdampak konsumsi junk food dengan kejadian
obesitas, responden yang mengalami menyebabkan manifestasi psikomotor
kenaikan berat badan yaitu responden berupa keadaan produktivitas kerja yang
dengan pola makan junk food >4 menurun, konsentrasi dan daya pikir
kali/minggu (sering). Menurut penilitian, melambat (Hasanah et al, 2020).
seseorang yang mengalami obesitas
memiliki jaringan otak 8% lebih sedikit Berdasarkan uraian diatas, membuat
dibanding pada orang yang berat peneliti tertarik untuk meneliti apakah
badannya normal. Akibatnya otak terdapat hubungan frekuensi konsumsi
mengalami kemunduran sampai 16 tahun junk food, status gizi dan tingkat stres
lebih tua dibandingkan orang yang tidak dengan fungsi kognitif pada mahasiswa
terlalu banyak lemak (Saleh, A. J, 2019). indekos pasca pandemi COVID 19.
Sedangkan Jurnal yang dipublikasikan
oleh Xiaolin Xiang pada tahun 2015 METODE PENELITIAN
menyatakan bahwa justru Underweight Rancangan/Desain Penelitian
merupakan faktor risiko yang kuat Penelitian ini menggunakan desain
terhadap adanya gangguan fungsi kognitif. cross sectional. Variabel independen
yaitu frekuensi konsumsi junk food, status
Gangguan fungsi kognitif dapat gizi, dan tingkat stres sedangkan variabel
dipicu karena adanya stres. Pada dependen utama ialah fungsi kognitif.
mahasiswa indekos stres dapat bersumber Sumber Data
dari perkuliahan maupun kehidupan Data primer pada penelitian ini
sehari-hari. Mereka dituntut untuk lebih didapatkan dengan melakukan penilaian
mandiri dalam mengatur keuangan dan frekuensi konsumsi junk food dengan
kehidupannya, jika tidak pandai dalam kuesioner FFQ, penilaian tingkat stres
mengatur keuangannya maka akan dengan kuesioner (PSS) Perceived Stress
kekurangan di akhir bulan dan akan Scale, penilaian fungsi kognitif dengan
menambah tekanan sehingga membuat (MoCA-Ina) Montreal Cognitive
mahasiswa semakin stres. Selain itu, Assessment Indonesia dan pengukuran
mahasiswa indekos juga dituntut harus antropometri secara langsung dengan
pandai mengatur waktunya, karena jika melibatkan personil terlatih. Data lainnya
mahasiswa indekos terlena dengan terkait usia, jenis kelamin, jurusan kuliah,
waktunya maka akan menganggu proses jenis kosan, uang saku sebulan dan
belajar terutama jika mereka merupakan tingkatan semester dikumpulkan dengan
mahasiswa tingkat akhir yang sedang kuesioner terstruktur.
menyusun skripsi, dengan tingkat beban
berpikir yang lebih berat sehingga Sasaran Penelitian
berpotensi menganggu kesehatan mental Populasi pada penelitian ini ialah
seperti stres (Rahmawati, 2019). Stres mahasiswa yang mengekos di sekitaran
jangka panjang berhubungan dengan sekitaran kompleks perumahan belakang
penurunan volume hipokampus dan regio kampus Universitas Esa Unggul di
orbito-frontal otak serta meningkatnya wilayah Kampung Guji RT 01 dan 02/RW
apoptosis neuron yang akan berdampak 02 Duri Kepa Kebon Jeruk Jakarta Barat.
pada penurunan fungsi kognitif dan emosi Penelitian dilakukan pada mahasiswa
(Nieoullon A, 2011). Hasil penelitian indekos. Tempat penelitian diambil di
Maia, Berta Rodrigues, Paulo César dua RT berdasarkan jarak terdekat kosan
(2020) menunjukkan bahwa para siswa mahasiswa menuju kampus dan
yang telah dievaluasi selama masa merupakan lokasi dengan banyak tempat
pandemi memiliki tingkat stres yang jauh kosan yang tersebar di area tersebut yaitu
lebih tinggi, dibandingkan dengan para di RT 01 dan RT 02 / RW 02. Penelitian
siswa pada masa-masa normal. Stres dapat ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2022.
Pemilihan sampel dilakukan dengan
purposive sampling dengan N¿ ¿ ¿ ¿ ¿
mempertimbangkan kriteria inklusi dan Keterangan:
eksklusi. Kriteria inklusi yaitu: (a) N = Besarsampel
mahasiswa yang mengekos dari berbagai 𝑍1− 𝛼/2 = Derajat kemaknaan 𝛼 pada dua sisi 5%
macam jurusan dan merupakan (1.96)
mahasiswa semester 1 – 8, (b) mahasiswa P =Proporsi rata-rata (P1+P2)/2
𝑍1−𝛽 = Kekuatan uji0.84
indekos umur 18 – 25 tahun, (c) dapat
P1 = Proporsi kelompok 1
berkomunikasi dengan baik, (d) Bersedia P2 = Proporsi kelompok 2
menjadi sempel dalam penelitian ini, (e)
berdomisili di wilayah RT 01 dan RT 02 / Pengembangan Instrumen dan Teknik
RW 02 Duri Kepa Kebon Jeruk Jakarta Pengumpulan Data
Barat. peserta terdaftar sebagai siswa pada Penilaian frekuensi konsumsi junk
saat penelitian. Kriteria eksklusi yaitu: (a) food dilakukan dengan kuesioner FFQ
responden yang tidak bersekolah atau dengan rentang waktu satu bulan terakhir.
yang sedang menempuh pendidikan di Bahan makanan yang dimasukkan ke
SD, SMP, SMA, S2, S3 dan seorang dalam kuesioner FFQ telah disurvey
pekerja, (b) mahasiswa pulang ke wilayah terlebih dahulu pada mahasiswa indekos
asal saat penelitian berlangsung. di sekitaran kompleks perumahan
Perhitungan sampel dengan menggunakan belakang kampus Universitas Esa Unggul
runus uji beda proporsi [15]. Didapatkan di wilayah Kampung Guji RT 01 dan
sampel sebesar 50 orang. Rumus 02/RW
perhitungan uji beda proporsi:
02 Duri Kepa Kebon Jeruk skor <30 artinya sering mengonsumsi
Jakarta Barat dan dimasukkan sesuai junk food. Penilaian angka 30 didapatkan
dengan jenis makanan yang didapatkan dari hasil median dari data FFQ yang
pada survey. Pilihan frekuensi yang didapatkan. Untuk hasil skor status gizi
tersedia ialah 0-2 kali sebulan, 3-4 kali lebih IMT >25,0, normal 18,5 – 25,0,
sebulan dan 2-7 kali seminggu [16]. kurang IMT <18,5. Untuk hasil skor
Tingkat stres diukur dengan kuesioner tingkat stres terbagi menjadi tiga yaitu
(PSS) Perceived Stress Scale dan fungsi stres berat ≥26 poin, stres sedang 14 – 26
kognitif diukur dengan kuesioner poin dan stres ringan ≤ 14 poin. Untuk
(MoCA-Ina) Montreal Cognitive hasil skor fungsi kognitif terbagi
Assessment Indonesia. Pengukuran menjadi dua yaitu gangguan fungsi
antropometri meliputi berat badan dan kognitif skor <26 dan normal ≥26.
tinggi badan. Diukur menggunakan
timbangan badan dan microtoise. Status Data disajikan dalam frekuensi dan
gizi mahasiswa indekos kemudian persen (n,%). Uji bivariate dilakukan
dihitung dengan IMT [17]. dengan chi-square. Penelitian ini sudah
mendapatkan persetujuan kajian etik dari
Teknik Analisis Data Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Data frekuensi konsumsi junk Universitas Esa Unggul dengan No. 0922-
food, status gizi, tingkat stres, fungsi 07.024
kognitif dianalisis dengan bantuan /DPKE-KEP/FINAL-EA/UEU/VII/2022.
microsoft excel 2010 dan kemudian data
tersebut diekspor ke software SPSS 20 Pemberian kode status gizi
untuk dilakukan analisis lebih lanjut. diberikan kode yaitu kode 1 adalah lebih,
Untuk kategori hasil ukur frekuensi kode 2 adalah normal dan kurus. Tingkat
konsumsi junk food yaitu dengan hasil FFQ diberikan kode yaitu kode 1 adalah
ukur skor ≥30 artinya jarang dan nilai sering dan kode 2 adalah jarang. Tingkat
stres diberikan kode 1 adalah stres berat,
kode 2 adalah stres sedang dan kode 3
adalah stres ringan. Fungsi kognitif
diberikan kode 1 adalah gangguan fungsi
kognitif, kode 2 adalah normal.a

HASIL PENELITIAN
Sampel rata-rata berusia 16 tahun
yaitu sebanyak 69 orang (43,1%). Lebih
dari setengah sampel (60%) mempunyai
status gizi normal, (31,9%) status gizi
gemuk dan (8,1%) status gizi kurus. Dari
hasil yang didapatkan untuk konsumsi
makanan cepat saji pada remaja putra
didapatkan lebih banyak untuk kategori
sering (50,6%), tingkat stres pada remaja
putra didapatkan lebih banyak untuk
kategori stres sedang sebanyak 96 (60%)
dan kualitas tidur pada remaja putra
didapatkan paling banyak kualitas tidur
yang kurang baik dan cukup baik sebesar
40% (Tabel 1 ). Sampel rata-rata berusia
16 tahun yaitu sebanyak 69 orang
(43,1%). Lebih dari setengah sampel
(60%) mempunyai status gizi normal,
(31,9%) status gizi gemuk dan (8,1%) status
gizi kurus. Dari hasil yang didapatkan
untuk konsumsi makanan cepat saji pada
remaja putra didapatkan lebih banyak
untuk kategori sering (50,6%), tingkat
stres pada remaja putra didapatkan lebih
banyak untuk kategori stres sedang
sebanyak 96 (60%) dan kualitas tidur pada
remaja putra didapatkan paling banyak
kualitas tidur yang kurang baik dan cukup
baik sebesar 40% (Tabel 2). Tabel 3
menyajikan tidak ada hubungan antara
konsumsi makanan cepat saji dan kualitas
tidur dengan status gizi pada remaja putra
SMA DKI Jakarta. Sedangkan terdapat
hubungan tingkat stres dengan status gizi
pada remaja putra SMA DKI Jakarta.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah
Sampel n =
50 (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 22 (44,0)
Perempuan 28 (56,0)

Usia
19 Tahun 11 (22,0)
20 Tahun 16 (32,0)
21 Tahun 8 (16,0)
22 Tahun 9 (18,0)
23 Tahun 6 (12,0)

Jurusan Kuliah
Kesehatan 39 (78,0)
Non Kesehatan 11 (22,0)

Jenis Kosan
Single Room 37 (74,0)
1 Kamar isi 2-3 13 (26,0)
orang

Uang Saku
Sebulan
< 1.000.000 10 (20,0)
1.000.000-1.500.000 27 (54,0)
> 1.500.000 13 (26,0)

Tingkatan Semester
Mahasiswa tingkat 1 6 (12,0)
Mahasiswa tingkat 2 16 (32,0)
Mahasiswa tingkat 3 7 (14,0)
Mahasiswa tingkat 4 21 (42,0)
Semua nilai dinyatakan sebagai n(%)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Junk Food,


Status Gizi, Tingkat Stres, Dan Fungsi Kognitif

Karakteristik Jumlah Sampel n = 50 (%)


Frekuensi Konsumsi Junk Food
Sering 27 (54,0)
Jarang 23 (46,0)
Status Gizi
Lebih 24 (48,0)
Tidak Lebih 26 (52,0)

Tingkat Stres
Stres Berat 17 (34,0)
Stres Sedang 13 (26,0)
Stres Ringan 20 (40,0)

Fungsi Kognitif
Gangguan fungsi kognitif 32 (64,0)
Normal 18 (36,0)

1
Semua nilai dinyatakan sebagai n(%)

Tabel 3. Hubungan Frekuensi Konsumsi Junk Food, Status Gizi, dan Tingkat
Stres Dengan Fungsi Kognitif Mahasiswa Indekos Pasca Pandemi COVID 19

Fungsi Kognitif Total


Variabe P
Gangguan Normal (%)
l
n % n %

Frekuensi Konsumsi Junk Food


Sering 22 (81,48) 5 (18,52) 27 0,013
(100
)

Jarang 10 (43,47) 13 (56,53) 23


(100
)

Status Gizi

Lebih 21 (87,5) 3 (12,5) 24 0,002


(100
)

Tidak 11 (42,30) 15 (57,70) 26


Lebih (100
)

Tingkat Stres
Stres 10 (58,83) 7 (41,17) 17
Berat (100
)
0,040
Stres 12 (92,30) 1 (7,70) 13
Sedang (100
)

Stres 10 (50) 10 (50) 20


Ringan (100
)

PEMBAHASAN Stresadalah tekanan yang dialami


Hubungan Konsumsi Makanan seseorang dalam menghadapi tuntutan atau
Cepat Saji Terhadap Status Gizi Pada harapan yang tidak sesuai dengan
Remaja Putra kemampuannya [28]. Stres juga merupakan
Makanan cepat saji merupakan suatu kondisi dimana seseorang yang
makanan yang gampang dikemas, dipengaruhi oleh tuntutan fisik dan
disajikan, praktis dan dapat diolah dengan psikologis [29].
cara produksi yang sederhana. Biasanya Berdasarkan penelitian ini
makanan cepat saji diolah pada industri didapatkan hubungan antara tingkat stres
pangan yang menggunakan teknologi terhadap status gizi remaja putra. Dari hasil
tinggi. Makanan cepat saji juga penelitian remaja putra lebih banyak
ditambahkan zat aditif agar awet dan melakukan bermain olahraga/games dengan
memberi rasa pada produk tersebut [18]. benar-benar berusaha untuk menang dengan
Berdasarkan penelitian ini siapapun mereka bermain, mendapati diri
didapatkan konsumsi makanan cepat saji sendiri memikirkan masalah bahkan ketika
yang paling diminati adalah minuman seharusnya bersantai, mengalami perubahan
botol, minuman kemasan, fried chicken, suasana hati dan kesulitan membuat
nuggetmie instan dan gorengan yang keputusan dan konsentrasi. Hal ini dapat
memiliki kandungan gizi tidak seimbang menyebabkan suatu tekanan dan pikiran
seperti tinggi gula, lemak, tepung dan sehingga apabila jika terus berlangsung
garam. Temuan pada penelitian ini cukup lama maka akan meningkatkan
menunjukan bahwa tidak ada hubungan ketegangan dan tingkat stres di dalam diri
konsumsi makanan cepat saji terhadap sendiri. Remaja laki- laki yang sedang stres
status gizi remaja putra. Dari hasil biasanya akan akukan perbuatan yang
penelitian didapatkan bahwa remaja putra negatif yaitu seperti konsumsi rokok dan
yang berstatus gizi gemuk lebih banyak alkohol [30].
yang jarang konsumsi makanan cepat saji Penelitian ini sama dengan penelitian
dibandingkan dengan yang sering Manginte, Goldschmidt et al., dan Bitty et al.
konsumsi makanan cepat saji, hal tersebut yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
menyatakan bahwa konsumsi makanan stres dengan status gizi [31–33]. Adanya
cepat saji tidak mempengaruhi status gizi stres psikologi dapat mengakibatkan aktivasi
karena banyak faktor yang mempengaruhi kronis pada sistem neuroendokrin. Kortisol
status gizi yaitu aktivitas fisik, pendidikan dapat merangsang peningkatan deposisi
gizi, pengetahuan gizi, lemak pusat, terjadi penurunan leptin akan
memberikan sinyal adipostatik dan terjadi
Hubungan Tingkat Stres terhadap peningkatan ghrelin yang memberikan sinyal
Status Gizi pada Remaja Putra oreksigenik, yang akan mengakibatkan
peningkatan nafsu makan dan asupan ini menunjukan tidak terdapat hubungan
makanan [34]. antara kualitas tidur dengan status gizi
remaja putra. Berdasarkan penelitian
Menurut Lubis depresi bisa diketahui bahwa remaja putra lebih banyak
mempengaruhi pola makan dan pola tidur jam 10–11 malam dan mengantuk 1–2
makan bisa mengakibatkan depresi. kali dan ≥3 kali dalam seminggu ketika
Gangguan pola makan mempunyai melakukan aktifitas disiang hari. Hal ini
hubungan 2 arah. Orang yang mempunyai dapat menyebabkan kurangnya kesegaran
depresi memiliki dua kecenderungan dan kebugaran ketika terbangun karena
yaitu tidak nafsu makan yang waktu tidur yang kurang yang dapat
menyebabkan lebih kurus atau mengurangi konsentrasi remaja putra ketika
meningkatnya nafsu makanan pada sedang melakukan kegiatan belajar di kelas
makanan manis sehingga menjadi lebih ehingga dapat menyebabkan belajar menjadi
gemuk [35]. Pernyataan ini senaddengan sulit dan tidak efisien. Dari penelitian ini
pendapat Nadaek, keadaan stres pada didapatkan bahwa remaja putra yang
siswa dapat mengakibatkan perubahan memiliki status gizi normal lebih banyak
nafsu makan, sehingga siswa yang gemuk yang mempunyai kualitas tidur kurang baik
dan obesitas akan lebih banyak konsumsi dibandingkan dengan yang mempunyai
energi, sedangkan siswa yang kurus akan status gizi gemuk.
lebih mengurangi konsumsi energi [36]. Hal ini didukung pada penelitian
Temuan penelitian ini berbalik terbalik Saputri yang menyatakan bahwa tidak ada
pada penelitian Nisa dan Fiskasari yang
hubungan antara durasi tidur dengan
menyatakan tidak terdapat hubungan
bermakna antara stres dengan status gizi obesitas pada remaja SMPN 2 Klego
[37,38]. Boyolali [41]. Hal ini sama dengan
penelitian Wulandari et al., yang juga
Hubungan Kualitas Tidur terhadap menyatakan bahwa tidak ada hubungan pada
Status Gizi pada Remaja Putra durasi tidur dengan kejadian obesitas pada
Tidur adalah kebutuhan fisiologis siswa SMA Negeri 4 Kendari [42]. Hal ini
untuk manusia dan suatu keadaan alami dikarenakan durasi tidur adalah faktor tidak
karena terjadi perubahan status langsung status gizi. Untuk faktor langsung
kesadaran, yang ditandai dengan status gizi adalah dipengaruhi asupan makan
penurunan kesadaran dan respon. Tidur dan infeksi [41]. Penelitian Wulandari et al.,
yang tidak berkualitas akan menurukan menyatakan bahwa masa remaja merupakan
konsentrasi belajar, penambahan berat
masa pubertas sehingga remaja cenderung
badan dan menyebabkan penyakit
mempunyai kebisaan begadang, yang mana
degeneratif [39].
Sesorang yang cukup tidur di dilakukan oleh remaja obesitas atau remaja
tentukan dari jumlah waktu tidur dan yang tidak mengalami obesitas. Kebiasaan
kedalaman tidur. Kesehatan fisiologis dan begadang dilakukan dengan macam-macam
psikologis akan menurun jika mengalami alasan yaitu mengerjakan tugas, games,
kualitas tidur yang buruk. Secara membuka media sosial, chatting dan saling
fisiologis kualitas tidur yang buruk akan berbalas pesan singkat dengan teman bahkan
mengakibatkan turunnya tingkat pacar [42].
kesehatan dan meningkatkan lelah Sedangkan pada penelitian yang
bahkan secara psikologis menyebabkan dilakukan oleh Khasan menunjukan bahwa
emosional tidak stabil, percaya diri terdapat hubungan yang bermakna antara
kurang, impulsif yang berlebih dan kualitas tidur dengan status gizi [43].
kecerobohan [40]. Beberapa penelitian yang dilakukan cross
Terkait kualitas tidur penelitian sectional oleh Lytle et al., dan penelitian
longitudinal yang dilakukan oleh Seegers 4. Hidayah A. Kesalahan-kesalahan Pola
et al., manyatakan terdapat hubungan Makan Pemicu Seabrek Penyakit
antara durasi tidur yang kurang dengan Mematikan. Jogjakarta: Penerbit Buku
obesitas pada remaja [44,45]. Biru. 2011; 122–128.
Berdasarkan penelitian ini saat 5. Tri Handari SR, Loka T. Hubungan
pengambilan data ada beberapa Aktivitas Fisik dan Kebiasaan
responden yang kurang kooperatif yang Konsumsi Fast Food dengan Status
tidak mendengarkan dengan baik atau Gizi Lebih Remaja SMA Labschool
mengganggu responden lain pada saat Kebayoran Baru Jakarta Selatan Tahun
2016. J Kedokt dan Kesehat. 2017; 13
SIMPULAN (2): 153.
Dari penelitian yang dilakukan 6. Nemiary D, Shim R, Mattox G, Holden
didapatkan faktor yang mempengaruhi K. The Relationship between Obesity
status gizi pada remaja putra SMA DKI and Depression among Adolescents.
Jakarta yaitu tingkat stres sedangkan Psychiatr Ann. 2012; 42 (8): 305–8.
faktor konsumsi makanan cepat saji dan 7. Angraini dian isti. Hubungan Depresi
kualitas tidur tidak berhubungan dengan dengan Status Gizi. MEDULA. 2014; 2
status gizi remaja putra SMA DKI (2): 39–46.
Jakarta. Pada penelitian ini didapatkan 8. Kuprivanov, Zhdanoy. The Eustress
lebih banyak remaja putra yang sering Concept: Problems and Out-looks.
mengonsumsi makanan cepat saji, lebih World J Med Sci. 2014; 11 (2): 179–
banyak remaja putra yang mengalami 85.
tingkat stres sedang dan lebih banyak 9. Haryono, Rindiarti, Arianti, Pratiwi,
kualitas tidur remaja putra yang Ushuluddin, Setiawati. Prevalensi
mangalami kualitas tidur kurang baik dan Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-
cukup baik. 15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama. Sari Pediatr. 2009; 11 (3):
UCAPAN TERIMAKASIH 149–54.
Ucapan terima kasih kepada PT. 10. Gradisar M, Gardner G, Dohnt H.
Indofood, Dinas Pendidikan Pemerintah Recent Worldwide Sleep Patterns and
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Problems During Adolescence: A
dan Dinas Penanaman Modal dan Review and Meta-Analysis of Age,
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Region, and Sleep. Sleep Med. 2011;
12 (1): 110–8.
DAFTAR RUJUKAN 11. Westerlund L, Ray C, Roos E.
1. Laus MF, Souza MG, Moreira R de Associations between Sleeping Habits
CM, Braga-Costa TM. Body Image and Food Consumption Patterns among
Dissatisfaction, Nutritional Status, 10-11 Year-Old
and Eating Attitudes in Adolescents. Children in Finland. Br J Nutr. 2009;
Acta Sci Heal Sci. 2013; 35 (2): 243– 102 (10): 1531–7.
237.Blashill AJ, Wilhelm S. Boys : 12. Bel S, Michels N, De Vriendt T,
Longitudinal Trajectories into Patterson E, Cuenca-García M,
Adulthood. 2015; 15 (4): 445–51. Diethelm K, et al. Association between
2. WHO. Overweight and Self-Reported Sleep Duration and
Obesity : Prevalence of Obesity Dietary Quality in European
among Children and Adolescent. Adolescents. Br J Nutr. 2013; 110 (5):
Global Health Observatory (GHO) 949–59.
Data. 2016. 13. Weiss A, Xu F, Storfer-isser A,
3. Riskerdas. Riset Kementrian Dasar. Thomas A, Levers-landis carolyn E,
Laporan Nasional 2018. 2018. Redline S. The Association of Sleep
Duration with Adolescents’ Fat and Genetik dengan Tingkat Kelebihan
Carbohydrate Consumption. Sleep. Berat Badan. Media Gizi Indones.
2010; 33 (9): 1201–9. 2013; 9 (1): 20– 7.
14. Lemeshow, DW H, K J, SK L. Besar 22. Izhar MD. Hubungan antara Konsumsi
Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Junk Food, Aktivitas Fisik dengan
Pramono D, Status Gizi Siswa SMA Negeri 1
penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Jambi. J Formil (Forum Ilmiah)
Mada University Press; 1997. Kesmas Respati. 2020; 5 (1): 1–7.
15. Sirajuddin, Surmita, Astuti T. 23. Rafiony A, Purba MB, Pramantara
Survey Konsumsi Pangan. Edisi IDP. Konsumsi Fast Food dan Soft
2018. Kementrian Kesehatan Drink sebagai Faktor Risiko Obesitas
Republik Indonesia. 2018; 161–162. pada Remaja. J Gizi Klin Indones.
16. Blössner M, Siyam A, Borghi E, 2015; 11 (4): 170–8.
Onis M de, Onyango A, Yang H. 24. Pratiwi MW. Hubungan Pola Makan
WHO AnthroPlus Software. Fast Food dengan Kejadian Hipertensi
Switzerland: Department of pada Usia Produktif di Dusun Tegal
Nutrition for Health and Ngijon Sumber Agung Moyudan
Development, Geneva. 2011. Sleman Yogyakarta. (Skripsi). Sekolah
17. Valoka AD. Dampak Negatif Tinggi Ilmu Keperawatan ‘Aisyiyah
Makanan Cepat Saji terhadap Yogyakarta. 2010.
Kesehatan Tubuh Manusia di Kota 25. Odegaard AO, Koh WP, Yuan J-M,
Bandung melalui Still Life Gross MD, Pereira MA. Western- Style
Photography. (Skripsi). Universitas Fast Food Intake and Cardiometabolic
Pasundan, Bandung. 2017. Risk in an Eastern Country.
18. Heidy DS. Hubungan Frekuensi Circulation. 2012; 126 (2): 182–8.
Konsumsi Makanan Cepat Saji 26. Hasibuan R. Perilaku Makan Siap Saji
dengan Tekanan Darah pada Remaja (Fast Food) dan Kejadian Obesitas
SMP Permai Penjaringan Jakarta Remaja Putri di SMA Negeri 1
Utara. Mandala Heal A Sci J. 2018; Barumun Kecamatan Barumun
11 (2): 61–9. Kabupaten Padang Lawas. (Skripsi).
19. Kristianti N, Sarbini D, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Mutalazimah. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hubungan Pengetahuan Gizi dan 2015.
Frekuensi Konsumsi Fast Food 27. Kholidah EN, Alsa A. Berpikir Positif
dengan Status Gizi Siswa SMA untuk Menurunkan Stres Psikologis. J
Negeri 4 Surakarta. J Kesehat. 2009; Psikol. 2012; 39 (1):
2 (1): 39–47. 67–75.
20. Widawati. Gambaran 28. Kartika CD. Hubungan antara
KebiasaanMakan dan Status Gizi Kecerdasan Emosi dengan Stres
Remaja di SMAN 1 Kampar Tahun Akademik Mahasiswa Fakultas
2017. J Gizi Nutr J [Internet]. 2018; 2 Psikologi Universitas
(2013): Muhammadiyah Surakarta. (Skripsi).
146–59. Available Fakultas Psikologi. Universitas
from: Muhammadiyah Surakarta. 2015.
https://journal.universitaspahlawan.a 29. Zimmer-Gembeck MJ, Skinner EA.
c.id/index.php/jurnalgizi/article/view Adolescents Coping with Stress:
/201 Development and Diversity. School
21. Nusa AFA, Adi AC. Hubungan Nurse News. 2010; 27 (2): 23–8.
Faktor Perilaku, Frekuensi 30. Manginte AB. Hubungan antara Stres
Konsumsi Fast Food, Diet dan dengan Status Gizi Mahasiswa Program
S1 Keperawatan Semester VIII 40. Saputri W. Hubungan Aktivitas Fisik
Stikes Tana Toraja Tahun 2015. J dan Durasi Tidur dengan Status Gizi
Agrosaint. 2015; VI (3): 182–92. pada Remaja Di SMP N 2 Klego
31. Goldschmidt AB, Wall MM, Loth Boyolali. (Skripsi). Sekolah Tinggi
KA, Neumark-Sztainer D. Risk Ilmu Kesehatan PKU
Factors for Disordered Eating in Muhammadiyah Surakarta. 2018.
Overweight Adolescents and Young 41. Wulandari S, Lestari H, Fachlevy AF.
Adults. J Pediatr Psychol. 2015; 40 Faktor yang Berhubungan dengan
(10): 1048–55. Kejadian Obesitas pada Remaja di
32. Bitty F, Asrifuddin A, Nelwan JE. SMA Negeri 4 Kendari Tahun 2016. J
Stres dengan Status Gizi Remaja di Ilm Mhs Kesehat Masy. 2016; 1 (3): 1–
Sekolah Menengah Pertama Negeri 13.
2 Manado. J KESMAS. 2018; 7 (5): 42. Khasan N. Hubungan Kualitas Tidur
1– 6. dengan Status Gizi pada Anak SMA.
33. Ranabir S, Reetu K. Stress and (Skripsi). Universitas Trisakti. 2017.
hormones. Indian J Endocrinol 43. Lytle LA, Pasch KE, Farbakhsh K. The
Metab. 2011; 15 (1): 18-22. Relationship between Sleep and
34. Lubis NL. Depresi : Tinjauan Weight in a Sample of Adolescents.
Psikologis. Jakarta: Kencana Obesity (Silver Spring) [Internet].
Prenada Media Grup. 2009; 1–36. 2011; 19 (2): 324–31. Available from:
35. Nadaek TA. Hubungan Stres http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
Psikososial dengan Konsumsi d/20948522%0Ahttp://www.pubmed
Makan dan Status Gizi Siswa SMU central.nih.gov/articlerender.fcgi?arti
Methodist-8 Medan. (Skripsi). d=PMC3099473
Departemen Gizi Kesehatan 44. Seegers V, Petit D, Falissard B, Vitaro
Masyarakat FKM USU, Medan. F, Tremblay RE, Montplaisir J, et al.
2013. Short Sleep Duration and Body Mass
36. Nisa AC. Hubungan Tingkat Stres Index: A Prospective Longitudinal
dengan Konsumsi Makan dan Status Study in Preadolescence.
Gizi pada Siswa Kelas X di SMA Am J Epidemiol. 2011; 173 (6): 621–9.
Negeri 1 Teras Boyolali. (Skripsi).
Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2016.
37. Fiskasari SR. Hubungan Depresi,
Ansietas dan Stres dengan StatusGizi
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. (Skripsi).
Universitas Lampung. 2019.
38. Sitoayu L, Rahayu P. Hubungan
Asupan Vitamin (B6, B12, Asam
Folat), Olahraga dan Kualitas Tidur
pada Mahasiswa Universitas Esa
Unggul Tahun 2016. Media Gizi
Mikro Indones. 2019; 11 (1): 73–82.
39. Sulistiyani C. Beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan Kualitas Tidur
pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang. J Kesehat Mayarakat.
2012; 1 (2): 280–92.

Anda mungkin juga menyukai