Anda di halaman 1dari 3

Mengusap Kaos Kaki Yang Tipis Ketika Berwudhu,

Syarat-Syarat Mengusaf Khuf


almanhaj.or.id/130-mengusap-kaos-kaki-yang-tipis-ketika-berwudhu-syarat-syarat-mengusaf-khuf.html

5 Februari 2004

MEGUSAP KAOS KAKI YANG TIPIS KETIKA BERWUDHU

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa hukum mengusap kaos kaki yang
tipis pada waktu wudhu?

Jawaban
Diantara syarat mengusap kaos kaki adalah kaos kaki tersebut harus tebal dan
menutupi seluruh permukaan kulit. Jika kaos kaki tersebut tipis, maka mengusapnya
tidak boleh, karena jika kaos kaki tersebut terlalu tipis maka telapak kaki tidak tertutup
dengan sempurna.

MENGUSAP KHUF DAN SHALAT DENGAN MEMAKAI SEPATU

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Bolehkah berwudhu dengan
mengusap kaos kaki yang terbuat dari katun atau wol atau nilon? Apa syarat-syarat
megusap khuf? Dan bolehkah shalat dengan memakai sepatu?

Jawaban
Boleh megusap kaos kaki dengan syarat kaos kaki tersebut bersih dari najis dan
menutupi seluruh permukaan kulit, sebagaimana diperbolehkan mengusap khuf. Hal
ini berdasarkan sebuah hadits bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
megusap kaos kaki dan sepatu. Begitu juga para sahabat Radhiyallahu ‘anhum biasa
mengusap kaos kaki ketika berwudhu. Perbedaan antara kaos kaki dengan khuf adalah
khuf terbuat dari kulit, sedangkan kaos kaki biasanya terbuat dari katun atau yang
sejenisnya.

Syarat-syarat mengusap khuf dan kaos kaki adalah.


a. Khuf dan kaos kaki tersebut benar-benar menutupi permukaan kulit
b. Khuf dan kaos kaki tersebut dipakai dalam keadaan suci (sudah berwudhu)
c. Khuf dan kaos kaki tersebut dipakai selama sehari semalam bagi orang yang mukim
d. Sedangkan bagi musafir, selama tiga hari tiga malam, terhitung dari hadats pertama
setelah memakai kaos kaki tersebut.

Hal ini berdasarkan hadits-hadits shahih yang berkenaan dengan hal tersebut.

1/3
Diperbolehkan bagi kita untuk shalat dengan memakai sepatu, dengan syarat sepatu
tersebut bersih dari najis. Hal ini berdasarkan hadits : Bukhari dan Muslim yang
menyatakan bahwa Nabi shalat dengan memakai sepatu atau sandal. Dan juga
berdasarkan sebuah hadits riwayat Abu Said Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ َﻓِﺈْن َرَأى ِﻓﻲ َﻧْﻌَﻠْﯿِﻪ َﻗَﺬًرا َأْو َأًذى َﻓْﻠَﯿْﻤَﺴْﺤُﻪ َوْﻟُﯿَﺼ ِّﻞ ِﻓﯿِﻬَﻤﺎ‬،‫ِإَذا َﺟﺎَء َأَﺣُﺪُﻛْﻢ ِإَﻟﻰ اْﻟَﻤْﺴِﺠِﺪ َﻓْﻠَﯿْﻨُﻈْﺮ‬

“Jika salah seorang diantara kalian masuk masjid, maka balikkanlah sepatu
(sandal)nya. Jika ternyata sepatu tersebut terkena najis, maka buanglah najis tersebut
lalu shalatlah dengan memakai sepatu tersebut” [HR Ahmad dan Abu Dawud dengan
sanad Hasan]

Akan tetapi apabila masjid tersebut memakai karpet (permadani) maka lebih baik
sepatu tersebut dilepas dan diletakkan di tempat sepatu atau sepasang sepatu tersebut
ditumpuk lalu diletakkan diantara kedua lututnya agar tidk mengotori karpet dan
membuat kotor orag lain. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pebolong kepada
kebaikan.

SYARAT-SYARAT MENGUSAP KHUF

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya :Apakah mengusap khuf itu
diperbolehkan untuk semua jenis khuf atau harus khuf jenis tertentu?

Jawaban
Mengusap khuf itu diperbolehkan dengan syarat khuf tersebut menutupi seluruh
permukaan kulit dari telapak kaki sampai ke mata kaki dan khuf tersebut harus bersih
dari najis. Khuf tersebut boleh terbuat dari kulit binatang yang halal seperti unta, sapi,
kambing dan lain-lain. Dan khuf tersebut dipakai dalam keadaan suci dari hadats kecil
(sesudah berwudhu).

Diperbolehkan mengusap kaos kaki yang terbuat dari katun atau wol atau sejenisnya,
dengan syarat kaos kaki tersebut bisa menutupi kedua telapak kaki. Dalam hal ini kaos
kaki tersebut hukumnya seperti khuf. Demikianlah pendapat para ulama yang lebih
shahih, berdasarkan sebuah hadits yang menyatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum sering mengusap kaos kaki dan sepatu.
Kaos kaki dan sepatu dihukumi seperti khuf karena fungsinya sama. Tentu saja hal ini
harus sesuai dengan waktu mengusapnya sehari semalam bagi orang mukim dan tiga
hari tiga malam bagi musafir terhitung sejak pertama kali mengusap dari hadats
berdasar pendapat dari ulama yang paling shahih.

Perlu diketauhi bahwa mengusap khuf itu hanya berlaku untuk menghilangkan hadats
kecil saja (kencing, kentut dan buang air besar). Adapun hadats besar tidak bisa
dihilangkan dengan mengusap khuf. Orang yang berhadats besar harus melepaskan
khuf agar kedua telapak kakinya bisa terbasuh oleh air ketika mandi junub. Hal ini
berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Shafwan bin Asal Radhiyallahu
2/3
‘anhu, dia berkata.

‫َﻛﺎَن اﻟَﱢﻨﺒ ُّﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ و ﺳﻠﻢ َﯾْﺄُﻣُﺮَﻧﺎ ِإَذا ُﻛَّﻨﺎ َﺳَﻔَﺮ َأْن َﻻ َﻧْﻨِﺰَع ِﺧَﻔﺎَﻓَﻨﺎ َﺛَﻼَﺛَﺔ َأَﱟﯾﺎم َوَﻟَﯿﺎِﻟِﻬ َّﻦ ِإ َّﻻ ِﻣْﻦ َﺟَﻨﺎَﺑﺔ‬

“Ketika kami dalam keadaan musafir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


memerintahkan apabila kami buang air besar, kencing dan tidur, tidak usah melepas
khuf-khuf kami selama tiga hari tiga malam kecuali bagi yang junub”.

Hadits Riwayat An-Nasa’i ; 126, Tirmidzi : 89 lafal ini darinya dan Ibnu Khuzaimah dan
dishahihkan oleh keduanya, sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul
Maram.

Yang dimaksud dengan hadats besar adalah junub, haid dan nifas, sedangkan hadats
kecil adalah kencing, kentut dan selainnya dari pembatal-pembatal wudhu Dan Allah
Subhanahu wa Ta’ala maha penolong

BATALNYA MENGUSAP KHUF APABILA KHUF TERSEBUT DILEPAS

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Ada seorang laki-laki yang berwudhu
dengan mengusap kaos kakinya, kemudian dia melepas kaos kaki tersebut ketika
kakinya bau. Lalu dia shalat dan tidak membasuh kedua kakinya. Bagaimana hukum
shalatnya dalam keadaan seperti ini?

Jawaban
Apabila dia melepas kaos kaki tersebut dalam keadaan masih mempunyai wudhu yang
pertama (belum berhadats dari pertama kali dia memakai kaos kaki), maka berarti dia
masih mempunyai wudhu dan lepasnya kaos kaki tersebut tidak berpengaruh apa-apa.

Tetapi apabila dia melepas kaos kaki tersebut setelah dia berhadats maka hukumnya
batal dan dia harus mengambil air wudhu lagi seperti biasa, karena hukum bolehnya
mengusap khuf akan hilang apabila khuf tersebut dilepas. Demikianlah pendapat para
ulama yang paling shahih. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penolong pada
kebenaran.

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Tsani, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin
Baaz, Edisi Indonesia Fatawa bin Baaz, Penerjemah Abu Abdillah Abdul Aziz, Penebit
At-Tibyan Solo]

1. Home
/
2. Wanita : Thaharah
/
3. Mengusap Kaos Kaki Yang...

3/3

Anda mungkin juga menyukai