Anda di halaman 1dari 10

HUKUM MENGHILANGKAN NAJIS

HANYA DENGAN TISU TOILET , TANPA MENGGUNAKAN AIR

Sesungguhnya telah sepakat para ulama bahwasanya najis itu


bisa di bersihkan dan di hilangkan dengan air.[ Lihat: Mausu'atul ijma’

fil fiqhil islamiy, masa'ilul ijma' fith thoharoh 1/539-541 liy asy-syaikh

DR.'Usamah ibni sa'id al-qohthoniy, Ijma'at Ibni 'abdilbarr fil 'ibadaat

1/148-154, lisy syaikh Prof.DR.'Abdillah ibni mubarok al-bushiy ].

Berkata syaikhul islam Ibnu taimiyah: "Najis bisa di hilangkan dengan

air menurut nash ( dalil al-Qur’an dan as-sunnah ) dan ijma' ." [ Lihat:

Majmu'ul fatawa syaikhil islam ibni taimiyah, 20/516 ].

Dalilnya firman Allah ‘Azza wa Jalla : ... ‫وأنزلنا من السماء ماء طهورا‬

“dan KAMI telah menurunkan dari langit ( yaitu ) air yang sangat suci"

[ al-Qur’an suroh al-furqon ayat 48 ].

Berkata al-'allamah asy-syaikh Jamaluddin al-qosimiy: "Ayat ini ialah

dasar hukum asal dalam bersuci dengan air". [ Lihat: Mahasinut ta'wil

7/431 lil 'allamah Jamaluddin al-qosimiy ].

1
Jadi, ayat ini ialah landasan dasar mengenai hukum asal dalam

menghilangkan najis itu ialah dengan air. [ Lihat: al-Ayaat allatiy qola

'anha al-mufassirun hiya ashlu fil baab,hal.207-210 liy DR.Sulthon ibni

fahd 'aliy ash-shuthomiy ]. Berkata imam Ibnul mundzir: ”Sesungguh-

nya telah sepakat para ulama’ bahwa najis di hilangkan dengan air"

[ Lihat: al-Ausath 1/351 lil imam ibnil mundzir ].

Berkata imam Ibnu maudud al-maushuliy:"Boleh menghilangkan najis

engan air,dan tidaklah ada perbedaan pendapat di antara para ulama

padanya". [ Lihatlah: al-Ikhtiyaar, 1/35 liy Ibni maudud al-maushuliy ].

Berkata imam Ibnu 'abdilbarr: "Sungguh telah bersepakat para ulama

umat ini bahwasanya air itu adalah penyuci bagi najis". [ At-tamhid lil

imam Ibni ‘abdilbarr, 1/330 ].

Berkata imam Ibnu Nujaim:”Perkataan penulis:"membersihkan badan

dan pakaian dengan air" ,dan hal ini berdasarkan kesepakatan ulama"

[ Lihat: al-Bahrur Ro'iq, 1/233 lil imam Ibni Nujaim ].

Dan, berkata syaikhul islam Ibnu taimiyah: “Bersucinya Nabi dan para

sahabat beliau dengan air adalah perkara yang masyhur, dan ulama

2
umat ini telah sepakat atas yang demikian itu". [ Lihatlah: Syarhul

‘umdah libni qudamah, 1/61 liy syaikhil islam Ibni taimiyyah ].

Berkata imam Ibnu qosim an-najdiy: "Maka, hilangnya najis dengan

air itu secara hissi dan syar'i, dan hal itu ialah perkara yang di ketahui

secara pasti dari agama ini ( dhoruriy ) berdasarkan nash dan ijma’ ..."

[ Lihat: Hasyiyatur roudhil murbi' 1/338 lil imam ibni qosim an-najdi ].

Maka, air itu adalah asal dzat yang di gunakan untuk menghilangkan

najis.Lalu,bagaimana dengan selain air, apakah bisa di gunakan untuk

menghilangkan dan membersihkan najis juga meskipun tanpa air ? ?.

Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat sebagai berikut: [ Lihat:

Ahkaamun najasaat fil fiqhil islamiy 1/376-387 liy DR.'Abdilmajid ibni

mamud sholahin dan Ikhtiyarot syaikhil islam Ibni taimiyah al-fiqhiyah

1/7-16 lisy syaikh DR.'Iyaadh ibni fadaghusy al-haritsiy ].

1).Najis itu tidak bisa di hilangkan kecuali dengan air. Inilah madzhab

ulama’ malikiyah, syafi'iyah dan juga hanabilah.[ Lihat: At-tafri' 1/198

al-Mu'awwanah 1/169, al-Wasith 1/298, al-Majmu' 1/92, al-Mughniy,

3
1/16 dan, Asy-syarhul kabir, 1/138 ]. Inilah pendapat yang di kuatkan

oleh imam Ibnu baaz dan imam al-Albaniy. [ Lihat: al-Fawa'idul jaliyah

lil imam Ibni baaz, hal.49 dan, Fatawa Nuur 'alad darb, 2/659 Lil imam

Ibni baz, As-silsilah al-ahaadits ash-shohihah 1/604 lil imam al-Albaniy

Lihat: al-iJaaz fii ba'dhi maa ikhtalafa fiih al-Albaniy wa Ibni 'utsaimin

wa Ibni baaz, 1/168-169 liy DR.Sa'd ibni 'abdilah al-buroik ].

2).Najis bisa di hilangkan dengan benda suci selain dari air, baik itu

berupa benda yang cair maupun padat. Demikianlah madzhab ulama

madzhab hanafiyah dan sebagian ulama madzhab hanabilah.[ Lihat:

al-Mabsuth 1/96, Ru'usul masa'il, hal.93 dan Bada'i'ush shona'i' 1/83

al-Furu' 1/259 dan, al-Inshof fii ma’rifatir rojih, 1/309 ].

Dan pendapat inilah yang di kuatkan oleh imam Ibnu taimiyah, beliau

berkata: "Pendapat yang kuat : "...Sesungguhnya najis itu kapan aja ia

hilang dengan cara apapun itu, maka hilanglah hukum kenajisannya.

Sebab,sesungguhnya suatu hukum apabila ia di tetapkan berdasarkan

‘illat (sebab) ,maka hilangnya hukum tersebut dengan hilangnya 'illat

tersebut".[ Majmu'ul fatawa 21/475 lil imam ibni Taimiyah, dan Lihat:

Taisirul fiqhil jaami' lil ikhtiyarotil fiqhiyyah Liy ibni taimiyah, 1/132 ].

4
Dan, pendapat ini pula yang di kuatkan oleh imam Muhammad ibnu

sholih al-'utsaimin. [ Lihatlah: Syarh riyadhish sholihin, 3/581-582 dan

Ad-durusul fiqhiyah min muhadhorotil jami'iyah, 1/189 lil 'Utsaimin ].

Allahu a'lam, pendapat inilah pendapat yang benar. [ Lihat: Ahkaamul

badal fil fiqhil islami 1/179-183 liy DR.'Abdillah muhammad al-jum'ah,

Ahkaamun najasat fil fiqhil islamiy, 1/388-389 dan, Ikhtiyarot syaikhil

islam Ibni taimiyah al-fiqhiyah, 1/16-17 ].

Berkata imam Muhammad ibnu sholih al-'utsaimin: "Adapun bersuci

dari najis, maka bisa di lakukan dengan air dan selainnya. Sehingga,

setiap apa-apa yang bisa menghilangkan najis,maka ia adalah penyuci

( bagi najis tersebut ).Sama aja baik ia adalah air atau bensin maupun

materi dzat (benda) lain, yang bisa menghilangkan najis dengannya"

[ Fathu dzil jalaali wal ikroom, 1/47 lil imam Muhammad ibni sholih

al-'utsaimin, dan Al-ijaz fii ba'dhi maa ikhtalafa fiihi al-Albaniy wa Ibni

'utsaimin wa Ibni baaz, 1/170-171 ].

Dan di antara dalil yang menunjukkan bahwasanya selain dari air itu

bisa di gunakan untuk membersihkan dan menghilangkan najis ialah :

5
1).Membersihkan najis yang ada di sendal, dengan menggosokkannya

ke tanah. Sebagaimana Rosulullah ‫ ﷺ‬bersabda:"Apabila salah seorang

dari kalian berjalan mengenakan sendal,lalu menginjak kotoran,maka

tanah bisa menjadi pembersihnya".[ Shohih sunan Abi dawud, 1/77 ].

2).Sucinya ujung pakaian wanita yang menjulur ke tanah, sehingga ia

terkena kotoran atau najis, maka tanah lain yang ia injak setelahnya,

ialah sebagai penyucinya. Dalam hal ini, Rosulullah ‫ ﷺ‬telah bersabda:

"Tanah lain yang ia injak setelahnya, maka akan menjadi pensucinya"

[ Shohih sunan Abi dawud, 1/77 lil imam al-muhaddits al-Albaniy ].

3).Menghilangkan najis dengan menggunakan batu atau al-istijmar.

Sebagaimana Rosulullah ‫ ﷺ‬bersabda: "Carikanlah untukku beberapa

buah batu untuk beristinja' " [ Hr.al-Bukhoriy no.155 ].

Maka,semua dalil ini menunjukan bahwa suatu benda atau dzat

selain dari air dapat membersihkan dan menghilangkan najis. [ Lihat:

Mausuu'ah ahkaamith thoharoh, 13/495-496 liy dubyan muhammad

ad-dubayyan ].Dan, berkata fadhilatusy syaikh Prof.DR.'Abdurrohman

as-sanad :"Yang benar dalam permasalahan ini ialah bahw Asy-syaari'

6
( Allah ‫ ﷻ‬dan Rosul-NYA ‫ ) ﷻ‬memerintahkan untuk menghilangkan

najis dengan air pada kondisi-kondisi tertentu. Tidak memerintahkan

dengan perintah yang bersifat umum ! untuk menghilangkan setiap

najis dengan air. Dan sesungguhnya ( Asy-syaari' ) telah mengizinkan

( membolehkan ) dalam menghilangkan najis dengan selain air, dalam

beberapa keadaan sebagaimana yang telah lalu.

Maka, kapan saja najis itu hilang dengan cara apapun itu, maka hilang

-lah hukum najis tersebut. Sebab, sesungguhnya suatu hukum itu, jika

ia di tetapkan berdasarkan suatu 'illat (sebab) ,maka hilanglah hukum

tersebut dengan hilangnya 'illat tersebut ”. [ Lihat: Masaa'il fiqhiyyah

mu'aashiroh, 1/26 liy fadhilatisy syaikh 'Abdirrohman as-sanad, dan

Asy-syarhul mukhtashor 'ala zadil mustaqni' 1/230-231 lil 'allaamah

asy-syaikh Prof.DR.Sholih al-Fauzaan ].

Berkata fadhilatusy syaikh Prof.DR.Muhammad 'umar bazmul:

"Di katakan air itu sebagai asal dzat ( benda ) untuk bersuci, bukanlah

berarti air itu satu-satunya benda yang dapat menghilangkan najis.Ini

hanya sekedar mengingatkan bahwa asal dzat yang di gunakan untuk

menghilangkan hadats dan najis adalah air.Sebab,bagaimanapun juga

7
setelah najis itu hilang dengan cara apapun itu,maka hukum najis pun

juga hilang. Sebab, suatu hukum, apabila ia di tetapkan berdasarkan

suatu 'illat,maka hukum tersebut hilang bersamaan dengan hilangnya

‘illat tersebut. Dan di dalam hukum syar'i, najis itu dapat di hilangkan

dengan selain air pada berberapa keadaan:

1).Istijmar, yaitu bersuci dengan menggunakan batu.

2).Menggosokkan sepatu ( sendal ) pada tanah.

3).Jika pakaian wanita yang terjulur dan terseret di tanah yang ada

najisnya,maka tanah yang setelahnya adalah sebagai penyuci pakaian

tersebut.

Akan tetapi,di saat yang tidak mendesak (dhorurot) tidak boleh

menggunakan makanan dan minuman untuk menghilangkan najis,

karena termasuk dalam kategori merusak harta. Demikian pula, tidak

di bolehkan bersuci dengan menggunakan makanan dan minuman.

Pendapat inilah yang di anggap kuat oleh syaikhul islam ibnu taimiyah

8
Perlu di ketahui bahwasanya tidaklah mengapa menggunakan sabun

dan dzat kimia yang lainnya untuk menghilangkan najis, karena bisa

mewujudkan tujuan bersuci secara syar'i, yakni menghilangkan najis"

[ Lihatlah : At-tarjih fii masa'ili ath-thoharoh wa ash-sholah, hal.23 liy

fadhilatisy syaikh Prof.DR.Muhammad 'umar bazmul ].

Jadi,kesimpulannya bahwasanya benda selain dari air bisa di gunakan

untuk membersihkan dan menghilangkan najis, dengan cara apapun

dan bagaimanapun itu, baik berupa benda yang padat maupun yang

cair, baik dengan membasuhnya, mengusap, menggosok, mencucinya

atau dengan cara yang selain itu.

Maka, tatkala bekas atau pengaruh najis itu hilang dari pakaian atau

tempat maupun yang selainnya, baik warnanya dan baunya dari najis

tersebut, maka hilanglah najis tersebut, sehingga ia di hukumi suci.

[ Lihat: Tashilul fiqh al-jami' lil masa'ilil fiqhil qodimah wal mu'ashiroh

1/601-602, liy fadhilatisy syaikh Prof.DR.'Abdillah ibni 'abdil'aziz al-

jibrin, dan Asy-syarhul mumti' ‘ala zaadil mustaqni' 1/424-425 liy

al-imam al-faqih Muhammad ibni sholih al-'utsaimin ].

9
Atas dasar ini, maka hukum menghilangkan najis dengan tisu

toilet ialah boleh. Sehingga,apabila bekas atau pengaruh dari najis itu

hilang atau tidak ada, baik itu baunya maupun warnanya,setelah ia di

bersihkan dengan tisu toilet tersebut, maka ia di hukumi suci, karena

telah hilang najisnya, sehingga hilanglah pula hukum najis darinya.

Allahu a'lam wa ahkam, demikianlah pembahasan mengenai hukum

menghilangkan atau membersihkan najis dengan menggunakan tisu

toilet atau yang semisalnya, tanpa menggunakan air... Nafa’allahu bih

Klaten, 13 Oktober 2020

Doni wee

10

Anda mungkin juga menyukai