Delayed Animation atau late animation adalah sebuah pendapat yang mengatakan bhwa jiwa maasuk ke dalam tubuh manusia bukan pada waktu selesainya proses pembuahan, tetapi beberapa hari sesudahnya. Dengan kata lain, ada satu masa dimana ada badan tanpa jiwa dan baru pada saat tertentu jiwa baru masuk ke dalam badan. Masuknya jiwa ke dalam badan ini disebut ensoulment. Hal ini ditandai dengan pergerakan janin dalam rahim perempuan. Karena jiwa adalah unsure penggerak dalam makluk hidup. Jadi boleh dikatakan bahwa jika ada pergerakan (quickening) janin baru bisa dikatakan bahwa ada kehidupan. Kebalikan dari Deleyed Animation ini ialah Immediate Animation yaitu pandangan bahwa jiwa masuk ke dalam badan segera pada waktu terjadi pembuahan. Dan karena jiwa sudah ada dalam badan pada waktu pembuahan maka dilarang untuk melakukan aborsi. Masalah Deleyed Animation ini perlu dibahas secara khusus sebab sering menimbulkan dikusi hebat mengenai aborsi. Para superter pro aborsi berpendapat bahwa aborsi yang dilakukan sebelum ensoulment harus diperbolehkan karena pada waktu itu janin belum mempunyai jiwa. Aborsi hanya dilarang sesudah ensoulment yang ditandai dengan quicking. Untuk melihat kelemahan dan kekuatan pendapat ini dan apa implikasinya terhadap keputusan etis sehubungan dengan hak dan kewajiban terhadap janin pada umumnya dan aborsi pada khususnya..
1. Embriologi Aristotelian
Berabad-abad lamanya, diskusi mengenai late animation ini telah terjadi di
berbagai kalangan. Para pendukung aborsi berpendapat bahwa aborsi bisa dilakukan apabila belum ada ensoulment, karena janin itu belum ada jiwanya. Dalam gereja Katolik diskusi itu menjadi hangat lantaran banyak tokoh gereja sependapat mengenai late animation ini, misanya Tertulianus, St. Anselmus, St. Thomas Aquinas, St. Alphonsus Liguori, dsb. St. Thomas Aquina berpendapat bahwa jiwa masuk ke dalam badan pada umur 40 hari untuk laki-laki dan 90 hari untuk perempuan, meskipun Thomas tidak sependapat bahwa dengan demikian aborsi sebelum ensoulment itu diperkenankan. Alam filsafat Yunani pada masa itu memang sangat mempengaruhi perkembangan Gereja mulai dari Gereja Purba sampai dengan abad peertengahan, terutama dalam diri St. Thomas Aquinas. Beliau sangat dipengaruhi pemikiran Aristoteles dalam banyak hal, termasuk topic tentang late animation. Oleh karena itu untuk dapat merunut pendapat St. Thomas sebaiknya kita melihat biologi manusia menurut Aristoteles. Menurut Aristoteles, faktor-faktor ketrurunasn manusia ditirinkan dari satu generasi ke generasi lain melalui apa yang disebut semen yang dibentuk dari darah. Yang mempunyai semen hanyalah laki-laki sedangkapn perempuan tidak. Dan oleh karena itu Aristoteles berpendapat bahwa darah menstruasi itu mengandung materi keturunan yang akan menumbuhkembanhkan semen yang ditanam oleh laki-laki pada waktu hubungan badan. Ketika pria dan wanita berhubungan badan, pria mengeluarkan semen yang seperti embrio yang ditanam dalam rahim wanita dalam fase tumbuh-tumbuhan yang mempunyai nutritive soul. Kemudian dia berkembang dan mencapai tahap sensitive soul yang menjadikannya dalam tahap binatang, dan setelah itu akan berkembang menuju rational soul yang mejadikannya sebaga manusia. Singkatnya, perkembangan hidup janin dalam rahim melewati 3 tahap yakni : Nutritive soul (tumbuhan), Sensitive soul (tahap hewan) dan akhirnya tahap manusia ( rational soul). Semua tahap ini membutuhkan waktu cukup lama. Laki-laki 40 hari dan 90 hari untuk perempuan. Menurut Aristoteles, badan janin berasal dari ibunya, sedangkan jiwanya berasal dari ayahnya. Maka dalam perhitungan generasi, yang dihitung adalah bapaknya bukan ibunya. Biologi Aristoteles macam ini hidup dan bertahan sangat lama dan mempengaruhi banyak tokoh dunia, mengingat kekuasaan dan kebudayaan Yunani saat itu berpengaruh sangat luas.
2. Interpretasi Embriologi Aristotelian
Beberapa tokoh Gereja, misalnya tertulianus, St. Agustinus khususnbya St. Thomas Aquinas kemudian mengadopsi pemikiran Aristoteles ini. berdasarkan biologi Aristotelian, Tertulianus berpendapat : “oleh karena itu, embrio menjadi manusia di dalam rahim sejak selesai terbentuknya badan. Jadi menurut dia, janin menjadi manusia baru beberapa waktu setelah sudah berbentuk dan mempunyai jiwa. St. Thomas Aquinas, bertolak dari paham Aristoteles ini lalu berpendapat bahwa pria mempunyai semen yang mempunyai daya gerak yang aktiv (active power of motion), sedangkan wanita tidak mempunyai semen melainkan ia mempunyai materi manusia dalam bentuk darah menstruasi yang mempunyai vegetative soul saja, tanpa ada semen, materi itu tidak akan perna menjadi manusia. oleh karena itu diperlukan kekuatan formatif yang memungkinkan dimulainya perkembangan menjadi janin. Kekuatan formatif itulah semen. Di dalam rahim, kekuatan formatif ini bekerja membentuk badan manusia, mulai dari yang pertama adalah jantung. Jantunglah yang berperan penting dalam proses pertumbuhan janin mulai dari fase tumbuhg-tumbuhan ( nutritive soul) lalu kemudian berkembang ke fase binatang ( sensitive soul) dan akhirnya berkembvang menjadi fase manusia dengan hadirnya intellective soul. Karena proses ini maka Thomas Aquinas berpendapat bahwa jiwa baru masuk ke dalam tubuh manusia sesudah 40 hari untuk janin laki-laki dan 90 hari untuk janin perempuan. Jadi menurut paaham ini, ada pentahapan kualitas di dalam perkembangan embrio (tumbuh-tumbuhan – binatang – manusia). masing-masing tahap itu terpisah secara substansial dari tahap berikutnya. Yang paling tinggi tentu saja tahap manusia dimana terdapat rational soul yang berasal dari ketiadaan. Sama seperti Aristoteles yang menbgatakan bahwa badan manusia berasal dari ibu sedangkan jiwa berasal dari ayahnya, Thomas juga berpendapat yang sama. Dalam hal Yesus, badan Yesus dari bunda Maria, sedangkan jiwanya berasal dari Roh Kudus sebab Maria mengandung bukan oleh karena seorang laki-laki tetapi oleh karena Roh Kudus.
Makassar, 5 Mei 20019
Penyuluh Agama Katolik
Drs. Dalamasius Wure
NIP. 19651220200003 1 004
Sumber:
Kusmaryanto, CB, Dr : Tolak Aborsi Budaya Kehidupan Versus Budaya Kematian, Kanisius, Jogya, 2005