Abstrak
Fungsi kognitif merupakan kemampuan untuk melakukan hal yang mencakup proses belajar,
memberikan perhatian, berfikir, mengingat, dan menggunakan bahasa. Kemampuan kognitif yang
optimal sangat dibutuhkan bagi mahasiswa untuk menghadapi beban kerja dalam kuliah seperti
tuntutan pencapaian nilai dan tugas perkuliahan. Penurunan fungsi kognitif pada mahasiswa
indekos disebabkan oleh banyak faktor diantaranya frekuensi konsumsi junk food, status gizi, serta
tingkat stres. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi junk food, status
gizi dan tingkat stres dengan fungsi kognitif mahasiswa indekos pasca pandemi COVID 19.
Rancangan penelitian adalah cross-sectional study dengan jumlah responden 50 orang mahasiswa
indekos. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner FFQ, (PSS) Perceived Stress
Scale, (MoCA-Ina) Montreal Cognitive Assessment Indonesia dan pengukuran antropometri. Analisis
data menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
frekuensi konsumsi junk food terhadap fungsi kognitif (p-value=0,013), ada hubungan yang
signifikan antara status gizi terhadap fungsi kognitif (p-value=0,002), ada hubungan yang
signifikan antara tingkat stres terhadap fungsi kognitif (p-value=0,040). Bagi mahasiswa indekos
diharapkan untuk lebih meningkatkan makanan bergizi seimbang serta memiliki status gizi dan
tingkat stres yang baik agar dapat mencapai fungsi kognitif normal.
Kata Kunci : Makanan junk food, status gizi, tingkat stres, fungsi kognitif, mahasiswa indekos.
Abstract
Cognitive function is the ability to do things that include the process of learning, paying attention,
thinking, remembering, and using language. Optimal cognitive abilities are needed for students to
face the workload in college such as the demands of achieving grades and lecture assignments. The
decline in cognitive function in boarding students is caused by many factors including the
frequency of consumption of junk food, nutritional status, and stress levels. The purpose of the
study was to determine the relationship between the frequency of consumption of junk food,
nutritional status and stress levels with the cognitive function of boarding house students after the
COVID-19 pandemic. The research design was a cross-sectional study with 50 respondents from
boarding house students. Data were collected using the FFQ questionnaire, (PSS) Perceived Stress
Scale, (MoCA-Ina) Montreal Cognitive Assessment Indonesia and anthropometric measurements.
Data analysis using chi-square test. The results show that there is a significant relationship
between the frequency of consuming junk food on cognitive function (p-value = 0.013), there is a
significant relationship between nutritional status and cognitive function (p-value = 0.002), there is
a significant relationship between stress levels and cognitive function. (p-value=0.040). For
boarding students, it is expected to further improve balanced nutritious food and have good
nutritional status and stress levels in order to achieve normal cognitive function..
Keywords: Junk food, nutritional status, stress level, cognitive function, boarding students.
PENDAHULUAN pada frekuensi konsumsi junk food, status
Fungsi kognitif merupakan gizi dan tingkat stres terhadap gangguan
kemampuan untuk melakukan hal yang fungsi kognitif mahasiswa indekos.
mencakup proses belajar, memberikan Mahasiswa yang bertempat tinggal dikos
perhatian, berfikir, mengingat, dan cenderung memiliki kebiasaan makan
menggunakan bahasa (Permatasari, 2019). yang tidak teratur dan jauh dari ukuran
Gangguan fungsi kognitif dapat sehat dibandingkan dengan mahasiswa
mengurangi aktifitas intelektual yang yang tinggal di rumah (Gazibara, 2013).
mencakup kemampuan untuk belajar, Faktor ekonomi, pengaruh teman sebaya,
mengingat, memusatkan perhatian, dan akses pangan berkaitan dengan
persepsi, bahasa, kecerdasan, serta kebiasaan makan mahasiswa indekos.
penalaran (Driscoll, 2017).
Junk food identik dengan makanan
Harvard School Of Public Health yang tinggi kalori, gula, lemak jenuh,
menjelaskan bahwa salah satu masalah natrium dan rendah mikronutrien seperti
kesehatan masyarakat dunia adalah vitamin, mineral, asam amino, dan serat
gangguan fungsi kognitif. Penelitian yang (Ashakiran, 2012). Gaya hidup di era
dilakukan salthouse (2009) menyatakan modern seperti saat ini mendorong
beberapa aspek kognitif mengalami seseorang untuk mengonsumsi junk food
penurunan dimulai pada orang dewasa yang rendah serat, padahal dengan
berpendidikan ketika mereka berumur 20 mengkonsumsi buah dan sayuran dapat
tahun dan seterusnya. Penurunan fungsi berpengaruh baik terhadap fungsi kognitif
kognitif umumnya banyak terjadi pada (Mao et al, 2019). Adanya peningkatan
seseorang yang berusia lanjut. Namun konsumsi junk food, pada remaja dari (57
penelitian sebelumnya yang dilakukan %) saat sebelum pandemi menjadi (74 %)
Aswarie (2020) kepada mahasiswa saat pandemi COVID 19 (Agustina,
fakultas kedokteran UPH yang berusia 12- 2021). Makanan cepat saji atau junk food
25 tahun menunjukkan (74,5%) digemari mahasiswa indekos karena rasa
diantarnya mengalami gangguan fungsi lezat, penyajian cepat dan harga relatif
kognitif dan (25,5 %) lainnya tidak terjangkau. Selain itu, gencarnya promosi
mengalami gangguan fungsi kognitif. dari para pengusaha junk food mulai dari
iklan di TV hingga adanya potongan harga
Pada mahasiswa usia 18 - 25 tahun, di media sosial diduga dapat
biasanya masih sedang menempuh meningkatkan minat seseorang khususnya
pendidikan S1. Strata satu termasuk mahasiswa indekos untuk mengonsumsi
kategori pendidikan tingkat tinggi, makanan junk food (Agustina et al., 2021).
sehingga mahasiswa yang melalui masa Terlalu sering mengonsumsi junk food
ini di tuntut untuk berfikir lebih keritis. dapat meningkatkan kadar lemak tubuh
Kemampuan kognitif yang optimal sangat dan meningkatkan risiko terjadinya
dibutuhkan bagi mahasiswa untuk obesitas (Riskesdas, 2018). Data Centers
menghadapi beban kerja dalam kuliah for Disease Control and Prevention 2020
seperti tuntutan pencapaian nilai dan tugas menunjukkan bahwa prevalensi obesitas
perkuliahan. Sebagian besar mahasiswa pada dewasa meningkat (CDC, 2020).
merupakan anak indekos, tinggal jauh dari Diperkirakan 22% penduduk dewasa
keluarga sehingga beresiko mengalami mengalami kenaikan berat badan
gangguan fungsi kognitif akibat gaya selama pandemi COVID 19 (Zachary et
hidup dan pola makan yang kurang baik al, 2020). Penelitian Izhar pada tahun
(Adiyani et al., 2022). Pandemi COVID 2020 menemukan bahwa terdapat
19 yang terjadi akhir tahun 2019 hingga hubungan yang signifikan antara
masa transisinya pada saat ini, berdampak konsumsi junk food dengan kejadian
obesitas, responden yang mengalami menyebabkan manifestasi psikomotor
kenaikan berat badan yaitu responden berupa keadaan produktivitas kerja yang
dengan pola makan junk food >4 menurun, konsentrasi dan daya pikir
kali/minggu (sering). Menurut penilitian, melambat (Hasanah et al, 2020).
seseorang yang mengalami obesitas
memiliki jaringan otak 8% lebih sedikit Berdasarkan uraian diatas, membuat
dibanding pada orang yang berat peneliti tertarik untuk meneliti apakah
badannya normal. Akibatnya otak terdapat hubungan frekuensi konsumsi
mengalami kemunduran sampai 16 tahun junk food, status gizi dan tingkat stres
lebih tua dibandingkan orang yang tidak dengan fungsi kognitif pada mahasiswa
terlalu banyak lemak (Saleh, A. J, 2019). indekos pasca pandemi COVID 19.
Sedangkan Jurnal yang dipublikasikan
oleh Xiaolin Xiang pada tahun 2015 METODE PENELITIAN
menyatakan bahwa justru Underweight Rancangan/Desain Penelitian
merupakan faktor risiko yang kuat Penelitian ini menggunakan desain
terhadap adanya gangguan fungsi kognitif. cross sectional. Variabel independen
yaitu frekuensi konsumsi junk food, status
Gangguan fungsi kognitif dapat gizi, dan tingkat stres sedangkan variabel
dipicu karena adanya stres. Pada dependen utama ialah fungsi kognitif.
mahasiswa indekos stres dapat bersumber Sumber Data
dari perkuliahan maupun kehidupan Data primer pada penelitian ini
sehari-hari. Mereka dituntut untuk lebih didapatkan dengan melakukan penilaian
mandiri dalam mengatur keuangan dan frekuensi konsumsi junk food dengan
kehidupannya, jika tidak pandai dalam kuesioner FFQ, penilaian tingkat stres
mengatur keuangannya maka akan dengan kuesioner (PSS) Perceived Stress
kekurangan di akhir bulan dan akan Scale, penilaian fungsi kognitif dengan
menambah tekanan sehingga membuat (MoCA-Ina) Montreal Cognitive
mahasiswa semakin stres. Selain itu, Assessment Indonesia dan pengukuran
mahasiswa indekos juga dituntut harus antropometri secara langsung dengan
pandai mengatur waktunya, karena jika melibatkan personil terlatih. Data lainnya
mahasiswa indekos terlena dengan terkait usia, jenis kelamin, jurusan kuliah,
waktunya maka akan menganggu proses jenis kosan, uang saku sebulan dan
belajar terutama jika mereka merupakan tingkatan semester dikumpulkan dengan
mahasiswa tingkat akhir yang sedang kuesioner terstruktur.
menyusun skripsi, dengan tingkat beban
berpikir yang lebih berat sehingga Sasaran Penelitian
berpotensi menganggu kesehatan mental Populasi pada penelitian ini ialah
seperti stres (Rahmawati, 2019). Stres mahasiswa yang mengekos di sekitaran
jangka panjang berhubungan dengan sekitaran kompleks perumahan belakang
penurunan volume hipokampus dan regio kampus Universitas Esa Unggul di
orbito-frontal otak serta meningkatnya wilayah Kampung Guji RT 01 dan 02/RW
apoptosis neuron yang akan berdampak 02 Duri Kepa Kebon Jeruk Jakarta Barat.
pada penurunan fungsi kognitif dan emosi Penelitian dilakukan pada mahasiswa
(Nieoullon A, 2011). Hasil penelitian indekos. Tempat penelitian diambil di
Maia, Berta Rodrigues, Paulo César dua RT berdasarkan jarak terdekat kosan
(2020) menunjukkan bahwa para siswa mahasiswa menuju kampus dan
yang telah dievaluasi selama masa merupakan lokasi dengan banyak tempat
pandemi memiliki tingkat stres yang jauh kosan yang tersebar di area tersebut yaitu
lebih tinggi, dibandingkan dengan para di RT 01 dan RT 02 / RW 02. Penelitian
siswa pada masa-masa normal. Stres dapat ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2022.
Pemilihan sampel dilakukan dengan
purposive sampling dengan N¿ ¿ ¿ ¿ ¿
mempertimbangkan kriteria inklusi dan Keterangan:
eksklusi. Kriteria inklusi yaitu: (a) N = Besarsampel
mahasiswa yang mengekos dari berbagai 𝑍1− 𝛼/2 = Derajat kemaknaan 𝛼 pada dua sisi 5%
macam jurusan dan merupakan (1.96)
mahasiswa semester 1 – 8, (b) mahasiswa P =Proporsi rata-rata (P1+P2)/2
𝑍1−𝛽 = Kekuatan uji0.84
indekos umur 18 – 25 tahun, (c) dapat
P1 = Proporsi kelompok 1
berkomunikasi dengan baik, (d) Bersedia P2 = Proporsi kelompok 2
menjadi sempel dalam penelitian ini, (e)
berdomisili di wilayah RT 01 dan RT 02 / Pengembangan Instrumen dan Teknik
RW 02 Duri Kepa Kebon Jeruk Jakarta Pengumpulan Data
Barat. peserta terdaftar sebagai siswa pada Penilaian frekuensi konsumsi junk
saat penelitian. Kriteria eksklusi yaitu: (a) food dilakukan dengan kuesioner FFQ
responden yang tidak bersekolah atau dengan rentang waktu satu bulan terakhir.
yang sedang menempuh pendidikan di Bahan makanan yang dimasukkan ke
SD, SMP, SMA, S2, S3 dan seorang dalam kuesioner FFQ telah disurvey
pekerja, (b) mahasiswa pulang ke wilayah terlebih dahulu pada mahasiswa indekos
asal saat penelitian berlangsung. di sekitaran kompleks perumahan
Perhitungan sampel dengan menggunakan belakang kampus Universitas Esa Unggul
runus uji beda proporsi [15]. Didapatkan di wilayah Kampung Guji RT 01 dan
sampel sebesar 50 orang. Rumus 02/RW
perhitungan uji beda proporsi:
02 Duri Kepa Kebon Jeruk skor <30 artinya sering mengonsumsi
Jakarta Barat dan dimasukkan sesuai junk food. Penilaian angka 30 didapatkan
dengan jenis makanan yang didapatkan dari hasil median dari data FFQ yang
pada survey. Pilihan frekuensi yang didapatkan. Untuk hasil skor status gizi
tersedia ialah 0-2 kali sebulan, 3-4 kali lebih IMT >25,0, normal 18,5 – 25,0,
sebulan dan 2-7 kali seminggu [16]. kurang IMT <18,5. Untuk hasil skor
Tingkat stres diukur dengan kuesioner tingkat stres terbagi menjadi tiga yaitu
(PSS) Perceived Stress Scale dan fungsi stres berat ≥26 poin, stres sedang 14 – 26
kognitif diukur dengan kuesioner poin dan stres ringan ≤ 14 poin. Untuk
(MoCA-Ina) Montreal Cognitive hasil skor fungsi kognitif terbagi
Assessment Indonesia. Pengukuran menjadi dua yaitu gangguan fungsi
antropometri meliputi berat badan dan kognitif skor <26 dan normal ≥26.
tinggi badan. Diukur menggunakan
timbangan badan dan microtoise. Status Data disajikan dalam frekuensi dan
gizi mahasiswa indekos kemudian persen (n,%). Uji bivariate dilakukan
dihitung dengan IMT [17]. dengan chi-square. Penelitian ini sudah
mendapatkan persetujuan kajian etik dari
Teknik Analisis Data Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Data frekuensi konsumsi junk Universitas Esa Unggul dengan No. 0922-
food, status gizi, tingkat stres, fungsi 07.024
kognitif dianalisis dengan bantuan /DPKE-KEP/FINAL-EA/UEU/VII/2022.
microsoft excel 2010 dan kemudian data
tersebut diekspor ke software SPSS 20 Pemberian kode status gizi
untuk dilakukan analisis lebih lanjut. diberikan kode yaitu kode 1 adalah lebih,
Untuk kategori hasil ukur frekuensi kode 2 adalah normal dan kurus. Tingkat
konsumsi junk food yaitu dengan hasil FFQ diberikan kode yaitu kode 1 adalah
ukur skor ≥30 artinya jarang dan nilai sering dan kode 2 adalah jarang. Tingkat
stres diberikan kode 1 adalah stres berat,
kode 2 adalah stres sedang dan kode 3
adalah stres ringan. Fungsi kognitif
diberikan kode 1 adalah gangguan fungsi
kognitif, kode 2 adalah normal.a
HASIL PENELITIAN
Sampel rata-rata berusia 16 tahun
yaitu sebanyak 69 orang (43,1%). Lebih
dari setengah sampel (60%) mempunyai
status gizi normal, (31,9%) status gizi
gemuk dan (8,1%) status gizi kurus. Dari
hasil yang didapatkan untuk konsumsi
makanan cepat saji pada remaja putra
didapatkan lebih banyak untuk kategori
sering (50,6%), tingkat stres pada remaja
putra didapatkan lebih banyak untuk
kategori stres sedang sebanyak 96 (60%)
dan kualitas tidur pada remaja putra
didapatkan paling banyak kualitas tidur
yang kurang baik dan cukup baik sebesar
40% (Tabel 1 ). Sampel rata-rata berusia
16 tahun yaitu sebanyak 69 orang
(43,1%). Lebih dari setengah sampel
(60%) mempunyai status gizi normal,
(31,9%) status gizi gemuk dan (8,1%) status
gizi kurus. Dari hasil yang didapatkan
untuk konsumsi makanan cepat saji pada
remaja putra didapatkan lebih banyak
untuk kategori sering (50,6%), tingkat
stres pada remaja putra didapatkan lebih
banyak untuk kategori stres sedang
sebanyak 96 (60%) dan kualitas tidur pada
remaja putra didapatkan paling banyak
kualitas tidur yang kurang baik dan cukup
baik sebesar 40% (Tabel 2). Tabel 3
menyajikan tidak ada hubungan antara
konsumsi makanan cepat saji dan kualitas
tidur dengan status gizi pada remaja putra
SMA DKI Jakarta. Sedangkan terdapat
hubungan tingkat stres dengan status gizi
pada remaja putra SMA DKI Jakarta.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah
Sampel n =
50 (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 22 (44,0)
Perempuan 28 (56,0)
Usia
19 Tahun 11 (22,0)
20 Tahun 16 (32,0)
21 Tahun 8 (16,0)
22 Tahun 9 (18,0)
23 Tahun 6 (12,0)
Jurusan Kuliah
Kesehatan 39 (78,0)
Non Kesehatan 11 (22,0)
Jenis Kosan
Single Room 37 (74,0)
1 Kamar isi 2-3 13 (26,0)
orang
Uang Saku
Sebulan
< 1.000.000 10 (20,0)
1.000.000-1.500.000 27 (54,0)
> 1.500.000 13 (26,0)
Tingkatan Semester
Mahasiswa tingkat 1 6 (12,0)
Mahasiswa tingkat 2 16 (32,0)
Mahasiswa tingkat 3 7 (14,0)
Mahasiswa tingkat 4 21 (42,0)
Semua nilai dinyatakan sebagai n(%)
Tingkat Stres
Stres Berat 17 (34,0)
Stres Sedang 13 (26,0)
Stres Ringan 20 (40,0)
Fungsi Kognitif
Gangguan fungsi kognitif 32 (64,0)
Normal 18 (36,0)
1
Semua nilai dinyatakan sebagai n(%)
Tabel 3. Hubungan Frekuensi Konsumsi Junk Food, Status Gizi, dan Tingkat
Stres Dengan Fungsi Kognitif Mahasiswa Indekos Pasca Pandemi COVID 19
Status Gizi
Tingkat Stres
Stres 10 (58,83) 7 (41,17) 17
Berat (100
)
0,040
Stres 12 (92,30) 1 (7,70) 13
Sedang (100
)