Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan


tropis yang tergolong dalam famili Spalmae. Tanaman ini berasal dari dataran
Afrika dan mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1848. Tanaman kelapa sawit
sebagai tanaman industri mulai diusahakan secara komersil di Indonesia sejak
1991. Berdasarkan hasil penelitian kondisi iklim dan keadaan tanah wilayah
Sumatera Utara dianggap cocok untuk pengembangan tanaman kelapa sawit
sehingga pihak Belanda, Inggris, dan Belgia mulai untuk mendirikan
perkebunan kelapa sawit.
Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan Indonesia, di
karenakan nilai ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman
penghasil minyak nabati terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati
yang lainnya (kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari). Kelapa sawit dapat
menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha, sedangkan tanaman yang
lainnya hanya menghasilkan minyak nabati sebanyak 4-4,5 ton/ha
(Sunarko,2007).        
            Kenyataan lain yang perlu disadari adalah keterbatasan mahasiswa
pertanian dalam mengembangkan potensi dalam hal budidaya kelapa sawit.
Sehingga perlu adanya suatu tindakan yang konkrit untuk menggali lebih dalam
tentang pembibitan kelapa sawit di lapangan. Kegiatan tersebut akan dapat
tersalurkan melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL) sehingga dapat mengetahui
masalah dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi problema tersebut dalam
hal budidaya kelapa sawit.

[Type text] Page 1


Mekanisme Kelapa Sawit
Sekarang ini prospek dari kelapa sawit sangat menguntungkan hal ini
disebabkan karena hasil akhir dari pengolahan kelapa sawit seperti minyak
goreng memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi.

b. Maksud dan tujuan

1.         Tujuan Umum


a.    Untuk meningkatkan penalaran dalam menghadapi permasalahan di
lapangan.
b.     Untuk mengetahui dan menyelesaikan berbagai macam masalah di lapangan.
c.     Mampu melihat hubungan antara teori dan aplikasi di lapangan dengan segala
faktor yang mempengaruhinya.
2.    Tujuan Khusus
a.    Memperoleh pengetahuan tentang tekhnik mekanisme kelapa sawit.
b.    Mengetahui persoalan yang timbul di lapangan mengenai proses mekanisme
kelapa sawit.
c.    Mengetahui atau memahami pelaksanaan setiap tahapan proses dan pengenalan
peralatan yang digunakan.

[Type text] Page 2


Mekanisme Kelapa Sawit
BAB II
ISI

A. Landasan Teori

Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk


merebus FFB dengan menggunakan uap (steam) yang dikirim dari BPV
(Break Pressure Vasel) pada tekanan 0 kg/cm 2 s/d 3 kg/cm2 dengan
temperatu 138-142oC dan lama perebusan adalah 95 menit serta interval
perebusan adalah 30 menit. Sterilizer yang dipakai di pabrik mini kelapa
sawit adalah Vertical sterilizer.

Dalam sistem pengolahan kelapa sawit, salah satu prosesnya adalah


proses rebusan yang dilaksanakan pada stasiun rebusan. Proses rebusan
kelapa sawit dilakukan dengan proses tekanan uap air. Variabel yang
berperanan penting dalam proses rebusan ini adalah jumlah buah kelapa
sawit dan tekanan uap air dalam Sterilizer (salah satu bagian dari stasiun
rebusan). Semakin besar buah kelapa sawit mendapat tekanan uap air
untuk waktu tertentu, semakin cepat terjadi pemasakan.

Ada dua macam  type sterilizer yang biasa di gunakan yaitu


sterilizer  yaitu vertical dan horizontal. Sterilizer vertikal berbentuk
silinder dengan muatan 2-6 ton TBS. Buah di isi melalui pintu atas dan di
keluarkan melalui pintu pengeluaran sebelah sisi depan  bawah. Pada
bagian sterilizer  dialasi dengan plat berlubang yang di pasang menurun
kearah pintu sehingga memudahkan untuk mengeluarkan isinya.

Sterilizer Vertikal

[Type text] Page 3


Mekanisme Kelapa Sawit
Sedangkan sterilizer horizontal berbentuk silinder yang dipasang mendatar,
ditumpu  sesuai panjangnya. Sterilizer horizontal ada yang berpintu satu dan
ada  yang berpintu dua. Sterilizer ini di isi dengan tandan buah yang di masukan
kedalam lori. Lori ini ada yang berkapasitas 1,5 ton dan 2,5 ton TBS. Sterilizer
horizontal dapat di muati 8 – 10 lori untuk satu kali perebusan dengan muatan
perlori 2,5 ton TBS.

                                                                                               

Sterilizer Horizontal

SS
`Perbedaan antara kedua sterilizer tersebut adalah :
1. Sterilizer vertical lebih sederhana dalam bentuk serta lebih rendah biaya
investasinya di bandingkan dengan sterilizer horizontal.
2.   Kapasitas olah sterilizer vertical lebih kecil di bandingkan dengan sterilizer
horizontal karena sterilizer vertical hanya dapat di pergunakan  di pabrik yang
berkapasitas terbatas.

[Type text] Page 4


Mekanisme Kelapa Sawit
3.   Pada sterilizer horizontal kerugian minyak didalam janjangan kosong dan di
dalam air embun perebusan lebih tinggi dari pada sterilizer vertical, hal itu di
sebabkan buah mengalami kerusakan sewaktu pengisian karena berbenturan
dengan pintu isian dan bantingan yang dialami sewaktu di masukan.
4.   Diperlukannya waktu yang lama untuk membongkar isi sterilizer vertical karena
di lakukan dengan tangan manusia jika di bandingkan dengan sterilizer
horizontal yang di lakukan dengan mekanik.

Perkembangan    alat    perebusan   yang  terakhir  adalah  sterilizer  mendatar.


Sterilizer ini pada umumnya di lengkapi dengan :
1.   Pipa uap masuk
Ukuran pipa ini harus cukup besar untuk mempercepat kenaikan tekanan dalam
sterilizer dan umumnya dipakai pipa berukuran 6 inchi. Disamping adanya pelat
pembagi uap dalam sterilizer juga di tambah dengan pipa uap yang terpasang di
luar sebelah atas sterilizer.
                                                                                               
2.   Pipa pengeluaran uap dan kondensat
Pipa pengurasan/pembuangan uap terletak di atas sterilizer. Ukuran pipa
pembuangan ini biasanya 8 inchi. Pipa ini di lengkapi dengan peredam suara.
Lubang pengeluaran di tutup dengan kotak plat berlubang untuk penahan buah
dan  kotoran lain. Pipa pengurasan kondensat di pasang di bagian bawah
sterilizer. Selain pipa ini  ada pula pipa samping (by pass pipe) yang berukuran
3 inchi untuk pembuangan air kondensat.
3.  Alat-alat pembantu dan pengaman pada sterilizer
Adapun diantaranya adalah :
a.     Manometer, untuk melihat gerak tekanan uap selama perebusan.
b.    Thermometer Gauge, untuk mengetahui besarnya temperature pada perebusan
yang  berbanding lurus dengan kenaikan tekanan.
c.    Buterfly valve, untuk penyekat aliran seperti globe valve dan gate valve. Pada
butterfly valve terdapat penutup aliran dilakukan pada pemutaran disc (cakra)
pada porosnya yang tegak lurus dengan sumbu pipa ataupun penutup aliran
dapat dilakukan secara otomatis.
d Check valve,untuk mengarahkan aliran searah, jika terjadi aliran yang
berlawanan arah maka katub akan menutup.
e.    Safety valve, untuk mengatasi tekanan uap yang terlalu tinggi yang masuk ke
dalam sterilizer.
f.   Lori, untuk menempatkan buah yang akan di rebus. Lori tempat buah dibuat
berlubang dengan diameter 0,5 inchi, yang berfungsi untuk mempertinggi
penetrasi uap pada buah dan penetesan air kondensat diantara buah.
[Type text] Page 5
Mekanisme Kelapa Sawit
g.   Capstand, sebagai alat bantu guna memasukkan dan mengeluarkan lori dalam
rebusan. Alat ini di gerakkan oleh motor listrik.
h.    Jaringan rel, jaringan rel ini harus rata dan tidak naik turun, tidak bengkok dan
jembatan rel sewaktu di gunakan harus duduk tepat pada rebusan dan sewaktu
tidak di gunakan kedudukannya tegak lurus pada rel dan lubang.
Selain alat Bantu dan pengamanan di atas, pada sterilizer juga di lengkapi
dengan wearing plate yang berfungsi untuk menghindari kerusakan pada
sterilizer terutama pada lantai dasar sterilizer. Wearing plate ini di las pada tepi
plat tersebut. Plat tersebut dari baja st 37 dan bentuknya harus sesuai dengan
bentuk sterilizer tersebut.                                                                                                      
Untuk menghindari pengembangan plat akibat adanya kebocoran pada
sambungan yang disebabkan tekanan uap, maka di pasang pipa kecil pada badan
sterilizer bagian bawah.

Pipa ini berguna untuk memberi tanda pada operator apakah ada plat yang
mengalami pengikisan atau kebocoran dan pipa ini juga dapat membuang uap
yang bocor sehingga menghindari pembuangan plat yang dapat menyebabkan
kerusakan sterilizer.
Perlakuan Perebusan.
Dalam proses pengolahan kelapa sawit, tahap pertama setelah penimbangan
yang harus di jalani oleh buah kelapa sawit  dalam pengolahan untuk
memperoleh minyak secara rasional adalah proses perebusan atau lazim di sebut
dengan proses sterilizer.
Di dalam proses ini buah kelapa sawit di biarkan selama beberapa saat berada di
bawah pengaruh panas dari uap air. Uap yang masuk kedalam sterilizer pada
mulanya memanaskan buah yang berada di bagian bawah. Panas yang di terima
oleh setiap lapisan uap tidak sama. Penurunan suhu uap pada lapisan yang lebih
bawah menyebabkan penurunan tekanan uap. Waktu perebusan berlangsung
lebih lama apa bila lapisan buah yang di lalui uap semakin banyak.
Adapun tujuan perebusan yang di lakukan pada pengolahan kelapa sawit adalah
sebagai berikut :

1.      Menghentikan aktifitas enzim


Dalam buah yang di panen terdapat enzim lipase dan oksidase yang tetap
bekerja dalam buah sebelum enzim di hentikan dengan pelaksanaan tertentu.
Enzim dapat di hentikan  dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan
cara pemanasan dengan suhu yang dapat mendegradasi protein. Enzim lipase
bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigleserida dan kemudian
memecahkannya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB). Enzim oksidase
berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasikan
lagi dan pecah menjadi gugusan aldehide dan kation. Senyawa yang terakhir
bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi ALB yang terdapat dalam minyak 
[Type text] Page 6
Mekanisme Kelapa Sawit
terdiri dari enzim tanaman (plant enzim) dan yang terkontaminasi (misalnya
dari jamur) selama proses penanganan.
Aktifitas enzim semangkin tinggi apabila mengalami kememaran (luka). Untuk
mengurangi aktifitas enzim sampai di PKS di usahakan agar kememaran buah
dalam persentase relatif kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu
50 oC. Oleh sebab itu perebusan pada suhu 120oC akan menghentikan kegiatan
enzim.

2.      Melepaskan  buah dari spiklet


Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses
ekstrasi pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepaskan dari
spikletnya. Buah dapat terlepas dari spiklet melalui cara hidrolisa
hemiselloulosa dan pektin yang terdapat di pangkal buah. Hidrolisis dapat
terjadi dengan proses kimia dan kimia fisika serta reaksi biokimia.
Hidrolisis dengan  reaksi kimia biokimia telah terjadi sebagian dilapangan yaitu
pada proses pemasakan buah yang di tandai dengan buah membrondol. Reaksi
hidrolisis hemisellulosa dan pektin dapat terjadi dalam ketel rebusan yang di
percepat oleh pemansan. Panas uap tersebut dapat meresap kedalam buah
karena adanya tekanan. Hidrolisis pektin dalam tanki tidak seluruhnya dapat
menyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu masih perlu dilanjutkan dengan
proses pemipilan pada Threshing Machine.
3.      Menurunkan kadar air
Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu
dengan cara penguapan baik pada saat perebusan maupun pada saat sebelum
pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah
sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada perikarp yang mempermudah
proses pengempaan. Interaksi kadar air dan panas akan buah, akan
menyebabkan minyak sawit antar sel dapt bersatu dan mempunyai viskositas
yang rendah sehingga mudah keluar dari dalam sel sewkatu proses pengempaan 
berlangsung.
Perikarp yang mendapat perlakuan panas dan perlakuan panas dan tekanan akan
meningkatkan sifat merah mudah lepas antara  serat satu dengan nyang lain. Hal
ini akan meningkatkan efesiensi digester dan deperincaper/polishing drum. Air
yang terkandung dalam inti akan menguap melalui mata biji sehingga kernel
susut dan proses pemecahan biji akan mudah.
4.      Pemecahan emulasi
Minyak dalam perikarp berbentuk emulasi dapat lebih mudah keluar dari sel
jika berubah dari  fase emulasi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi dengan
bantuan  pemanasan, yang mengakibatkan penggabungan fraksi yang memiliki
polaritas yang  sama dan berdekatan, sehingga minyak dan air masing-masing
[Type text] Page 7
Mekanisme Kelapa Sawit
terpisah. Peristiwa itu akan mempermudah minyak keluar dari perikarp.
Penetrasi uap yang sempurna pada perikarp, terutama pada buah yang paling
dalam, akan mempertinggi efesiensi  ekstrasi minyak. Pemecahan emulasi yang
telah dimulai dari perebusan akan membantu proses pemisahan minyak dari air
dan padatan lainya pada stasiun klarifikasi.

5.      Melepaskan serat dan biji


Perebusan buah yang tidak sempurna  dapat menimbulkan kesulitan pelepasan
serat biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit
dalam alat pemecah biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses
pemisahan serat preikarp dan biji, yang dipercepat oleh proses hidrolisis.
Apabila serat tidak lepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan
menahan minyak. Jika biji di pukul dalam alat pemecah biji maka akan terjadi
sifat kenyal yang membuat biji tidak pecah, dan jika pecah maka yang akan
terjadi adalah pecahan besar yang melekat pada inti.
6.      Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15 %. Kadar
air yang turun 15 % akan menyebabkan  inti susut sedangkan tempurung biji
tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu
proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung
dengan baik, demikian pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan
kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih
kecil.
Faktor-faktor yang di perhatikan untuk meningkatkan efesiensi pelepasan buah
dalam proses perebusan antara lain :
Mengeluarkan udara dari dalam sterilizer. Bila udara dalam sterilizer tidak di
keluarkan maka tekanan udara didalamnya adalah sama dengan 1 kg/cm2. bila
sterilizer di hubungkan dengan pipa uap bertekanan 3 kg/cm2, maka pengisian
uap akan terhenti setelah manometer diatas sterilizer menunjukan tekanan 3
kg/cm2. tekanan yang di tunjukan manometer itu tidak sepenuhnya dari tekanan
uap melainkan campuran dari tekanan uap dan udara, yaitu tekanan udara 1
kg/cm2 dan tekanan uap (3 – 1) kg/cm2. temperatur yang dicapai lebih kurang
119,6 oC dibawah uap jenuh, sehingga pengembunan akan mudah terjadi maka
menyebabkan kehilangan minyak pada pengembunan. Hubungan tekanan dan
suhu uap yang bercampur dengan udara dalam bejana dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tekanan Absolut Tekanan Gauge Suhu
Kg/cm2 Kg/cm2 (oC)
1,0 0,0 100
2,0 1,0 119,6
                                                                                               

[Type text] Page 8


Mekanisme Kelapa Sawit
Sebelum dapat mengeluarkan udara dari sela-sela buah pada tandan perlu sekali
untuk terlebih dahulu menguras udara yang berbeda di sekitar tandan yang
mengisi ruang sterilizer. Pengurasan udara pertama adalah saat bermulanya
perebusan TBS. Upaya  untuk memperkecil jumlah udara dalam bejana rebusan
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.         Mengatur isi lori agar buah di susun penuh sesuai dengan kafasitas
desain.Keadan ini  sering tidak di sadari oleh operator, yang perlu di perhatikan
bahwa pengisian lori yang lain penuh selain mengurangi jumlah udara dalam
bejana juga mempertahankan kapasitas olah. Namun pengisian lori yang terlalu
penuh juga tidak baik, karena dapat menyebabkan buah terjatuh saat melalui
pintu sterilizer sehingga dapat menimbulkan kerugian
b.         Melakukan deaerasi, yaitu pembuangan udara dari bejana dengan cara
pemusiran oleh uap. Uap di masukan dari atas bejana karena berat jenis udara
lebih besar dibandingkan dengan uap air. Pada suhu 100 oC berat jenis uap
adalah 0,598 kg/cm2, sedangkan udara yang bercampur dengan uap air pada
suhu 50 oC berat jenisnya adalah 1,043 kg/cm2.
Pembuangan yang terlalu cepat dapat menyebabkan terjadinya turbulensi uap
yaitu percampuran antara udara dengan uap yang menyebabkan kebutuhan
waktu deaerasi yang lebih lama. Oleh karena itu pemasukan uap pada
permulaan perebusan  haruslah bersamaan dengan pembuangan udara.
a.         Pembuangan air kondensat
Uap air yang terkondensasi berada di dasar bejana yang merupakan
penghambat  dalam proses perebusan. Air yang terdapat dadalam rebusan akan
mengasorbsi panas yang di berikan sehingga jumlah air akan bertanbah.
Pertambahan ini akan memperlambat usaha mencapai tekanan puncak.
Di perkirakan jumlah air kondensat 10 % dari jumlah TBS yang di rebus,
sehingga oleh beberapa pabrik di lakukan blowdown secara terus menerus
melalui pipa di bawah bejana rebusan.
3.    Pembuangan uap
Pembuangan uap di lakukan dengan sistem perebusan yang dilakukan.
Umumnya ukuran pipa pembuangan uap lebih besar dari pipa  uap masuk
sehingga pembuangan uap dilaksakan dengan cepat sehingga buah lebih mudah
lepas dari tankinya dan buah dapat lekang dari batoknya.
                                                                                               
Pembuangan uap pada puncak-puncak sebelum akhir perebusan dilakukan
bersamaan dengan pembuangan air kondensat, dengan maksud agar penurunan
tekanan dapat berlangsung dengan cepat. Pada akhir perebusan sebelum
pembuangan uap (exhaust), air kondensat di buang terlebih dahulu sehingga
buah yang di rebus kering.
C. Kebutuhan Uap
Uap dapat di bedakan atas tiga keadaan yaitu :

[Type text] Page 9


Mekanisme Kelapa Sawit
1.      Uap basah
Yaitu uap yang masih mengandung butiran-butiran air yang masih halus dimana
temperatur masih sama.
2.      Uap jenuh
Yaitu  uap yang mengandung  rrbutiran-butiran air yang lepas, dimana pada
tekanan yang tertentu berlaku suhu tertentu  yang berlainan.

3.      Uap kering


Yaitu uap yang tidak  sama sekali mengandung butiran-butiran air, dimana pada
tekanan tertentu dapat di peroleh tekanan yang berlainan.

B. Fungsi Sterilizer

Fungsi dan tujuan perebusan TBS adalah sebagai berikut :

1. Menonaktifkan enzym-enzym (lipase) yang dapat menyebabkan kenaikan


ALB, karena enzym lipase non aktif pada suhu 45 derajat celcius.
2. Memudahkan proses pelepasan fruitlet (brondolan) dari janjang
3. Melunakkan fruitlet, sehingga memudahkan pemisahan antara daging
buah dan biji pada proses digestion dan depericarper.
4. Mengkondisikan daging buah, sehingga sel minyak dapat terlepas untuk
diekstraksi di stasiun press dan dimurnikan di stasiun klarifikasi.
5. Mengurangi kadar air pada biji, sehingga memudahkan pemecahan dan
menaikkan efisiensi pemecahan.

C. Spesifikasi Alat

Spesifikasi peralatan pada sterilizer dibuat berdasarkan ukuran dan


kapasitas sterilizer.

- Safety Valve:

Type S3F IR

SIZE 25 MFG NO.3252

[Type text] Page 10


Mekanisme Kelapa Sawit
SET PRESS 10 KGF/CM2

ORIFICE DIA mm

Capacity 251 kg/hr

Valve lift 0,6 mm

DATE 13,2

TONE.S (MFG) TRADING INC

- MOTOR:

Western Electric Motor

IEC 60034/60072 TYPE 1AII 2M-4

IP55 IMB3 38,4 kg BRGDE 6306 C3 BRG NDE 6306 C3 ThC1F

50 Hz 220/280 V A/y

4 kw 15.24/8.82 A

EFF 84% COS 0 6,82 1430 r/min

210-230/360-400 V A/y 4 POLE

15,95-14,58/9,31-8,3 A

60 Hz 440 v Y

4,8 kw 8,82 A

EFF 84% COS 0 0,82 1716 r/min

420-460 v Y

9,31-8,38 a

SERIALNO. 1106710783

[Type text] Page 11


Mekanisme Kelapa Sawit
Macam Perebusan

 Single Peak tekanan 1,5 bar


 Double Peak tekanan 2,5 bar
 Triple Peak  tekanan 3 bar

Panduan Umum Cycle Time

Double Triple
Single Peak
No Components Peak Peak
(Menit)
(Menit) (Menit)
1 Waktu Pemasukan TBS 5 – 10 5 – 10 5 – 10
2 Waktu Penaikan Tekanan 10 – 15 10 – 15 10 – 15
Waktu Penurunan Tekanan
3 0 6–8 6–8
(Condensate)
4 Waktu Penaikan Tekanan 0 10 – 15 10 – 15
Waktu Penurunan Tekanan
5 0 0 6–8
(Condensate)
6 Waktu Penaikan Tekanan 0 0 10 – 15
7 Waktu Penahanan Tekanan 30 – 45 30 – 45 30 – 45
Waktu Penurunan dan
8 Pembuangan (Condensate and 5–8 6–8 6–8
Exhaust)
Waktu Pengeluaran TBS
9 5 – 10 5 – 10 5 – 10
Masak
Total Waktu Perebusan 66 - 88 82 - 111 98 – 134

[Type text] Page 12


Mekanisme Kelapa Sawit
D. Gambar Alat

Preasure Geague

Pipa Blow Down Steam

Pipa Outlet Steam

[Type text] Page 13


Mekanisme Kelapa Sawit
Pipa Inlet Steam

Rotorthem (Control Grafik dan Kenaikan Tekanan


Steam)

[Type text] Page 14


Mekanisme Kelapa Sawit
Keterangan:

1. Safety Valve
2. Pressure Gauge
3. Rantai
4. Gear Box
5. Motor
6. Katup (Valve)
7. Pipa

[Type text] Page 15


Mekanisme Kelapa Sawit
PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan serta pengamatan di lapangan pada Stasiun


Perebusan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Rata-rata waktu perebusan adalah 95 menit.
2.    Perebusan yang tidak sempurna dapat menyebabkan :
·         Rendemen rendah
·         Fiber banyak yang lengket pada nut
·         Losses diatas standar
·         USB tinggi
3.    Suhu yang terdapat dalam continous strerilizer tergantung dari steam yang
terdapat pada boiler, jika boiler dalam kondisi baik maka suhu dapat
dipertahankan secara berlanjut.
4.    Faktor-faktor yang sangat menentukan dalam proses perebusan, yaitu :
·         Tekanan & Temperatur
·         Waktu
·         Kualitas dan Ukuran TBS
·         Sistem Perebusan
5.    Proses perebusan juga dapat mempengaruhi tahap-tahap selanjutnya dalam
menghasilkan CPO, karena buah yang telah matang sempurna mudah diolah
dan menghasilkan minyak yang cukup.

5.2.  Saran
1.    Agar operator dapat menjaga waktu perebusan yang sesuai SOP.
2.    Menjaga kebersihan sterilizer.

[Type text] Page 16


Mekanisme Kelapa Sawit
DAFTAR PUSTAKA

http://zahratp.blogspot.co.id/2013_05_01_archive.html
http://indonpalmoil.blogspot.co.id/2015/03/stasiun-perebusan-sterilizer-
station.html
Buku Penuntun Praktikum Proses Mekanisme Kelapa Sawit

[Type text] Page 17


Mekanisme Kelapa Sawit

Anda mungkin juga menyukai