Menyetujui,
i
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
SEMESTER IV
Tanda Tangan
Pembimbing Lapangan :
Ruriana Wulandari, A.Md ( )
Pembimbing Akademik :
Harinto Nur Seha,S.ST,M.K.M ( )
Direktur
Politeknik Kesehatan Permata Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat
dan nikmatnya berupa kesehatan, kesempatan, kekuatan, keinginan, serta
kesabaran, sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) dan penyusunan pelaporan ini dengan baik. Laporan PKL ini bersumber
dari semua data yang kami peroleh dalam melaksanakan semua kegiatan PKL
yang mulai dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2019 sampai dengan 24 Agustus
2019 di Rumah Sakit Panti Rini. Kami menyadari bahwa hasil laporan PKL yang
kami buat ini masih jauh dari yang diharapkan, sehingga banyak terdapat
kekurangan bahkan kesalahan yang terdapat dalam penulisan laporan PKL ini.
Dalam hal ini kami menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
menyusun laporan ini sehingga dapat menjadi laporan yang baik dan dapat
digunakan pada masa yang akan datang. Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Anas Rahmad Hidayat, S.KM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Permata
Indonesia.
2. Dr. Y. Agus Wijanarka, M.Kes selaku Direktur Utama Rumah Sakit Panti
Rini.
3. Ruriana Wulandari, A.md selaku Kepala Instalasi Rekam Medis dan
Pembimbing Lapangan di Rumah Sakit Panti Rini.
4. Harinto Nur Seha,S.ST,M.K.M selaku Dosen Pembimbing Akademik Praktik
Kerja Lapangan.
5. Seluruh karyawan di unit Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rini yang telah
membimbing dan membantu kami selama PKL.
6. Kedua orang tua kami serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
1
2
pengalaman penulis. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan
tersebut.
Tim Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Undang-
Undang RI No. 44 Tahun 2009). Rumah Sakit menjalankan fungsi
pelayanan kepada masyarakat perlu dukungan dari semua unsur pelayanan
yang ada di dalamnya, salah satu unsur pelayanan adalah rekam medis.
Rekam medis menurut (PERMENKES No.269/MENKES/PER/ III/2008)
merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Oleh sebab itu sebaiknya untuk menjaga dan
meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai standar pelayanan yang
menjamin peningkatan mutu disemua tingkat.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. SPM merupakan spesifikasi teknis
tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan
Umum kepada masyarakat (Kepmenkes No. 129/ Menkes/ SK/ II/ 2008).
Kepuasan pelanggan secara keseluruhan terhadap pelayanan dipengaruhi oleh
mutu, jika mutu pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan
minimal yang ada maka pasien akan puas. Dalam mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit perlu dilakukan akreditasi
dengan tujuan untuk menentukan organisasi tersebut telah memenuhi standar
yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan.
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat ditingkatkan
dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS).
Menurut Ery Rustiyanto, 2011 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit yang Terintegrasi, Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah bagian
dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia,
dokumen teknologi, dan prosedur oleh akutansi manajemen untuk
memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau strategi
bisnis. Sistem informasi dibedakan dengan sistem informasi biasa karena
Sistem Informasi Manajemen digunakan untuk menganalisis sistem informasi
lain yang diterapkan pada operasi aktivitas operasional organisasi.
Pelayanan optimal di instalasi rekam medis dapat terwujud dengan
diterapkannya lingkungan kerja yang ergonomis karena berpengaruh terhadap
kenyamanan kerja serta resiko kecelakaan dalam bekerja. Ergonomi adalah
ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara fasilitas (beraktifitas atau istirahat) dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik atau mental sehingga
kualitas hidup menjadi lebih baik, maka diterapkanlah aspek ergonomi (work
flow dan work space, dan kebutuhan rak file) untuk menciptakan kenyamanan
lingkungan yang ada di unit rekam medis maupun pelayanan kesehatan atau
rumah sakit (Nurmianto, 2003).
Selain memahami mengenai Standar Pelayanan Minimal, SIMRS maka
seorang perekam medis mampu melakukan klasifikasi dan kodefikasi
penyakit. Mengklasifikasi dan mengkode penyakit dapat memudahkan dalam
pengelompokan penyakit untuk kepentingan penanganan pelayanan kesehatan
yang lebih efektif dan efisien yang berguna untuk mengklaim asuransi.
Berkaitan dengan hal ini, Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) bagi
mahasiswa Diploma III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan menjadi
sangat penting dilaksanakan untuk mengkaji dan mempelajari tentang
penerapan standar pelayanan minimal, sistem informasi manajemen rumah
sakit dan aspek ergonomi di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta tahun 2019.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui standar pelayanan minimal dan akreditasi unit kerja rekam
medis, aspek ergonomi serta klasifikasi dan kodefikasi penyakit (coding)
di unit rekam medis.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami manajemen
Rekam Medis dan menerapkan fungsi teknik penyelenggaraan Rekam
Medis di suatu Rumah Sakit atau institusi pelayanan kesehatan, antara
lain:
a. Mengetahui standar pelayanan minimal penyediaan berkas rekam medis
dan akreditasi instalansi kerja rekam medis
b. Mengetahui sistem informasi di rumah sakit
c. Mengetahui penerapan rekam medis kesehatan elektronik di sarana
pelayanan kesehatan
d. Mengetahui dan menerapkan sistem ergonomi di setiap kegiatan Unit
Kerja Rekam Medis di rumah sakit
e. Memahami dan melakukan klasifikasi dan kodefikasi penyakit Sistem
Reproduksi dan Genetika.
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan bagi
pihak Rumah Sakit Panti Rini terutama dalam hal mutu pelayanan dan
efektifitas serta efisiensi penyelenggaraan Rekam Medis.
2. Bagi Poltekkes Permata Indonesia
Laporan Praktik Kerja Lapangan yang disusun dalam bentuk
laporan ilmiah ini dapat menambah referensi yang bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat mengukur kamampuan taraf pendidikan di instasinya
serta mengetahui kemampuan mahasiswanya di lapangan.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan pengalaman di lapangan dengan materi
atau teori yang telah dipelajari.
D. Ruang Lingkup
1. Lingkup waktu
Praktik Kerja Lapangan di laksanakan pada tanggal 5 Agustus - 24
Agustus 2019.
2. Lingkup Tempat
Praktik Kerja Lapangan di laksanakan di Unit Kerja Rekam Medis Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta.
3. Lingkup materi
Dalam lingkup materi Praktik Kerja Lapangan ini meliputi standar
pelayanan minimal dan akreditasi unit kerja rekam medis, sistem informasi
rumah sakit (SIMRS) dan rekam medis elektronik, aspek ergonomi (work
flow dan work space), rancangan loket pendaftaran, rak filling, rancangan
kebutuhan rak filling, meja dan kursi), serta klasifikasi dan kodefikasi
penyakit (coding) di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
f. Minimalisasi risiko.
d. Pelayanan Keperawatan
f. Pelayanan Radiologi
g. Pelayanan Laboratorium
i. Pelayanan Farmasi
l. Pelayanan Anastesi
m. Pengendalian Infeksi
o. Pelayanan Gizi
p. Pelayanan Intensif
q. Sterilisasi Sentral
r. Pemeliharaan Sarana
s. Pelayanan lain
t. Pelayanan Perpustakaan
6. Strategi Menghadapi Akreditasi
a. Persiapan
1) Pelatihan
2) Membangun komitmen
3) Membentuk fasilitator
4) Membentuk panitia akreditasi
5) Studi banding
b. Pergerakan
1) Sosialisasi/desiminasi program akreditasi kepada seluruh
karyawan.
2) Membuat/merevisi/menyusun dokumen Akreditasi (SK, kebijakan
protap, manual, dll).
3) Pembangunan atau perbaikan fisik.
4) Evaluasi (Program, kegiatan, dokumen, dll).
5) Self assessment.
6) Bimbingan dari KARS.
c. Persiapan penilaian.
1) Melakukan self assessment terakhir dan memastikan nilai tiap-tiap
pelayanan sesuai kesepakatan (misal : minimal 85%).
2) Mengajukan permohonan survei akreditasi kepada KARS.
d. Saat penilaian
1) Menyiapkan tempat penilaian atau survei
2) Menyiapkan dokumen
3) Karyawan tidak ada yang cuti
4) Dokter diminta tidak praktik sore
5) Menyiapkan tim konsep dan pengetik serta ruangannya
6) Buat suasana nyaman untuk para surveyer
e. Paska penilaian
1) Memenuhi rekomendasi surveyer
2) Menunggu hasil surveyer
f. Survei Akreditasi
Survei akreditasi dilaksanakan berdasarkan permohonan Rumah
Sakit yang bersangkutan, rencana kerja DinKes Provinsi, dan KARS.
Survei dilaksanakan secara bertahap dimulai dari tingkat dasar untuk 5
pelayanan, tingkat lanjut untuk 12 pelayanan dan tingkat lengkap
untuk 16 pelayanan.
Bila Rumah Sakit dinyatakan lulus dengan status akreditasi
maka setiap 3 tahun akan dilakukan survei ulang dan dilakukan 3
bulan sebelum habis masa berlakunya sertifikat akreditasi, sedangkan
aspek penilaian akan ditingkatkan secara bertahap dimulai dari aspek
struktur, aspek proses dan aspek outcomes dan untuk keperluan
penilaian aspek outcomes dikembangkan indikator mutu pelayanan.
Dalam pelaksanaan survei akreditasi, KARS membagi tugas sesuai
dengan pembidangannya dan jadwal waktu pelaksaan kepada para
surveyer.
g. Hasil Keputusan Akreditasi
Penetapan keputusan status akreditasi dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pelayanan Medis atas rekomendasi lembaga independen yang
melaksanakan survei akreditasi rumah sakit (KARS). Ada 4
keputusan akreditasi yaitu :
1) Tidak terakreditasi
2) Akreditasi bersyarat
3) Akreditasi penuh
4) Akreditasi istimewa
C. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Rekam medis merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang – undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan kegiatan
rekam medis. RME/RKE sebenarnya merupakan salah satu komponen dari
sistem manajemen kesehatan. Subsistem manajemen kesehatan merupakan
salah satu komponen dari sistem kesehatan. Sistem kesehatan juga
merupakan salah satu sistem dari sistem pemerintahan. Ada berbagai
perundangan sebenarnya memberi warna atau bersentuhan degan keberadaan
RME/RKE. Dasar hukum pelaksanaan rekam medis elektronik disamping
peraturan perundang – undangan yang mengatur mengenai rekam medis,
lebih khusus dari diatur dalam Permenkes No 269 tahun 2008 tentang rekam
medis pasal 2 : (1) Rekam medis harus dibuat secara tertulis lengkap, dan
jelas atau secara elektronik, (2) Penyelenggaraan rekam medis dengan
menggunakan teknologi informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan
peraturan tersendiri.
Sistem informasi manajemen adalah bagian dari pengendalian internal
suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan
prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis
seperti biaya produk, layanan atau strategi bisnis. Sistem informasi
manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan
untuk menganalisis sitem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas
operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan
untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang berkaitan
dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia,
misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar dan sistem infomasi
eksekutif.
1. Tujuan Umum
a. Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga
pokok jasa, produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
b. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian, dan tujuan lain yang diinginkan
manajemen.
e. Peningkatan efisiensi
Bila sebelumnya beban pekerjaan lebih ke arah klerikal, sekarang
beban pekerjaan lebih ke arah analisa. Contohnya jika dulu konsentrasi
bagian penagihan adalah membuat tagihan, sekarang konsentrasinya
lebih ke umur tagihan itu sendiri. Selain itu karena kecepatan dan
akurat data meningkat, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan administrasi berkurang jauh, sehingga karyawan
dapat lebih fokus pada pekerjaan utamanya.
f. Kemudahan pelaporan
Pekerjaan pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu namun
sangat penting. Dengan adanya SIM, proses pelaporan hanya memakan
waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat lebih konsentrasi
untuk menganalisa laporan tersebut (Rustiyanto, 2011).
D. Aspek Ergonomi
1. Definisi ergonomi
Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergon yang berarti kerja dan
nomos yang berarti aliran/hukum. Jadi ergonomi merupakan aturan-aturan
yang dicapai untuk kerja. International Ergonomi Association
mendefinisikan ergonomi merupakan suatu studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, enginering, manajemen dan desain perancangan untuk optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan di tempat kerja, di
rumah, dan tempat rekreasi.
Menurut (Nurminanto, 2004) Definisi ergonomi adalah penerapan
ilmu-ilmu geologis tentang manusia, ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk
mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap
pekerjaannya yang manfaat dari padanya di ukur dengan efisiensi dan
kesejahteraan kerja.
Dalam pengelolaan rekam medis perlu memperhatikan ergonomi
karena untuk mempermudah tata kerja dalam mecapai efisiensi dan
efektivitas kerja. Ergonomi juga berpengaruh terhadap kelelahan kerja
yaitu sikap dan cara kerja seseorang. Contohnya posisi duduk saat kerja
didukung dengan peralatan dan tata letak yang dirancang secara ergonomi
maka akan lebih nyaman untuk melakukan suatu pekerjaan dan dapat
meningkatkan produktivitas kerja. Ergonomi juga dapat mengurangi
beban kerja yang berperan untuk memaksimalkan kenyamanan dan
efisiensi kerja.
Tanpa ergonomi maka ketidaknyamanan dalam bekerja tinggi dan
akan mengakibatkan pula rendahnya efisiensi dan daya kerja. Ergonomi
dapat diterapkan dimana saja, baik di lingkungan rumah, perjalanan, sosial
atau tempat kerja. Ergonomi harus dapat diterapkan di lingkungan kerja
atau manapun karena untuk mendapatkan kenyamanan, kesehatan,
keselamatan dan produktivitas kerja yang optimal.
2. Tujuan ergonomi
a. Mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan rasa aman, selamat, efisien, efektif, dan produktif.
b. Timbul rasa nyaman dan terhindar dari bahaya yang mungkin timbul di
tempat kerja.
3. Aspek-aspek ergonomi
a. Faktor manusia
b. Antropometri
e. Pengorganisasian kerja
g. Kelelahan kerja
b. Meja Kerja
Dalam perencanaan meja kerja perlu diadakan cukup ruangan bagi
peralatan, perlengkapan kerja dan aneka tempat penyimpanan bahan.
Hal ini dimaksudkan agar gerakan tidak terganggu. Kriteria meja kerja
:
1) Tinggi meja kerja
Tinggi permukaan atas dari meja dibuat setinggi siku dan
disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu kerja. Untuk sikap
duduk, ukuran-ukuran yang dianjurkan diantaranya tinggi meja kerja
untuk sikap duduk dianjurkan 54-58 cm yang di ukur dari
permukaan daun meja sampai ke lantai.
2) Permukaan meja kerja harus rata dan tidak mengikat
3) Lebar meja kerja adalah 80 cm, di usahakan tidak melebihi jarak
jangkauan tangan
4) Tinggi meja kerja harus di sesuaikan dengan sifat pekerjaan.
5) Aplikasi ergonomi di Unit Kerja Rekam Medis, antara lain :
a) Desain loket pembayaran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain loket
pendaftaran :
(1) Harus terletak dekat pintu utama
(2) Aksesibility, lokasi mudah dijangkau
3. Motto
Pendamping Setia Anda Dikala Sehat dan Sakit.
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Nurmianto, E. 2004. Konsep Dasar dan Aplikasinya edisi II. Surabaya : Guna
Widya
Rustiyanto, Ery. 2011. Manajemen Filing Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
edisi pertama. Yogyakarta: Penerbit Politeknik Kesehatan Permata
Indonesia