Hari : .................................................................................
Tanggal : .................................................................................
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Bimbingan Konseling
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan pelaksanaan program
Bimbingan dan Konseling tahun pelajaran 2019/2020.
Pada kesempatan ini ijinkanlah kami mengucapkan terima kasih kepada ustd. Nunung
Sunandar,S.Pd.I selaku kepala sekolah SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam dan
Bapak/Ibu Guru dan Karyawan SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam serta Orang Tua
wali murid yang telah mendukung pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah, serta telah banyak memberikan masukan dan evaluasi demi perbaikan
pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.
Kami berharap buku laporan pelaksanaan program pelayanan Bimbingan dan Konseling
ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari
teman-teman guru Bimbingan dan Konseling untuk peningkatan mutu dalam
pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling yang akan datang.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan mohon maaf,
apabila dalam laporan ini banyak sekali kekurangannya.
I. BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Pelaporan
BAB II PELAKSANAAN.................................................................................................
Kegiatan Layanan Bimbingan Dan konseling Yang Dilakukan
Hambatan Dan Strategi Penyelesaiannya
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
1. Sekolah
2. Orang Tua
3. Komite Pendidikan
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling disekolah
dilakukan berdasarkan program yang telah disusun oleh guru BK/Konselor pada setiap
awal tahun pelajaran. Program BK ini terdiri dari program tahunan, program semester
dan rencana pelaksanaan layanan BK (RPL BK). Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari pelaksanaan program layanan tersebut, maka diperlukan evaluasi
baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Hasil evaluasi tersebut selanjutnya di
diskripsikan dan di analisa dan disusun dalam bentuk buku laporan.
Sebagai SMP negeri yang telah memiliki reputasi yang baik di Subang,
Bimbingan Konseling pada SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam memiliki track record
yang mampu dipertanggungjawabkan. Bimbingan Konseling di SMP AL-Qur’an
Ma’rifatussalaam menganut prinsip pengembangan diri siswa melalui pelayanan
konseling menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada
Pola 17 Plus. Ketika melaksanakan Pola 17 Plus pihak Bimbingan Konseling di
Sekolah mengacu pada 4 bidang dasar, (a) pelayanan dalam bimbingan pribadi, (b)
bidang sosial, (c) bidang pengembangan belajar, dan (d) bidang bimbingan karir dari
siswa di sekolah yang bersangkutan.
Buku laporan ini merupakan bentuk pertanggung jawaban guru BK/Konselor
dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Disamping itu, buku laporan ini juga sangat membantu sebagai umpan balik
penyusunan program selanjutnya.
B. TUJUAN PELAPORAN
Tujuan yang diharapkan dari pelaporan pelaksanaan program bimbingan
dan konseling ini secara umum adalah:
C. POSISI BK DI SEKOLAH
E. KASUS
Siswa X merupakan siswa SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam berjenis
kelamin perempuan, berumur 15 tahun dan tengah duduk di bangku kelas tiga
SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam. X sebelumnya diketahui merupakan siswa
yang baik, ia memiliki prestasi belajar yang memuaskan, berperilaku baik setiap
harinya dan selalu bertuturkata yang sopan. Hingga akhirnya terlihat bahwa X
mulai menunjukkan perilaku yang tidak biasanya. X mulai sering terlambat masuk
sekolah, nilai-nilai pelajarannya mulai mengalami penurunan, guru-guru mulai
sering mendapati bahwa X sering berkata-kata kasar jika di kelas dan berperilaku
kurang sopan. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa X berasal dari
keluarga yang cukup berada dengan ekonomi menengah keatas, dan kedua orang
tua X sama-sama bekerja. Kemudian diketahui dari wawancara yang dilakukan
oleh pihak BK dengan X bahwa X melakukan hal-hal yang tidak biasanya itu
karena X ingin mencari perhatian dari kedua orangtuanya.
A. TEORI EKOLOGIS
Salah satu teori yang sangat terkenal dari pendekatan sosiokultural adalah
Teori Bioekologi dari Urie Bronfenbrenner. Teori ini menggambarkan tentang
tingkatan interaksi yang dapat mempengaruhi perkembangan individu. Menurutnya
perkembangan terjadi melalui proses interaksi yang regular, aktif, dua arah antara
individu dan lingkungan sehari-harinya. Proses ini terjadi dalam lima sistem
lingkungan yang saling berkaitan, yaitu:
1. Mikrosistem
Merupakan sistem terdekat dengan individu, dimana individu terlibat dalam
interaksi dua arah dengan orang lain dalam basis kehidupan sehari-hari dan
menjadi agen sosialisasi. Sistem ini terdiri dri keluarga (orang tua), teman
sebaya, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan tempat ibadah.
Individu tidak dipandang sebagai peneima pengalaman yang pasif, justru
dalam lingkungan ini individu sebagai pelaku aktif karena memang mereka
berinteraksi langsung dengan agen-agen sosial, yaitu misalnya dengan
orantua, teman sebaya dan guru.
2. Mesosistem
Merupakan sistem yang menghubungkan dua atau lebih mikrosistem
dimana individu terlibat didalamnya. Misalnya: hubungan antara keluarga
dengan teman sebaya, terjadi konflik nilai-nilai yang ditanamkan orang tua
dengan nilai-nilai teman sebayanya. Dalam sistem ini dapat terlihat sikap
dan perilaku yang berbeda dari satu individu dalam setting lingkungan yang
berbeda.
B. HUBUNGAN SOSIAL
Hubungan sosial diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap
dirinya (Anna Alishahbana, dkk., 1984) hubungan sosial ini menyangkut juga
penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti makan sendiri, berpakaian sendiri,
patuh pada peraturan dll. Hubungan sosial diawali dari rumah sendiri yang
kemudian berkembang dalam lingkup sosial yang lebih luas, seperti sekolah dan
teman sebaya, kesulitan anak berhubungan sosial dengan teman sebaya ini biasanya
disebabkan oleh pola asuh yang penuh dengan unjuk kuasa oleh orang tua. Situasi
kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh orang tua yang salah, pada umumnya
masih bisa diperbaiki oleh orang tua itu sendiri, tetapi situasi pergaulan dengan
teman-teman sebaya cenderung sulit diperbaiki (Sunarto, 1998).
oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya.
Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali
mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing
anggota.
Akan tetapi di sisi lain jika kecenderungan identitas ego lebih kuat
dibandingkan dengan kekacauan identitas, maka mereka tidak menyisakan sedikit
ruang toleransi terhadap masyarakat yang bersama hidup dalam lingkungannya.
Erikson menyebut maladaptif ini dengan sebutan fanatisisme. Orang yang berada
dalam sifat fanatisisme ini menganggap bahwa pemikiran, cara maupun jalannyalah
yang terbaik. Sebaliknya, jika kekacauan identitas lebih kuat dibandingkan dengan
identitas ego maka Erikson menyebut malignansi ini dengan sebutan pengingkaran.
Orang yang memiliki sifat ini mengingkari keanggotaannya di dunia orang dewasa
atau masyarakat akibatnya mereka akan mencari identitas di tempat lain yang
merupakan bagian dari kelompok yang menyingkir dari tuntutan sosial yang
mengikat serta mau menerima dan mengakui mereka sebagai bagian dalam
kelompoknya.
Kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positif yang dapat dipetik dalam tahap
ini, jika antara identitas ego dan kekacauan identitas dapat berlangsung secara
seimbang, yang mana kesetiaan memiliki makna tersendiri yaitu kemampuan hidup
berdasarkan standar yang berlaku di tengah masyarakat terlepas dari segala
kekurangan, kelemahan, dan ketidakkonsistennya.
D. PSIKODINAMIKA
Faktor Biologis
INDIVIDU
Lingkungan Manusia
15 LPJ Bimbingan
menurun
Konseling
Ma’rifatussalaam Subang sering terlambat
mencari perhatian orang tua melalui
sekolah
RANCANGAN INTERVENSI
Jika langkah ini sudah dilakukan dan data yang berasal dari teman peer
groupnya dirasa cukup, pendekatan mulai dilakukan pada si anak tersebut dengan
melakukan pendekatan awal mengenai hal yang paling mendasar tentang prestasi
akademiknya yang menurun dan dengan beberapa pelanggaran yang dilakukan.
Setelah hal tersebut diakukan barulah masuk pada inti pembicaraan mengenai apa
yang sedang ia rasakan, apakah ada masalah. Setelah subjek menceritakan akar
permasalahannya, barulah konselor melangkah ke tahap selanjutnya.
Dalam masalah yang dihadapi oleh subjek ini butuh banyak pertimbangan,
karena yang terjadi bukan semata-mata faktor dari subjek sendiri melainkan ada
faktor orang tua didalamnya yang merupakan faktor pemicu mengapa ia berubah
secara perilaku. Proses konseling yang sudah dilakukan diharapkan tidak berhenti
begitu saja, tapi lebih kepada melihat perubahan pola komunikasi yang lebih baik
kedepannya setelah konseling awal yang dilakukan dengan konselor sekolah.
Kemudian konselor sekolah juga mengevaluasi kegiatan subjek tersebut pasca
konseling dilakukan dan terlihat adanya perubahan perilaku siswa, hal ini
hendaknya perlu dikomunikasikan dengan orangtua dan saling mengontrol perilaku
subjek baik saat di sekolah maupun dirumah. Jika semua proses ini berhasil dengan
lancar, maka jelas akan ada perubahan perilaku secara perlahan-lahan dari subjek
tersebut. Perilaku yang lebih baik akan muncul, anak akan lebih bersemangat lagi
untuk melakukan kegiatan sekolahnya, prestasi akademiknya juga akan bertambah
menjadi lebih baik. Keadaan orangtuanya yang mungkin dahulu dalam ambang
perceraian mungkin saja akan kembali lagi bersama demi melihat anaknya bisa
tumbuh menjadi anak yang lebih baik dan lebih bisa membanggakan.
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
3. Dinas Pendidikan
- Dinas Pendidikan mendukung kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah.
18 LPJ Bimbingan Konseling
Ma’rifatussalaam Subang
19 LPJ Bimbingan Konseling
Ma’rifatussalaam Subang