Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING


SMP AL-QUR’AN MA’RIFATUSSALAAM BOARDING SCHOOL
KELAS VII, VIII, IX
TAHUN PELAJARAN 2019-2020

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KAB. SUBANG


PROVINSI JAWA BARAT

1 LPJ Bimbingan Konseling Ma’rifatussalaam


Subang
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling SMP AL-Qur’an


Ma’rifatussalaam Tahun Pelajaran 2019/2020 ini telah disetujui dan di sahkan pada:

Hari : .................................................................................

Tanggal : .................................................................................

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Bimbingan Konseling

NUNUNG SUNANDAR, S.Pd.I KOKOM KOMALASARI, S.Pd

2 LPJ Bimbingan Konseling Ma’rifatussalaam


Subang
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan pelaksanaan program
Bimbingan dan Konseling tahun pelajaran 2019/2020.

Dalam buku Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Bab V


disebutkan bahwa seluruh pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah
harus ada evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut. Buku ini merupakan rangkaian dari
hasil evaluasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang disusun sebagai
laporan selama enam bulan pelaksanaan. Selanjutnya hasil laporan ini akan dijadikan
acuan tindak lanjut demi perbaikan layanan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini ijinkanlah kami mengucapkan terima kasih kepada ustd. Nunung
Sunandar,S.Pd.I selaku kepala sekolah SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam dan
Bapak/Ibu Guru dan Karyawan SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam serta Orang Tua
wali murid yang telah mendukung pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah, serta telah banyak memberikan masukan dan evaluasi demi perbaikan
pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.

Kami berharap buku laporan pelaksanaan program pelayanan Bimbingan dan Konseling
ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari
teman-teman guru Bimbingan dan Konseling untuk peningkatan mutu dalam
pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling yang akan datang.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan mohon maaf,
apabila dalam laporan ini banyak sekali kekurangannya.

Subang, Juli 2020

Guru Bimbingan dan Konseling


SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam

Kokom Komalasari, S.Pd

3 LPJ Bimbingan Konseling Ma’rifatussalaam


Subang
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………................................................................................................... i

Lembar Pengesahan …………..............................................................................................


iii

Kata Pengantar ................................................................................................................. v

Daftar Isi ............................................................................................................................ vii

I. BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Pelaporan
BAB II PELAKSANAAN.................................................................................................
Kegiatan Layanan Bimbingan Dan konseling Yang Dilakukan
Hambatan Dan Strategi Penyelesaiannya
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
1. Sekolah
2. Orang Tua
3. Komite Pendidikan
LAMPIRAN-LAMPIRAN

4 LPJ Bimbingan Konseling Ma’rifatussalaam


Subang
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling disekolah
dilakukan berdasarkan program yang telah disusun oleh guru BK/Konselor pada setiap
awal tahun pelajaran. Program BK ini terdiri dari program tahunan, program semester
dan rencana pelaksanaan layanan BK (RPL BK). Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari pelaksanaan program layanan tersebut, maka diperlukan evaluasi
baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Hasil evaluasi tersebut selanjutnya di
diskripsikan dan di analisa dan disusun dalam bentuk buku laporan.
Sebagai SMP negeri yang telah memiliki reputasi yang baik di Subang,
Bimbingan Konseling pada SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam memiliki track record
yang mampu dipertanggungjawabkan. Bimbingan Konseling di SMP AL-Qur’an
Ma’rifatussalaam menganut prinsip pengembangan diri siswa melalui pelayanan
konseling menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada
Pola 17 Plus. Ketika melaksanakan Pola 17 Plus pihak Bimbingan Konseling di
Sekolah mengacu pada 4 bidang dasar, (a) pelayanan dalam bimbingan pribadi, (b)
bidang sosial, (c) bidang pengembangan belajar, dan (d) bidang bimbingan karir dari
siswa di sekolah yang bersangkutan.
Buku laporan ini merupakan bentuk pertanggung jawaban guru BK/Konselor
dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Disamping itu, buku laporan ini juga sangat membantu sebagai umpan balik
penyusunan program selanjutnya.

B. TUJUAN PELAPORAN
Tujuan yang diharapkan dari pelaporan pelaksanaan program bimbingan
dan konseling ini secara umum adalah:

a. Memberikan informasi perkembangan kemajuan, dinamika permasalahan


dan keunggulan, serta capaian akhir program bimbingan dan konseling kepada
seluruh pihak yang terlibat dan berkepentingan

5 LPJ Bimbingan Konseling Ma’rifatussalaam


Subang
b. Menyediakan mekanisme umpan balik bagi pihak yang terlibat dan berkepentingan
terhadap program bimbingan dan konseling dalam rangka modifikasi dan
pengembangan

c. Memberikan jaminan akuntabilitas kepada publik bahwa program bimbingan


dan konseling yang telah dilaksanakan dan dievaluasi telah memenuhi prinsip
program yang efektif, efisien, dan berkualitas

C. POSISI BK DI SEKOLAH

Struktur proses pendidikan dalam SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam terdiri


atas pengajaran, bimbingan, dan ekstrakurikuler. Posisi BK dalam proses
pendidikan di SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam adalah sejajar dengan posisi guru
pengajar di sekolah. Dengan kata lain, ketika guru pengajar melaksanakan tugasnya
membina anak didik dalam hal akademik, maka konselor pada BK sekolah
membina anak didik di bidang pengembangan diri dari anak didik. Pada
pelaksanaannya, konselor sekolah berkoordinasi langsung dengan guru-guru mata
pelajaran yang bersangkutan dibantu dengan pengamatan dari wali kelas. Hal ini
berarti apabila terdapat anak didik yang memiliki dan/atau menunjukkan masalah
terkait perilaku atau prestasi di sekolah, maka konselor sekolah langsung
berkoordinasi dengan pihak guru pengajar dan wali kelas yang bersangkutan untuk
melakukan pengamatan terhadap anak didik yang bersangkutan. Dengan demikian,
BK pada SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam merupakan satu kesatuan dalam
struktur kependidikan SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam.

D. STRUKTUR ORGANISASI DAN AKTIVITAS BK DI SEKOLAH


Di dalam BK SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam juga memiliki struktur
kepengurusan yang menjelaskan tenaga-tenaga pengisi BK di posisi tertentu yang
memiliki rincian tugas-tugas tertentu, seperti pembagian kelas bimbingan.
Berbicara mengenai kelas bimbingan, di SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam juga
terdapat waktu khusus pada setiap kelas, yaitu satu kali pertemuan di tiap minggu.
Perlu digarisbawahi bahwa pertemuan ini bukan merupakan jam mata pelajaran
melainkan waktu khusus yang disediakan sekolah untuk diisi oleh para konselor
terkait usaha memberikan pelayanan secara individu atau kelompok. Di dalam
pertemuan ini biasanya akan dibahas mengenai isu-isu yang dirasa tengah dialami
oleh peserta didik, ajang mencurahkan uneg-uneg dari anak didik, diskusi untuk

6 LPJ Bimbingan Konseling Ma’rifatussalaam


Subang
meningkatkan motivasi belajar anak didik, membantu memecahkan masalah,
mengembangkan potensi bakat minat sesuai kondisi anak didik dan proaktif
melalui pemberian pelayanan informasi kepada peserta didik dan pada waktu
tertentu BK bekerja sama dengan kesiswaan dan pihak luar yang terkait, untuk
mengadakan suatu penyuluhan kepada kelompok besar peserta didik. BK milik
SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam juga memiliki program khusus yang diterapkan
pada anak-anak didiknya seperti teknik pengembangan belajar mindmaping
dan buku katarsis yang diisi oleh anak-anak didik pada pertemuan tertentu dengan
tujuan untuk menuliskan masalah-masalah yang tengah dihadapi oleh anak didik.
9 jenis layanan yang ada di BK berdasarkan empat bidang dasar yang
tersebut diatas, yaitu:
1) Orientasi; orientasi disini bertujuan sebagai media untuk anak didik mampu
beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya diberikan pada siswa baru
atau siswa yang masih dalam masa orientasi sekolah.
Orientasi ini dibagi menjadi dua, yaitu orientasi fisik dan orientasi sosial.
Pertama, orientasi fisik berhubungan dengan keadaan lingkungan, sarana
prasarana sekolah, tata tertib, kurikulum sekolah. Kedua, orientasi sosial
yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya, seperti teman dan guru.
2) Informasi; informasi yang dimaksudkan adalah pemberian informasi secara
umum pada anak didik, lebih konkrit dan detail bukan hanya menggunakan
metode ceramah, bisa menggunakan model.
3) Penempatan dan penyaluran; hal ini dilakukan dengan menilik kondisi,
minat, bakat, dan potensi dari anak didik sehingga prestasi belajarnya juga
baik. Sebagai contoh, dilakukannya rolling tempat duduk yang bertujuan
untuk kesehatan anak, seperti kesehatan mata. Kemudian dengan melihat
minat dan bakat yang dimiliki anak didik, mereka dapat diarahkan untuk
mengikuti studi klub tertentu atau kegiatan ekstra kulikuler non-akademik.
4) Penguasaan konten; tujuan dari penguasaan konten ini sendiri adalah agar
anak dapat memahami serta menjalankan kewajibannya sehingga ada
perubahan dari kualitas anak.
5) Konseling perorangan; konseling perorangan lebih kepada bagaimana
seorang konselor mampu mendengarkan dan membantu anak didik untuk
memecahkan masalahnya. Jika ada seorang anak yang sakit atau mengalami
masalah psikologis dan akhirnya berdampak pada prestasi akademiknya,

7 LPJ Bimbingan Konseling Ma’rifatussalaam


Subang
konselor dapat membantu untuk menyelesaikannya, dan jika memang
diperlukan, bisa ditindaklanjuti dengan melakukan home visit.
6) Konseling kelompok; konseling kelompok ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan beberapa anak, maksimal 10 anak yang mengalami masalah
yang hampir sama. Salah seorang menceritakan masalah yang diahadapi
dan yang lainnya memberikan pendapat dan sarannya. Di sini konselor
7) bertindak sebagai pemimpin konseling yang memfasilitasi. Salah satu
tujuan adanya konseling kelompok bagi anak didik adalah menanamkan
konsep menjaga suatu kerahasiaan data.
8) Bimbingan kelompok; bimbingan kelompok lebih menekankan pada
pembahasan kasus dari masalah-masalah umum yang sudah ditentukan oleh
konselornya dan beberapa anak didik tersebut berusah untuk mendapatkan
solusi pemecahannya.
Selain itu, bimbingan kelompok dapat bertujuan untuk meningkatkan
percaya diri, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan asertif pada anak
didik.
9) Konsultasi; konsultasi ini sendiri bukan hanya dilakukan dengan anak yang
memiliki masalah, tetapi juga dengan orang tua dari anak tersebut, sehingga
konselor bisa mengetahui bagaimana sebab akibat dari perilaku anak.
Selama proses konsultasi ini dilakukan penghimpunan data yang cukup
mendalam, sehingga masalah atau kasus yang sedang dialami bisa
mendapatkan solusi pemecahannya.
Jika masalah yang dihadapi anak didik belum bisa mendapatkan suatu
pencerahan atau menemukan solusi yang tepat, konselor dapat meminta
bantuan dari reveral. Reveral ini bisa saja guru bidang studi, wali kelas,
tenaga ahli, orang tua, atau mungkin beberapa individu yang terkait dengan
masalah yang dihadapai anak didik.
10) Mediasi; mediasi ini dilakukan ketika suatu konflik melibatkan antar
individu. Seperti konflik antar anak didik, konselor sebagai mediator harus
mampu menengahi sehingga permasalahan yang menjadi penyebab konflik
dapat diketahui akarnya dan pada akhirnya akan berakhir dengan baik.
Mediasi juga bisa dilakukan antara anak dengan orangtua dan konselor
sebagai mediatornya. Berhasil atau tidaknya proses konseling tersebut,
konselor dapat mengevaluasinya dari penyebaran angket mengenai proses

8 LPJ Bimbingan Konseling Ma’rifatussalaam


Subang
bimbingan yang sudah berlangsung, bertanya langsung, juga bisa melalui
proses pengamatan. Pengamatan yang dilakukan bisa melalui mengamati
perubahan perilaku yang terjadi pada anak didik setelah dilakukannya
proses konseling. Evaluasi tersebut juga disuguhkan dalam bentuk format
pelaporan baik yang sifatnya eksternal (bagi pihak yang terkait dengan anak
didik seperti wali kelas, orangtua, atau pengampu mata pelajaran tertentu
yang mungkin memang bersangkutan dengan proses belajar) dan internal,
internal ini sendiri adalah sebagai arsip bagi BK.

E. KASUS
Siswa X merupakan siswa SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam berjenis
kelamin perempuan, berumur 15 tahun dan tengah duduk di bangku kelas tiga
SMP AL-Qur’an Ma’rifatussalaam. X sebelumnya diketahui merupakan siswa
yang baik, ia memiliki prestasi belajar yang memuaskan, berperilaku baik setiap
harinya dan selalu bertuturkata yang sopan. Hingga akhirnya terlihat bahwa X
mulai menunjukkan perilaku yang tidak biasanya. X mulai sering terlambat masuk
sekolah, nilai-nilai pelajarannya mulai mengalami penurunan, guru-guru mulai
sering mendapati bahwa X sering berkata-kata kasar jika di kelas dan berperilaku
kurang sopan. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa X berasal dari
keluarga yang cukup berada dengan ekonomi menengah keatas, dan kedua orang
tua X sama-sama bekerja. Kemudian diketahui dari wawancara yang dilakukan
oleh pihak BK dengan X bahwa X melakukan hal-hal yang tidak biasanya itu
karena X ingin mencari perhatian dari kedua orangtuanya.

9 LPJ Bimbingan Konseling Ma’rifatussalaam


Subang
BAB II
TEORI PENDUKUNG

A. TEORI EKOLOGIS
Salah satu teori yang sangat terkenal dari pendekatan sosiokultural adalah
Teori Bioekologi dari Urie Bronfenbrenner. Teori ini menggambarkan tentang
tingkatan interaksi yang dapat mempengaruhi perkembangan individu. Menurutnya
perkembangan terjadi melalui proses interaksi yang regular, aktif, dua arah antara
individu dan lingkungan sehari-harinya. Proses ini terjadi dalam lima sistem
lingkungan yang saling berkaitan, yaitu:
1. Mikrosistem
Merupakan sistem terdekat dengan individu, dimana individu terlibat dalam
interaksi dua arah dengan orang lain dalam basis kehidupan sehari-hari dan
menjadi agen sosialisasi. Sistem ini terdiri dri keluarga (orang tua), teman
sebaya, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan tempat ibadah.
Individu tidak dipandang sebagai peneima pengalaman yang pasif, justru
dalam lingkungan ini individu sebagai pelaku aktif karena memang mereka
berinteraksi langsung dengan agen-agen sosial, yaitu misalnya dengan
orantua, teman sebaya dan guru.
2. Mesosistem
Merupakan sistem yang menghubungkan dua atau lebih mikrosistem
dimana individu terlibat didalamnya. Misalnya: hubungan antara keluarga
dengan teman sebaya, terjadi konflik nilai-nilai yang ditanamkan orang tua
dengan nilai-nilai teman sebayanya. Dalam sistem ini dapat terlihat sikap
dan perilaku yang berbeda dari satu individu dalam setting lingkungan yang
berbeda.

10 LPJ Bimbingan Konseling


Ma’rifatussalaam Subang
3. Eksosistem
Terdiri dari dua atau lebih sistem yang saling berhubungan, namun tidak
mempengaruhi individu secara langsung.
Misalnya, kesibukan kerja seorang ayah, akan bisa mempengaruhi istri dan
anaknya. Kesibukan ayah yang semakin hari semakin meningkat akan
memberikan dampak yang begitu terasa terhadap pola komunikasi suami
istri dengan pola komunikasi orangtua anak juga.
4. Makrosistem
Merupakan sistem dari pola-pola kebudayaan yang mencakup seluruh
5. mikro, meso dan eksosistem masyarakat seperti sistem perekonomian dan
budaya (kapitalisme,sosialisme).
Kebudayaan mengacu pada pola perilaku, keyakinan, dan semua produk
lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi dan generasi.
6. Kronosistem
Meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang
rangkaian kehidupan dan keadaan-keadaan sosiohistoris.

B. HUBUNGAN SOSIAL
Hubungan sosial diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap
dirinya (Anna Alishahbana, dkk., 1984) hubungan sosial ini menyangkut juga
penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti makan sendiri, berpakaian sendiri,
patuh pada peraturan dll. Hubungan sosial diawali dari rumah sendiri yang
kemudian berkembang dalam lingkup sosial yang lebih luas, seperti sekolah dan
teman sebaya, kesulitan anak berhubungan sosial dengan teman sebaya ini biasanya
disebabkan oleh pola asuh yang penuh dengan unjuk kuasa oleh orang tua. Situasi
kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh orang tua yang salah, pada umumnya
masih bisa diperbaiki oleh orang tua itu sendiri, tetapi situasi pergaulan dengan
teman-teman sebaya cenderung sulit diperbaiki (Sunarto, 1998).

C. TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG DIKEMUKAKAN ERIK ERIKSON


1. Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap kelima merupakan tahap adolescence (remaja), yang dimulai pada saat
masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence)
ditandai adanya kecenderungan identity – identity confussion. Sebagai persiapan ke
arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang
11 LPJ Bimbingan Konseling
Ma’rifatussalaam Subang
dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-
ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas
diri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga
tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi

oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya.
Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali
mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing
anggota.

Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian


dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini
merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang
harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti
mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah
masyarakat. Lingkungan dalam tahap ini semakin luas tidak hanya berada dalam
area keluarga, sekolah namun dengan masyarakat yang ada dalam lingkungannya.
Masa pubertas terjadi pada tahap ini, kalau pada tahap sebelumnya seseorang dapat
menapakinya dengan baik maka segenap identifikasi di masa kanak-kanak
diintrogasikan dengan peranan sosial secara aku, sehingga pada tahap ini mereka
sudah dapat melihat dan mengembangkan suatu sikap yang baik dalam segi
kecocokan antara isi dan dirinya bagi orang lain, selain itu juga anak pada jenjang
ini dapat merasakan bahwa mereka sudah menjadi bagian dalam kehidupan orang
lain. Semuanya itu terjadi karena mereka sudah dapat menemukan siapakah
dirinya. Identitas ego merupakan kulminasi nilai-nilai ego sebelumnya yang
merupakan ego sintesis. Dalam arti kata yang lain pencarian identitas ego telah
dijalani sejak berada dalam tahap pertama/bayi sampai seseorang berada pada tahap
terakhir/tua. Oleh karena itu, salah satu point yang perlu diperhatikan yaitu apabila
tahap-tahap sebelumnya berjalan kurang lancar atau tidak berlangsung secara baik,
disebabkan anak tidak mengetahui dan memahami siapa dirinya yang sebenarnya

12 LPJ Bimbingan Konseling


Ma’rifatussalaam Subang
ditengah-tengah pergaulan dan struktur sosialnya, inilah yang disebut dengan
identity confussion atau kekacauan identitas.

Akan tetapi di sisi lain jika kecenderungan identitas ego lebih kuat
dibandingkan dengan kekacauan identitas, maka mereka tidak menyisakan sedikit
ruang toleransi terhadap masyarakat yang bersama hidup dalam lingkungannya.
Erikson menyebut maladaptif ini dengan sebutan fanatisisme. Orang yang berada
dalam sifat fanatisisme ini menganggap bahwa pemikiran, cara maupun jalannyalah
yang terbaik. Sebaliknya, jika kekacauan identitas lebih kuat dibandingkan dengan
identitas ego maka Erikson menyebut malignansi ini dengan sebutan pengingkaran.
Orang yang memiliki sifat ini mengingkari keanggotaannya di dunia orang dewasa
atau masyarakat akibatnya mereka akan mencari identitas di tempat lain yang
merupakan bagian dari kelompok yang menyingkir dari tuntutan sosial yang
mengikat serta mau menerima dan mengakui mereka sebagai bagian dalam
kelompoknya.

Kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positif yang dapat dipetik dalam tahap
ini, jika antara identitas ego dan kekacauan identitas dapat berlangsung secara
seimbang, yang mana kesetiaan memiliki makna tersendiri yaitu kemampuan hidup
berdasarkan standar yang berlaku di tengah masyarakat terlepas dari segala
kekurangan, kelemahan, dan ketidakkonsistennya.

D. PSIKODINAMIKA

Telah diketahui bahwa sebelum keluarganya mengalami masalah X


merupakan siswa yang baik ia memiliki prestasi belajar yang memuaskan,
berperilaku baik setiap harinya dan selalu bertuturkata yang sopan di sekolahnya.
Kemudian X menunjukkan perubahan sikap yang tadinya nilai-nilai pelajarannya
baik mengalami penurunan, yang sebelumnya X dikenal sebagai siswa yang taat
dengan tata tertib kemudian ia menjadi anak yang sering terlambat sekolah,
berpakaian tidak rapi dan sering berkata kasar. Kemudian X juga mulai menjadi
bahan pembicaraan guru mata pelajaran tertentu karena setiap kali guru
menanyakan atau mengkonfirmasikan mengapa nilai-nilainya turun justru X
menjawab dengan nada yang agak tinggi. Perilaku X ini mengundang perhatian
dari guru mata pelajaran terkait, wali kelas dan juga konselor sekolah untuk saling

13 LPJ Bimbingan Konseling


Ma’rifatussalaam Subang
berkoordinasi menggali informasi mengenai apa yang melatar belakangi perubahan
sikap subjek.

Berdasarkan konseling yang sudah dilakukan oleh konselor, dapat


disimpulkan bahwa hal yang melatarbelakangi perubahan perilaku X adalah X
merasa kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya. Sehingga di
lingkungan sekolah X berusaha menarik perhatian dari orang lain dengan
menunjukkan perubahan sikap yang lain dari kebiasaannya. Kecenderungan X
untuk mencari-cari perhatian di sekolahnya merupakan usaha tidak langsung untuk
memenuhi keinginannya mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya Pada
teori perkembangan psikososial milik Erik Erikson dijelaskan bahwa masa remaja

termasuk ke dalam tahap perkembangan Identity vs Identity confussion,


bahwa sebagai anak yang yang tengah beranjak tumbuh dewasa subjek sepertinya
mengalami kebingungan identitas mengenai eksistensi dirinya. Subjek terlihat
bingung akan siapa dirinya, akan menjadi anak siapa ia kelak jika nanti kedua
orangtuanya bercerai, terkait dengan orangtuanya yang kala itu tengah memutuskan
untuk bercerai. Pada hal ini subjek sepertinya berusaha memahami hal itu sehingga
mencari cara untuk menjawab perasaan kebingungannya dan meluapkan kekesalan
yang terpendam karena keputusan kedua orangtuanya untuk bercerai. Hingga
kemudian subjek berulah di sekolahnya dimana hal ini merupakan bentuk protes
subjek dari kekesalan subjek akan keputusan orangtuanya dan refleksi dari bentuk
kekesalan karena perasaan kebingungan identitas yang dirasakannya.

Dalam pembentukan identitas seorang remaja, peran orangtua juga


memegang peran penting dalam masa perkembangannya. Orangtua adalah tokoh
yang penting dalam perkembangan identitas remaja. Ini berkaitan dengan pola asuh
dan bagaimana komunikasi yang dibangun dengan anak. Beberapa penelitian juga
menjelaskan proses-proses keluarga yang dapat mebantu meningkatkan
perkembangan identitas remaja adalah pola asuh dan kelekatan yang terjadi seiring
dengan perkembangan sosio emosi pada remaja, begitu pula faktor yang lain yang
juga mempengaruhi adalah komunikasi. Komunikasi merupakan kunci bagaiamana
keluarga bisa menunjukan kepedulian, perhatian dan hal ini jelas akan bisa
mempengaruhi proses perkembangan sosio emosi remaja. Terlebih apabila seorang
remaja mengalami masalah. Hal inilah yang terjadi pada subjek. Ia merasa bahwa

14 LPJ Bimbingan Konseling


Ma’rifatussalaam Subang
ia membutuhkan orang yang bisa memperhatikannya, mempedulikannya, yang ini
tidak dapat didapatkan dari orangtuanya karena kesibukan orangtua yang padat.

Tidak terdapat keterangan rinci mengenai perilaku dan kebiasaan subjek di


rumah sebelum dan sesudah masalah keluarga terjadi. Berikut ini adalah diagram
Psikodinamika:
Lingkungan Kebendaan

Tidak ada keterangan mengenai


lingkungan rumah X.

Faktor Biologis

Tidak ada keterangan bahwa X


mengalami gangguan secara
biologis.

INDIVIDU

Lingkungan Manusia

Guru bidang studi yang mengobservasi


sikap X yang menjadi ‘berani’ dan nilai
X yang menurun. Faktor Psikologis
Guru BK/konselor yang memperhatikan
bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib Kurang mendapat perhatian dari
yang dilakukan X, seperti: penampilan orang tua X.
yang tidak rapi, sering terlambat. Kekecewaan terhadap orang tua
yang mau bercerai.

INDIVIDU Situasi yang Dihadapi

Pola asuh yang permisif.


pola komunikasi antara orang tua
dan X yang kurang intens.
Perilaku yang Muncul

yang tadinya X adalah anak yang manis


berubah menjadi bertutur kata kurang
sopan, berpenampilan tidak rapi
yang tadinya berprestasi baik menjadi

15 LPJ Bimbingan
menurun
Konseling
Ma’rifatussalaam Subang sering terlambat
mencari perhatian orang tua melalui
sekolah
RANCANGAN INTERVENSI

Rancangan intervensi yang bisa diberikan adalah, konselor selaku wali di


sekolah yang sudah melihat banyak perubahan perilaku saat berada di sekolah
berinisiatif untuk mencari infomasi apa yang sebenarnya terjadi pada anak ini, hal
yang pertama kali dilakukan mungkin dengan mendekati peer groupnya, melalui
peer groupnya tersebut, konselor bisa bertanya tentang hal apa yang mungkin
pernah diceriatakn oleh anak ini pada teman-teman peernya.

Jika langkah ini sudah dilakukan dan data yang berasal dari teman peer
groupnya dirasa cukup, pendekatan mulai dilakukan pada si anak tersebut dengan
melakukan pendekatan awal mengenai hal yang paling mendasar tentang prestasi
akademiknya yang menurun dan dengan beberapa pelanggaran yang dilakukan.
Setelah hal tersebut diakukan barulah masuk pada inti pembicaraan mengenai apa
yang sedang ia rasakan, apakah ada masalah. Setelah subjek menceritakan akar
permasalahannya, barulah konselor melangkah ke tahap selanjutnya.

Tahap yang selanjutnya dilakukan oleh konselor adalah memanggil


orangtua sehubungan dengan keadaan anaknya yang ada di sekolah. Pemanggilan
orangtua ini sendiri perlu dilakukan untuk mengklarifikasi juga tentang hal apa
yang diceritakan oleh anak pada konselor. Proses konseling dengan orangtua ini
dilakukan tepisah dengan konseling yang dilakukan dengan subjeknya. Setelah
konseling tersebut berakhir barulah konselor mempertemukan orangtua dengan
anak untuk mereka bisa mendiskusikan sendiri dan mencari solusi terbaik agar
anaknya juga bisa merubah sikap dan kembali menjadi pribadi yang seperti semula.

16 LPJ Bimbingan Konseling


Ma’rifatussalaam Subang
E. PROGNOSIS

Dalam masalah yang dihadapi oleh subjek ini butuh banyak pertimbangan,
karena yang terjadi bukan semata-mata faktor dari subjek sendiri melainkan ada
faktor orang tua didalamnya yang merupakan faktor pemicu mengapa ia berubah
secara perilaku. Proses konseling yang sudah dilakukan diharapkan tidak berhenti
begitu saja, tapi lebih kepada melihat perubahan pola komunikasi yang lebih baik
kedepannya setelah konseling awal yang dilakukan dengan konselor sekolah.
Kemudian konselor sekolah juga mengevaluasi kegiatan subjek tersebut pasca
konseling dilakukan dan terlihat adanya perubahan perilaku siswa, hal ini
hendaknya perlu dikomunikasikan dengan orangtua dan saling mengontrol perilaku
subjek baik saat di sekolah maupun dirumah. Jika semua proses ini berhasil dengan
lancar, maka jelas akan ada perubahan perilaku secara perlahan-lahan dari subjek
tersebut. Perilaku yang lebih baik akan muncul, anak akan lebih bersemangat lagi
untuk melakukan kegiatan sekolahnya, prestasi akademiknya juga akan bertambah
menjadi lebih baik. Keadaan orangtuanya yang mungkin dahulu dalam ambang
perceraian mungkin saja akan kembali lagi bersama demi melihat anaknya bisa
tumbuh menjadi anak yang lebih baik dan lebih bisa membanggakan.

Dengan demikian, dapat diperkirakan prosentase keberhasilan rancangan


intervensi yang telah dibuat untuk X, yaitu sebesar 80 %.

17 LPJ Bimbingan Konseling


Ma’rifatussalaam Subang
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Secara keseluruhan, pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di SMP


AL-Qur’an Ma’rifatussalaam sudah sesuai dengan program yang telah disusun oleh
guru BK/Konselor. Hanya ada beberapa hambatan, terutama dalam layanan kegiatan
bimbingan maupun konseling kelompok yang disebabkan oleh jadwal konseli dan
prasarana yang kurang memadai di sekolah.

B. Saran

1. Saran untuk Sekolah


- Diusulkan kepada Kepala sekolah agar menganggarkan kegiatan BK diluar
jam pelajaran.
- Diusulkan agar sekolah melengkapi sarana yang bisa menampung minimal
4 kelas dalam satu ruangan yang bisa digunakan untuk bimbingan lintas
kelas.

2. Saran untuk Orang Tua Siswa/konseli


- Orang tua/Komite Sekolah diharapkan ikut mendukung kegiatan bimbingan
atau konseling kelompok
- Diusulkan agar orang tua/komite sekolah ikut membantu sekolah
melengkapi sarana yang bisa menampung minimal 4 kelas dalam satu
ruangan yang bisa digunakan untuk bimbingan lintas kelas.

3. Dinas Pendidikan
- Dinas Pendidikan mendukung kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah.
18 LPJ Bimbingan Konseling
Ma’rifatussalaam Subang
19 LPJ Bimbingan Konseling
Ma’rifatussalaam Subang

Anda mungkin juga menyukai