Disusun oleh :
dr. Ismaniah
Pendamping :
Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI i
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 27
BAB V PENUTUP.................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan keadaan gawat darurat yang
sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Perdarahan dapat
terjadi antara lain karena pecahnya varises esophagus, gastritis erosive, atau ulkus peptikum.
Delapan puluh enam persen dari angka kematian akibat Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
(SCBG) di bagian ilmu penyakit dalam FKUI/RSCM berasal dari pecahnya varises esophagus
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) dapat bermanifestasi sebagai hematemesis,
oleh pecahnya varises esophagus yang terjadi pada pasien sirosis hati sehingga prognosisnya
Hepar adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat
badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks
Kanker hati (hepatocellular carcinoma/HCC) adalah suatu kanker yang timbul dari hati. Ia
juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang
penyimpan lemak). Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari
jaringan hati. Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%) timbul
dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular cancer) atau Karsinoma
(carcinoma).2
Corona virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
3
severe Acute Tespiratory Syndrome CoronaVirus 2 (sars-CoV-2).3 Penyakit ini bermanifestasi
secara primer sebagai infeksi saluran pernapasan, namun data penelitian menunjukkan bahwa
COVID-19 harus dianggap sebagai penyakit sistemik yang melibatkan beberapa sistem, termasuk
kardiovaskular, pernapasan, pen- cernaan, neurologis, sistem hematopoietik dan sistem imun.4
Manifestasi utama COVID-19 meliputi demam, batuk, lemah badan, dan sesak napas. Namun,
terdapat penelitian yang melaporkan bahwa lebih dari setengah pasien menunjukkan gangguan fungsi
hati yang bervariasi.5 Reseptor sel tempat terikatnya SARS- CoV-2 ialah reseptor Angiotensin-Con-
verting-Enzyme 2 (ACE-2), ekspresi resep- tor ini ditemukan tidak hanya tinggi pada sel epitel
alveolus tipe II namun juga pada sel saluran empedu (kolangiosit). Temuan ini menunjukkan bahwa
virus ini dapat meng- infeksi saluran empedu dan menyebabkan gangguan fungsi hati pada pasien.6
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker hati (hepatocellular carcinoma/HCC) adalah suatu kanker yang timbul dari hati. Ia
juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang
penyimpan lemak). Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari
jaringan hati. Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%) timbul
dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular cancer) atau Karsinoma
(carcinoma).2
Hepatoma (karsinoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-sel hati.
Hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan. Tumor ini merupakan
tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau
2.2. Epidemiologi
Kanker hati adalah merupakan kanker kelima yang paling umum di dunia. Suatu kanker yang
mematikan, kanker hati akan membunuh hampir semua pasien-pasien yang menderitanya dalam waktu
satu tahun. Pada tahun 1990, organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa ada kira-kira
430,000 kasus-kasus baru dari kanker hati diseluruh dunia, dan suatu jumlah yang serupa dari pasien-
pasien yang meninggal sebagai suatu akibat dari penyakit ini. Sekitar tiga per empat kasus-kasus
kanker hati ditemukan di Asia Tenggara (China, Hong Kong, Taiwan, Korea, dan Japan). Sekitar 80%
dari kasus HCC, didapat pada negara Afrika Sub-Sahara (Mozambique dan Afrika Selatan).2
HCC jarang ditemukan pada usia muda, kecuali diwilayah endemik infeksi HBV serta banyak
terjadi transmisi HBV perinatal. Pada semua populasi, penderita HCC banyak pada laki- laki (sua
5
hingga empat kali) dari pada perempuan. Masih belum jelas apakah ini berhubungan dengan
rentannya laki-laki terhadap timbulnya tumor, atau karena laki-laki banyak terpajan oleh faktor risiko
a. Infeksi Hepatitis B
Beberapa bukti menunjukan adanya peran infeksi viris hepatitis B (HBV) dalam menyebabkan kanker
hati, baik secara epidemiologis, klinis maupun eksperimental. Pasien-pasien dengan virus hepatitis B
yang berada pada risiko yang paling tinggi untuk kanker hati adalah pria-pria dengan sirosis, virus
hepatitis B dan Riwayat kanker hati keluarga. Mungkin bukti yang paling meyakinkan, bagaimanapun,
datang dari suatu studi prospektif yang dilakukan pada tahun 1970 di Taiwan yang melibatkan
pegawai-pegawai pemerintah pria yang berumur lebih dari 40 tahun. Pada studi-studi ini, penyelidik-
penyelidik menemukan bahwa risiko mengembangkan kanker hati adalah 200 kali lebih tinggi
diantara pegawai-pegawai yang mempunyai virus hepatitis B kronis dibandingkan dengan pegawai-
Pada pasien-pasien dengan keduanya virus hepatitis B kronis dan kanker hati, material genetik
dari virus hepatitis B seringkali ditemukan menjadi bagian dari material genetik sel-sel kanker.
Diperkirakan, oleh karenanya, bahwa daerah-daerah tertentu dari genom virus hepatitis B (kode
genetik) masuk ke material genetik dari sel-sel hati. Material genetik virus hepatitis B ini mungkin
kemudian mengacaukan/mengganggu material genetik yang normal dalam sel-sel hati, dengan
6
b. Infeksi Hepatitis C
Infeksi virus hepatitis C (HCV) juga dihubungkan dengan perkembangan kanker hati. Di
Jepang, virus hepatitis C hadir pada sampai dengan 75% dari kasus-kasus kanker hati. Seperti dengan
virus hepatitis B, kebanyakan dari pasien-pasien virus hepatitis C dengan kanker hati mempunyai
kebelakang dan kedepan dalam waktu) dari sejarah alami hepatitis C, waktu rata-rata untuk
mengembangkan kanker hati setelah paparan pada virus hepatitis C adalah kira-kira 28 tahun. Kanker
hati terjadi kira-kira 8 sampai 10 tahun setelah perkembangan sirosis pada pasien- pasien ini dengan
hepatitis C. Beberapa studi-studi prospektif Eropa melaporkan bahwa kejadian tahunan kanker hati
pada pasien-pasien virus hepatitis C yang menjadi sirosis berkisar dari 1.4 sampai 2.5% per tahun.8
termasuk kehadiran sirosis, umur yang lebih tua, jenis kelamin laki, kenaikkan tingkat dasar alpha-
fetoprotein (suatu penanda tumor darah), penggunaan alkohol, dan infeksi berbarengan dengan virus
hepatitis B. Beberapa studi-studi yang lebih awal menyarankan bahwa genotype 1b (suatu genotype
yang umum di Amerika) virus hepatitis C mungkin adalah suatu faktor risiko, namun studi-studi
Caranya virus hepatitis C menyebabkan kanker hati tidak dimengerti dengan baik. Tidak
seperti virus hepatitis B, material genetik virus hepatitis C tidak dimasukkan secara langsung
kedalam material genetik sel-sel hati. Diketahui, bagaimanapun, bahwa sirosis dari segala penyebab
adalah suatu faktor risiko mengembangkan kanker hati. Telah diargumentasikan, oleh karenanya,
bahwa virus hepatitis C, yang menyebabkan sirosis hati, adalah suatu penyebab yang tidak langsung
Pada sisi lain, ada beberapa individu-individu yang terinfeksi virus hepatitis C kronis yang
menderita kanker hati tanpa sirosis. Jadi, telah disarankan bahwa protein inti (pusat) dari virus
7
hepatitis C adalah tertuduh pada pengembangan kanker hati. Protein inti sendiri (suatu bagian dari
virus hepatitis C) diperkirakan menghalangi proses alami kematian sel atau mengganggu fungsi dari
suatu gen (gen p53) penekan tumor yang normal. Akibat dari aksi-aksi ini adalah bahwa sel- sel hati
terus berlanjut hidup dan reproduksi tanpa pengendalian-pengendalian normal, yang adalah apa yang
c. Sirosis
Individu-individu dengan kebanyakan tipe-tipe sirosis hati berada pada risiko yang meningkat
mengembangkan kanker hati. Sebagai tambahan pada kondisi-kondisi yang digambarkan diatas
kondisi yang diturunkan/diwariskan yang dapat menyebabkan emphysema dan sirosis, mungkin
menjurus pada kanker hati. Kanker hati juga dihubungkan sangat erat dengan tyrosinemia
keturunan, suatu kelainan biokimia pada masa kanak-kanak yang berakibat pada sirosis dini.
Penyebab-penyebab tertentu dari sirosis lebih jarang dikaitkan dengan kanker hati daripada
penyebab-penyebab lainnya. Contohnya, kanker hati jarang terlihat dengan sirosis pada penyakit
Wilson (metabolisme tembaga yang abnormal) atau primary sclerosing cholangitis (luka parut dan
penyempitan pembuluh-pembuluh empedu yang kronis). Begitu juga biasanya diperkirakan bahwa
kanker hati adalah jarang ditemukan pada primary biliary cirrhosis (PBC). Studi-studi akhir ini,
bagaimanapun, menunjukan bahwa frekwensi kanker hati pada PBC adalah sebanding dengan yang
d. Alkohol
Sirosis yang disebabkan oleh konsumsi alcohol (>50-70gr/hari dan berlangsung lama) yang
8
kronis adalah hubungan yang paling umum dari kanker hati di dunia (negara-negara) yang telah
berkembang. Adalah selama regenerasi yang aktif ini bahwa suatu perubahan genetik (mutasi) yang
menghasilkan kanker dapat terjadi, yang menerangkan kejadian kanker hati setelah minum alkohol
dihentikan. Alkohol menambah pada risiko mengembangkan kanker hati pada pasien- pasien dengan
e. Aflatoxin B1
Aflatoxin B1 adalah kimia yang diketahui paling berpotensi membentuk kanker hati. Ia
adalah suatu produk dari suatu jamur yang disebut Aspergillus flavus, yang ditemukan dalam
makanan yang telah tersimpan dalam suatu lingkungan yang panas dan lembab. Jamur ini ditemukan
pada makanan seperti kacang-kacang tanah, beras, kacang-kacang kedelai, jagung, dan gandum.
Aflatoxin B1 telah dilibatkan pada perkembangan kanker hati di China Selatan dan Afrika Sub-
(mutasi-mutasi) pada gen p53. Mutasi-mutasi ini bekerja dengan mengganggu fungsi- fungsi penekan
Tidak ada obat-obat yang menyebabkan kanker hati, namun hormon-hormon wanita
hepatic adenomas. Ini adalah tumor-tumor hati yang ramah/jinak yang mungkin mempunyai potensi
untuk menjadi ganas (bersifat kanker). Jadi, pada beberapa individu-individu, hepatic adenoma dapat
Kimia-kimia tertentu dikaitkan dengan tipe-tipe lain dari kanker yang ditemukan pada hati.
9
Contohnya, thorotrast, suatu agen kontras yang dahulu digunakan untuk pencitraan (imaging),
menyebabkan suatu kanker dari pembuluh-pembuluh darah dalam hati yang disebut hepatic
angiosarcoma. Juga, vinyl chloride, suatu senyawa yang digunakan dalam industri plastik, dapat
2.4 Patofisiologis
transformasi maligna hepatosit, dapat terjadi melalui peningkatan perputaran sel hati yang di induksi
oleh cidera (injury) dan regenerasi kronik dalam bentuk inflamasi dan kerusakan oksidatif DNA. Hal
ini dapat menimbulkan perubahan genetic seperti perubahan kromosom, aktivasi ongkogen selular
atau inaktivasi gen supresor tumor. Aflatoksin dapat menginduksi mutasi gen supresor tumor p53 dan
ini menunjukan bahwa faktor lingkungan juga berperan pada tingkat molekular untuk
Infeksi HBV berhubungan dengan kelainan kromosom 17 atau pada lokasi di dekat gen p53.
Pada kasus HCC, lokasi integrasi HBV DNA didalam kromosom sangat bervariasi. Integrasi ini
translokasi, duplikasi terbalik, delesi, dan rekombinasi. Perubahan ini menyebabkan hilangnya gen-
Di Indonesia, penderita hepatoma banyak pada usia median usia antara 50-60 tahun, dengan
predominasi laki-laki. Rasio antara kasus laki-laki dan perempuan berkisar 2-6:1. Manifestasi klinis
sangat bervariasi, dari asimptomatik hingga gejala dengan tanda yang jelas disertai gagal hati. Pada
permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa keluhan. Lebih dari 75% tidak
10
memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm pun
Keluhan utama yang sering adalah keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di
kuadran kanan atas abdomen dan nafsu makan berkurang, berat badan menurun, dan rasa lemas ,
dengan atau tanpa demam. Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan
dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning,
2.6 Diagnosis
Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan maju pesat, maka berkembang pula
cara-cara diagnosis dan terapi yang lebih menjanjikan dewasa ini. Kanker hati selular yang kecil pun
sudah bisa dideteksi lebih awal terutamanya dengan pendekatan radiologi yang akurasinya 70 –
A. Kriteria diagnosa HCC menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia), yaitu 2,7,9 :
B. Diagnosa HCC didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya satu yaitu
C. Stadium penyakit7
1. Stadium HCC sistem Okuda ada 4 berdasarkan kriteria, yaitu Ukuran tumor (< atau > 50%
hati) , Asites (ada atau tidak), Bilirubin (< atau > 3mg/dl), Albumin (< atau > 3mg/dl).
Stadium I : Satu fokal tumor berdiametes < 3cm yang terbatas hanya pada salah satu
Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segement I atau
Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atas ke lobus kanan
12
segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah
(vascular) atau pembuluh empedu (billiary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau
Stadium IV : - Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri
hati.
- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic
1. Alphafetoprotein
Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa HCC 60% – 70%, artinya hanya
pada 60% – 70% saja dari penderita kanker hati ini menunjukkan peninggian nilai AFP, sedangkan
pada 30% – 40% penderita nilai AFP nya normal. Peningkatan dapat ditemukan juga pada nekrosis
sel hati karena hepatitis B kronik.Spesifitas AFP hanya berkisar 60% artinya bila ada pasien yang
diperiksa darahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa dipastikan hanya mempunyai kanker hati
ini sebab AFP juga dapat meninggi pada keadaan bukan kanker hati seperti pada sirrhosis hati dan
Nilai normal AFP adalah 10 µg/l . Nilai 180 µg/l, menunjukan adanya primer hepatoma.
menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium
AFP itu benar pasti suatu hepatoma. Tindakan biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi
anatomi ini hendaknya dipandu oleh seorang ahli radiologi dengan menggunakan peralatan
3. Gambaran Radiologi
Hepatoma ini bisa dijumpai di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu
buah, dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati atau
berkelompok di dalam hati kanan atau kiri membentuk benjolan besar yang bisa berkapsul8.
4. Ultrasonography (USG)
Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang normal
tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen). Bila ada kanker langsung dapat terlihat jelas
berupa benjolan (nodule) berwarna kehitaman, atau berwarna kehitaman campur keputihan dan
jumlahnya bervariasi pada tiap pasien bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan merata pada
seluruh hati, ataukah satu nodule yang besar dan berkapsul atau tidak berkapsul.
5. CT Scan
Di samping USG diperlukan CT scann sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen
hati dalam satu potongan gambar yang dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-
sebagian saja.
6. Angiografy
Kanker yang kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG
bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa memperlihatkan ukuran
14
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai alternatif bila ada gambaran CT scann
yang meragukan atau pada penderita yang ada risiko bahaya radiasi sinar X dan pada penderita yang
ada kontraindikasi (risiko bahaya) pemberian zat contrast sehingga pemeriksaan CT angiography tak
menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD)
yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini. Caranya, pasien disuntik
dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan
bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap sel-sel yang terkena kanker.
PET dapat menetapkan tingkat atau stadium kanker hati sehingga tindakan lanjut penanganan kanker
ini serta pengobatannya menjadi lebih mudah. Di samping itu juga dapat melihat metastase
(penyebaran).
2.8 Penatalaksanaan
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi. Sebelum
ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker, lokasi kanker di bahagian
hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker
yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya
metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus
Tahap tindakan pengobatan terbagi tiga, yaitu tindakan bedah hati digabung dengan tindakan
15
radiologi dan tindakan non-bedah dan tindakan transplantasi (pencangkokan) hati.
Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah tindakan bedah yaitu reseksi
(pemotongan) bahagian hati yang terkena kanker dan juga reseksi daerah sekitarnya. Pada prinsipnya
dokter ahli bedah akan membuang seluruh kanker dan tidak akan menyisakan lagi jaringan kanker
pada penderita, karena bila tersisa tentu kankernya akan tumbuh lagi jadi besar, untuk itu sebelum
menyayat kanker dokter ini harus tahu pasti batas antara kanker dan jaringan yang sehat.
Radiologilah satu-satunya cara untuk menentukan perkiraan pasti batas itu yaitu dengan pemeriksaan
CT angiography yang dapat memperjelas batas kanker dan jaringan sehat sehingga ahli bedah tahu
menentukan di mana harus dibuat sayatan. Maka harus dilakukan CT angiography terlebih dahulu
sebelum dioperasi.
Dilakukan CT angiography sekaligus membuat peta pembuluh darah kanker sehingga jelas
terlihat pembuluh darah mana yang bertanggung jawab memberikan makanan (feeding artery) yang
diperlukan kanker untuk dapat tumbuh subur. Sesudah itu barulah dilakukan tindakan radiologi
Trans Arterial Embolisasi (TAE) yaitu suatu tindakan memasukkan suatu zat yang dapat menyumbat
pembuluh darah (feeding artery) itu sehingga menyetop suplai makanan ke sel-sel kanker dan dengan
demikian kemampuan hidup (viability) dari sel-sel kanker akan sangat menurun sampai menghilang.
Sebelum dilakukan TAE dilakukan dulu tindakan Trans Arterial Chemotherapy (TAC)
dengan tujuan sebelum ditutup feeding artery lebih dahulu kanker-nya disirami racun (chemotherapy)
sehingga sel-sel kanker yang sudah kena racun dan ditutup lagi suplai makanannya maka sel-sel
kanker benar-benar akan mati dan tak dapat berkembang lagi dan bila selsel ini nanti terlepas pun
saat operasi tak perlu dikhawatirkan, karena sudah tak mampu lagi bertumbuh.
Tindakan TAE digabung dengan tindakan TAC yang dilakukan oleh dokter spesialis radiologi
disebut tindakan Trans Arterial Chemoembolisation (TACE). Selain itu TAE ini juga untuk tujuan
16
supportif yaitu mengurangi perdarahan pada saat operasi dan juga untuk mengecilkan ukuran kanker
dengan demikian memudahkan dokter ahli bedah. Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker itu
harus diperiksakan pada dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang berkompentensi dan yang
dapat menentukan dan memberikan kata pasti apakah benar pinggir sayatan sudah bebas kanker. Bila
benar pinggir sayatan bebas kanker artinya sudahlah pasti tidak ada lagi jaringan kanker yang masih
tertinggal di dalam hati penderita. Kemudian diberikan chemotherapy (kemoterapi) yang bertujuan
meracuni sel-sel kanker agar tak mampu lagi tumbuh berkembang biak. Pemberian Kemoterapi
dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam bahagian onkologi (medical oncologist) ini secara intra
dengan mitomycine C 10 mg. Dengan cara pengobatan seperti ini usia harapan hidup penderita per
Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang pada stadium lanjut.
Tindakan non-bedah dilakukan oleh dokter ahli radiologi. Termasuk dalam tindakan non-bedah ini
adalah:
Pada prinsipnya sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yang datangnya bersama
aliran darah yang menyuplai sel tersebut. Pada kanker timbul banyak sel-sel baru sehingga
diperlukan banyak makanan dan oksigen, dengan demikian terjadi banyak pembuluh darah baru
(neovascularisasi) yang merupakan cabang-cabang dari pembuluh darah yang sudah ada disebut
pembuluh darah pemberi makanan (feeding artery) Tindakan TAE ini menyumbat feeding artery.
Caranya dimasukkan kateter melalui pembuluh darah di paha (arteri femoralis) yang seterusnya
17
masuk ke pembuluh nadi besar di perut (aorta abdominalis) dan seterusnya dimasukkan ke
pembuluh darah hati (artery hepatica) dan seterusnya masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding
artery ini disumbat (diembolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke
kanker dihentikan dan dengan demikian suplai makanan dan oksigen ke selsel kanker akan terhenti
dan sel-sel kanker ini akan mati. Apalagi sebelum dilakukan embolisasi dilakukan tindakan trans
arterial chemotherapy yaitu memberikan obat kemoterapi melalui feeding artery itu maka sel-sel
kanker jadi diracuni dengan obat yang mematikan. Bila kedua cara ini digabung maka sel-sel kanker
Dengan dasar inilah embolisasi dan injeksi kemoterapi intra-arterial dikembangkan dan
nampaknya memberi harapan yang lebih cerah pada penderita yang terancam maut ini. Angka
harapan hidup penderita dengan cara ini per lima tahunnya bisa mencapai sampai 70% dan per
Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi sel-sel hati yang normal berasal dari vena porta
dan 30% dari arteri hepatika, sehingga sel-sel ganas mendapat nutrisi dan oksigenasi terutama dari
sistem arteri hepatika. Bila Vena porta tertutup oleh tumor maka makanan dan oksigen ke sel-sel hati
normal akan terhenti dan sel-sel tersebut akan mati. Dapatlah dimengerti kenapa pasien cepat
Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke cabang besar tertutup
oleh sel-sel tumor di dalamnya dan pada pasien tidak dapat dilakukan tindakan transplantasi hati oleh
karena ketiadaan donor, atau karena pasien menolak atau karena ketidakmampuan pasien.
20 Mg dicampur dengan NaCl (saline) 100 – 200 cc. Atau dapat juga cisplatin dan 5FU (5 Fluoro
18
Uracil). Metoda ballon occluded intra arterial infusion adalah modifikasi infuse sitostatika intra-
arterial, hanya kateter yang dipakai adalah double lumen ballon catheter yang di-insert (dimasukkan)
ke dalam arteri hepatika. Setelah ballon dikembangkan terjadi sumbatan aliran darah, sitostatika
memperlama kontak sitostatika dengan tumor. Dengan cara ini maka harapan hidup pasien per lima
tahunnya menjadi 40% dan per sepuluh tahunnya 30% dibandingkan dengan tanpa pengobatan
Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien
tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan
PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan,
aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan. PEI hanya
dikerjakan pada pasien stadium dini saja dan tidak pada stadium lanjut. Sebagian besar peneliti
melakukan pengobatan dengan cara ini untuk kanker bergaris tengah sampai 5 cm, walaupun
pengobatan paling optimal dikerjakan pada garis tengah kurang dari 3 cm.
yang lengkap. Sebagian besar peneliti menyuntikkan etanol perkutan pada kasus kanker ini dengan
jumlah lesi tidak lebih dari 3 buah nodule, meskipun dilaporkan bahwa lesi tunggal merupakan kasus
yang paling optimal dalam pengobatan. Walaupun kelihatannya cara ini mugkin dapat menolong
tetapi tidak banyak penelitian yang memadai dilakukan sehingga hanya dikatakan membawa
19
d. Terapi Non-bedah Lainnya
Terapi non-bedah lainnya saat ini sudah dikembangkan dan hanya dilakukan bila terapi
bedah reseksi dan Trans Arterial Embolisasi (TAE) ataupun Trans Arterial Chemoembolisation
ataupun Trans Arterial Chemotherapy tak mungkin dilakukan lagi. Di antaranya yaitu terapi Radio
Frequency Ablation Therapy (RFA), Proton Beam Therapy, Three Dimentional Conformal
Radiotherapy (3DCRT), Cryosurgery yang kesemuanya ini bersifat palliatif (membantu) bukan
Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati dan ditemukan
kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati terkena kanker atau sudah ada sel-
sel kanker yang masuk ke vena porta (thrombus vena porta) maka tidak ada jalan terapi yang lebih
baik lagi dari transplantasi hati. Transplantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari orang
lain ke dalam tubuh seseorang. Langkah ini ditempuh bila langkah lain seperti operasi dan tindakan
radiologi seperti yang disebut di atas tidak mampu lagi menolong pasien 2,9.
20
III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Nomor RM : 24.06.74
Umur : 71 tahun
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Bab hitam
Pasian datang ke IGD RS Idaman Banjarbaru pukul 03.31 WITA dengan keluhan Bab hitam
sejak tadi malam. Bab hitam disertai nyeri perut bersifat tumpul, OS mengaku keluhan tidak
nyaman di perut sudah mulai dirasakan sejak lama berupa rasa kembung, begah saat diisi
makanan. Nyeri perut juga disertai dengan keluhan perut yang dirasakan semakin membesar. Os
juga mengeluh Mual (+), muntah (-),demam(-),karena perut membesar os kadang-kadang merasa
sesak. BAB jarang, BAK kuranga lancar sedikit-sedikit.suli tidur. Os pernah masuk RSDI dgn
keluhan susah BAB dan pernah terkonfirmasi covid-19 pada tahun 2021. Pada bulan januari
21
c. Riwayat Penyakit Dahulu
-HT (+)
-Oktober awal mula perut mulai membesar & Desember berobat ke RSDI (pungsi asiter yg
pertama kali)
-Os pernah ranap di RSDI pada bulan januari 2022 dengan keluhan perut membesar dan
menjalani punksi asites (+) yg k-2x, dan keluar rs dgn diagnosis Sirosis hepatis.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa. Riwayat penyakit hipertensi,
penyakit jantung, penyakit ginjal, kencing manis dan batuk lama disangkal oleh keluarga.
III.PEMERIKSAAN FISIK
TekananDarah : 105/83mmHg
Suhu : 36.3 °C
Respirasi : 28 kali/menit
22
c. Kepala/leher
Hidung : epistaksis (-), secret berlebih tidak ada, pernafasan cuping hidung (-
e. Toraks :
Pal : FV D=S
g. Abdomen :
k Ekstremitas
- Superior dextra : jejas (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat
- Superior sinistra : jejas (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat
- Inferior dextra : jejas (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat
- Inferior sinistra : jejas (-) pitting edema (-), parese (-), akral hangat
23
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
KIMIA DARAH
V. DIAGNOSIS
VI. TATALAKSANA
- IVFD NS Asnet
24
- Inj. Omeprazole/12 jam
VII. FOLLOW UP
Tanggal/
S O A P
Jam
25
15-03-2022/ Lemas KU : TSS - Melena ec IVFD Nacl (ASNET),
06.30 Bab GCS : E4V5M6 riw.hematom Inj.Omz 2x40mg
Parkit darah, TD : 139/80 mmHg a Inj mecobalamin 3x500mg
mkn HR : 98 x/menit Covid-19 unj asam tranexamat 3x250mg,
kurang RR : 24 x/menit inf levofloxacin 1x500,
Temp : 36,2
inj mmetoklopiramide 3x1,
Spo2: 98%
inj rendasivir 1x100mg,
inj. Furoseminde 2x20mg.
PO: Zinc 1x1,
Vit D 1x1000
NAC 3x200mg.
16-03-2022/ Nyeri KU : TSS - Melena ec IVFD Nacl (ASNET),
06.30 perut GCS : E4V5M6 riw.hematom Inj.Omz 2x40mg
Parkit Lemas TD : 98/72 mmHg a Inj mecobalamin 3x500mg
Mkn HR : 86 x/menit - Covid-19 unj asam tranexamat 3x250mg,
kurang RR : 27 x/menit inf levofloxacin 1x500,
Temp : 36,2
inj mmetoklopiramide 3x1,
Spo2: 98%
inj rendasivir 1x100mg,
inj. Furoseminde 2x20mg.
PO: Zinc 1x1,
Vit D 1x1000
NAC 3x200mg.
17-03-202/ - Nyeri perut KU : TSS - Melena ec IVFD Nacl (ASNET),
06.30 GCS : E4V5M6 riw.hematom Inj.Omz 2x40mg
Parkit TD : 89/69 mmHg a Inj mecobalamin 3x500mg
HR : 86 x/menit - Covid-19 unj asam tranexamat 3x250mg,
RR : 27 x/menit inf levofloxacin 1x500,
Temp : 36,2
inj mmetoklopiramide 3x1,
Spo2: 98%
inj rendasivir 1x100mg,
inj. Furoseminde 2x20mg.
PO: Zinc 1x1,
Vit D 1x1000
NAC 3x200mg.
26
BAB V
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus pasien dewasa laki-laki usia 70 tahun, dengan diagnosis Melena
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan keadaan gawat darurat yang sering
dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Perdarahan dapat terjadi antara
lain karena pecahnya varises esophagus, gastritis erosive, atau ulkus peptikum. Delapan puluh enam
persen dari angka kematian akibat Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBG) di bagian ilmu
penyakit dalam FKUI/RSCM berasal dari pecahnya varises esophagus akibat penyakit serosis hati dan
hepatoma. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) dapat bermanifestasi sebagai hematemesis,
Hepatoma (karsinoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-sel hati. Hepatoma
merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan. Tumor ini merupakan tumor ganas
primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor
jaringan lainnya. Dimana penderita hepatoma banyak pada usia antara 50-60 tahun, dengan
predominasi laki-laki.
Keluhan utama yang seringpada hepatoma adalah keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun
ada rasa bengkak di kuadran kanan atas abdomen dan nafsu makan berkurang, berat badan menurun,
dan rasa lemas , dengan atau tanpa demam. Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam,
bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari anus.
Berdasarkan Autoanamnesis dengn pasien, didapat kan keluhan yaitu Bab hitam disertai nyeri
perut bersifat tumpul, OS juga mengaku keluhan tidak nyaman di perut sudah mulai dirasakan sejak
lama berupa rasa kembung, begah saat diisi makanan. Nyeri perut juga disertai dengan keluhan perut
27
yang dirasakan semakin membesar. Os juga mengeluh Mual (+), muntah (-),demam(-),karena perut
membesar os kadang-kadang merasa sesak. BAB jarang, BAK kuranga lancar sedikit-sedikit.suli tidur
ditemukan nya asites. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien merupakan tanda dan
Pasien saat ini dirawat dalam kondisi terkonfirmasi covid-19 untuk ke-2x nya. Sebelumnya
pasien pernah terkonfirmasi covid-19 pada tahun 2021. Berdasarkan suatu penelitian dimana penelitian
yang melaporkan bahwa lebih dari setengah pasien menunjukkan gangguan fungsi hati yang bervariasi. 5 Reseptor sel
tempat terikatnya SARS- CoV-2 ialah reseptor Angiotensin-Con- verting-Enzyme 2 (ACE-2), ekspresi resep- tor ini
ditemukan tidak hanya tinggi pada sel epitel alveolus tipe II namun juga pada sel saluran empedu (kolangiosit).
Temuan ini menunjukkan bahwa virus ini dapat meng- infeksi saluran empedu dan menyebabkan gangguan fungsi
hati pada pasien. Serta sebuah pnelitian di china menunjukkan bahwa dari 417 kasus covid-19 didapatkan 318
(76,3%) kasus memiliki gangguan fungsi hati dan sebanyak 90 (21,5%) kasus memiliki kerusakan hati selama
dirawa di rumah sakit. Sehingga dari perjalanan penyakit pasien memiliki Riwayat terpapar covid-19 yg dicurigai
Pasien diruangan mendapatkan terapi untuk pengobatan covid-19 dan melena nya yakni IVFD Nacl
(ASNET), Inj. Omeprazole 2x40mg, inj mecobalamin 3x500mg, unj asam tranexamat 3x250mg, inf levofloxacin
1x500, inj mmetoklopiramide 3x1, inj rendasivir 1x100mg,inj. Furoseminde 2x20mg. serta PO: Zinc 1x1, Vit D
28
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus penurunan kesadaran ec hipoglikemia berat pada Tn.NSK
yang berusia 71 tahun. Pasien masuk ke IGD RSUD Idaman Banjarbaru pada tanggal 13 Maret
2022 pukul 03.30. Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien Bab hitam disertai nyeri perut
bersifat tumpul, OS juga mengaku keluhan tidak nyaman di perut sudah mulai dirasakan sejak
lama berupa rasa kembung, begah saat diisi makanan. Nyeri perut juga disertai dengan keluhan
perut yang dirasakan semakin membesar. Os juga mengeluh Mual (+), muntah
Pasien diterapi sesuai dengan diagnosis covid-19 & melenanya. Pasien dirawat di ruang
rawat inap selama 5 hari dan APS pada tanggal 17 Maret 2022. Pasien pulang tetap diberikan
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer,Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 hal : 428. Jakarta : Fakultas
2. Budihusodo, Unggul. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1, Edisi IV. Jakarta:
3. Direktorat Jenderal Percepatan dan Pengen- dalian. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
tests in patients hospitalized with Coronavirus disease 2019: Should we worry? Liver
Int.2020;40(8):1860-4.
6. Fan Z, Chen L, Li J, Cheng X, Yang J, Tian C,et al. Clinical features of COVID-19- related
7. Faktor risiko hcc adalah infeksi hepatitis B, infeksi hepatitis C, alkohol, aflatoxin B1, obat-
9. Lindseth GN. 2005. Gangguan hati, kandung empedu dan pancreas. Dalam: Patofisiologi
10. Kuntz, Erwin. Kuntz, Hans Dieter. 2006. Hepatology Principles and Practice. 2nd Edition.
Germany: Springer