Abstrak
Sampah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga,
dikenal dengan istilah SB3-RT, dalam pengelolaannya sering dicampur dengan
sampah kota lainnya (non-B3). Hal ini akan berdampak terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan, jika dilakukan pembuangan di Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) sampah. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kondisi eksisting
pengolahan SB3-RT dan melakukan kajian teknologi yang tepat untuk pengolahan
SB3-RT di Kota Padang. Analisis kondisi eksisting dilakukan dengan wawancara dan
penyebaran kuisioner kepada masyarakat penghasil SB3RT. Kajian teknis pengolahan
SB3-RT dilakukan terhadap pengolahan termal (insinerasi), solidifikasi/stabilisasi dan
penimbunan di landfilll, yang dilakukan dengan metode skoring. Parameter yang
ditinjau meliputi kebutuhan lahan penimbunan, potensi pencemaran, kemampuan
destruksi, kemampuan reduksi volume, energy recovery, pemanfaatan hasil
pengolahan, jenis limbah yang diolah, persyaratan pengolahan dan karakteristik
limbah. Pada kondisi eksisting didapatkan hanya 9% responden yang melakukan
pemilahan dan pengolahan SB3-RT yaitu pada sarana kesehatan dan industri. Hal ini
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat tentang SB3-RT masih 16 % dan
belum pernah mendapatkan sosialisasi SB3-RT. Berdasarkan hasil skoring, teknologi
pengolahan yang direkomendasikan adalah insinerasi untuk semua jenis SB3-RT
kecuali jenis kaleng bertekanan, bohlam, dan baterai yang pengelolaannya akan
dilakukan oleh pihak ketiga.
Kata kunci: insinerasi, landfill, pengolahan, SB3-RT, solidifikasi/stabilisasi
Abstract
Hazardous solid wastes produced from household activities, known as HHSW, in its
management is often mixed with other municipal solid waste (non-HHSW). This will
have an impact on public health and environment, if disposal is done in the Final
Waste Processing Site. The purpose of this research is to analyze the existing
condition of HHSW processing and to conduct appropriate technology studies for
HHSW processing in Padang City. Analysis of the existing conditions was carried out
by interviewing and distributing questionnaires to the HHSW-producing community.
Technical studies of HHSW processing are carried out on thermal processing
(incineration), solidification/stabilization and landfill disposal, which is done by
scoring method. Parameters reviewed included landfill needs, pollution potential,
destruction capability, volume reduction capability, energy recovery, utilization of
processing products, type of waste treated, processing requirements and waste
characteristics. In the existing condition, only 9% of respondents who did the sorting
and processing of HHSW, which were found in health facilities and industries. This is
influenced by the low level of public knowledge about HHSW (still 16%) and has
never received any HHSW socialization. Based on the scoring results, the
recommended processing technology is incineration for all types of HHSW, except
for pressurized cans, bulbs, and batteries which its management will be carried out by
third parties.
Keywords : HHSW, incineration, landfilling, processing, solidification/stabilization
salah satu industri dan sarana kesehatan yang dkk tahun 2017. Data sekunder ini diperlukan
mewakili instansi yang sudah melakukan sebagai dasar dalam melakukan kajian
pengolahan terhadap limbah B3 yang mereka pengolahan SB3-RT Kota Padang.
hasilkan. Pengolahan dan analisis data meliputi
Untuk mendapatkan data tentang identifikasi eksisting pengolahan SB3-RT Kota
eksisting pengelolaan SB3-RT dari masing- Padang dan kajian teknis pengolahan SB3-RT
masing sumber dilakukan penyebaran yang tepat bagi Kota Padang. Identifikasi
kuisioner. Kuisioner diberikan pada sumber eksisting pengolahan SB3-RT Kota Padang
penghasil SB3-RT meliputi sumber domestik, dilakukan dengan pengolahan data kuisioner
komersil, industri, institusi dan pelayanan kota. dan wawancara. Informasi kondisi eksisting
Hal ini dikarenakan dari penelitian Ruslinda, yang ingin diketahui berupa pengetahuan
dkk tahun 2017, SB3-RT ditemukan dari masyarakat tentang SB3-RT, sosialisasi
berbagai sumber. Perhitungan jumlah kuisioner tentang SB3-RT serta pemilahan dan
didasarkan pada SNI 19-3964-1994 tentang pengolahan yang telah dilakukan terhadap
Metode Pengambilan dan Pengukuran SB3-RT pada masing-masing sumber.
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Kajian kelayakan teknis pengolahan
Dari perhitungan diperoleh jumlah kuisoner SB3-RT pada penelitian ini dilakukan dengan
sebanyak 74 buah yang terdiri dari sumber menganalisis sembilan parameter yaitu:
domestik 30 buah, sumber komersil 14 buah, kebutuhan lahan penimbunan, potensi
sumber institusi 15 buah, sumber industri 5 pencemaran, kemampuan destruksi,
buah dan sumber pelayanan kota 10 buah. kemampuan reduksi volume, energy recovery,
Dengan 74 kuioner tersebut diperoleh nilai pemanfaatan hasil pengolahan, jenis limbah
keandalan survei 93,75%, yang masih masuk yang diolah, persyaratan pengolahan, dan
dalam range tingkat keandalan data yang dapat karakteristik limbah. Pemilihan teknologi
dipercaya yaitu berkisar antara 90%-100%. pengolahan SB3-RT Kota Padang dilakukan
Informasi yang diambil melalui kuisioner dengan cara skoring terhadap 9 parameter
berupa pengetahuan masyarakat tentang SB3- kelayakan teknis pada masing-masing
RT, sosialisasi, pemilahan serta pengolahan alternatif pengolahan SB3-RT. Kriteria skoring
SB3-RT yang telah dilakukan oleh masyarakat. dapat dilihat pada Tabel 1. Skoring untuk
Lokasi penyebaran kuisioner didasarkan pada parameter kebutuhan lahan penimbunan dan
daerah pelayanan sistem pengelolaan sampah potensi pencemaran, skor tertinggi diberikan
Kota Padang. jika teknologi pengolahan masuk kriteria
Pengumpulan data sekunder merupakan ‘kecil’ dan skor terendah untuk kriteria ‘besar’.
hasil pendataan yang telah dilakukan oleh Sebaliknya untuk parameter kemampuan
instansi di Kota Padang serta penelitian destruksi dan kemampuan reduksi volume,
terdahulu tentang timbulan, komposisi dan skor tertinggi diberikan jika teknologi
karakteristik SB3-RT Kota Padang. Data pengolahan masuk kriteria ‘besar’ dan skor
sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini terendah untuk kriteria ‘kecil’. Untuk
adalah jumlah sarana domestik, komersil, parameter energi recovery dan pemanfaatan
institusi, industri dan pelayanan kota di Kota hasil pengolahan, skor tertinggi diberikan jika
Padang yang digunakan sebagai acuan dalam teknologi pengolahan masuk kriteria ‘ada’ dan
penentuan jumlah kuisioner. Data ini diperoleh skor terendah untuk kriteria ‘tidak ada’. Untuk
dari Badan Pusat Statistik Kota Padang. Data parameter jenis limbah yang diolah,
sekunder berupa hasil penelitian terkait persyaratan pengolahan dan karakteristik
timbulan dan komposisi SB3-RT Kota Padang limbah, skor tertinggi diberikan jika teknologi
dari sumber domestik diperoleh dari penelitian pengolahan masuk kriteria ‘sesuai dengan
Ruslinda dan Yustisia tahun 2013 dan sumber kondisi SB3-R;T dan skor terendah untuk yang
lainnya dari hasil penelitian Ruslinda dkk ‘tidak sesuai dengan kondisi SB3-RT Kota
tahun 2017 serta hasil penelitian terkait uji Padang’. Teknologi pengolahan yang
fisik dan kimia SB3-RT Kota Padang yang direkomendasikan adalah teknologi
juga diperoleh dari hasil penelitian Ruslinda pengolahan SB3-RT dengan skor terbesar.
Pengolahan terhadap SB3-RT ini dilakukan perkembangan teknologi. Dalam penelitian ini,
oleh pihak ketiga. Hasil pengolahan data kajian teknologi pengolahan SB3-RT
menunjukkan hanya 9 % responden yang dilakukan terhadap pengolahan termal
melakukan pemilahan dan pengolahan (insinerasi), solidifikasi/stabilisasi dan landfill.
terhadap SB3-RT di Kota Padang, seperti Insinerasi merupakan pengolahan termal
terlihat pada Gambar 4. yang dilakukan pada temperatur yang tinggi.
Selama proses insinerasi, sampah yang akan
diolah dikonversi menjadi gas, partikel dan
panas. Sebelum dilepaskan ke atmosfer, gas-
gas ini diolah terlebih dahulu dengan tujuan
menghilangkan polutannya. Massa sampah
berkurang hingga 95-96 % melalui proses
insinerasi. Pengurangan massa ini bergantung
pada komposisi materi dan tingkat recovery.
Insinerasi tidak menggantikan kebutuhan akan
landfilling namun hanya bertujuan untuk
mengurangi jumlah yang akan diurug (Soniya,
2014). Proses insinerasi bertujuan untuk
menghancurkan senyawa B3 menjadi senyawa
yang tidak mengandung B3 (KEP-03/
Gambar 3 Persentase Masyarakat yang BAPEDAL /09/1995).
Melakukan Pemilahan dan Pengolahan Proses solidifikasi/stabilisasi adalah
SB3-RT di masing-masing Sumber suatu tahapan proses pengolahan limbah B3
untuk mengurangi potensi racun dan
kandungan limbah B3 melalui upaya
memperkecil/membatasi daya larut,
pergerakan/penyebaran dan daya racunnya
(imobilisasi unsur yang bersifat racun)
sebelum limbah B3 tersebut dibuang ke tempat
penimbunan akhir (landfill) (KEP-
03/BAPEDAL/09/1995). Tujuan utama dari
proses solidifikasi/stabilisasi adalah
menciptakan suatu padatan yang mudah
ditangani dan tidak meluluhkan kontaminan ke
dalam lingkungan. Umumnya proses
solidifikasi/stabilisasi digunakan untuk
menangani limbah-limbah dari logam (Utomo
Gambar 4 Rata-rata Persentase Masyarakat dan Laksono, 2007).
yang Melakukan Pemilahan dan Pengolahan Berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014
SB3-RT di Kota Padang yang dimaksud dengan penimbunan limbah B3
(landfill) adalah kegiatan menempatkan limbah
Kajian Pengolahan SB3-RT Kota Padang B3 pada fasilitas penimbunan dengan maksud
Kajian kelayakan teknis teknologi tidak membahayakan kesehatan manusia dan
pengolahan SB3-RT Kota Padang dilakukan lingkungan hidup. Kajian landfill dilakukan
berdasarkan hasil penelitian tentang SB3-RT karena teknologi pemrosesan akhir sampah di
Kota Padang serta kajian literatur. PP 101 Indonesia masih menerapkan penimbunan.
Tahun 2014 digunakan sebagai acuan dalam Kajian kelayakan teknis teknologi pengolahan
mengkaji alternatif pengolahan SB3-RT SB3-RT Kota Padang dilakukan dengan
dikarenakan belum adanya peraturan khusus memperhatikan sembilan parameter. Hasil
SB3-RT di Indonesia. Berdasarkan PP 101 kajian teknis tersebut diuraikan sebagai
Tahun 2014, terdapat tiga alternatif berikut:
pengolahan untuk limbah B3 yaitu termal,
1. Kebutuhan lahan penimbunan
solidifikasi/stabilisasi dan cara lain sesuai
Hal ini dikarenakan material sampah yang di 1.430 MW/h dan energi listrik sebesar 480
dominasi oleh bahan yang sulit terurai seperti MWh/h dari 100 ton/h sampah (Gupta dan
plastik. Plastik membutuhkan waktu hingga Mishra, 2015). Berdasarkan kriteria skoring,
lebih dari 50 tahun untuk dapat terdegradasi adanya energy recovery pada teknologi
sempurna (Müller et al, 2001). pengolahan diberi skor 2 dan teknologi
Proses solidifikasi/stabilisasi mampu pengolahan yang tidak ada energy recovery
mengunci kontaminan tersebut di dalam diberi dengan skor 1. Untuk itu, nilai 2
matriks dan menghambat mobilitasnya diberikan pada insinerasi dan nilai 1 untuk
(USEPA, 1993). Pada teknologi solidifikasi/ pengolahan dengan S/S dan landfill.
stabilisasi diperkirakan tidak terjadi destruksi 5. Pemanfaatan hasil olahan
karena prosesnya yang mengunci limbah Selain energy recovery, keuntungan lain
dalam suatu padatan. Dari kajian di atas, skor 3 dari proses pengolahan dengan insinerasi
diberikan pada teknologi insinerasi karena adalah pemanfaatan hasil olahan. Residu
memiliki kemampuan destruksi yang besar, proses insinerasi berupa bottom ash dan fly ash
skor 2 untuk landfill, dan skor 1 untuk dapat dimanfaatkan kembali sebagai material
pengolahan dengan solidifikasi/stabilisasi subtitusi seperti pemanfaatan bottom ash
karena tidak terjadi destruksi sampah dalam sebagai pengganti semen pada pembuatan
prosesnya. batako (Ristinah,dkk., 2012) ataupun sebagai
2.Kemampuan reduksi volume pengganti semen pada pembuatan genteng
Reduksi volume sampah akan beton (Zacoeb dkk., 2013) serta penggunaan
berbanding lurus dengan kemampuan fly ash sebagai bahan campuran dalam
destruksinya. Jika dilihat dari kemampuan pembuatan beton berlubang (Sulistyowati,
destruksi sampah, insinerasi memiliki 2013). Residu proses insinerasi ini juga
kemampuan destruksi sampah yang lebih besar dimanfaatkan sebagai bahan campuran semen
sehingga dapat mereduksi volume sampah dan pembuatan aspal. Sifat bahaya serta
hingga 99 % (Manyele, 2008). Landfill kebutuhan lahan penimbunan dapat dikurangi
memiliki kemampuan destruksi sampah yang melalui pemanfaatan residu ini.
kecil karena membutuhkan waktu yang lama Keberhasilan hasil olahan S/S dapat
sehingga reduksi volume sampah juga akan diketahui dengan cara melakukan uji standar
terjadi dalam waktu yang lama. Pada teknologi dan uji termodifikasi. Tiga hal yang umumnya
solidifikasi/stabilisasi tidak ada reduksi dilakukan dalam pengujian proses S/S adalah
volume karena tidak terdapat kemampuan uji fisik (kelembaban, kerapatan, kepadatan,
destruksi sampah. Berdasarkan tabel 1, skor 3 kekuatan dan daya tahan), uji kimiawi (pH,
diberikan untuk teknologi insinerasi karena reaksi redoks, kapasitas penetralan asam,
memiliki kemampuan reduksi volume yang kebasaan, dan kandungan senyawa organik),
besar, skor 2 untuk landfill dengan kriteria dan uji peluluhan (TCLP, prosedur ekstraksi
sedang, dan skor 1 pada S/S karena tidak bertingkat, peluluhan dinamis prosedur
terjadi reduksi volume. peluluhan pengendapan asam sintetis/Synthetic
4. Energy recovery Acid Precipitation Leaching Procedure dan
Salah satu keuntungan dari pengolahan ekstraksi berurutan) (Utomo dan Laksono,
dengan insinerator adalah energy recovery 2007).
dimana panas dari pembakaran sampah dapat Hasil S/S yang memenuhi uji standar
diubah menjadi energi listrik. Untuk dapat dan uji termodifikasi dapat secara aman
melakukan energy recovery ini dibutuhkan dibuang ke landfill atau dimanfaatkan untuk
insinerator khusus dikenal dengan WTE tujuan lain. Hasil olahan S/S umumnya berupa
(Waste to Energy) incinerator yang dilengkapi blok monolitik yang dapat digunakan sebagai
dengan alat yang dapat mengubah energi panas bahan konstruksi. Pada landfill sampah kota,
menjadi energi listrik. Kemampuan energy lahan landfill yang sudah tidak aktif dapat
recovery ini tidak dimiliki oleh S/S dan dimanfaatkan atau dialih fungsikan untuk
landfill. Komponen utama sampah yang tujuan lain. Namun hal ini tidak berlaku untuk
berperan dalam pembakaran adalah kadar air, landfill B3 karena sifat bahaya dari sampah
nilai kalor dan kadar abu. Insinerasi dengan B3 yang ditimbun di landfill tidak hilang
fasilitas recovery energy menghasilkan panas melainkan hanya dibatasi dengan tujuan
mengolah sampah dengan karakteristik mudah dimanfaatkan dalam pengolahan sampah baik
meledak, mudah terbakar, toksik, infeksius, di negara maju ataupun berkembang. Selain itu
dan korosif. beberapa jenis industri juga menggunakan
Teknologi S/S cocok digunakan untuk insinerasi untuk mengolah limbah B3 yang
menangani karakteristik sampah mudah dihasilkan.
meledak, reaktif, dan toksik. Landfill dapat Menurut Prüss et al (1999) sebaiknya
menangani semua karakteristik sampah namun tidak dilakukan pembakaran terhadap
dalam penerapannya landfilling harus kontainer gas bertekanan, sejumlah besar
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang limbah kimia reaktif, garam perak dan limbah
berlaku. Hal ini karena kegiatan landfilling fotografik atau radiografik serta limbah dengan
rentan terhadap pencemaran pada lokasi kadar merkuri dan kadmium yang tinggi
penimbunan. Oleh karena itu perlu dipastikan seperti termometer dan baterai. Jika dilihat dari
sampah atau limbah B3 aman dibuang ke komposisi SB3-RT Kota Padang maka SB3-
landfill (Tangri dan Awasthi, 2011). RT yang tidak dapat diolah dengan insinerasi
Skoring pada parameter karakteristik yaitu kaleng bertekanan, baterai dan bohlam.
limbah diberikan dengan memperhatikan Kaleng bertekanan umumnya digunakan
kesesuaian parameter dengan kondisi SB3-RT sebagai kemasan pada produk pestisida-
Kota Padang. Skor 2 diberikan pada insinerasi insektisida serta pada beberapa produk
dan landfill karena SB3-RT Kota Padang pembersih, pewangi ruangan dan kemasan
memiliki karakteristik yang dapat diolah parfum (kosmetik). Kaleng bertekanan
dengan kedua teknologi tersebut sedangkan umumnya digunakan sebagai kemasan pada
skor 1 pada S/S karena tidak sesuai dengan produk pestisida-insektisida serta pada
karakteristik yang dapat diolah oleh S/S. beberapa produk pembersih, pewangi ruangan
Hasil data skoring menunjukkan bahwa dan kemasan parfum (kosmetik). Penelitian
insinerasi merupakan teknologi yang memiliki yang dilakukan oleh Bigum et al (2017)
nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan dua menunjukkan bahwa pembakaran terhadap
teknologi pengolahan lainnya. Nilai skor untuk lampu dan kabel menimbulkan dampak yang
insinerasi berjumlah 21, untuk S/S 13 dan tinggi terhadap ecotoxicity (ET). Hal ini
untuk landfill 13. Berdasarkan hasil skoring disebabkan karena adanya kandungan Cu yang
ini, rekomendasi teknologi pengolahan yang tinggi pada kedua sampah tersebut. Kandungan
memenuhi kelayakan teknis adalah insinerasi. Cu juga terdapat pada baterai, namun Ni
Tabel 2 menampilkan evaluasi kelayakan merupakan elemen utama yang menyebabkan
teknis pengolahan SB3-RT Kota Padang dampak dari pembakaran baterai. Nilai kalor
dengan metode skoring. dari ketiga jenis SB3-RT Kota Padang ini tidak
Rekomendasi Pengolahan SB3-RT Kota dapat dideteksi waktu uji fisik dan kimia SB3-
Padang RT Kota Padang. Selain itu, ketiga jenis
Teknologi insinerasi mampu sampah ini juga memiliki nilai kadar abu yang
mendestruksi karakteristik SB3-RT Kota tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa
Padang yaitu toksik, korosif dan mudah ketiga sampel tersebut sulit terbakar (Ruslinda,
terbakar. Hasil uji fisik dan kimia SB3-RT dkk., 2017)
Kota Padang juga menunjukkan bahwa SB3- Daur ulang dan recovery merupakan
RT Kota Padang memiliki nilai kadar air dan alternatif lain yang dapat dilakukan dalam
nilai kalor yang cocok untuk pengolahan penanganan kaleng bertekanan, bohlam, dan
termal (insinerasi), karena memiliki nilai kadar baterai. Minimum 25 % logam yang
air yang kecil yaitu 0,546 % (kriteria: <15 %) membentuk kaleng bertekanan dapat didaur
serta nilai kalor sebesar 5.031,798 kkal/kg ulang. Pengolahan yang dapat dilakukan pada
(kriteria: >2.500 kkal/kg). Selain itu, bohlam dan baterai adalah recovery.
berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang Wijesekara et al (2011) diperkirakan sebanyak
diketahui bahwa pengadaan insinerator juga 8000 mg logam merkuri dapat di peroleh dari
sedang dipertimbangkan oleh pemerintah Kota recovery bohlam per ton. Namun, nilai ini akan
Padang sebagai teknologi pengolahan sampah berbeda tergantung pada ukuran serta kadar
di Kota Padang. Teknologi ini juga banyak merkuri yang terdapat pada
bohlam (Raposo et al, 2003). Untuk itu, dalam pengetahuan masyarakat tentang SB3-RT.
pengolahan jenis sampah yang tidak dapat masih rendah dan belum pernah mendapatkan
dibakar ini diperlukan kerja sama dengan sosialisasi. Untuk itu perlu dilakukan kajian
pihak ketiga untuk menangani jenis sampah ini terhadap pengolahan SB3-RT. Berdasarkan
lebih lanjut. kajian kelayakan teknis dengan metode
SB3-RT Kota Padang telah memenuhi skoring, direkomendasikan teknologi
syarat sampah yang dapat diinsinerasi pengolahan insinerasi dapat dilakukan untuk
berdasarkan uji fisik dan kimianya. Selain pengolahan SB3-RT Kota Padang, kecuali
persyaratan tersebut, perlu diperhatikan juga untuk jenis kaleng bertekanan, bohlam dan
kriteria insinerator untuk sampah B3. Kriteria baterai yang akan dikirim ke pihak ketiga
desain insinerator sampah B3 menurut CCME untuk pengolahan lanjutan.
(1992) adalah memiliki temperatur operasi
minimum 1.000 °C dan waktu retensi 2 detik UCAPAN TERIMAKASIH
serta dilengkapi dengan alat kendali gas untuk Ucapan terima kasih ditujukan kepada
menghindari pencemaran udara. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat,
Untuk menentukan kapasitas Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
pengolahan insinerator dibutuhkan data jumlah Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi
SB3-RT yang akan diinsinerasi setiap harinya, dan Pendidikan Tinggi yang telah membantu
yang diperoleh dari pengolahan data timbulan mendanai kegiatan penelitian ini dalam skim
dan komposisi SB3-RT. Timbulan SB3-RT B3 Penelitian Terapan Unggulan Perguruan
Kota Padang sebesar 11.875 kg/hari, dimana Tinggi Tahun 2018 dengan Kontrak Penelitian
15% dari timbulan tersebut dapat diminimasi No. 050/SP2H/LT/DRPM/2018.
dengan konsep 4R (reduce, reuse, recycle dan
recovery). Hasil pengukuran komposisi DAFTAR PUSTAKA
sampah untuk bohlam, baterai, dan kaleng Bigum, M., Damgaard, A., Scheutz, C., and
bertekanan berturut-turut sebesar 3 %, 2 % dan Christensen, T.H. 2017. Environmental
4 %, sehingga diperoleh total timbulan sampah impacts and resource losses of
untuk ketiga jenis sampah tersebut sebesar incinerating misplaced household
1069 kg/hari. Sampah ini tidak bisa special wastes (WEEE, batteries, ink
diinsinerasi, sehingga pengelolaanya akan cartridges and cables). Resources,
dikirim ke pihak ketiga (Ruslinda, dkk,. 2017). Conservation and Recycling 122:251-
Dengan demikian setelah dikurangi dengan 260.
timbulan SB3-RT yang dapat diminimasi dan Central Pollution Control Board (CPCB).
timbulan SB3-RT yang tidak dapat 2005. Guidelines for Common
diinsinerasi, didapatkan timbulan SB3-RT Hazardous Waste Incineration. Ministry
yang dibakar dalam insinerator sebesar 9025 of Environment and Forests. India.
kg/hari atau 376 kg/jam. Untuk itu spesifikasi Damanhuri, E. dan Padmi, T. 2016.
insinerator yang dibutuhkan untuk pengolahan Pengelolaan Sampah Terpadu. Penerbit
SB3-RT Kota Padang adalah kapasitas ITB, Bandung
pengolahan sebesar 500 kg/jam, nilai kalor Gupta, S. and Mishra, R. S. (2015). Estimation
sampah ≤40 MJ/kg atau ≤9.560,23 kkal/kg, of Electrical Energy Generation From
temperatur operasi minimum 1.000 °C, waktu Waste to Energy Using Incineration
retensi sebesar 2 detik dan memiliki sistem gas Technology. International Journal of
buang dan peralatan tambahan. Advance Research and Innovation 3(4):
631-634.
SIMPULAN DAN SARAN Manyele, S. V. 2008. Toxic Acid Gas
Hasil evaluasi kondisi eksisting Absorber Design Considerations for Air
pengolahan SB3-RT di Kota Padang Pollution Control in Process Industries.
didapatkan hanya 9% responden yang berasal Educational Research and Reviews
dari sarana kesehatan dan industri besar yang 3(4):137-147
telah melakukan pemilahan dan pengolahan Müller, R. J., Kleeberg, I., and Deckwer, W.
SB3-RT. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat D. 2001. Biodegradation of polyesters