Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDICITIS


PRE DAN POST APPENDEXTOMI
DI BANGSAL D RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

OLEH
Yuli Ika Purnamasari
06/195467/KU/11845

KULIAH PROFESI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
APENDICITIS

A. Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm 94 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan
lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
Appendikitis merupakan peradangan pada appendiks (umbai cacing). Kira-kira 7%
populasi akan mengalami appendikitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka.
Pria lebih cenderung terkena appendiksitis dibanding wanita. Appendiksitis lebih sering
menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun.
Appendiksitis perforasi adalah merupakan komplikasi utama dari appendiks, dimana
appendiks telah pecah sehingga isis appendiks keluar menuju rongga peinium yang dapat
menyebabkan peritonitis atau abses.
Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan
prosedur atau pendekatan endoskopi.

B. Etiologi
- Penyebab belum pasti
- Faktor yang berpengaruh:
 Obstruksi: hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalit (massa keras dari feses)
35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%).
 Infeksi: E. Coli dan steptococcus.
 Tumor
C. Patognesis
Apa 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya appendiks:
1. Adanya isis lumen
2. Derajat sumbatan yang terus menerus
3. Sekresi mukus yang terus menerus
4. Sifat inelastis/tak lentur dari mukosa appendiks
Produksi mucin 1-2 ml/hari. Kapasitas appendiks 3-5 cc/hari. Jadi nyeri McBurney akan
muncul setelah terjadi sumbatan ± 2 hari.
D. Patofisiologi

Sumbatan:
 Sekresi mucus
 Tekanan intra lumen ↑ Appendiks akut fokal:
 Gangguan drainase limphe
 Oedema + kuman Nyeri viseral ulu hati karena regangan
 Ulserasi mukosa mukosa

Tekanan intra lumen ↑↑: Appendiks supuratif:


 Gangguan vena
 Thrombus Nyeri pada titik McBurney peritonitis lokal
 Iskemia + kuman
 Pus

Appendiks gangrenosa
Tekanan intra lumen ↑↑↑:
 Gangguan arteri ↓
 Nekrosis + kuman
 gangren Peritonitis

Peritonitis umum

Apendiks terimplamasi dan mengalami edema sebagai akibat atau tersumbat, kemungkinan
oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing. Proses implamasi
meningkatkan tekanan intraluminal menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progesif dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya appendiks yang terimplamasi berisi pus.
Appendiksitis akut setelah 24 jam dapat menjadi:
1. Sembuh
2. Kronik
3. Perforasi
4. Infiltrat → abses

E. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disrtai dengan demam ringan, mual, muntah
dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada tititk McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai
4. Terdapat konstipasi atau diare
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar dibelakang sekum
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial
menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat
ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak
mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.

F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Anamnesa

a. Nyeri (mula-mula di daerah epigastrum, kemudian menjalar ke titik McBurney).

b. Muntah (rangsang visceral)

c. Panas (infeksi akut)

2. Pemeriksaan fisik

a. Status generalis

- Tampak kesakitan

- Demam (≥37,7 oC)

- Perbedaan suhu rektal > ½ oC

- Fleksi ringan art coxae dextra

b. Status lokalis

c. Defenmuskuler (+) → m. Rectus abdominis

d. Rovsing sign (+) → pada penekanan perut bagian kontra McBurney (kiri) terasa
nyeri di McBurney karena tekanan tersebut merangsang peristaltic usus dan juga
udara dalam usus, sehingga bergerak dan menggerakkan peritonium sekitar apendiks
yang sedang meradang sehingga terasa nyeri.
e. Psoas sign (+) → m. Psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik McBurney (pada
appendiks retrocaecal) karena merangsang peritonium sekitar app yang juga
meradang.

f. Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa pada posisi supine, bila
nyeri berarti kontak dengan m. obturator internus, artinya appendiks di pelvis.

g. Peritonitis umum (perforasi)

 Nyeri diseluruh abdomen

 Pekak hati hilang

 Bising usus hilang.

h. Rectal touché: nyeri tekan pada jam 9-12

Alvarado score:

Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendiksitis akut atau bukan, meliputi
3 simtom, 3 sign dan 2 laboratorium:

a. Appendiksitis pain 2 point

b. Lekositosis (>10 ribu) 2 point

c. Vomitus 1 point

d. Anoreksia 1 point

e. Erbound Tendenees Fenomen 1 point

f. Degre of celsius (>37OC) 1 point

g. Observation of hemogram (segmen> 72%) 1 point

h. Abdominal migrate pain 1 point

Total point 10

3. pemeriksaan penunjang

a. laboratorium

o Hb normal

o Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis,


>10,000/mm3)
o Hitung jenis: segmen lebih banyak

o LED meningkat (pada appendicitis infiltrate)

b. Rongent: appendicogram

Hasil positif berupa:

o Non-filling

o Partial filling

o Mouse tail

o Cut off

Rongent abdomen tidak menolong kecuali telah terjadi peritonitis.

G. Diagnosa Banding
1. Kehamilan ektopuk terganggu 7. Pankreatitis
2. Salphingitis akut (adneksitis) 8. Cystitis
3. Divertikel Mackeli 9. infeksi panggul
4. Batu ureter 10. Torsi kista ovari
5. Enteritis regional, gastroenteritis 11. Endometriosisi
6. Batu empedu

H. Penatalaksanaan
1. Appendiktomi cito (app akut, abses dan perforasi)
2. Appendiktomi elektif (app kronik)
3. Konservatif kemudian operasi elektif (app infiltrate)
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendiksitis telah ditegagkan. Antibiotik dan
cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah
diagnosa ditegagkan. Appendiktomi dilakukan segera mungkin untuk menurunkan risiko
perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan dengan spinal anastesi atau anestesi umum dengan
insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi.
I. Kompilkasi
Komplikasi utama appendiksitis adalah perforasi appendiks yang dapat berkembang menjadi
peritonitis atau abses. Insidensi perforasi 10-32%. Perforasi terjadi 24 jam setelah awitan
nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7OC atau lebih tinggi, penampilan toksik
dan nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.

J. Persiapan preoperative
Infuse intravena digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan menggantikan
cairan yang hilang. Aspirin diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu. Terapi
antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi. Bila ada kemungkinan atau terbukti ileus
paralitik, selang nasogastrik dapat dipasang. Enema tidak diberikan karena dapat
menimbulkan perforasi.

K. Penanganan posoperatif
Tempatkan pasien pada posisi semifouler karena dapat mengurangi tegangan pada insisi dan
organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri. Analgetik diberikan untuk mengurangi
nyeri. Cairan per-oral dapat diberikan bila dapat mentoleransi. Pasien yang mengalami
dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan secara intravena. Instruksi untuk menemui
ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada hari ke 5-7. aktifitas normal dapat dilakukan
dalam 2-4 minggu.

L. Diagnosa keperawatan utama mencakup antara lain:


Preoperatif:

 Kurang pengetahuan tentang apendicitis dan pilihan pengobatan berhubungan dengan


kurang paparan sumber informasi
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (proses penyakit)
Pasca operatif:

 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada apendiktomi)
 Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
 Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan
 Pk: perdarahan
M. perencanaan
Preoperasi
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN : KURANG PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT B.D KURANG
PAPARAN SUMBER INFORMASI

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Pengetahuan tentang NIC: Pengetahuan penyakit


penyakit, setelah diberikan Aktifitas:
penjelasan selama 2 x ps 1. Jelaskan tentang penyakit 1. Meningkatan pengetahuan
mengerti proses penyakitnya apendiksitis dan mengurangi cemas
dan Program perawatan serta
Therapi yg diberikan dg: 2. Jelaskan tentang program 2. Mempermudah intervensi
Indikator: pengobatan dan tindakan
Ps mampu: operasi yang akan dilakukan
Menjelaskan kembali
tentang proses penyakit, 3. Jelaskan tindakan untuk 3. Mencegah keparahan
mengenal kebutuhan mencegah komplikasi penyakit
perawatan dan pengobatan
tanpa cemas 4. Tanyakan kembali pengetahuan 4. Mereviw
ps tentang penyakit, prosedur
prwtn dan pengobatan

2. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI KIMIA (PROSES
PENYAKIT, DISKONTINUITAS JARINGAN)
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Kontrol nyeri, setelah NIC: Manajement nyeri


dilkukan perawatan selama 3x24 Aktifitas:
jam nyeri ps berkurang dg: 1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, 1. untuk menentukan intervensi yang
Indikator: lokasi, karakteristik dan faktor- sesuai dan keefektifan dari therapi
 Menggunakan skala faktor yang dapat menambah nyeri
yang diberikan
nyeri untuk mengidentifikasi
tingkat nyeri 2. Amati isyarat non verbal tentang
kegelisaan
2. Membantu dalam mengidentifikasi
Ps menyatakan nyeri
3. Fasilitasi linkungan nyaman derajat ketidaknyamnan
berkurang 4. Berikan obat anti sakit

Ps mampu istirahan/tidur 3. Meningkatkan kenyamanan


5. Bantu pasien menemukan posisi
nyaman 4. Mengurangi nyeri dan
Menggunakan tekhnik non
farmakologi memungkinkan pasien untuk
6. Berikan massage di punggung
mobilisasi tampa nyeri
5. Peninggin lengan menyebabkan

7. Tekan dada saat latihan batuk pasie rileks

6. Meningkatkan relaksasi dan


membantu untuk menfokuskan
perhatian shg dapat meningkatkan
sumber coping

7. Memudahkan partisipasi pada


aktifitas tampa timbul rasa tidak
nyaman

Post operasi
3. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI (INSISI
PEMBEDAHAN PADA APENDIKTOMI)
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Kontrol nyeri, setelah NIC: Manajement nyeri


dilkukan perawatan selama 3x24 Aktifitas:
jam nyeri ps berkurang dg: 1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, 1. untuk menentukan intervensi yang
Indikator: lokasi, karakteristik dan faktor- sesuai dan keefektifan dari
 Menggunakan skala faktor yang dapat menambah nyeri
2. Amati isyarat non verbal tentang therapi yang diberikan
nyeri untuk mengidentifikasi
tingkat nyeri kegelisaan 2. Membantu dalam

3. Fasilitasi linkungan nyaman mengidentifikasi derajat


Ps menyatakan nyeri
4. Berikan obat anti sakit ketidaknyamnan
berkurang
3. Meningkatkan kenyamanan
Ps mampu istirahan/tidur 5. Bantu pasien menemukan posisi 4. Mengurangi nyeri dan
nyaman
memungkinkan pasien untuk
Menggunakan tekhnik non
farmakologi 6. Berikan massage di punggung mobilisasi tampa nyeri
5. Peninggin lengan menyebabkan
pasie rileks
7. Tekan dada saat latihan batuk

6. Meningkatkan relaksasi dan


membantu untuk menfokuskan
perhatian shg dapat meningkatkan
sumber coping

7. Memudahkan partisipasi pada


aktifitas tampa timbul rasa tidak
nyaman

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN: DEFICITE SELF CARE B.D NYERI


NOC dan indikator NIC dan aktifitas
Rasional
NOC: Perawatan diri : (mandi,
berpakaian), setelah diberi NIC: Membantu perawatan diri pasien
motivasi perawatan Aktifitas:
selama 2x24 jam, ps 1. Tempatkan alat-alat mandi 1. Mempermudah jangkauan
mampu melakukan mandi disamping TT ps
dan berpakaian sendiri dg: 2. Libatkan keluarga dan ps 2. Melatih kemandirian
3. Berikan bantuan selama ps masih 3. Meningkatkan kepercayaan
Indikator:
mampu mengerjakan sendiri
 Tubuh bebas dari bau dan
menjaga keutuhan kulit
 Menjelaskan cara mandi dan NIC: ADL berpakaian
berpakaian secara aman
Aktifitas:
1. Informasikan pd ps dlm memilih
pakaian selama perawatan 1. Memudahkan intervensi
2. Sediakan pakaian di tempat yg
mudah dijangkau 2. Melatih kemandirian
3. Bantu berpakaian yg sesuai
4. Jaga privcy ps 3. Menghindari nyeri bertambah
5. Berikan pakaian pribadi yg 4. Memberikan kenyamanan
digemari dan sesuai 5. Memberikan kepercayaan diri ps

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN: RISIKO INFEKSI BD TINDAKAN INVASIF, INSISI POST


PEMBEDAHAN
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Kontrol infeksi dan kontrol


resiko, setelah diberikan NIC: Perawatan payudara/ luka
perawatan selama 3x24 Aktifitas:
jam tidak terjadi infeksi 1. Amati luka dari tanda2 infeksi 1. Penanda proses infeksi
sekunder dg: 2. Lakukan perawatan payudara 2. Menghindari infeksi
Indikator: dengan tehnik aseptic dan gunakan
 Bebas dari tanda-tanda kassa steril untuk merawat dan
infeksi menutup luka
 Angka leukosit normal 3. Anjurkan pada ps utnuk 3. Mencegah infeksi
 Ps mengatakan tahu tentang melaporkan dan mengenali tanda-
tanda-tanda infeksi tanda infeksi
4. Kelola th/ sesuai program 4. Mempercepat penyembuhan

NIC: Kontrol infeksi


Aktifitas:
1.Batasi pengunjung 1. Mencegah infeksi sekunder
2.Cuci tangan sebelum dan sesudah 2. Mencegah INOS
merawat ps
3.Tingkatkan masukan gizi yang 3. Meningkatkan daya tahan tubuh
cukup
4.Anjurkan istirahat cukup 4. Membantu relaksasi dan
5.Pastikan penanganan aseptic membantu proteksi infeksi
daerah IV 5. Mencegah tjdnya infeksi
6.Berikan PEN-KES tentang risk 6. Meningkatkan pengetahuan ps
infeksi

6. DX. KEPERAWATAN: PK: PERDARAHAN

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Perdarahan berhenti, NIC: Pencegahan sirkulasi


setelah dilakukan
perawatan selama 4x24 Aktifitas:
jam perawat mampu 1. Penanda gangguan sirkulasi darah
1. Lakukan penilaian menyeluruh
menghentikan perdarahan dan antisipasi kekurangan HB
tentang sirkulasi; cek nadi, edema,
dg Indikataor:
pengisian kapiler, dan perdarahan
Luka sembuh kering, bebas
di saat merawat mamae
pus, tidak meluas.
 HB tidak kurang dari 10 2. Lakukan perawatan luka dengan
2. Menghentikan perdarahan dan
gr % menghindari perluasan luka
hati-hati dengan menekan daerah
luka dengan kassa steril dan
tutuplah dengan tehnik aseptic
basah-basah
3. Diberikan secara profilaksis atau
3. Kelola th/sesuai order
untuk menghentikn perdarahan

7. DX. GANGGUAN POLA TIDUR BD KONDISI LINGKUNGAN YANG RAMAI

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Tidur, istirahat, sehat. NIC:


Setelah dilakukan
1. Peningkatan tidur
tindakan keperawatan  pola tidur yang biasanya secara
selama 3x24 jam klien  Kaji aktifitas pola tidur klien
 Jelaskan tentang pentingnya tidur individu, dapat dikumpulkan
dapat terpenuhi kebutuhan melalui pengkajian yg
tidurnya yang cukup selama sakit, terapi.
 Monitor pola tidur dan catat komprehensif dan holistic,
dg Indikataor: dibutuhkan untuk menentukan
Jumlah jam tidur cukup keadaan fisik, psikososial yang
menggangu tidur penyebab gangguan
Pola tidur normal
Kualitas tidur cukup  Tambah jam tidur bila perlu
Tidak sering terbangun  Diskusikan pada klien dan
Merasa segar setelah bangun keluarga tentang tehnik
tidur peningkatan pola tidur.
Bangun pada waktu yang
 suara yang berlebihan dapat
2. manajemen lingkungan
menyebabkan gangguan tidur
direncanakan  batasi pengunjung
TTV dalam batas normal
Skala:
 jaga lingkungan dari bising
1. sangat bermasalah  tidak melakukan tindakan
2. bermasalah keperawatan pada saat klien tidur
3. sedang 3. mengurangi cemas
4. sedikit bermasalah  tentukan tingkat kecemasan  kecemasan dan depresi biasanya
5. tidak bermasalah terjadi pada orang tua dan dapat
menyebabkan imsomnia.
 Relaksasi dapat membantu klien
 latihan relaksasi mengurangi kecemasan
N.
O. DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa;
Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP
dr.Sardjito, yogyakarta.

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-


Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia,
USA

Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai