pengelolaan ASN.
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
13
14
dan efisien. Sumber daya manusia yang ada merupakan suatu aset
1. Precuring
- Membuat anggaran kerja bagi perusahaan.
- Membuat job analysis, job description, dan job specification.
- Menentukan dan menghubungi sumber-sumber tenaga
kerja.
- Mengadakan seleksi.
2. Developing
- Melatih dan mendidik pegawai.
- Mengadakan penilaian kecakapan.
- Mempromosikan dan memindahkan pegawai.
3. Mantenancing
- Mengurus pemberhentian.
- Mengurus pensiun.
- Mengurus kesejahteraan karyawan termasuk pembayaran
upah, pemindahan, dll.
- Motivasi.
15
meliputi:
dalam pengelolaan sumber daya manusia sebagai aset, harus dijaga dan
bagi para pegawai baru, akan tetapi berlaku pula bagi para pegawai lama
(2014:375) menjelaskan:
1) Promosi
Adalah penempatan pegawai pada jabatan yang lebih tinggi
dengan wewenang dan tanggung jawab yang lebih tinggi dan
penghasilan yang lebih tinggi pula.
2) Mutasi
Alih tugas di mana seseorang ditempatkan pada tugas baru
dengan wewenang, tanggung jawab dan penghasilan yang
relatif sama dengan jabatan lama atau alih tempat di mana
secara prinsip, sama dengan alih tugas hanya pada hal yang
kedua ini, secara fisik, lokasi tempat kerja berbeda dengan yang
sekarang.
3) Demosi
Berarti bahwa seseorang karena beberapa pertimbangan
mengalami penurunan pangkat atau jabatan dengan tanggung
jawab dan penghasilan yang lebih kecil.
pegawai itu sendiri sesuai dengan jabatan dan pekerjaan yang akan
dilaksanakannya.
18
sebagai berikut:
1. Merit System
Merit system adalah mutasi karyawan yang didasarkan atas
landasan yang bersifat ilmiah, objektif, dan hasil prestasi
kerjanya. Merit system atau career system ini merupakan dasar
mutasi yang baik karena:
a. Output dan produktivitas kerja meningkat
b. Semangat kerja meningkat
c. Jumlah kesalahan yang diperbuat menurun
d. Absensi dan disiplin karyawan semakin baik
e. Jumlah kecelakanaan menurun
2. Seniority system
Seniority system adalah mutasi yang didasarkan atas landasan
masa kerja, usia, dan pengalaman kerja dari karyawan
bersangkutan. Sistem mutasi ini tidak objektif karena kecakapan
orang yang dimutsikan berdasarkan senioritas belumtentu
mampu memangku jabatan baru
3. Spoil Sistem
Spoil system adalah mutasi yang didasarkan atas landasan
kekeluargaan. Sistem mutasi ini kurang baik karena didasarkan
atas pertimbangan suka atau tidak suka (like or dislike).
dan bersifat nepotisme sehingga lebih mementingkan rasa suka atau tidak
Oleh karena jabatan merupakan suatu hak maka setiap pegawai negeri
jabatan.
2.1.4 Kompetensi
(2009) diantaranya:
dan analisis beban kerja. Jabatan yang memiliki level lebih tinggi tentunya
jabatan yang memiliki level dibawahnya. Oleh karena itu perlu untuk
jabatan-jabatan strategis.
karena itu dari beberapa faktor diatas dapat kita jadikan sebagai
mudah. Ada faktor yang dapat diubah dengan mudah dan ada juga faktor
kompetensi, diantaranya:
tercantum dalam
Pasal 13
Jabatan ASN terdiri atas:
a. Jabatan Administrasi;
b. Jabatan Fungsional; dan
c. Jabatan Pimpinan Tinggi.
Pasal 14
Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf
a terdiri atas:
a. jabatan administrator;
b. jabatan pengawas; dan
c. jabatan pelaksana.
Pasal 18
ayat (1)
Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional
keahlian dan jabatan fungsional keterampilan
Pasal 19
ayat (1)
Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas:
a. jabatan pimpinan tinggi utama;
b. jabatan pimpinan tinggi madya; dan
c. jabatan pimpinan tinggi pratama.
ASN merupakan unsur penting dalam sebuah organisasi serta
kegiatan lain seperti yang tercantum dalam pasal 70 ayat (2). Kegiatan
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
dari jabatan pimpinan tinggu utama, jabatan pimpinan tinggi madya dan
jabatan pimpinan tinggi pratama. Fungsi JPT dalam pasal 103 yaitu
a. JPT utama:
1. tersusunnya kebijakan yang mendukung pelaksanaan
pembangunan;
2. peningkatan kapabilitas organisasi;
3. terwujudnya sinergi antar instansi dalam mencapai tujuan
pembangunan; dan
4. terselesaikannya masalah yang memiliki kompleksitas dan
risiko tinggi yang berdampak politis.
b. JPT madya:
1. terwujudnya perumusan kebijakan yang memberikan solusi;
2. terlaksananya pendayagunaan sumber daya untuk
menjamin produktivitas unit kerja;
3. terlaksananya penerapan kebijakan dengan risiko yang
minimal;
4. tersusunnya program yang dapat menjaminpencapaian
tujuan organisasi;
5. terlaksananya penerapan program organisasi yang
berkesinambungan; dan
6. terwujudnya sinergi antar pimpinan di dalam dan antar
organisasi untuk mencapai tujuan pembangunan yang efektif
dan efisien.
c. JPT pratama:
1. tersusunnya rumusan alternatif kebijakan yang memberikan
solusi;
2. tercapainya hasil kerja unit selaras dengan tujuan
organisasi;
3. terwujudnya pengembangan strategi yang terintegrasi untuk
mendukung pencapaian tujuan organisasi; dan
4. terwujudnya kapabilitas pada unit kerja untuk mencapai
outcome organisasi.
struktural diatur dalam PP No. 13 Tahun 2002. Dalam pasal 7 ayat (1) dan
(2) dijelaskan bahwa untuk diangkat menjadi pejabat struktural setiap PNS
29
harus melalui proses diklat. Oleh karena itu setiap PNS wajib memenuhi
tingkat dan pangkat dari masing-masing PNS. Tingkat eselon dan jenjang
Tabel 2.1
Tingkat Eselon dan Jenjang Jabatan Struktural
2.2.5 Peraturan Bupati Buru No. 101 Tahun 2017 Tentang Standar
Kompetensi Manajerial Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama,
Jabatan Administrator, dan Jabatan Pengawas di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Buru Tahun 2017
pemerintahan.
32
magang. Hal ini bertujuan agar peneliti lebih fokus dalam melakukan riset
pelaksanaan riset lebih terarah dan fokus terhadap dimensi dan indikator
sistematis telah tersusun dan terancang sesuai dengan konsep riset yang
dibuat.
Dalam hal ini lokus yang diambil oleh penulis adalah di Badan
Tabel 2.2
Operasionalisasi Fokus Magang
2. Kejujuran
3. Bertanggung jawab
4. Loyalitas
5. Percaya diri
4. Knowledge 1. Kompetensi yang dimiliki individu
2. Pengetahuan terhadap tugas dan
Spencer dalam
pekerjaan
Sudarmanto (2009:53) 3. Memperhatikan jabatan yang pernah
diduduki
5. Skills 1. Pendidikan dan pelatihan
2. Penguasaan teknis operasional
Sumber: Spencer (1993) dalam Sudarmanto (2009:53), Simangunsong
(2017:554-556) dan diolah penulis