Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari prosesalam yang
berbentuk padat. Salah satu unit yang menyumbangkan sampah adalah rumah
tangga. Setiap aktivitas manusia sekarang ini menghasilkan sampah, baik
sampah organik dan anorganik maupun B3. Limbah B3 rumah tangga
merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh kegiatan
atau aktivitas sehari hari di lingkungan rumah tangga / domestik yang
mengandung bahan atau kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan atau
beracun (Permen RI, 1999).
Beberapa contoh sampah B3 yang dihasilkan di rumah tangga antara lain
sampah dari baterai, lampu listrik, elektronik, kemasan pestisida, pemutih
pakaian, pembersih lantai, cat, kaleng bertekanan (aerosol), kemasan bahan
bakar, sisa obat-obatan (farmasi), termometer air raksa dan jarum suntik.
Bahan-bahan yang terkandung di dalam Sampah B3 Rumah Tangga (SB3-RT)
memiliki karakteristik yang dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan
kesehatan manusia serta pencemaran lingkungan (Iswanto et al, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian dari Iswanto et al. (2016) di Sleman
Yogyakarta diketahui bahwa kuantitas SB3-RT yang dihasilkan oleh 120
rumah tangga dengan jumlah jiwa 486 orang selama 30 hari adalah sebanyak
568 item dan berat 35.544 g. Dari penelitian tersebut jumlah sampah B3 yang
sering dikumpulkan pada rumahtangga adalah batu baterai. Jenis baterai yang
ditemukan dalam penelitian ini terdiri atas 90,98% baterai rumah sekali pakai
dengan tipe AAA, AA, C, D, 9 Volt dan 12 Volt; 1,68% baterai kancing
(button baterry); 7,38% baterai isi ulang dan 0,82% bateri kendaraan bermotor
(aki). Jenis baterai rumah sekali pakai yang paling banyak adalah AA (45,08%)
dengan kadar logam berat.

1
Kandungan logam berat pada pemeriksaan baterai AA dalam penelitian
ini secara umum lebih tinggi dibandingkan Almeida et al (2006), kecuali unsur
Pb dan Zn memiliki kandungan lebih rendah. Jenis unsur logam berat dengan
konsentrasi tinggi yang ditemukan di dalam baterai AA bekas adalah Zn (pada
katoda yaitu 7.570,401 μg/g dan pada anoda sebesar 1.717,903 μg/g), atau
lebih rendah dibandingkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Almeida et
al. (2006), yaitu pada bagian katoda 9.000 μg/g dan anoda 7,92.105 μg/g.
Sementara kandungan Hg sama-sama tidak terdeteksi di dalam baterai AA
bekas. Baterai isi ulang mengandung Co, Cr, Ni, Zn, Al (Nnorom dan
Osibanjo, 2009), sedangkan baterai kancing mengandung Zn, Pb, Cd dan Hg
(Anonim, 2014). Baterai otomotif (lead-acid baterry) mengandung berbagai
unsur logam berat antara lain Hg, Pb, Cd, Cr, Zn dan Ni (Rina dan Wardani,
dalam Iswanto et al 2016).
Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Jawa Tengah yang terletak diantara 110 o 35’ dan 110 o50’ BT (Bujur Timur)
serta 6 o51’ dan 7 o16’ LS (Lintang Selatan) dengan luas wilayah 425.165 Km2.
Terbagi dalam 9 Kecamatan, 132 desa. Menurut data dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kudus tahun 2015, penduduk Kabupaten Kudus tercatat 831.343
terdiri dari laki-laki 409.324 jiwa dan perempuan 422.019 jiwa, selain itu
Kudus juga menjadi tempat tumbuhnya banyak industri. Sehingga, dengan
banyaknya penduduk dan banyaknya industri maka peluang timbulnya sampah
akan semakin banyak (Laporan Hasil Survey Sanitasi Dasar DKK Kudus,
2016).
Kota Kudus dan Kota Salatiga merupakan dua kota di Provinsi Jawa
Tengah yang merintis Program Kampung Iklim (PROKLIM). Dusun Kauman
Desa Ngembal Rejo menjadi salah satu Dusun di Kabupaten Kudus yang sudah
merintis PROKLIM sejak 2 tahun yang lalu. Dusun Kauman Desa Ngembal
Rejo merintis PROKLIM berawal dari sering timbulnya bencana yang
disebabkan oleh permasalahan sampah yaitu bencana banjir. Berdasarkan
Permen LH No.19 tahun 2012, PROKLIM merupakan program dari
kementrian lingkungan hidup yang dapat dikembangkan dan dilaksanakan pada

2
wilayah minimal setingkat Dusun. Upaya adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim di lokasi PROKLIM salah satunya adalah melalui program pengelolaan
sampah (Permen LH, 2012). Timbulan sampah rumah tangga yang ada di
Dusun Kauman Desa Ngembal Rejo tidak hanya berasal dari sampah organik
dan anorganik, melainkan ada sampah penunjang lain yaitu sampah jenis
B3.Permasalahan sampah adalah hal paling mendasar yang harus segera kita
cari solusinya, sampah bukan menjadi tanggung jawab petugas sampah atau
petugas kebersihan tetapi tanggung jawab kita semua sebagai pemicu
timbulnya sampah. Oleh karena itu, masyarakat Dusun Kauman Desa
Ngembalrejo bersama-sama berupaya mengelola sampah.
Sampai saat ini, kuantitas, jenis dan karakteristik SB3-RT yang
dihasilkan di Kabupaten Kudus belum pernah dikaji dan belum ada mekanisme
pengelolaan sampah B3 rumah tangga, sama halnya dengan Dusun Kauman
Ngembalrejo. Rata-rata prosentase sampah di Dusun Kauman Ngembal Rejo
perbulan adalah 55% sampah organik, 35% sampah anorganik, dan 10%
sampah B3. Dusun tersebut sudah memulai pengelolaan sampah 2 tahun yang
lalu, namun sebatas sampah pengelolaan organik dan anorganik. Sedangkan
sampah B3 belum dikelola, padahal sampah B3 beresiko mencemari
lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu peneliti
ingin mengkaji karakteristik timbulan sampah B3 rumah tangga di Dusun
Kauman Ngembal Rejo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana timbulan sampah B3 yang ada di Dusun
Kauman Desa Ngembal Rejo ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendiskripsikan timbulan sampah B3 rumah tangga di Dusun Kauman
Desa Ngembal Rejo

3
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan jenis sampah B3 rumah tangga di Dusun Kauman Desa
Ngembal Rejo
b. Mendiskripsikan karakteristik sampah B3 rumah tangga di Dusun
Kauman Desa Ngembal Rejo
c. Mendiskripsikan jumlah sampah B3 rumah tangga di Dusun Kauman
Desa Ngembal Rejo
d. Mendiskripsikan berat sampah B3 rumah tangga di Dusun Kauman Desa
Ngembal Rejo
e. Mendiskripsikan pengelolaan sampah B3 rumah tangga di Dusun
Kauman Desa Ngembal Rejo
f. Mendiskripsikan dampak sampah B3 rumah tangga bagi kesehatan di
Dusun Kauman Desa Ngembal Rejo

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti :
Menambah pengetahuan dalam melakukan penelitian tentang
timbulan SB3-RT di Dusun Kauman Desa Ngembal Rejo Kecamatan Bae
kabupaten Kudus.
b. Bagi Masyarakat :
Masyarakat Dusun Kauman Desa Ngembal Rejo dapat memahami
dampak timbulan SB3-RT bagi kesehatan dan masyarakat mampu
meminimalisir penggunaan sampah B3 rumah tangga.
c. Bagi Prodi :
Mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan kesehatan
masyarakat dalam memahami timbulan sampah B3 rumah tangga (SB3-
RT) melalui proses pengelolaan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Sampah B3
Sampah menurut definisi WHO adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Sampah dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu, sampah organik, anorganik
dan B3. Dari beberapa pengelompokan sampah salah satu yang kelompok
sampah yang jarang diperhatikan adalah sampah B3 pada rumah tangga.
Sampah B3 adalah sampah yang karena jumlahnya, atau konsentrasinya ,
atau karena sifat kimiawi, fisika, dan mikrobiologinya mengakibatkan :
a. Meningkatnya mortalitas dan morbiditas secara bermakna, atau
menyebabkan penyakit yang tidak reversibel ataupun sakit berat yang
pulih atau reversibel.
b. Berpotensi menimbulkan bahaya sekarang maupun di masa yang akan
datang terhadap kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah,
ditransport, disimpan, dan dibuang dengan baik.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 tahun 1999
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat atau
konsentrasinya, baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat
mencemarkan, merusak, atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Limbah B3
rumah tangga merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun yang
dihasilkan oleh kegiatan atau aktivitas sehari hari di lingkungan rumah
tangga atau domestik yang mengandung bahan atau kemasan suatu jenis
bahan berbahaya dan atau beracun.

5
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, sampah B3 merupakan sampah spesifik yang
meliputi:
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.
b. Sampah yang mengandung limbah B3.
c. Sampah yang timbul akibat bencana.
d. Bongkaran puing bangunan.
e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.
f. Sampah yang timbul secara periodik.
Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi oleh
berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting
antara lain adalah :
a. Jumlah penduduk
Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk
semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini berpacu
dengan laju pertambahan penduduk.
b. Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial masyarakat, semakin banyak jumlah
perkapita sampah yang buang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak
bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantug
pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku, serta kesadaran
masyarakat akan persoalan persampahan.
c. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah,
karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan
dan produk manufaktur yang semakin beragam pula (Soemirat, 2011).

2. Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari
masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita perhari, atau
perluas bangunan dan panjang jalan. Sumber sampah dibagi menjadi dua

6
kelompok besar yaitu sampah dari pemukiman dan non pemukiman.
Sampah dari kedua jenis sumber tersebut dikenal sebagai sampah domestik.
Sedang sampah non domestik adalah sampah atau limbah yang bukan
sejenis sampah rumah tangga, misalnya limbah dari proses industri. Bila
sampah domestik ini berasal dari lingkungan perkotaan. Sampah dari
masing-masing sumber mempunyai karakteristik yang khas sesuai
denganbesaran dan variasi aktivitasnya. Timbulan (generation) sampah
masing-masing sumber tersebut bervariasi satu dengan yang lain. Timbulan
sampah pada rumah tangga dibedakan atas beberapa kategori yaitu
kalangan menengah ke atas, menengah, dan menengah kebawa. Data
mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah merupakan hal
yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan
di suatu wilayah. Jumlah timbulan sampah ini biasanya akan berhubungan
dengan elemen-elemen pengelolaan seperti :
a. Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpulan, dan
pengangkutan
b. Perencanaan rute pengangkutan
c. Fasilitas untuk daur ulang
d. Luas dan jenis TPA
Bagi negara berkembang dan beriklim tropis seperti Indonesia, faktor
musim sangat besar pengaruhnya terhadap berat sampah. Dalam hal ini,
musim yang dimaksud adalah musim hujan dan kemarau, tetapi dapat juga
berarti musim buah-buahan tertentu. Di samping itu, berat sampah juga
sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya lainnya. Oleh karenanya,
sebaiknya evaluasi timbulan sampah dilakukan beberapa kali dalam satu
tahun. Timbulan sampah dapat diperoleh dengan sampling atau estimasi
berdasarkan standar yang sudah tersedia. Timbulan sampah bisa dinyatakan
dengan satuan volume atau satuan berat.

7
Oleh karena itu, lebih baik digunakan satuan berat karena ketelitiannya lebih
tinggi dan tidak perlu memperhatikan derajat pemadatan. Timbulan sampah
ini dinyatakan sebagai :
1. Satuan berat: kg/o/hari, kg/m2/hari,kg/bed/hari, dan sebagainya
2. Satuan volume: L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari,dan sebagainya
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di masa
mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan, dan pengkajian
sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan timbulan sampah akan
merupakan langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan
persampahan. Bagi kota-kota di negara berkembang, dalam hal mengkaji
besaran timbulan sampah, perlu diperhitungkan adanya faktor
pendaurulangan sampah mulai dari sumbernya sampai di TPA (Ruslinda,
2012).

3. Jenis Sampah B3 Rumah Tangga


Aktifitas sehari-hari yang kita lakukan khususnya di lingkungan
rumah tangga, menghasilkan sisa buangan atau biasa disebut dengan
sampah. Sampah rumah tangga tidak hanya terbatas pada sampah bekas
makan saja, tetapi juga menghasilkan sampah yang termasuk pada kategori
B3. Jenis sampah ini antara lain adalah baterai bekas, neon dan bohlam
bekas, kemasan cat, kosmetik atau pelumas kendaraan yang umunya
mengandung bahan-bahan yang menyebabkan iritasi atau gangguan
kesehatan lainnya seperti logam merkuri yang terkandung pada batu batrei
(Iswanto et al, 2016). Sampah B3 dapat digolongkan berdasarkan dua
kategori :
a. Berdasarkan Sumber
b. Berdasarkan Karakteristik.

8
Jenis sampah B3 menurut sumbernya meliputi :
a. Sampah B3 dari sumber tidak spesifik, yaitu B3 yang berasal bukan
dari proses utamanya tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pengemasan dan lain-
lain.
b. Sampah B3 dari sumber spesifik, yaitu B3 nahan awal produk atau
sisa proses suatu industri atau kegiatan tertentu.
Sampah B3 RT dikelompokkan berdasarkan jenis aktifitas rumah tangga,
yaitu :
a. Aktifitas dapur atau tempat cuci, seperti pembersih lantai, pengkilat
logam dan pembersih oven.
b. Aktifitas kamar mandi, seperti pembersih kamar mandi, pembersih
toilet dan obat kadaluarsa.
c. Aktifitas garasi dan pembengkelan, seperti baterai, pembersih badan
mobil dan berbagai macam cat untuk mobil.
d. Aktifitas kamar atau ruangan di dalam rumah, seperti cairan untuk
mengkilapkan mebel, cairan penghilang karat dan pengencer cat.
e. Aktifitas pertamanan, seperti cairan pembunuh jamur, cairan
pembunuh gulma dan racun tikus
Tempat-tempat penghasil sampah B3 rumah tangga adalah garasi,
dapur, kamar mandi, ruang tidur dan hampir seluruh ruangan yang ada di
rumah. Dampak dari sampah B3 rumah tangga ini sangat besar meskipun
sebagian besar masyarakat dunia tidak menyadarinya. Karena semua
sampah tersebut mempunyai sifat yang berbahaya baik terhadap manusia
maupun lingkungan. Selain mengandung bahan-bahan kimia berbahaya sifat
sampah tersebut juga tidak dapat diuraikan oleh alam, sehingga apabila
tidak dikelola dengan baik penumpukan sampah B3 rumah tangga di
Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) akan semakin banyak dan
membahayakan. Sampah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas
kemasan dam buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi (Rahim
irwan ridwan et al, 2016).

9
Karakteristik sampah B3 berdasarkan PP No. 18 tahun 1999 adalah
mudah meledak (eksplosive waste), mudah menyala atau tebakar (flammable
waste), pengoksidasi (oxiding waste), menimbulkan korosi (corrosive
waste), beracun (toxic waste) dan yang dapat menimbulkan penyakit
(infectious waste).
Prinsip pengelolaan sampah B3 adalah from cradle to grave artinya
pencegahan pencemaran yang dilakukan dari sejak dihasilkannya sampah
B3 sampai dengan ditimbun atau dikubur. Seperti diketahui proses
penaganan sampah B3 meliputi dihasilkan, dikemas, digudangkan, diolah,
dan ditimbun atau dikubur. Pada setiap fase pengelolaan sampah B3 tersebut
ditetapkan upaya pencegahan pencemaran terhadap lingkungan disesuaikan
dengan karakteristiknya (Arif, 2015).

4. Karakteristik Sampah B3 Rumah Tangga


Berikut ini adalah karakteristik limbah B3 berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.85 Tahun 1999 Limbah B3 antara lain:
a. Mudah meledak; yang dimaksud mudah meledak adalah limbah yang
pada suhu dan tekanan standar (250 C, 760 mmHg) dapat meledak atau
melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan
sekitarnya.
b. Mudah terbakar; Limbah yang mempunyai salah satu sifat berupa cairan
yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik
nyala tidak lebih dari 600 akan menyala apabila terjadi kontak dengan
api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg
bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar dapat
mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air,
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran yang terus menerus, dan merupakan limbah
yang bertekanan yang mudah terbakar serta merupakan limbah
pengoksidasi.

10
c. Bersifat reaktif; yang dimaksud dengan reaktif adalah yang mempunyai
salah satu sifat yaitu pada keadaan normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Dapat bereaksi hebat dengan
air. Apabila bercampur air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Limbah
Sianida, Sulfida, atau amoniak yang pada kondisi PH antara 2 dan 12.5
dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
d. Beracun; Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit
yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau
mulut.
e. Infeksius; Limbah laboratorium medis, atau limbah lainnya yang
terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya
karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang
ditularkan pada pekerja, pembersih jalan dan masyarakat disekitar lokasi
pembuangan limbah.
f. Bersifat korosif; Limbah yang memiliki dari salah satu sifat sebagai
berikut: Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit. Menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari 6,35
min/tahun dengan temperature 550 C mempunyai PH sama atau kurang
dari 2 untuk limbah bersifat asam dan dan sama atau lebih besar dari 12,5
untuk yang bersifat basa (Rahim irwan ridwan et al, 2016).

5. Pengelolaan Sampah B3 Rumah Tangga


Penentuan karakteristik sampah B3 biasanya mengacu pada Material
Safety Data Sheet (MSDS) pada setiap zat kimia yang dominan terkandung
pada sampah B3. MSDS adalaha salah satu form yang berisi keterangan
data fisik (titik lebur, titik didih, titik flash, dsb), tosisitas, pengaruh
terhadap kesehatan, pertolongan pertama, reaktifitas, penyimpanan dan

11
pembuangan yang aman, peralatan proteksi, serta prosedur penanganan
bahaya (Anggraini et al, 2014).
Pengelolaan sampah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan pemanfaatan,
pengolahan, dan penimbunan sampah B3. Pelaku pengolahan sampah B3
adalah penghasil yaitu setiap orang yang melakukan usaha dan kegiatan
yang menggunakan atau menghasilkan sampah B3. Pengumpul yaitu badan
usaha yang melakukan pengumpulan sampah B3. Pengangkutan yaitu badan
usaha yang melakukan pengangkutan sampah B3. Pemanfaatan yaitu badan
usaha yang melakukan pemanfaatan sampah B3. Pengolahan dilakukan oleh
penghasil atau badan usaha yang melakukan kegiatan pengolahan sampah
B3, dan penimbun sampah B3 yaitu badan usaha yang melakukan kegiatan
penimbunan sampah B3 (Anggraini et al, 2014).
Tujuan pengelolaan sampah B3 adalah untuk mengelompokkan
beberapa jenis sampah B3 yang memiliki karakteristik dan potensi bahaya
yang sama sehingga dapat mencegah dan menanggulangi pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh sampah B3 serta
melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
sesuai dengan fungsinya kembali. Dalam hal ini jelas bahwa setiap kegiatan
yang berhubungan dengan B3 harus memperhatikan aspek lingkungan dan
menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula (Permen LH No.30
th 2009).

6. Dampak Negatif SB3-RT Terhadap Kesehatan dan Lingkungan


Potensi dampak kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan oleh
sampah B3 rumah tangga dipengaruhi oleh kuantitas, karakteristik dan cara
penanganannnya (Conn, dikutip dalam Iswanto, 2016). Semakin besar
kuantitas SB3RT yang dibakar sembarangan dan dibuang secara langsung
ke lingkungan, semakin besar resiko terjadinya gangguan kesehatan dan
pencemaran lingkungan. Karakteristik bahan-bahan yang terkandung dalam
SB3RT di Kabupaten Kudus mempengaruhi berbagai dampak kesehatan.

12
Cara penanganan SB3RT yang banyak dilakukan oleh masyarakat
terutama yang tinggal di pedesaan atau di wilayah yang belum mendapatkan
pelayanan adalah membakar, membuang ke badan air, pekarangan rumah,
lahan-lahan kosong atau tempat pembuangan sampah ilegal di lingkungan
sekitar tempat tinggal.
Tabel 2.1
Potensi dampak berdasarkan karakteristik bahan yang terkandung
di dalam SB3-RT
Jenis SB3-RT Bahan Yang Karakteristik Dampak Kesehatan
Terkandung
Baterai Logam berat.: Beracun dan Menimbulkan kerusakan
As, Cd, Co, Cr, karsinogenik pada otak, sistem saraf,
Cu, Hg, Mn, Ni, Korosif dan ginjal, sistem reproduksi,
Pb, Sb, Zn, dan reaktif paru-paru, peredaran darah,
khusus aki kelainan kulit dan kanker.
mengandung (baterai); menyebabkan
asam sulfat iritasi.
Lampu listrik Hg, Pb, Cu, Zn, Karsinogenik, berefek akut dan kronis pada
Ni neurotoksik, gangguan sistem pencernaan
dan beracun dan sistem syaraf.

Sampah Sb, As, Ba, Be, Beracun dan Menyebabkan penyakit


elektronik BFRs, PBBs, karsinogenik kulit, berilikosis, kanker
PBDEs, Cd, paru, pembengkakan otak,
CFCs, Cr(VI), otot lemah, kerusakan
Pb, Hg, Ni, jantung, hati dan limpa,
PCBs, PVC otak, janin, gangguan
hormone, ginjal dan mata.
Kemasan cat Cd, Pb, Cr, Zn Mudah Menyebabkan penyakit
(pewarna); terbakar kronis terutama oleh logam
minyak distillat, (solven), berat dan menyebabkan luka
mineral spirits; mudah bakar.
isobuti propane meledak
(aerosol),
beracun
Kemasan Piretroid Sangat Berferk kronis dan akut.
pestisida (metofluthrin, beracun, Organofosfat dan karbamat :
pralethrin, d- mudah menghambat enzim
alethrin); meledak kolinesterase dan gangguan
organofosfat; (aerosol) system saraf pusat
karbamat piretroid : kelainan wajah,
pusing, sakit kepala,muntah

13
Jenis SB3-RT Bahan Yang Karakteristik Dampak Kesehatan
Terkandung
Sampah medis Bahan kimia Beracun dan Menyebabkan Keracunan,
dan farmasi beracun; infeksius Infeksius (jarum suntik):
patogen; benda cidera dan menularkan
tajam,; Hg; obat penyakit hepatitis B, C,
kadaluarsa HIV/AIDS) .

Kemasan Bahan bakar Mudah Menyebabkan ledakan dan


bahan bakar gas, propana, meledak dan kebakaran .
minyak mudah
terbakar
Sampah Metilen klorida, Beracun, Menyebabkan iritasi mata
produk asam nitrat, o- mudah dan membran mukosa
perawatan diri fenil fenol, meledak (sodium & kalsium
dan kecantikan propana, (aerosol), hipoklorit). Larutan
trikloroetana mudah hipoklorit + larutan asam
atau trikloro- terbakar, atau amonia menghasilkan
etilen; Pb ; reaktif gas klorin atau kloramin
natrium atau yang menyebabkan iritasi
peroksida dan keracunan paru-paru.
hipoklorida
Sampah Formaldehida, Beracun, Menyebabkan iritasi; luka
produk natrium karsinogenik bakar, kerusakan saluran
pemeliharaan hipochorida, dan korosif pernafasan dan jantung,
Rumah fenol, dietilen system saraf pusat, ginjal
glikol, asam dan hati, iritasi kulit, mata.
klorida.
Sumber : Iswanto et al (2016)

14
B. Kerangka Teori

Jumlah
Timbulan
Berat

Berdasarkan
sumbernya
Jenis SB3-RT
Berdasarkan
aktifitas RT

 Mudah meledak
 Mudah terbakar
 Bersifat reaktif
Karakteristik  Beracun
Oganik  Infeksius
 Bersifat korosif

SAMPAH Anorganik
1. Reduksi
2. Penyimpanan
B3 3. Pengumpulan
Pengelolaan 4. Pengangkutan
SB3RT 5. Pemanfaatan
6. Pengolahan
7. Penimbunan
sampah B3.

 Kanker
 Paru-paru
Dampak bagi
 Luka bakar
kesehatan
 Gangguan sistem
syaraf
 Ginjal
 Iritasi mata
 Keracunan
Gambar 2.1

Kerangka Teori

Sumber : Rahim, Irwan Ridwan, et al.2016; Anggraini, Niken Hayudanti, et al.2014;


Iswanto, et al, 2016
BAB III

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Jenis Sampah B3
Rumah Tangga

Karakkteristik B3
Rumah Tangga

TIMBULAN Jumlah Sampah B3 Rumah


SAMPAH B3 Tangga
RUMAH TANGGA
BeratSampah B3
Rumah Tangga

Pengelolaan Sampah B3
Rumah Tangga

Dampak Sampah B3
Rumah Tangga

Gambar 3.1
Kerangka Konsep

B. Jenis dan Rancangan Penelitian


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang timbulan
sampah B3 rumah tangga dan dampaknya bagi kesehatan secara obyektif
(Notoatmodjo, 2010).
Dari sifatnya penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yaitu
penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

16
pada populasi dan sampel tertentu menggunakan instrument penelitian,
analisis data dan bersifat kuantitatif (Sulistyaningsih, 2011).
2. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan penelitian ini adalah studi kohort prospekif
dengan kelompok tanpa faktor resiko. Sastroasmoro (2011) dalam studi
barunya menuliskan bahwa studi kohort prospektif adalah bertujuan untuk
mengetahui informasi yang pasti mengenai timbulan sampah B3 rumah
tangga di Dusun Kauman Desa Ngembal Rejo. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Mei selama 8 hari (SNI 19-3964-1994).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Dusun Kauman Desa Ngembal Rejo
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017 selama 8 hari.

D. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah ketua organisasi POKMAS
DULBAHLIM yang mengelola sampah di Dusun Kauman Desa Ngembal
Rejo.

E. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sampah B3 yang
dihasilkan di Dusun Kauman Ngembal Rejo selama 8 hari (Notoatmodjo,
2012).
b. Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Dalam mengambil sampel penelitian ini menggunakan cara atau

17
teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili
populasinya (Notoatmodjo, 2012).
Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sampah B3
yang dikumpulkan penduduk Dusun Kauman Desa Ngembal Rejo RW 4
yang terdiri dari beberapa jenis sampah B3.
Rumus sampel pengambilan sampah di hitung dengan mengunakan
jumlah penduduk yang ada di Dusun Kauman Desa Ngembal Rejo. Untuk
mendapatkan sampel sampah tersebut di butuhkan rumah tangga yang
terdiri dari Kepala Keluarga (KK). Subjek dari penelitian adalah sampah B3
rumah tangga, sedangkan objeknya adalah rumah warga Dusun Kauman
Desa Ngembal Rejo. Banyaknya sampel yang akan digunakan pada
penelitian ini adalah :
Sumber : SNI 19-3964-1994

S = Cd √Ps

Keterangan :
Cd : Kota Besar = 1
S = Jumlah Sampel
Cd : Kota Sedang/Kecil = 0,5
Cd = Koefisien Perumahan

Ps = Populasi

K=S
N

Keterangan :

K = Jumlah Contoh

N = Jumlah Jiwa Per Kelaurga => 5

18
Jumlah sampel yang digunakan peneliti adalah :

Jumlah Penduduk Dusun Kauman Desa Ngembalrejo = 1.376

Sumber : Data Penduduk Dusun Kauman Desa Ngembal Rejo (2015)

S = 1 x √1.376

= 1 x 37,094473982

= 37,09

= 37 Jiwa

K = 37
5
= 7,4 => 8 KK

Jumlah sampel yang digunakan berdasarkan tingkat sosial ekonomi :

1) Tingkat menengah atas = 3 KK

2) Tingkat menengah = 3 KK

3) Tingkat menengah bawah = 2 KK

Lokasi sampel pengambilan timbulan sampah B3 rumah tangga

ditentukan dari kondisi permukiman yang ada. Sampel perumahan harus

dibedakan berdasarkan rumah tingkat menengah atas, menengah dan mengah

bawah secara proporsional terhadap luas wilayah.

F. Definisi Oprasional
Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara oprasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secra cermat terhadap suatu objek atau
fenomena (Hidayat, 2010).

19
Tabel 3.1
Definisi Oprasional
Definisi
Variabel Alat Ukur Kategori
Operasional
Jenis Berdasarkan Lembar observasi 1. Aktifitas dapur
sampah sari yang meliputi : 2. Aktifitas kamar mandi
aktifitas rumah Jenis, karakteristik,
3. Aktifitas garasi
tangga jumlah, berat dan perbengkelan
dampak bagi 4. Aktifitas kamar atau
kesehatan. ruang rumah
5. Aktifitas pertamanan
Karakteristik Karakter Lembar observasi 1. Mudah meledak
sampah B3 yang meliputi : 2. Mudah terbakar
rumah tangga Jenis, karakteristik, 3. Bersifat reaktif
jumlah, berat dan 4. Beracun
dampak bagi 5. Infeksius
kesehatan. 6. Bersifat korosif
Jumlah Total sampah Lembar observasi Berupa angka
B3 pada rumah yang meliputi :
tangga Jenis, karakteristik,
jumlah, berat dan
dampak bagi
kesehatan
Berat Jumlah Timbangan Kilogram
sampah dalam
bentuk
kilogram
Pengelolaan Proses Lembar observasi 1. Reduksi
pengumpulan yang meliputi : 2. Penyimpanan
hingga Jenis, karakteristik, 3. Pengumpulan
pembuangan jumlah, berat dan 4. Pengangkutan
sampah B3 dampak bagi 5. Pemanfaatan
kesehatan 6. Pengolahan
7. Penimbunan sampah
B3.
Dampak Akibat negatif Lembar observasi 1. Kanker
bagi dari timbulan yang meliputi : 2. Paru-paru
kesehatan sampah B3 Jenis, karakteristik, 3. Luka bakar
rumah tangga jumlah, berat dan 4. Gangguan sistem
dampak bagi syaraf
kesehatan 5. Ginjal
6. Iritasi mata
7. Keracunan
8. Gangguan saluran
pernafasan

20
G. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrumen penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (variabel penelitian)
(Sulistyaningsih, 2011). Instrumen penelitian yang digunakan pada
penelitian ini mengamati timbulan sampah B3 rumah tangga di Dusun
Kauman Desa Ngembal Rejo adalah :
a. Timbangan
Timbangan merupakan alat untuk mengukur berat sampah B3
b. Kantong
Kantong ini digunakan untuk mengumpulkan dan memilah sesuai
karakteristik dan jenis sampah B3
c. Masker dan Sarung Tangan
Masker dan sarung tangan digunakan sebagai alat pelindung diri.
d. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk menentukan berat dan komposisi
sampah
e. Kamera
Kamera digunakan sebagai alat untuk dokumentasi proses penelitian
f. Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat informasi yang ada di Dusun
Kauman Desa Ngembal Rejo
g. Lembar Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan
sampah di Dusun Kauman Desa Nembal Rejo

2.Teknik Pengumpulan Data


a. Sumber Data
Sumber data adalah materi atau kumpulan fakta dapat berupa status,
informasi, keterangan, dan lain-lain mengenai suatu atau beberapa objek

21
yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti atau berasal dari sumber lain, seperti
instansi, lembaga, publikasi, atau hasil peneliti orang lain. Sumber data
dibedakan menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder (Chandra, 2008).
1) Data Primer
Data primer yaitu materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung. Pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan sumber data primer yang diperoleh
secara langsung pada tempat objek penelitian dilakukan dengan jenis data
kontinu (Chandra, 2008). Data primer penelitian ini adalah data
mengenai timbulan sampah B3.
2) Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain. Pada
penelitian ini data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Kudus dan organisasi Kelompok Masyarakat Peduli Perubahan Iklim
(POKMAS DULBAHLIM).
b. Teknik Pengumpulan Data
1. Persiapan
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, seperti :
a. Timbangan dengan satuan kilogram
b. Kantong sampah B3
c. Masker
d. Sarung tangan
2. Mengukur berat sampah
a. Mengambil sampah yang sudah dikumpulkan warga pada setiap
kantong sampah B3
b. Mengukur berat sampah dengan menggunakan timbangan satuan
kilogram dan mencatat hasil pengukuran pada lembar observasi
3. Memilah sampah B3 berdasarkan karakteristik
4. Memilah sampah B3 berdasarkan jenis
5. Mengelompokkan berdasarkan dampak bagi kesehatan
6. Mencatat hasil pada lembar observasi

22
G. Analisis Data
Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisa univariat.
Analisa univariat dilakukan bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
timbulan setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Data disajikan dalam
bentuk tabel dan diinterprestasi.

H. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
Bulan Ke
No Kegunaan
2 3 4 5 6
1.
Pengajuan Judul

2. Penyusunan Proposal

3. Penyusunan Instrumen

4. Ujian Proposal

5. Persiapan Penelitian Lapangan

6. Penelitian

7. Pengumpulan Data

8. Pegolahan Data

9. Analisis Data

10. Penyusunan Laporan

23

Anda mungkin juga menyukai