PENDAHULUAN
Instalasi Gizi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru merupakan salah satu penunjang yang
menyelenggarakan makanan bagi pasien rawat inap. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit
ini dilaksanakan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan pasien. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan penampilan,
rasa, tekstur, aroma dan sanitasi dari makanan tersebut. Salah satu cara pengawasan mutu
HACCP adalah suatu evaluasi sistematis terhadap prosedur pengolahan atau penyiapan
memang aman untuk di konsumsi. Penerapan HACCP tersebut meliputi semua kegiatan yang
dimulai dari penanganan bahan mentah, pemilihan bahan mentah, persiapan, pengolahan,
Salah satu hidangan lauk hewani yang disediakan oleh bagian Instalasi Gizi RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru sebagai menu biasa bagi pasien adalah Ayam Bakar (diberikan untuk menu
makan siang kelas II dan III). Pada lauk hewani ini perlu dilakukan tindakan HACCP mengingat
bahan bakunya berupa daging ayam yang rentan terhadap bahaya biologi, fisik, dan kimia. Selain
bahaya yang berasal dari bahan baku, bahaya juga dapat timbul pada saat penerimaan maupun
persiapan bahan baku. Bahaya tersebut timbul bila kualitas bahan tidak sesuai standar, ada
kontaminasi dengan bahan makanan yang lain dan kebersihan alat pada waktu digunakan. Oleh
karena untuk menerapkan HACCP kami mencoba melakukan pengamatan penelitian tentang
Bagaimanamutu makanan pada lauk hewani makanan biasa pada tahapan proses
penyelenggaraan makanan yang diolah di Instalasi Gizi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru?
1.3 Tujuan
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Diketahuinya diagram alir proses produksi makanan lauk hewani pada makanan biasa.
2) Diketahuinya pengawasan mutu bahan baku lauk hewani pada makanan biasa.
3) Diketahuinya pengawasan mutu tahap persiapan bahan lauk hewani pada makanan biasa.
4) Diketahuinya pengawasan mutu tahap penyimpanan lauk hewani pada makanan biasa.
5) Diketahuinya pengawasan mutu tahap pengolahan lauk hewani pada makanan biasa.
6) Diketahuinya pengawasan mutu tahap pendistribusian lauk hewani pada makanan biasa.
Sebagai bahan evaluasi terhadap hasil olahan yang disajikan dan dapat mengatasi atau
Memberikan suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dan
Sebagai jaminan mutu keamanan pangan pada lauk hewani. Terutama bagi pasien RSUD Arifin
Achmad.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HACCP
2.1.1 Pengertian
HACCP merupakan sistem yang mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul
dan cara pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut. Bahya tersebut berasal dari bahan
biologi, kimia atau fisik, atau kondisi yang dapat menimbulkan resiko kesehatan yang tidak
diinginkan terhadap konsumen. Control point (CP: titik kendali/kontrol) adalah setiap titik, tahap
atau prosedur yang dapat mengendalikan faktor biologi, kimia daan fisik. Critical Control Point
(CCP: titik kendali/kontrol kritis) adalah setiap titik, tahap atau prosedur pada suatu sistem
makanan yang jika tidak terkendali dapat mengakibatkan risiko kesehatan yang tidak diinginkan.
2.1.2 Prinsip
6. Verifikasi
7. Dokumentasi
Identifikasi bahaya adalah evaluasi spesifik terhadap produk pangan dan bahan mentah
serta bahan tambahan untuk menentukan risiko terhadap adanya bahaya kesehatan.
yaitu:
1) Bahaya biologis disebabkan oleh bakteri patogen, virus, parasit yang dapat menyebabkan
2) Bahaya kimia disebabkan karena tertelannya toksin alami atau bahan kimia yang beracun baik
3) Bahaya fisik disebabkan karena tertelannya benda – benda asing yang seharusnya tidak boleh
terdapt pada makanan. Bahaya fisik dapat timbul selama pemanenan, penanganan, pengolahan,
pengemasan, penghidangan dan sebagainya, seperti pecahan kayu, pecahan gelas, kerikil, logam,
Pada tahap ini diidentifikasi bahaya – bahaya potensial yang berhubungan dengan produksi
makanan pada setiap tahap, mulai dari pemeliharaan, pengolahan, distribusi sampai konsumsi,
kemudian diteliti kemungkinan terjadinya bahaya tersebut dan mengidentifikasi cara – cara
Resiko
A sampai F
prosedur atau tahap operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan atau mengurangi
kemungkinan terjadinya bahaya. Titik, prosedur atau tahap operasional yang dapat dikendalikan
bahan, formulasi atau komposisi, pengolahan, pengemasan, distribusi dan transportasi, penjualan
CCP 1 : CCP yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan atau mencegah bahaya
CCP 2 : CCP yang dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya, tetapi tidak dapat
Batas/limit kritis adalah suatu nilai yang merupakan batas antara keadaan dapat diterima dan
Batas kritis ditetapkan pada setiap CCp yang telah ditentukan
Batas kritis tersebut harus dipenuhi untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan dengan
baik.
Contoh : Ditemukannya kerikil atau rambut pada makanan kemungkinan bahaya dapat
meningkat/berkembang.
2.1.6 Pemantauan
Kegiatan pemantauan mencakup: pemeriksaan apakah prosedur penanganan dan pengolahan
Pengamatan terjadwal terhadap efektifitas suatu proses tujuan pengendalian CCP dan batas
kritisnya untuk memperoleh data dengan tujuan menjamin batas kritis yang ditetapkan dapat
Jika hasil pemantauan telah terjadi penyimpangan terhadap CCP dan batas kritisnya,
maka harus dilakukan tindakan koreksi. Tindakan koreksi berbeda – beda tergantung tingkat
resiko produk. Semakin tinggi resiko produk semakin cepat tindakan koreksi harus dilakukan.
2.1.8 Verifikasi
untuk membuktikan bahwa sistem HACCP yang diterapkan bekerja secara efektif. Tujuannya
untuk memeriksa apakah program HACCP telah dilaksanakan sesuai dengan rancangan HACCP
2.1.9 Dokumentasi
Tujuan dari sistem dokumentasi dalam program HACCP adalah untuk mengarsipkan
rancangan HACCP dengan cara menyusun catatan yang teliti, rapi mengenai seluruh sistem dan
penerapan HACCP dan memudahkan pemeriksaan oleh instansi berwenang jika produk yang
Lauk hewani adalah makanan yang banyak mengandung protein dengan nilai
biologi yang tinggi dari lauk nabati serta mengandung zat besi dan kalsium yang tinggi. Bahan
makanan hewani juga merupakan sumber protein yang baik dan jumlah maupun mutu seperti
Makanan biasa sama dengan makanan sehari – hari yang beraneka ragam,
bervariasi dengan bentuk, tekstur dan aroma yang normal. Makanan biasa diberikan kepada
pasien yang berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus (diet). Makanan
diberikan dalam bentuk mudah cerna dan tidak merangsang saluran cerna.
Energi diberikan sesuai kebutuhan orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat.
Tidak merangsang.
Pemberian protein pada makanan biasa disesuaikan dengan menu untuk makanan
biasa seperti ayam bakar, semur ayam, gulai ayam, opor daging dan lain – lain, agar pasien
mudah mengkonsumsi makanan diberikan sesuai dengan diet yang diberikan oleh ahli gizi
diperhatikan pula mutunya. Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino
yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien. Untuk menjamin mutu protein dalam makanan
sehari – hari, dianjurkan sepertiga bagian protein yang dibutuhkan berasal dari protein hewani.
Penyajian makanan biasa dapat dihidangkan dengan lauk hewani yang diolah dengan cara
digoreng, direbus, ditumis dengan tidak menggunakan bumbu yang tajam. Dengan
pemasakannya melalui beberapa tahap dari proses penerimaan, persiapan, pengolahan, penyajian
dan pendistribusian untuk mengetahui mutu dari masakan dapat dilakukan dengan metode
HACCP.
BAB III
PENERAPAN HACCP PADA LAUK HEWANI (AYAM BAKAR)
Deskripsi produk : ayam bakar merupakan makanan dari bahan baku ayam yang ditambah
bumbu – bumbu yang sudah dihaluskan (Cabe merah giling, bawang merah, bawang putih, jahe,
lengkuas, kunyit, serai, daun salam, daun jeruk, daun kunyit, santan dan garam) kemudian
b. Bumbu :
Jahe
Lengkuas
Kunyit
Serai
Santan
c. Alat
Pisau
Talenan
Blender
Panci
Baskom
Pasien yang dilayani yaitu pasien kelas II dan III pada menu makan siang hari ke VI (enam)
c. Pengolahan
1. Penerimaan
b) Bumbu (Cabe merah giling, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, serai, daun
salam, daun jeruk, daun kunyit, santan dan garam) diterima dan ditimbang dengan spesifikasi
untuk bawang merah dan bawang putih yaitu kering, bersih, padat, tua, besarnya merata, tidak
busuk, dan untuk spesifikasi jahe, lengkuas, kunyit yaitu segar atau baru, bersih dan tidak
bercampur pasir atau tanah, dan untuk bumbu – bumbu rempah kering dan dengan spesifikasi
kering, bersih, padat dan tidak berserbuk. Daun jeruk, daun salam, daun kunyit dan serai, segar
2. Persiapan
b) Bumbu : untuk cabe merah giling, bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, kunyit, lengkuas,
b) Bumbu yang sudah dihaluskan campur dengan bahan lainnya sambil dicampur, kemudian
ditumis
e) Setelah itu angkat dan panggang daging ayam sekitar 15 menit
4. Pendistribusian
Pendistribusian ayam bakar yaitu menggunakan sistem sentralisasi. Ayam bakar yang telah
Bahan Baku
3.4 Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahan Pada Bahan Mentah
Tabel 3.2
No Bahan Mentah Bahaya Jenis Bahaya Cara Pencegahan
F/K/B(M)
1 Daging ayam B(M) Bakteri Pemilihan daging ayam yang
segar, serta bebas dari aroma yang
menyengat
Jika belum diolah simpan dalam
lemari pendingin
Langsung diolah
Keterangan :
A : produk untuk konsumen beresiko tinggi
B : mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya biologi/kimia/fisik
C : tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D : mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E : kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi, penjualan/konsumsi
F : tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya konsumen
A sampai F
3.11 Penetapan CCP
3.11.2 Bagan Panduan Penetapan CCP Terhadap Proses
Pengolahan
3.11.3 Bagan Panduan Penetapan CCP Terhadap Tahap Distribusi
Dokumentasi Pengawasan Mutu Lauk Hewani Makanan Biasa Pada Hari Senin, Tanggal 6 Mei
2013
Tahapan Jenis CCP Pemantauan
Critical limit Tindakan koreksi Verifika
Proses Bahaya No. Apa Bagaimana
Tahap Kimia 3.11.2 Pembakaran Pembakaran Pengamatan Dalam proses Masakan dag
Pengolahan terlalu lama dilakukan tidak pembakaran bahan pada waktu y
dapat terlalu lama makanan tidak tepat, alat ma
mengakibatkan untuk terlalu lama dan bersih dan da
bertambahnya menghindari peralatan ayam tidak go
zat-zat radikal bebas. pembakaran
berbahaya dibersihkan
pemicu terlebih dahulu.
kanker, yaitu
zat karbon.
Tahap Biologi & 3.11.3 Pencucian alat Kebersihan alat Pengamatan Alat penyajian Pilih peralata
Pendistribusia fisik penyajian yang penyajian makanan harus penyajian ma
n kurang bersih, makanan. bersih yang bersih
sebagai
pencetus
tumbuhnya
atau tercemar
bakteri E-colli
dan
Salmonella sp
Kebersihan
alat penyajian
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2013 pada
saat makan siang, terlihat bahwa pada penerapam HACCP pembuatan ayam bakar yang
menjadi Critical Control Point (CPP) terdapat pada tahap pengolahan makanan dan
Pada tahap pengolahan yang menjadi titik pengendali kritis adalah pada saat proses
pembakaran ayam. Ditakutkan saat pembakaran ayam yang terlalu lama akan mengakibatkan
terkontaminasinya makanan dengan radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit kanker.
Yaitu zat yang terdapat pada zat arang bekas api atau zat karbon.
Untuk mengendalikan hal tersebut, perlu ada pengawasan yang ekstra dalam proses
pembakaran. Lama waktu pembakaran adalah salah satu faktor yang harus diawasi. Waktu
untuk melakukan proses pembakaran ayam sebaiknya dalam waktu sebentar dan jangan sampai
gosong, karena dipengolahan sebelumnya ayam telah direbus dahulu dengan bumbu-bumbu.
Pada tahap pendistribusian yang menjadi titik pengendali kritis yaitu terletak pada tempat
penyajian makanan, diakibatkan karena pencucian peralatan penyajian yang kurang bersih.
Sehingga, peralatan penyajian makanan tersebut dapat menjadi sumber bersarangnya bakteri E-
Untuk mengendalikan hal tersebut, perlu adanya pengawasan dalam proses pencucian
peralatan yang digunakan untuk penyajian makanan. Pencucian peralatan penyajian seharusnya
benar-benar diperhatikan kebersihannya dan dengan menggunakan pembersih yang ramah
lingkungan.
BAB V
5.1 Kesimpulan.
Pada proses peneapan pembuatan Ayam Bakar di Instalasi Gizi RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru terdapat beberapa bahaya yang mungkin terjadi di beberapa tahapan proses
produksinya. Dari hasil analisa bahaya berdasarkan pengamatan di lapangan, tahapan – tahapan
yang termasuk CCP dalam pembuatan Ayam Bakar adalah produk Ayam Bakar itu sendiri,
proses pengolahan dan pendistribusian. Hal ini dapat dicegah dengan memperhatikan indikator
keamanan pangan dan proses yang sesuai dengan hygiene dan sanitasi yang baik.
5.2 Saran.
Harus memperhatikan segi hygienitas pada tiap proses produksi, mulai penerimaan hingga
distribusi dan makanan dikonsumsi, misalnya dengan selalu mempergunakan sarung tangan saat
menjamah makanan.
Dalam proses pemasakan sebaiknya diperhatikan waktu dan suhu yang sesuai dengan proses
Perlu memperhatikan holding time untuk mengurangi risiko kontaminasi, dan pada waktu tunggu
perlu menggunakan alat pemanas untuk menjaga keadaan makanan, agar suhu makanan tidak
Perlu adanya dukungan direksi untuk pemenuhan sarana dan prasarana pemeriksaan laboratorium
guna pemeriksaan secara kimia dan mikrobiologi untuk mendukung penerapan HACCP.
Dilakukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai hygiene dan sanitasi
makanan untuk mendukung keamanan pangan bagi pasien dan konsumen makanan Rumah Sakit.