Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


SEMESTER IV

STANDAR PELAYANAN MINIMAL DAN AKREDITASI, UNIT KERJA


REKAM MEDIS SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DAN REKAM
MEDIS ELEKTRONIK, ASPEK ERGONOMI, SERTA KLASIFIKASI
DAN KODEFIKASI PENYAKIT DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO

Guna melaporkan kegiatan Praktik Kerja Lapangan semester IV dengan dosen


pembimbing akademik, R. Haryo Nugroho,S.KM dan Dhesma Anesty, A.md
Disusun Oleh :

1. Fahmi Abidin (2017.133.014)


2. Indra Gunawan (2017.133.022)
3. Muhammad Arief Fadhillah (2017.133.029)
4. Refrida Caro Prillia (2017.133.041)
5. Sri Nita Kartika Ratna (2017.133.048)

PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN PERMATA INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan Semester IV yang berjudul “STANDAR


PELAYANAN MINIMAL DAN AKREDITASI, UNIT KERJA REKAM
MEDIS SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DAN REKAM MEDIS
ELEKTRONIK, ASPEK ERGONOMI, SERTA KLASIFIKASI DAN
KODEFIKASI PENYAKIT DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO” telah
mendapat persetujuan pada tanggal 5 agustus 2019 Untuk dapat diujikan pada
responsi Praktik Kerja Lapangan.

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

Dhesma Anesty, A.md R. Haryo Nugroho, S.KM

ii
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
SEMESTER IV

“STANDAR PELAYANAN MINIMAL DAN AKREDITASI, UNIT KERJA


REKAM MEDIS SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DAN REKAM
MEDIS ELEKTRONIK, ASPEK ERGONOMI, SERTA KLASIFIKASI
DAN KODEFIKASI PENYAKIT DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO”

Telah disetujui dan disahkan pada:


Hari : Senin
Tanggal : 5 Agustus 2019

Tanda Tangan
Pembimbing Lapangan :
Dhesma Anesty, A.md ( )

Pembimbing Akademik :
Haryo Nugroho S.KM ( )

Direktur
Politeknik Kesehatan Permata Indonesia

Anas Rahmad Hidayat, S.KM.,M.Kes


NPP. 2014. 120377. 11. 032

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya berupa nikmat sehat kepada kami
sehingga kami dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan dan dapat menyusun
laporan ini dengan baik. Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “Standar
Pelayanan Minimal dan Akreditas Unit Kerja Rekam Medis, Sistem Informasi
Rumah Sakit dan Rekam Medis Elektronik, Aspek Ergonomi, serta Klasifikasi
dan Kodefikasi Penyakit di Rumah Sakit Panti Nugroho tahun 2019” ini disusun
untuk memenuhi tugas akhir semester IV dengan program studi D III Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan.

Adapun maksud dan tujuan kami disini dalam menyusun laporan ini ialah
sebagai bukti tertulis dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan kami yang
telah kami laksanakan pada tanggal 05 Agustus - 24 Agustus 2019 yang bertempat
di RS Panti Nugroho. Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Anas Rahmad Hidayat, S.KM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Permata
Indonesia
2. Dr. Tandean Arif Wibowo, MPH selaku Direktur RS Panti Nugroho
3. Dhesma Anesty, A.md selaku Penanggung Jawab dan Pembimbing
Instalasi Rekam Medis RS Panti Nugroho
4. R. Haryo Nugroho, S.KM selaku Dosen Pembimbing Akademik Praktik
Kerja Lapangan
5. Seluruh karyawan di unit Rekam Medis RS Panti Nugroho yang telah
membimbing dan membantu kami selama Praktek Kerja Lapangan
6. Kedua orang tua kami serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu yang telah memberikan bantuan baik material maupun
spiritual.

iv
Selanjutnya kami selaku penyusun menyadari bahwa dalam penyususnan
laporan ini masih kurang dari sempurna, maka dari itu segala kritik dan saran
yang bersifat membangun akan kami terima dengan tangan terbuka demi
sempurnanya laporan ini. Besar harapan kami, semoga apa yang telah kami buat
bisa menjadi referensi yang berguna bagi kami selaku penyusun maupun
pembaca.

Yogyakarta, Agustus 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN SEMESTER IV............................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................3

C. Manfaat.........................................................................................................3

D. Ruang Lingkup..............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

A. Standar Pelayanan Minimal Dan Akreditasi Rumah Sakit...........................5

B. Sistem Informasi Manajemen Rumah sakit (SIM-RS)...............................13

C. Rekam Medis Elektronik............................................................................17

D. Aspek Ergonomi.........................................................................................23

E. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit (Coding)............................................26

BAB III HASIL PENGAMATAN.........................................................................29

A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT...................................................29

B. SIM-RS Rumah Sakit Panti Nugroho.........................................................40

C. Rekam Medis Elektronik di Rumah Sakit Panti Nugroho..........................41

D. Aspek Ergonomi di RS Panti Nugroho.......................................................42

E. Klasifikasi dan Kodefikasi..........................................................................47

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................49

vi
A. Standar Pelayanan Minimal Dan Akreditasi di Rumah Sakit Panti Nugroho
49

B. SIM-RS.......................................................................................................50

C. Rekam Medis Elektronik di RS Panti Nugroho..........................................51

D. Aspek Ergonomi di RS Panti Nugroho.......................................................52

E. Klasifikasi dan Kodefikasi..........................................................................53

BAB V PENUTUP.................................................................................................54

A. Kesimpulan.................................................................................................54

B. Saran............................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
merupakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU
No.44 tahun 2009). Rumah Sakit menjalankan fungsi pelayanan kepada
masyarakat perlu dukungan dari semua unsur pelayanan yang ada di
dalamnya, salah satu unsur pelayanannya adalah Rekam Medis. Rekam
Medis menurut (Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008) merupakan
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Oleh sebab itu sebaiknya untuk menjaga dan
meningkatkan mutu, Rumah Sakit harus mempunyai standar pelayanan
yang menjamin peningkatan mutu disemua tingkat.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis
dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM merupakan spesifikasi
teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan
Layanan Umum kepada masyarakat (Kepmenkes
No.129/Menkes/SK/II/2008). Kepuasan pelanggan secara keseluruhan
terhadap pelayanan dipengaruhi oleh mutu, jika mutu pelayanan yang
diberikan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ada maka pasien
akan puas. Dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan di
Rumah Sakit perlu dilakukan akreditasi dengan tujuan untuk menentukan
organisasi tersebut telah memenuhi standar yang dirancang untuk
memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan.
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat ditingkatkan
dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM
RS). Menurut Ery Rustiyanto, 2010 tentang Sistem Informasi Manajemen

1
2

Rumah Sakit yang terintegrasi, Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah


bagian dari pengendalian suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia,
dokumen teknologi, dan prosedur oleh akutansi manajemen untuk
memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau strategi
bisnis. Sistem informasi dibedakan dengan sistem informasi biasa karena
Sistem Informasi Manajemen digunakan untuk menganalisis sistem
informasi lain yang diterapkan pada operasi aktivitas operasional
organisasi.
Pelayanan yang cepat dan tepat dapat di tunjang melalui rekam
medis elektronik, yaitu setiap catatan, pernyataan, maupun interpretasi
yang dibuat oleh dokter atau petugas kesehatan lain dalam rangka
diagnosis dan penanganan pasien yang dimasukkan dan disimpan dalam
bentuk penyimpanan elektronik (digital) melalui sistem komputer.
Pelayanan optimal di instalasi Rekam Medis dapat terwujud
dengan diterapkannya lingkungan kerja yang ergonomis karena
berpengaruh terhadap kenyamanan kerja serta risiko kecelakaan dalam
bekerja. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara fasilitas (beraktifitas atau
istirahat) dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik atau
mental sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik, maka diterapkanlah
aspek ergonomi (work flow dan work space, dan kebutuhan rak file) untuk
menciptakan kenyamanan lingkungan yang ada di unit Rekam Medis
maupun pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit (Nurmianto, 2003).
Selain memahami mengenai Standar Pelayanan Minimal, SIM RS
maka seorang Perekam Medis mampu melakukan klasifikasi dan
kodefikasi penyakit. Mengklasifikasi dan mengkode penyakit dapat
memudahkan dalam pengelompokan penyakit untuk kepentingan
penanganan pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien yang
berguna untuk mengklaim asuransi. Berkaitan dengan hal ini, Praktik
Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa Diploma III Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan menjadi sangat penting dilaksanakan untuk mengkaji

2
3

dan mempelajari tentang penerapan standar pelayanan minimal, akreditasi,


SIM RS, aspek ergonomi dan rekam medis elektronik Rumah Sakit Panti
Nugroho tahun 2019.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengenal Standar Pelayanan Minimal dan Akreditasi Unit
Kerja Rekam Medis, sistem informasi rumah sakit dan rekam medis
elektronik, Aspek Ergonomi, serta Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit
(coding) di Unit Rekam Medis.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
manajemen rekam medis dan menerapkan fungsi teknik
penyelenggaraan rekam medis di suatu Rumah Sakit/Institusi
Pelayanan Kesehatan, antara lain :
a. Mengetahui standar pelayanan minimal penyediaan berkas rekam
medis dan akreditasi unit kerja rekam medis.
b. Mengetahui sistem informasi di rumah sakit.
c. Mengetahui penerapan rekam kesehatan elektronik di saranan
pelayanan kesehatan.
d. Mengetahui dan menerapkan sistem ergonomi di setiap kegiatan
Unit Kerja Rekam Medis.
e. Memahami dan melakukan klasifikasi dan kodefikasi penyakit
sistem Reproduksi dan Genetik.

C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan bagi
pihak RS Panti Nugroho terutama dalam hal mutu pelayanan dan
efektifitas serta efisiensi penyelenggaraan Rekam Medis.

3
4

2. Bagi Institusi Pendidikan


Laporan praktik kerja lapangan yang disusun dalam bentuk laporan
ilmiah ini dapat menambah referensi yang bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat mengukur kemampuan taraf pendidikan di
instansinya serta mengetahui kemampuan mahasiswanya di lapangan.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiwa mendapatkan pengalaman di lapangan dengan materi atau
teori yang telah dipelajari.

D. Ruang Lingkup
1. Lingkup Waktu
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 05-24 Agustus
2019.
2. Lingkup Tempat
Praktik kerja lapangan dilaksanakan di Unit Rekam Medis RS Panti
Nugroho yang beralamat di Jl. Kaliurang KM 17, Pakem, Binangun,
Pakem, Sukanan, Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584, Khususnya pada Unit
Rekam Medis.
3. Lingkup Materi
Dalam lingkup materi Praktek Kerja Lapangan ini meliputi Standar
Pelayanan Minimal dan Akreditasi Unit Kerja Rekam Medis, sistem
informasi rumah sakit dan rekam medis elektronik, Aspek Ergonomi,
serta Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit (coding) di Unit Rekam
Medis.

4
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Pelayanan Minimal Dan Akreditasi Rumah Sakit


a. Standar Pelayanan Minimal
Dasar Standar Pelayanan Minimal Penyediaan Berkas Rekam
Medis yaitu: Kepmenkes No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit Penyediaan berkas adalah proses
penyediaan berkas rekam medis ke poliklinik yang dituju untuk
dilakukan pelayanan kesehatan. Penyediaan berkas dilakukan setiap kali
ada permintaan dari TPP (Tempat Pendaftaran Pasien), berdasarkan
keinginan pasien menuju poliklinik yang diinginkan.
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Berkas rekam medis akan dikeluarkan bila ada yang memerlukan,
contohnya seperti pelayanan kesehatan pasien, gawat darurat,
penelitian, dan sebagainya. Penyediaan berkas rekam medis yang baik
adalah penyediaan berkas rekam medis yang cepat, tepat dan efisien.
Jika waktu dalam penyediaan rekam medis lama, maka akan
menghambat pelayanan kesehatan yang akan diberikan dokter kepada
pasien, karena dokter tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien tanpa adanya berkas rekam medis pasien tersebut.
Departemen Kesehatan RI memberikan standar pelayanan
minimal sebagai alat ukur mutu pelayanan rumah sakit. Pada pelayanan
Rekam Medis, DepKes RI memberikan standar untuk kelengkapan
pengisian rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan, untuk
kelengkapakn Informed Concent setelah mendapatkan informasi yang
jelas, dan waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat
jalan kurang dari atau sama dengan 10 menit (< 10 menit), sedangkan
untuk waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat inap

5
6

kurang dari atau sama dengan 15 menit (< 15 menit). Pendistribusian


berkas rekam medis harus dapat mendukung pelayanan kesehatan,
khususnya pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang bermutu. Karena
itu diperlukan lokasi penyimpanan dan petugas pendistribusian yang
memadai agar pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik dan
lancar. (kemenkes, 2008)
b. Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi rumah sakit merupakan sebuah proses penilaian dan
penetapan kelayakan rumah sakit berdasarkan standar pelayanan yang
telah ditetapkan oleh lembaga independen akreditasi Kementerian
Kesehatan. Untuk melaksanakan proses akreditasi rumah sakit,
Kementerian Kesehatan kemudian menetapkan Komisi Akreditasi
Rumah Sakit atau disingkat dengan KARS. Pada awalnya standar
akreditasi rumah sakit mulai ditetapkan pada tahun 1995. Seiring
berjalannya pekembangan dalam dunia kesehatan, standar akreditasi
rumah sakit kemudian diperbaharui menjadi standar akreditasi versi
2012 yang disusun dan ditetapkan pada tahun 2012. Dengan melihat
pola tuntutan pelayanan rumah sakit yang semakin meningkat dan
potensi pengembangan standar akreditasi yang diberlakukan untuk
nasional, maka pada akhir tahun 2017 KARS telah menetapkan
kebijakan baru mengenai Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS)
edisi 1.
SNARS merupakan standar nasional akreditasi rumah sakit yang
telah ditetapkan oleh KARS dan sudah mulai diberlakukan pada 1
Januari 2018 di seluruh Indonesia. Mengacu pada pada beberapa
pedoman yang terdiri dari konsep dan prosedur akreditasi internasional
yang ditetapkan oleh ISQua atau The International Society for Quality
in Health, perundang-undangan dan peraturan pemerintah mengenai
profesi di Indonesia, standar akreditasi JCI edisi 4 dan edisi 5, standar
akreditasi rumah sakit KARS versi 2012, serta mengacu pada kajian
hasil survey standar dan element yang belum diterapkan di rumah sakit

6
7

Indonesia, KARS kemudian menetapkan standar penilaian akreditasi


rumah sakit dalam SNARS 2018 yang telah disesuaikan dengan kondisi
rumah sakit di Indonesia. Proses penyempurnaan standart akreditasi
SNARS 2018 dilakukan melalui berbagai macam diskusi dan
kesepakan yang melibatkan berbagai stakeholder dari Kementerian
Kesehatan, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI),
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Himpunan Perawat
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (HIPPI), dan Persatuan
Pengendalian Infeksi (Perdalin).
Adapun perbedaan penyempurnaan dari sistem akreditasi
sebelumnya yang ditetapkan pada tahun 2012 adalah adanya tambahan
Bab yang ada pada SNARS 2018. Jika sebelumnya standar akreditasi
hanya berjumlah 15 bab, SNARS 2018 kemudian menambah 1 bab
dalam standar akredirtasi rumah sakit sehingga menjadi 16 Bab. Selain
itu ada penambahan standar dalam SNARS 2018 yang terdiri dari
standar pengendalian resistensi antimikroba (PRA) dan juga standar
integrasi pendidikan kesehatan dalam pelayanan rumah sakit. Adapun
kajian seluruh bab yang tertuang dalam SNARS 2018 edisi 1 adalah
sebagai berikut:
1. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
2. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)
3. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
4. Asesmen Pasien (AP)
5. Pelayanan Asuhan Pasien ( PAP)
6. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
7. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
8. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
9. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
10. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
11. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
12. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

7
8

13. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKF)


14. Manajemen Informasi dan Rekam Medik (MIRM)
15. Program Nasional (menurunkan kematian KIA, menurunkan
keskitan HIV/AIDS dan TB, pengendalian resistensi mikroba dan
pelayanan geriatri)
16. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit
(IPKP)

Seluruh bab yang tertuang dalam SNARS 2018 edisi 1


merupakan rincinan dari pengelompokan fungsi-fungsi standar
akreditasi yang terdiri dari:

1. Standar keselamatan pasien


2. Standar pelayanan berfokus pasien
3. Standar manajemen rumah sakit
4. Program nasional
5. Integrasi pendidikan kesehatan dalam pelayanan di rumah sakit.
Data yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit
menunjukan bahwa hingga awal januari 2018, dari 2787 rumah sakit
yang ada di Indonesia, jumlah rumah sakit yang sudah terakreditasi
adalah 1553. (Mariana Bare Leba, 2018)
1. Proses penilaian akreditasi meliputi:
a. Sumber data:
1) Wawancara:  Pada pimpinan rumah sakit, pada staf rumah
sakirt, pada pasien dan keluarga (minimal 4).
2) Observasi: Fasilitas, alat, prosedur tindakan, dll.
3) Kelengkapan dokumen: Kebijakan/SK, pedoman, standar
prosedur operasional (SOP)/Protap, bukti pelaksanaan
kegiatan, program kerja, laporan harian, laporan
bulanan/harian, dll.

8
9

b. Cara penilaian:
1) Tim penilai (surveyor) akan berada di rumah sakit selama ± 3
hari yang terdiri dari 3 orang (manajemen, medis dan
keperawatan).
2) Pimpinan rumah sakit mempresentasikan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
3) Dilanjutkan telaah dokumen, telaah rekam medis tertutup dan
telaah rekam medis terbuka serta survey lapangan,
4) Penilaian lapangan ditekankan pada telusur pasien untuk
diwawancarai atau observasi langsung atas pelayanan
kesehatan yang telah/sedang/akan diterima pasien.
5) Dalam waktu yang bersamaan, kelengkapan dokumen
akreditasi juga diobservasi dan ditanyakan pada jajaran staf
dan pimpinan rumah sakit
6) Temuan atas ketidaklengkapan dokumen atau kekurangan
mutu pelayanan harus diperbaiki saat itu setelah mendapat
rekomendasi surveyor.
7) Telusur lingkungan terhadap fasilitas rumah sakit.
8) Telusur KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staff).
9) Presentasi FMEA, Pedoman Praktik Klinis atau Clinical
Pathways, Risk Manajemen Dan IKP (Insiden Keselamatan
Pasien).
10) Wawancara Pimpinan
11) Exit Conference
c. Hasil penilaian. Ada 4 kriteria hasil penilaian terhadap EP:
1) Tercapai penuh ( skor 10)
a) Melalui wawancara baik pada pasien atau keluarga dan staf
ditemukan jawaban “ya” atau “selalu”, atau dapat menjawab
sesuai dengan konteks pertanyaan.
b) Melalui observasi dokumen, ditemukan minimal 9 dari 10
dokumen yang diminta atau 90 % dokumen lengkap

9
10

c) Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan


sudah berjalan minimal 4 bulan terakhir dari masa
penilaian.
2) Tercapai sebagian  (skor 5)
a) Melalui wawancara baik pada pasien atau keluarga dan staf
ditemukan jawaban “tidak selalu” atau “kadang-kadang”,
b) Melalui observasi dokumen, ditemukan 50 sampai 89 %
dokumen yang diminta.
c) Bukti dipenuhinya persyaratan  hanya  dapat ditemukan di
sebagian  daerah atau unit kerja dimana persyaratan harus
ada
d) Kebijakan atau prosedur dapat dilaksanakan tetapi tidak
dapat dipertahankan.
e) Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan
sudah berjalan 1-3 bulan terakhir dari masa penilaian.
3) Tidak tercapai (skor 0)
a) Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf
ditemukan jawaban “jarang” atau “tidak pernah”,
b) Melalui observasi dokumen, ditemukan <50% dari
dokumen yang diminta.
c) Bukti dipenuhinya persyaratan  tidak   dapat ditemukan di
daerah atau unit kerja dimana persyaratan harus ada.
d) Kebijakan atau proses  ditetapkan tetapi tidak dilaksanakan.
e) Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan
sudah berjalan hanya ≤1 bulan terakhir dari masa penilaian.
4) Tidak dapat diterapkan. Sebuah EP dinilai “tidak dapat 
diterapkan” jika persyaratan dari EP tidak dapat diterapkan di
rumah sakit (contohnya, rumah sakit tidak melakukan riset,
tidak ada donasi organ). Nilai skor akan diakumulasikan pada
masing-masing standar yang terdapat dalam bab untuk
menentukan apakah suatu standar telah mencapai batas yang

10
11

telah ditentukan. EP dinilai dalam skor, sedangkan standard


dan bab atau grup dinilai dalam persen (%).
2. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit
a. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia
telah memenuhi berbagai standar yang ditentukan, dengan
demikian mutu pelayanan rumah sakit dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Tujuan Khusus
1) Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada Rumah
Sakit yang telah mencapai tingkat pelayanan Kesehatan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2) Memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa
semua fasilitas, tenaga dan lingkungan yang diperlukan
tersedia, sehingga dapat mendukung upaya penyembuhan dan
pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya.
3) Memberikan jaminan dan kepuasan kepada “costumer“ dan
masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit di selenggarakan sebaik mungkin.
3. Manfaat Akreditasi
a. Bagi Rumah Sakit
1) Akreditasi menjadi forum komunikasi dan konsultas di antara
rumah sakit dan bahan akreditasi yang akan memberikan saran
perbaikan atau rekomendasi untuk peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit melalui pencapaian standar yang
ditentukan.
2) Rumah sakit dapat mengetahui pelayanan yang berada
dibawah standar atau perlu ditingkatkan.
3) Penting untuk rekrutmen dan membatasi “Turn Over“ staf
rumah sakit karena pegawai akan lebih senang, tenang dan
aman bekerja di rumah sakit yang akan di akreditasi.

11
12

4) Dengan perkembangan asuransi kesehatan, semakin banyak


perusahaan asuransi yang mempersyaratkan pesertanya untuk
berobat di rumah sakit yang telah terakreditasi.
5) Alat untuk negosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan
6) Status Akreditasi dapat dijadikan alat untuk marketing pada
masyarakat.
7) Pemerintah akan mempersyaratkan akreditasi sebagai kriteria
untuk memberi izin rumah sakit yang menjadi tempat
pendidikan tenaga medis.
8) Merupakan status simbol bagi Rumah Sakit dan dapat
meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat atas Rumah
Sakit.
9) Dengan diketahuinya kekurangan di bandingkan dengan
standar yang ada, rumah sakit dapat menggunakannya untuk
kepentingan pengajuan anggran dan perencanaan atau
pengembangan rumah sakit kepada pemilik.
b. Bagi Pemerintah
1) Akreditasi merupakan salah satu pendekatan untuk
meningkatkan dan membudayakan konsep mutu pelayanan
rumah sakit melalui pembinaan terarah dan berkesinambungan.
2) Dapat memberikan gambaran keadaan perumahsakitan di
Indonesia yang memenuhi standar yang di tentukan sehingga
menjadi bahan masukan untuk perencanaan pengembangan
pembangunan kesehatan pada masa datang.
c. Bagi Perusahaan Asuransi
1) Akreditasi penting untuk negosiasi klaim asuransi kesehatan
dengan rumah sakit.
2) Memberi gambaran rumah sakit mana yang dapat dijadikan
mitra kerja.

12
13

d. Bagi Masyarakat
1) Dapat mengenal dengan melihat sertifikat akreditasi yang
biasanya dipajang di rumah sakit yang pelayanannya telah
memenuhi standar, sehingga dapat membantu mereka memilih
rumah sakit yang di anggap baik.
2) Masyarakat akan merasa lebih aman mendapat pelayanan di
rumah sakit yang sudah diakreditasi dari pada yang belum
diakreditasi.
e. Bagi Pemilik
1) Mempunyai rasa kebanggaan bila rumah sakitnya diakreditasi
2) Pemilik dapat menilai seberapa baik pengelolaan sumber daya
(efisiensi) rumah sakit ini dilakukan oleh manajemen dan
seluruh tenaga yang ada, sehingga misi dan program rumah
sakit dapat lebih mudah tercapai.
f. Bagi Petugas
1) Merasa lebih senang dan aman serta terjamin bekerja pada
Rumah Sakit yang terakreditasi
2) Biasanya pegawai pada unit pelayanan yang mendapat nilai
baik sekali akan mendapat imbalan dari manajemen atas
usahanya selama ini dalam memenuhi standar.
3) Self Asesment akan menambah kesadaran akan pentingnya
pemenuhan standard peningkatan mutu sehingga dapat
memotivasi pegawai tersebut bekerja baik.

13
14

B. Sistem Informasi Manajemen Rumah sakit (SIM-RS)


Sistem informasi menejemen (SIM) (bahasa Inggris : management
information system, MIS) adalah bagian dari pengendalian internal suatu
bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan
prosedur oleh akuntasi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis
seperti biaya produk, layanan atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi
menejemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena sistem
informasi manajemen digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain
yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis,
istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode
manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan
terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung
keputusan, sistem pakar dan sistem informasi eksekutif. (Sabarguna,
2007).
Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) yaitu suatu
rangkaian kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan (rumah
sakit) di semua tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi
kepada pengelola untuk proses manajemen (berhubungan dengan
pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, dan analisa)
pelayanan kesehatan dirumah sakit. Peran sistem informasi didalam
kegiatan manajemen rumah sakit sangatlah membantu dan mempunyai
peran yang sangat efektif dalam proses pelayanan kesehatan dirumah sakit,
dengan sistem informasi seorang pimpinan rumah sakit dapat mengambil
suatu kebijakan secara cepat, tepat dan akurat berdasarkan informasi yang
di dapat dari pelayanan kesehatan dirumah sakit yang di pimpinnya.
(Rustiyanto, 2010).
1. Menurut Rustiyanto (2010), manfaat sistem informasi manajemen
rumah sakit menjadi 4 :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan.
b. Memberikan nilai tambah dengan
jalan meningkatkan :

14
15

1) Efisiensi.
2) Kemudahan.
3) Standart praktek kedokteran yang baik dan benar.
4) Dokumentasi yang auditable dan accountable.
5) Mendukung pemasaran jasa rumah sakit ditinjau dari aspek
mutu, kecepatan, kenyamanan, kepastian dan biaya.
6) Mendukung koordinasi antar bagian dalam rumah sakit.
7) Meningkatkan akses dan pelayanan rumah sakit terhadap
berbagai sumberdaya.
8) Meningkatkan profesionalisme dan kinerja manajemen rumah
sakit.
c. Pengambilan keputusan
Menjadi fungsi kontrol yang konsisten dibagi dalam beberapa hal
pokok diantaranya budaya kerja, pemahaman sistem, dan
mengurangi biaya administrasi
d. Meningkatkan pendapatan rumah
sakit
2. Bagian Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Yang Terintegrasi
Menurut Rustiyanto Bagian Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit Yang Terintegrasi menurut meliputi bagian:
a. Sistem Informasi Billing Sistem,
Meliputi :
1) Sistem Informasi Registrasi.
2) Sistem Informasi Poliklinik.
3) Sistem Informasi Gawat Darurat.
4) Sistem Informasi Laboratorium.
5) Sistem Informasi Radiologi.
6) Sistem Informasi Kamar Operasi.
7) Sistem Informasi Rawat Inap.
8) Sistem Informasi Rehap Medik.
b. Sistem Informasi Farmasi

15
16

1) Sistem Informasi Gudang.


2) Sistem Informasi Apotek.

16
17

c. Sistem Informasi Rekam Medis


d. Sistem Informasi Kepegawaian
e. Sistem Informasi Keuangan Dan
Akuntansi
f. Sistem Informasi Summary
Eksekutif.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya
disingkat SIMRS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi
yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan
Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan
prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan
akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.
Pembentukan sistem informasi manajemen rumah sakit dilakukan
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
rumah sakit di Indonesia.
3. Manfaat Operasional Sistem Informasi Menejemen Rumah Sakit
(SIMRS)
a. Kecepatan
Manfaat yang paling terasa ketika SIMRS Tersebut selesai
diimplementasikan adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan-
pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem manual pengerjaan
tagihan kepada mitra atau pihak ketiga, misalnya, memakan waktu
sampai 1 bulan sejak pasien selesai dilayani, dengan SIMRS hanya
memakan waktu 1-2 hari saja. Kecepatan ini tentu saja membuat
efektifitas kerja meningkat. Pada awal pemasangan sistem
informasi manajemen, ketika aliran kerja belum lancar,
peningkatan kecepatan belum terlalu terasa. Namun ketika
komitmen seluruh unit untuk tepat waktu memasukan data dengan
akurat entri data yang tinggi dipenuhi, maka akan terasa sekali
dampak dari SIMRS terhadap kecepatan kerja.
b. Akurasi

17
18

Hal lain yang juga terasa berubah adalah akurasi data


apabila dulu dengan sistem manual orang harus mencek satu demi
satu transaksi, namun sekarang dengan SIMRS hal tersebut cukup
dilakukan dengan membandingkan laporan antar unit yang
dihasilkan oleh SIM. SIMRS juga dapat mencegah terjadinya
duplikasi data untuk transaksi-transaksi tertentu. Misalnya, pasien
yang sama diregistrasi 2 kali pada hari yang sama, maka SIMRS
akan menolaknya, SIMRS juga akan memberikan peringatan jika
tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal ini
menjaga agar user lebih teliti.
c. Integrasi
Hal ini yang juga terasa berpengaruh terhadap budaya kerja
adalah integrasi data disetiap unit. Bila dengan sistem manual, data
pasien harus dimasukkan disetiap unit,maka dengan SIMRS data
tersebut cukup sekali dimasukkan di setiap unit,maka dengan
SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja.
Hal ini jelas mengurangi beban kerja adminitrasi dan menjamin
konsistensi data. Ilustrasi pada awal makalah ini merupakan
gambaran proses integrasi pada beberapa unit layanan di rumah
Sakit.
d. Peningkatan Pelayanan
Pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah
semakin cepat dan akuratnya pelayanan. Sekarang pasien tidak
perlu menunggu lama untuk menyelesaikan administrasinya, baik
rawat inap ataupun rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan
perusahaan pelanggan, dimana tagihan yang dikirim cukup akurat
dan detil sehingga memudahkan analisa mereka.
e. Peningkatan Efisiensi
Bila sebelumnya, beban pekerjaan lebih ke arah klerikal,
sekarang beban pekerjaan lebih kearah analisa. Sebagai contoh, jika
dahulu konsentrasi bagian penagihan adalah membuat tagihan,

18
19

sekarang konsentrasinya lebih kepada umur tagihan itu sendiri.


Selain itu, karena kecepatan dan akurat data meningkat, maka
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
adminitrasi berkurang jauh, sehingga karyawan dapat lebih fokus
pada pekerjaan utamanya.
f. Kemudahan Pelaporan
Pekerjaan pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu
namun sangat penting. Dengan adanya sistem informasi
manajemen, proses pelaporan hanya memakan waktu dalam
hitungan menit sehingga kita dapat lebih konsentrasi untuk
menganalisa laporan tersebut. (Rustiyanto, 2011).

C. Rekam Medis Elektronik


Kemajuan teknologi informasi dimanfaatkan oleh manajemen
rumah sakit untuk pengembangan sistem informasi manajemen rumah
sakit (SIMRS) yang terintegrasi. Tujuan utama SIMRS adalah efisiensi
dan kecepatan pelayanan serta untuk pengambilan keputusan direksi, baik
menyangkut keputusan terhadap masalah logistik, administrasi dan
keuangan. Kemajuan ini telah melahirkan paradigma baru dalam
manajemen informasi kesehatan termasuk didalamnya manajemen rekam
medis elektronik (digital) yang telah merubah pola pikir dan pola tindak
para praktisi profesi rekam medis, para ahli manajemen informasi
kesehatan, para praktisi hukum dan para arsiparis (profesi kearsipan).
Perubahan tersebut juga telah diikuti dengan penyesuaian dalam
peraturan perundang-undangan, dimana Permenkes No. 749a tahun 1989
tentang rekam medis belum menyinggung mengenai rekam medis
elektronik sedangkan Permenkes tentang rekam medis yang baru yaitu
Permenkes No. 269 tahun 2008 telah terdapat aturan rekam medis
elektronik. Dengan demikian Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang

19
20

rekam medis ini menjadi dasar hukum penerapan rekam medis elektronik
di Indonesia.
Rekam medis elektronik adalah setiap catatan, pernyataan, maupun
interpretasi yang dibuat oleh dokter atau petugas kesehatan lain dalam
rangka diagnosis dan penanganan pasien yang dimasukan dan disimpan
dalam bentuk penyimpanan elektronik (digital) melalui system computer.
“Electronic medical record (EMR): an Electronic system automet paper-
base medical record” (Villavos, 2015)
Rekam medis elektronik merupakan catatan rekam medis pasien
seumur hidup pasien dalam format elektronik tentang informasi
kesehatan seseorang yang dituliskan oleh satu atau lebih petugas
kesehatan secara terpadu dalam tiap kali pertemuan antara petugas
kesehatan dengan klien. Rekam Medis elektronik bisa diakses dengan
komputer dari suatu jaringan dengan tujun utama menyediakan atau
meningkatkan perawatan serta pelayanan kesehatan yang efesien dan
terpadu. (Potter & Perry, 2009).
Rekam medis elektronik (rekam medik berbasis-komputer) adalah
gudang penyimpanan informasi secara elektronik mengenai status
kesehatan dan layanan kesehatan yang diperoleh pasien sepanjang
hidupnya, tersimpan sedemikian hingga dapat melayani berbagai
pengguna rekam yang sah. (Shortliffe, 2001).
Rekam kesehatan elektronik adalah kegiatan komputerisasi isi
rekam kesehatan dan proses elektronisasi yang berhubungan dengannya.
Elektronisasi ini menghasilkan sistem yang secara khusus dirancang untuk
mendukung pengguna dengan berbagai kemudahan fasilitas bagi
kelengkapan dan keakuratan data, memberi tanda waspada, sebagai
peringatan, tanda sistem pendukung keputusan klinik dan menghubungkan
data dengan pengetahuan medis serta alat bantu lainnya. Seperti yang
tertuang dalam permenkes 269 tahun 2008 pada pasal 2 yaitu: rekam
medis harus dibuat secara lengkap tertulis dan jelas atau secar elektronik.
Penyelengaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi

20
21

elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan sendiri. Johan harlan


menyebutkan bahwa rekam kesehatan elektronik adalah rekam medis
seumur hidup (tergantung penyedia layanannya) pasien dalam format
elektronik, dan bisa diakses dengan komputer dari suatu jaringan dengan
tujuan utama menyediakan atau meningkatkan perawatan serta pelayanan
kesehatan yang efisien dan terpadu.
1. Sistem Data Klinis Rekam Medis Elektronik
a. Rekam medis masing-masing pasien. Isi rekam medis individual
hendaknya mencerminkan sejarah perjalanan kondisi kesehatan
pasien mulai dari lahir sampai berlangsungnya interaksi mutakhir
antara pasien dengan rumah sakit. Pada umumnya struktur rekam
medis individual ini terdiri dari daftar masalah sekarang dan masa
lalu serta catatan-catatan SOAP (Subjective, Objective,
Assessment, dan Plan) untuk masalah-masalah yang masih aktif.
b. Rangkuman data klinis untuk konsumsi manajer rumah sakit, pihak
asuransi (BPJS), kepala unit klinis, dan institusi terkailt sebagai
pelaporan. Suatu rangkuman data klinis yang penting misalnya
mengandung jumlah pasien rawat inap menurut cirri-ciri
demografis, cara membayar, diagnosis dan prosedur operatif.
c. Registrasi penyakit. Misalnya kanker, merupakan sistem informasi
yang berbasis pada suatu komunitas atau wilayah administratif,
mencakup semua kejadian penyakit tertentu (misalnya segala jenis
kanker) di antara penduduk yang hidup di wilayah yang
bersangkutan.
d. Data Unit Spesifik. Suatu sistem informasi mungkin diperlukan
untuk mengelola unit tertentu di rumah sakit. Sebagai contoh, unit-
unit farmasi, laboratorium, radiologi dan perawatan memerlukan
data inventori bahan-bahan habis pakai dan utilisasi jenis-jenis
pelayanan untuk merencanakan dan mengefisienkan penggunaan
sumber daya.

21
22

e. Sistem kepustakaan medis dan pendukung pengambilan keputusan


klinis. Untuk menunjang keberhasilan pelayanan klinis kepada
pasien diperlukan sistem untuk mengarahkan klinisi pada masalah
spesifik, merekomendasikan keputusan klinis berbasis pada
probabilitas kejadian tertentu.
f. Paspor kesehatan (patient-carried records). Rangkuman medik
yang dibawa pasien memungkinkan pelayanan kesehatan darurat di
tempat-tempat yang jauh dari rumahnya. Rekam medik ini
mungkin dalam bentuk kertas, microfiche atau smartcard format.
(Sabarguna, 2005).
2. Konsep Rekam Medis Elektronik
Konsep dasar dalam sistem rekam medis elektronik adalah
menambahkan alat-alat manajemen informasi untuk dapat
menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
a. Peringatan dan pewaspadaan klinik (clinical alerts and reminders)
1) Pewaspadaan meliputi adanya hasil pemeriksaan laboratorium
atau pemeriksaan penunjang lain yang abnormal
2) Peringatan meliputi hasil pengecekan farmakologis terhadap
perintah pemberian obat, adanya riwayat reaksi alergi thdobat,
kontraindikasi pemberian obat, dosis obat yang tidak sesuai
b. Hubungan dengan sumber pengetahuan untuk penunjang keputusan
layanan kesehatan (health-care decision support). Hal ini
didasarkan atas praktek kedokteran berbasiskan bukti (evidence-
based medicine). Dalam pelaksanaannya, klinikus melakukan
pencarian dan penarikan hasil analisis meta yg sesuai dangan
kondisi pasien yg ditangani pada Web. Program pengambilan
keputusan dapat diinkorporasikan dalam rekam medis elektronik,
pengguna memasukkan data pasiennya dan memperoleh saran
untuk penanganan pasien.
c. Analisis data agregat

22
23

1) Uji klinik konvensional, data dikumpulkan dari pasien,


dimasukkan ke dalam basis data komputer dan dianalisis
dengan program statistik.
2) Rekam medis elektronik memungkinkan klinikus memperoleh
data rutin dan non rutin. Data rutin dapat langsung diperoleh
(dalam bentuk siap olah) dari basis-data rekam medis.
Sedangkan data non rutin dapat dikumpulkan pada waktu
pemeriksaan pasien dan dimasukkan dalam rekam medis.
3) Perintah dokter melalui komputer (CPOE; computerized
physician order entry). Dilakukan baik itu melalui data bentuk
bebas (informasi teks) maupun bentuk kode (data terstruktur).
d. Pengambilan data sinyal biologis secara otomatis (automatic data
capture)
1) Sinyal digital, menampilkan nilai-nilai diskret dari suatu
himpunan nilai tertentu, misalnya tekanan darah, frekuensi
nadi, dan densitas jaringan (CT-scan, MRI).
2) Sinyal analog, menampilkan nilai-nilai dalam rentang kontinu,
mis. elektrokardiogram (EKG), dan densitas jaringan (radiologi
konvensional). Sistem komputer hanya dapat mengakuisisi data
digital. Oleh karena itu, sinyal analog harus dikonversi terlebih
dahulu menjadi sinyal digital dengan ADC (analog-to-digital
conversion). (Sabarguna, 2005)
3. Komponen Rekam Medis Elektronik
a. Komponen penting yang mengacu pada kebutuhan
1) Record format. Bentuk yang sesuai contoh berbagai pelayanan
sesuai kebutuhan.
2) Sistem performance. Seperti pemanggilan kembali, serta
mudah dalam pengubahan data.
3) Reporting capabilities. Kelengkapan dokumen, mudah untuk
dimengerti dan standar laporan.

23
24

4) Training and implementation. Pelatihan yang minimal untuk


menggunakan dengan benar.
5) Control and acces. Untuk mengakses bagi yang berwenang tapi
terlindung dari penyalahgunaan.
6) Intelegence. Seperti sistem bantu keputusan, sistem tanda baca
yang sesuai.
7) Linkages. Terkait dengan berbagai pelayanan lain,
perpustakaan, database pasien dan keuangan.
8) Record content. Meliputi standarisasi formulir dan isi, sesuai
dengan kode penyakit dan tujuan layanan.
b. Komponen Penting Penggunaan Rekam Medik pada Individual
1) Patient Care Delivery (consumers). Untuk pasien dan keluarga.
2) Patient Care Management and Support. Untuk manajer mutu,
informasi kesehatan dan manajemen para professional dan
administrasi.
3) Lain-lain, Seperti akreditasi, kebijakan pemerintah dan
penelitian.
4) Patient Care Reimbursment. Untuk manajer keuangan dan
penagihan asuransi.
5) Patient Care Delivery (Provider). Seperti perawat, dokter, dan
ahli farmasi. (Sabarguna, 2005).

D. Aspek Ergonomi
Ergonomi adalah penetapan ilmu-ilmu geologis tentang manusia,
ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama
lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaanya yang manfaat dari
padanya di ukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. (Nurminanto,
2003).
Dalam pengelolaan Rekam Medis perlu memperhatikan ergonomi
kerja untuk mempermudah tata kerja dalam mencapai efisiensi dan
efektifitas kerja. Ergonomi juga berpengaruh terhadap kelelahan kerja

24
25

yaitu jika sikap dan cara kerja seseorang, contohnya posisi duduk saat
kerja didukung dengan peralatan dan tata letak yang dirancang secara
ergonomi maka akan lebih nyaman untuk melakukan suatu pekerjaan dan
dapat meningkatkan produktifitas kerja. Ergonomi juga dapat mengurangi
beban kerja yang berperan untuk memaksimalkan, kenyamanan dan
efisiensi kerja.
1. Prinsip Ergonomi
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-
alat penunjuk dan cara-cara menjalankan mesin.
b. Sikap duduk yang baik adalah sikap duduk yang tegak dengan
diselingi istirahat sedikit membungkuk.
c. Tempat duduk yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki agar
sesuai dengan tinggi lutut dan paha dalam keadaan datar.
2) Tinggi papan sandaran dapat diatur dan menekan pada
punggung.
3) Lebar papan duduk minimal 35 cm.
4) Tinggi meja merupakan ukuran dasar sesuai dengan ukuran
ukuran kertas diatas.
d. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih
dari itu efisien dan kualitas kerja sangat menurun.
2. Perancangan Manajemen Ruang Tempat Pendaftaran dan Unit
Rekam Medis
a. Desain Kursi Kerja
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk.
Bekerja dalam sikap duduk akan mengurangi kelelahan pada kaki,
terhindar dari sikap-sikap tidak alamiah dan mengurangi
pemakaian energi. Pemakaian kursi yang tepat tidak
menyebabkan keluhan-keluhan pada tenaga kerja.

25
26

Ukuran-ukuran kursi kerja yang baik misalnya sebagai


berikut:
1) Tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel antara 38-48 cm
(pakai tambahan alas kaki).
2) Tompangan pinggang dapat disetel ke atas ke bawah dan
bergerak 8-12 cm di atas alas duduk.
3) Dalamnya tompangan pinggang adalah 35-38 cm dari ujung
depan alas duduk.
4) Dalamnya alas duduk 36 cm.
5) Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak.
6) Kursi harus memungkinkan cukup memberikan kebebesan
bagi gerakan khusus pemakainya.
b. Desain Meja Kerja
Dalam perencanaan suatu meja kerja perlu disediakan
cukup ruangan bagi peralatan, perlengkapan kerja, aneka kerja
dan aneka tempat penyimpanan bahan agar gerakan tidak
terganggu. Meja kerja paling ideal yaitu meja kerja yang dapat
disetel menurut tinggi tenaga kerja yang bersangkutan. Apabila
tinggi meja kerja tidak dapat disetel, maka tinggi meja kerja
disesuaikan dengan ukuran tenaga kerja yang tertinggi atau
menggunakan tinggi badan yang sepadan untuk memudahkan
perencanaan tinggi meja kerja.
c. Desain Loket Pendaftaran
Dalam mendesain loket pendaftaran ada yang perlu
diperhatikan antara lain mengenai kerahasiaan komunikasi,
keselamatan keamanan dan kenyamanan. Dalam hal kerahasiaan,
desain loket pendaftaran perlu adanya pembatas atau penyekat
pada masing-masing loket karena begitu penting dan rahasianya
dokumen rekam medik, kerahasiaanya harus dijaga sejak mulai
pendaftaran. Untuk mrnunjang keamanan dan keselamatan dalam
proses pendaftaran, maka mebel dan bentuknya harus

26
27

diperhatikan. Bola loket terbuat dari kayu, papan atau tembok


maka harus dibuat halus, rata serta bagian tepinya jangan lancip
agar tidak tajam. Pekerjaan yang dilakukan pasien ketika
mendaftar adalah jenis pekerjaan ringan, maka tinggi optimum
meja loket pendaftaran adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku.
d. Perancangan Manajemen Ruang Filling
Ruang filling adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk
menyimpan berkas Rekam Medis pasien, sedangkan filling adalah
kegiatan penataan berkas disebuah tempat khusus sehingga untuk
kebutuhan referensi dapat dilakukan pengambilan (retrival)
kembali dengan cepat dan mudah. Kapasitas rak file. Faktor yang
mempengaruhi kapasitas rak file, yaitu:
1) Volume rak.
2) Rata-rata tebal berkas.
3) Sistem penjajaran yang digunakan.
4) Dalam aktifitas filling mungkin terjadi penambahan berkas
(admission) dan penyusutan (discharge). Tingkat
pertumbuhan berkas dapat diperkirakan dengan menggunakan
trend atau formula untuk menghitung beberapa kebutuhan
jumlah rak.
5) File Expansion

E. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit (Coding)


1. Pengertian Klasifikasi Penyakit
Klasifikasi penyakit yaitu sistem pengkategorian kesatuan penyakit
yang disusun berdasarkan kriteria yang ditentukan dan disepakati
bersama. Disusun oleh pakar dibidang statistik, anatomi, patologi, dan
ilmu kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Klasifikasi Penyakit
a. Memperoleh rekaman statistik penyakit dan masalah terkait
kesehatan yang sistematik penyakit.

27
28

b. Nilai statistik yang dihasilkan mampu digunakan untuk analisis,


interpretasi serta komparasi data morbiditas dan mortalitas dari
negara-negara yang berbeda.
c. Menerjemahkan istilah diagnosis penyakit dan masalah terkait
kesehatan.
d. Memudahkan proses pencatatan, pengumpulan, penyimpangan,
dan pengambilan kembali diagnoses yang tersedia.
3. Diagnosa Pasien
Diagnosa pasien merupakan titik mula suatu kegiatan pelayanan atau
asuhan yang direncanakan akan terjadi sedang terjadi sudah terjadi
atau akan berkelanjutan secara berkesinambungan.
4. Coding diagnosis
Coding diagnosis adalah proses penentuan nomor sandi (code) untuk
mewakili suatu sebutan diagnosis atau masalah terkait kesehatan.
Coding diagnosis merupakan alat kontrol biaya pelayanan kesehatan
(DRG’s).

5. Cara Mencari Kode yang Benar


Cara mencari kode yang benar sesuai peraturan dari ICD-10 yaitu:
a. Baca instruction manual (ICD-10 volume 2)
b. Tentukan lead-term (nama diagnose penyakit)
c. Cari kode yang cocok di indeks daftar alphabet (lCD-10 volume
3)
d. Memastikan kode yang cocok pada daftar tabulasi (CD-10
volume 1)
Cara mencari kode yang benar sesuai peraturan dari ICD 9 CM yaitu :
a. Tentukan lead term (nama tindakan)
b. Cari kode yang cocok di indeks daftar procedure (ICD 9 CM
volume 3)
c. Mengecek kode tindakan yang ditemukan pada daftar tindakan

28
29

6. Langkah-langkah Penetapan Koding


Langkah-langkah Penetapan Koding menurut Gemala Hatta, 2008
sebagai berikut :
a. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3
Alphabetical Index (kamus). Bila pernyataan adalah istilah
penyakit atau cidera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-
XIX dan XXI (volume 1), gunakanlah ia sebagai “lead term”
untuk dimanfaatkan sebagai panduan menelusuri istiah yang dicari
pada seksi 1 indeks (volume 3). Bila pernyataan dalam penyebab
luar (external cause) dari cedera (bukan nama penyakit) yang ada
di bab XX (volume 1), lihat dan cari kodenya pada seksi II di index
(volume 3).
b. “Lead Term“ (kata panduan) untuk penyakit dan cedera biasanya
merupakan kata benda yang memaparkan kondisi patologisnya.
Sebaiknya jangan menggunakan istilah kata benda anatomi, kata
sifat atau kata keterangan sebagai kata panduan. Walaupun
demikian, beberapa kondisi ada yang diekspresikan sebagai kata
sifat atau eponym (menggunakan nama penemu) yang tercantum
didalam indeks sebagai “Lead term“
c. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul
dibawah istilah yang akan dipilih pada volume 3.
d. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )“ sesudah lead
term (kata dalam tanda kurung = modifier, tidak akan mepengaruhi
kode). Istilah lain yang ada di bawah lead term (dengan tanda (-)
minus = idem = indent) dapat mempengaruhi nomor kode,
sehingga semua kata-kata diagnostic harus diperhitungkan.
e. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross references) dan
perintah see dan see also yang terdapat dalam indeks.
f. Lihat daftar tabulasi (volume I) untuk mencari nomor kode yang
paling tepat. Lihat kode tiga karakter diindeks dengan tanda minus
pada posisi keempat yang berarti bahwa isi untuk karakter keempat

29
30

itu ada didalam volume I dan perintah untuk membubuhi kode


tambahan (additional code) serta aturan cara penulisan dan
pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit dan dalam
sistem pelaporan morbitidas dan mortalitas.
g. Ikuti pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau
bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori atau subkategori.
h. Tentukan kode yang anda pilih.
i. Begitu juga dalam penetapan kode tindakan hampir sama dengan
langkah-langkah dalam penetapan kode diagnosis, yang
membedakan kode tindakan dicari dengan ICD 9 CM.
j. Lakukan analisis kuantitatif data diagnosis yang dikode untuk
pemastian kesesuaiannya dengan pernyataan dokter tentang
diagnosis utama diberbagai lembar formulir rekam medis pasien,
guna menunjang aspek legal rekam medis yang dikembangkan.
(WHO, 2008).

BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT


1. Sejarah RS Panti Nugroho
Pada tahun 1967 Rumah Sakit Panti Nugroho yang semula masih
berbentuk Rumah Bersalin -Balai Pengobatan hanya menempati rumah
sewaan milik Lurah Pakem dengan dua tenaga yaitu Sr. Yulia dan Sr.
Cecilio, yang dengan penuh kesetiaan melayani masyarakat sekitar.
Berhubung bangunan tersebut tidak memadai, timbul gagasan dari Romo

30
31

Kijm untuk membangun klinik yang cukup besar. Gagasan tersebut


didukung oleh Romo Rommens berupa bantuan sebidang tanah seluas
3.980 m2, yang diperoleh dari yayasan Papa Miskin, sedang keuangannya
diperoleh dari CEBEMO atas usaha Romo Kijm. Pada tahun 1972
bangunan dapat diselesaikan, pemberkatan dan peresmian operasionalnya
dilakukan oleh Mgr. Kardinal Julius Darmoatmojo, SJ.
Berkat hubungan baik dengan masyarakat setempat disertai
pelayanan yang baik, karya kesehatan Rumah Bersalin - Balai
Pengobatan dapat diterima oleh masyarakat. Dengan diperbantukannya
tenaga medis dari Rumah Sakit Panti Rapih dan adanya dokter tetap
untuk mengelola rumah sakit secara profesional, cakupan pelayanan
semakin meningkat.
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan dokter 24 jam dipenuhi
dengan menempatkan dokter jaga sore dan malam sejak tahun 1994.
Rumah Bersalin - Balai Pengobatan juga ikut berpartisipasi dengan
program pemerintah. Dengan manajemen yang lebih profesional yang
berorientasi pada kebutuhan konsumen, jumlah pasien rawat inap, rawat
jalan serta persalinan semakin meningkat. Dipihak lain jumlah tempat
tidur, fasilitas medis dan non medis yang ada belum memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Untuk memenuhi permintaan masyarakat akan mutu dan sarana
pelayanan yang baik serta antisipasi terhadap bencana Gunung Merapi,
mulai dipenuhi kebutuhan tenaga medis, paramedis dan non medis
seperti dokter umum, dokter spesialis konsulen, perawat, bidan maupun
tenaga administrasi. Tidak kalah pentingnya sarana bangunan dan
peralatan medis serta non medis menjadi pemikiran dari Yayasan Panti
Rapih untuk ditingkatkan sesuai standar Rumah Sakit tipe PRATAMA.
Meski negara sedang dilanda krisis moneter dan ekonomi yang
berkepanjangan, tidak mengurangi semangat dan cita-cita yang sudah
dipersiapkan oleh Yayasan Panti Rapih untuk mewujudkan berdirinya
Rumah Sakit Panti Nugroho yang representatif. Pembangunannya

31
32

dilaksanakan secara bertahap dimulai tanggal 11 September 1997 dan


telah diselesaikan seluruhnya pada bulan April 1999. Total luas
bangunan 4.111,25 m2yangberdiri di atas tanah seluas 10.375 m2. Sesuai
dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta No. 503/0401/PK/III/99 tanggal 2 Maret 1999 telah
ditingkatkan status Rumah Bersalin - Balai Pengobatan menjadi Rumah
Sakit Panti Nugroho. Rumah sakit ini diharapkan menjadi salah satu
rumah sakit satelit dari Yayasan Panti Rapih, yang akan menjadi
kebanggaan dan andalan di wilayah Yogyakarta bagian Utara.
Tanggal 31 Mei 1999, pemberkatan dan peresmian Rumah Sakit
Panti Nugroho dilakukan oleh Uskup Agung Semarang Mgr. Ign.
Suharyo, Pr. dan Sri Sultan Hamengkubowono X, dengan kapasitas 50
bed (tempat tidur), kami siap dengan tulus hati melayani pasien dalam
upaya penyembuhan.
Pada tahun 2000, pelayanan Gawat Darurat menempati gedung
yang baru. Selain itu Rumah Sakit Panti Nugroho melayani fasilitas
pelayanan baru yaitu pelayanan Poliklinik Spesialis Anak, Spesialis
Obsgyn, Spesialis Penyakit Dalam dan Spesialis Bedah Umum serta
didukung oleh pelayanan penunjang Radiologi , Laboratorium , dan
Fisioterapi.
Lokasi
Rumah Sakit Panti Nugroho berkedudukan di Jl. Kaliurang KM 17,
Pakem, Binangun, Pakem, Sukanan, Pakembinangun, Kecamatan
Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584.
Nomor telepon (0274) 895186 (Hunting), faksimile (0274) 897232 e-
mail: rumahsakit.pantinugroho@gmail.com .
www.pantinugroho.or.id .
2. Visi, Misi, Falsafah, Tujuan, Nilai, Budaya, Motto Rumah Sakit Panti
Nugroho
a. Falsafah

32
33

Tulus untuk Sembuh, dengan Semangat Cinta Kasih ;Sumber : Lukas


10:9. (“Dan Sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada disitu dan
katakanlah kepada mereka : Kerajaan Allah sudah dekat padamu”.)
b. Visi Rumah Sakit Panti Nugrorho
Rumah Sakit Panti Nugroho memperjuangkan nilai-nilai
humanistik,yaitu keberpihakan kepada mereka yang sakit, dengan
semangat cinta kasih dan iman Kristiani.
c. Misi Rumah Sakit Panti Nugrorho
1. Rumah Sakit Panti Nugroho dengan tulus akan memberikan
pelayanan kesehatan secara holistik dan berkesinambunganuntuk
mengupayakan kesembuhan,disertai upaya promosi kesehatan dan
pencegahan sakit kepada masyarakat.
2. Rumah Sakit Panti Nugroho akan memberikan pelayanan
kesehatan dan pendukung lain yang terkait secara
memuaskan,bermutu,professionaldan terjangkau.
3. Rumah Sakit Panti Nugroho menempatkan seluruh karyawan
sebagai modal yang sangat berharga dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan pendukung lain yang terkait. Kepada mereka akan
diberikan perhatian yang sebaik baiknya berupa peningkatan
kesejahteraan,pengetahuan,ketrampilan, kenyamanan kerjadan
jenjang karier.
4. Rumah Sakit Panti Nugroho meletakkan kebersamaan sebagai
landasan bagi seluruh kegiatan pelayanan kesehatan.Untuk
itu,seluruh karyawan dituntut selalu menjalin kerjasama yang
baik,jujur,ramah dan hormat kepada pemilik / Yayasan Panti
Rapih,Unit Karya dalam Yayasan Panti Rapih, pasien, rekanan dan
semua pihak yang terkait.
d. Tujuan Rumah Sakit Panti Nugroho
1. Memberikan pelayanan kesehatan secara holistic dan
berkesinambungan agar tercapai derajat kesehatan pasien dan
masyarakat yang optimal

33
34

2. Memperjuangkan tingkat kesejahteraan karyawan dan keluarga


yang wajar.
e. Nilai Rumah Sakit Panti Nugroho :
1. RAMAH
Bersikap dan bertutur kata dengan baik, sopan dan menyenangkan
kepada Pasien, keluarga pasien, pengunjung, rekanan dan antar
karyawan.
2. SIMPATI (EMPATI)
Ikut serta menyelami perasaan orang lain disaat sakit, susah dan
senang hingga menemukan kembali kesembuhan.
3. PROFESIONAL
Mengoptimalkan pelayanan dengan senantiasa berpikir dan
bersikap serius, cepat, dan tepat sesuai standar keilmuan dan
fasilitas yang ada.
4. NETRAL
Melayani siapapun tanpa membedakan suku, agama, ras dan
golongan.

f. Budaya Kerja
WUCARI :
Welcome : (disambut) : Hadirkan selalu kegembiraan
saat bertemu
Understand : (dimengerti) : Cepat, tanggap dan tepat dalam
melayani
keinginan dan harapan
mereka.
Comfortable : (dinyamankan) : Berikan selalu senyum, sapa
dan sentuhan kasih.

34
35

Appreciate : (dihargai) : Libatkan mereka dalam setiap


proses pelayanan, ajak mereka
berdiskusi tentang penyakit,
terapi dan kesembuhannya
serta langkah preventif dan
promotif.
Respect : (dihormati) : Ciptakan rasa percaya bahwa
kita bisa
Important : (dipentingkan) : Mengucapkan terima kasih atas
kunjungan dan kepercayaan
yang diberikan kepada kami.
Memberikan rasa experience
bahwa mereka
dilayani dengan baik

g. Motto
Tulus Untuk Sembuh
Rumah Sakit Panti Nugroho mengoptimalkan pelayanan kesehatan
secara tulus, penuh kejujuran dan kesungguhan hati berlandaskan
cinta kasih.

h. Fasilitas pelayanan rumah sakit


a). Pelayanan Medis
1) Medical Check Up
2) Dokter Umum
3) Dokter Gigi
4) Dokter Spesialis/Sub-Spesialis :
 Anak
 Bedah
 Penyakit Dalam

35
36

 Kebidanan dan Kandungan


 Syaraf
 THT
 Mata
 Paru
 Kulit dan Kelamin
 Bedah Tulang
 Rehabilitasi Medis
b). Pelayanan Penunjang
 Laboratirium
 X-Ray
 USG
 ECG
 Angiografi
 Echocadografi
 Konsultasi Gizi
 Farmasi
 Fisioterapi
c). Fasilitas :
 IGD 24 jam
 Rawat Jalan
 Rawat Inap 24 jam
Melayani 24 jam dengan pelayanan yang
memuaskan dengan didukung oleh tenaga medis dan
perawat yang profesional. Dapat memilih dokter
spesialis sesuai yang dikehendaki. Adapun dua jenis
pelayanan rawat inap kami meliputi:
1) Rawat Inap ruangan
pelayanan rawat inap pada kasus-kasus penyakit
yang memerlukan perawatan atau tindakan yang

36
37

membutuhkan pengawasan lebih dari 24 jam. Pasien


dapat memilih kamar atau ruangan sesuai dengan
kemampuan dan keinginan mereka. Adapun ruangan
atau bangsal di rumah sakit kami adalah :
a) Bangsal Elisabeth
Bangsal untuk perawatan kebidanan meliputi
perawatan dan penanganan kehamilan, kandungan,
melahirkan dan bayi. Bangsal ini dilengkapi dengan
fasilitas kelas I,III dan esekutif serta Ruang
Perinatal.
b) Bangsal Maria
Bangsal untuk perawatan penyakit dalam. Bangsal
ini dilengkapi dengan fasilitas kelas I,II,vip, dan
esekutif.
c) Bangsal Yacinta
Bangsal untuk perawatan penyakit umum dan anak-
anak. Bangsal ini dilengkapi degan fasilitas kelas II,
III, vip dan esekutif.
d) Bangsal Yosep
Bangsal untuk perawatan penyakit umum, bangasl
ini dilengkapi dengan fasilitas kelas I,II,dan III

e) Bangsal Lucia
Bangsal untuk perwatan bayi atau kamar bayi
 Kamar Bedah

B. Standar Pelayanan Minimal DAN Akreditasi Rumah Sakit Panti


Nugroho
a. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Panti Nugroho
SPM penyediaan berkas RM di Rumah Sakit Panti Nugroho sudah
memenuhi standar yang ada. Untuk rawat jalan dan rawat inap sudah tidak

37
38

menggunakan berkas rekam medis berbentuk kertas, karena sudah


menggunakan system rekam medis elektronik yaitu secara komputerisasi.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan di Rumah Sakit Panti
Nugroho petugas rekam medis cepat dalam melayani pasien rawat jalan dan
rawat inap, karena untuk pasien rawat jalan dan rawat inap sudah
menggunakan system rekam medis elektronik.

 Alur pelayanan pasien rawat jalan/IGD

38
39

Gambar 3.1 Alur Rawat Jalan

 Alur Rawat Inap

39
40

Gambar 3.2 Alur Rawat Inap

b. Akreditasi Rumah Sakit Panti Nugroho


Rumah Sakit Panti Nugroho merupakan Rumah Sakit tipe D yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran sub spesialis terbatas. Terdapat 11 macam
pelayanan spesialis yaitu pelayanan penyakit kesehatan anak, pelayanan
bedah, pelayanan penyakit dalam, pelayanan kebidanan dan kandungan,
pelayanan penyakit syaraf, pelayanan penyakit THT, pelayanan penyakit
mata, pelayanan penyakit paru, pelayanan penyakit kulit dan kelamin,
pelayanan penyakit bedah tulang, dan pelayanan penyakit rehabilitasi medis.
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh
pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar

40
41

yang ditetapkan. Akreditasi Rumah Sakit Panti Nugroho mengikuti akreditasi


versi SNARS 2018, dimana Rumah Sakit Panti Nugroho lulus akreditasi
dengan tingkat paripurna, yang mengacu pada standar akreditasi internasional
dari JCI-USA. Akreditasi ini didapatkan setelah kunjungan penilaian dari
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Kementerian Kesehatan RI pada
Maret 2019.
Rumah Sakit Panti Nugroho telah memenuhi tingkatan sebagai rumah
sakit paripurna, yaitu sebagai berikut:
2. Sasaran keselamatan pasien rumah sakit (SKP)
3. Hak pasien dan keluarga (HPK)
4. Pendidikan pasien dan keluarga (PPK)
5. Peningkatan mutu dan keselamatan
6. Millinnium development goal’s (MDG’s)
7. Akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan (APK)
8. Assessment pasien (AP)
9. Pelayanan pasien (PP)
10. Pelayanan anesstesi dan bedah (PAB)
11. Management pengunaan obat (MPO)
12. Management komunikasi dan informasi (MKI)
13. Kualifikasi dan pendidikan staf (KPS)
14. Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

41
42

Gambar 3.3 Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Panti Nugroho

C. SIM-RS Rumah Sakit Panti Nugroho


Sistem informasi manajemen di rumah sakit Panti Nugroho
menggunakan system komputerisasi dengan mengaplikasikan Billing System.
System informasi rumah sakit Panti Nugroho dibuat oleh tim IT rumah sakit
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Menggunakan jaringan LAN (Local Area
Network).
Tampilan SIM RS di Rumah Sakit Panti Nugroho sesuai dengan login
dari masing-masing pegawai sehingga tampilan SIM RS akan berbeda satu
dengan yang lain, karena adanya keterbatasan akses untuk menjaga
kerahasiaan data pasien.
Manfaat SIM-RS di rumah sakit Panti Nugroho :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan, yaitu akses kecepatan data sudah cepat,
dari segi pelaporan dapat di akses dari excel, grafik, dll.
2. Menyediakan informasi untuk bahan pengambilan keputusan.

42
43

3. Dengan adanya SIM-RS dapat mengurangi biaya administrasi.


4. Meningkatkan pendapatan rumah sakit.

D. Rekam Medis Elektronik di Rumah Sakit Panti Nugroho


RME/RKE sebenarnya merupakan salah satu komponen dari sistem
manajemen kesehatan. Subsistem manajemen kesehatan merupakan salah
satu komponen dari sistem kesehatan. Sistem kesehatan juga merupakan
salah satu sistem dari sistem pemerintahan. Ada berbagai perundangan
sebenarnya memberi warna atau bersentuhan dengan keberadaan RME/RKE.
Sistem rekam medis rumah sakit Ranti Nugroho adalah sebagai berikut
sistem rekam medis elektronik dimulai dari pendaftaran rawat jalan yang
merekam data identitas pasien dan transaksi pendaftaran rawat jalan,
selanjutnya data dikirim ke poliklinik. Poliklinik akan menerima data pasien
yang mendaftar per dokter, data ini akan di gunakan dalam transaksi
pelayanan rawat jalan oleh dokter.
Dalam pelayanan rawat jalan, dokter akan merekam hasil pemeriksa
dan apabila dalam pemeriksaan penunjang makan bisa dilakukan order
pemeriksaan penunjang secara elektronik, hasil pemeriksaan penunjang akan
dikirim kembali di ruang dokter secara elektronik juga. Pada akhir pelayanan
di poliklinik akan membuat resep dan rincian biaya melalui sistem informasi
mengirimkannya kebagian farmasi, kasir, dan laporan hasil pelayanan akan
terkirim ke instalasi rekam medis untuk di olah menjadi laporan kunjungan
dan morbiditas. Bila di perlukan pencetakan hasil rekaman pelayanan dapat
dicetak di bagian rekam medis dalam bentuk formulir RMRJ-4 hasil
pemeriksaan rawat jalan.
Untuk pasien yang rawat inap, surat pengantar rawat inap dicetak di
pendaftaran rawat inap, selanjutnya pasien akan di daftarkan secara elektronik
di tempat pendaftaran rawat inap. Data pasien akan secara otomatis terekam
dalam sistem register pasien rawat inap yang dapat diakses oleh instalasi
rawat inap, selanjutnya data ini akan digunakan rawat inap untuk alokasi

43
44

pemanfaatan tempat tidur yang menghasilkan data sensus harian rawat inap
dan laporan penggunaan tempat tidur.
Sistem rekam medis elektronik di rumah sakit Panti Nugroho baru
digunakan diinstalasi rawat jalan saja sedangkan pelaksanaan sistem
informasi di rawat inap baru sebatas pendaftaran, order penunjang dan
register rawat inap yang menghasilkan informasi pemanfaatan tempat tidur
dan sensus harian di rawat inap. Sedangkan rekam medis pasien rawat inap
yang merekam pelayanan klinis (pelayanan medis dan keperawatan) di rawat
inap masih dilakukan secara manual karena masih memerlukan autentikasi
informed consent yang berbentuk formulir rekam medis kemudian discan
dan dimasukan kedalam sistem rekam medis elektronik.

E. Aspek Ergonomi di RS Panti Nugroho


Penerapan aspek ergonomi di unit rekam medis RS Panti Nugroho
digambarkan sebagai berikut:
1. Ruang Kerja Unit Rekam Medis
Dibagian unit rekam medis di RS Panti Nugroho memiliki 1 ruang
yang dekat dengan tempat pendaftran.
a. Kursi kerja
Didalam ruang kerja unit rekam medis RS Panti Nugroho
memiliki 9 kursi kerja, 6 kusi plastic 3 kursi besi
1) Kursi plastik
tinggi: 38 cm, lebar: 28 cm, panjang : 40
2) Kursi besi
Tinggi : 38cm, lebar: 30 cm, panjang : 30 cm
b. Meja Kerja
Didalam ruang kerja unit rekam medis RS Panti Nugroho
memiliki 8 meja kerja. Berikut ukuran meja yang ada dibagian
rekam medis RS Panti Nugroho :

44
45

1) Meja Kayu 1
Digunakan untuk kegiatan admisi pasien rawat inap.
Berukuran dengan panjang = 105cm, lebar meja= 50 cm, dan
tinggi = 74 cm.
2) Meja Kayu 2
Digunakan untuk kegiatan koding berkas rekam medis pasien
rawat inap yang menggunakan bpjs. Berukuran dengan
panjang = 105 cm, lebar meja = 50 cm, dan tinggi = 74 cm.
3) Meja Kayu 3
Digunakan untuk kegiatan informasi teknologi.Berukuran
dengan panjang = 150 cm, lebar meja = 50cm, dan tinggi =
74cm
4) Meja Kayu 4
Digunakan untuk kegiatan operator. Berukuran dengan
panjang = 105 cm, lebar meja = 50 cm, dan tinggi = 74 cm
5) Meja Kayu 5
Digunakan untuk kegiatan scan data rawat inap. Berukuran
dengan panjang = 105cm, lebar meja = 50 cm, dan tinggi =
74 cm
6) Meja Kayu 6
Digunakan untuk kegiatan koding rawat jalan dan menginput
data SIM-RS. Berukuran dengan panjang = 105 cm, lebar =
50 cm, dan tinggi = 74 cm
7) Meja Kayu 7
Digunakan untuk kegiatan menginput data SIM-RS dan
pembuatan surat keterangan. Berukuran dengan panjang =
105 cm, lebar = 50 cm, dan tinggi = 74 cm

45
46

c. Rak Filling
Diunit rekam medis RS Panti Nugroho memiliki 11 rak
falling. Berikut ukuran rak falling RS Panti Nugroho :
1) Rak Filling Kayu 1
Berukuran dengan panjang =300cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250 cm
2) Rak Filling Kayu 2
Berukuran dengan panjang =300 cm, lebar =75 cm, dan
tinggi =250 cm.
3) Rak Filling Kayu 3
Berukuran dengan panjang = 300 cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250 cm.
4) Rak Filling Kayu 4
Berukuran dengan panjang = 300 cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250 cm.
5) Rak Filling Kayu 5
Berukuran dengan panjang =300 cm, lebar =75 cm, dan
tinggi =250 cm.
6) Rak Filling Kayu 6
Berukuran dengan panjang = 300 cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250 cm.
7) Rak Filling Kayu 7
Berukuran dengan panjang = 300 cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250cm
8) Rak Filling Kayu 8
Berukuran dengan panjang = 300cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250cm
9) Rak Filling Kayu 9
Berukuran dengan panjang = 300 cm, lebar =75 cm, dan
tinggi = 250 cm

46
47

10) Rak Filling Kayu 10


Berukuran dengan panjang = 300 cm, lebar =75 cm, dan
tinggi = 250 cm
11) Rak Filling Kayu 11
Berukuran dengan panjang =100 cm, lebar = 40 cm , dan
tinggi =178 cm.

47
48

Pendaftar P
Telp an
I
G
BPJS D
IGD

Rujukan Print
Scan

Fingerprint

1 3 4 5 6 7 8

R
A
2 K

L1 SERVER
SOFA L2 9 LF

RAK FILLING I
RAK FILLING IV
RAK
FILLING
III
RAK FILLING V
RAK FILLING II

RAK XI
RAK FILLING RAK
VI FILLING VII
RAK FILLING X

RAK FILLING RAK


VII FILLING IX

Gambar 3.4 area kerja

48
49

KETERANGAN :
- NO 1: Meja untuk menginput TTPRI
- NO 2: Meja untuk edukasi kamar
- NO 3: Meja untuk mengkoding pasien rawat inap BPJS
- NO 4 : Meja untuk IT dan desain
- NO 5 : Meja untuk operator
- NO 6: Meja untuk scan
- NO 7 : Meja untuk koding rawat jalan
- NO 8 : Meja untuk input dan SKD
- NO 9 : Meja untuk Assembling
- LF : Lemari Filling
- L1 : Lemari kebutuhan TTPRI
- L2 : Lemari ATK
- PIGD: pendaftran IGD

F. Klasifikasi dan Kodefikasi


Table 3.1 Sistem Reproduksi : Pregnancy, childbirth and the puerperium
(O00-O99)

No No Rekam Medis Diagnosis Kode

Diabetes mellitus in pregnancy,


1 218189 O24.9
unspecified

2 206765 Oligohydramnios O41.0

Complication of labour and delivery,


3 186739 O75.9
unspecified

49
50

Tabel 3.2 Sistem Reproduksi : Cerain conditions originating in the


perinatal periode (P00-P96)

No No Rekam Medis Diagnosis Kode

Fetus and newborn affected by unspecified


1 221231 P00.9
maternal condition

2 221072 Neonatal jaundice, unspecified P59.9

Tabel 3.3 Sistem Genetika : Congenital malformations, deformations and


chormosal abnormalities (Q00-Q99)

No No Rekam Medis Diagnosis Kode

1 183891 Stenosis of pulmonary artery Q25.6

2 220649 Hirschsprung disease Q43.1

3 219067 Other congenital deformities of hip Q65.8

Other specified congenital musculoskeletal


4 057890 Q68.8
deformities

Tabel 3.4 Diseases of the blood and blood-forming organs and certain disorders
involving the immune mechanism (D50-89)

No No Rekam Medis Diagnosis Kode

1 003588 Anemia , unspecified D64.9

2 221029 Acquired haemolytic anemia D59.9

50
51

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Standar Pelayanan Minimal Dan Akreditasi di Rumah Sakit Panti


Nugroho
g. Stadar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Panti Nugroho

Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan


mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Salah satu jenis pelayanan yang
diatur adalah pelayanan di bagian rekam medis. Penyediaan berkas rekam
medis yang baik adalah penyediaan berkas rekam medis yang cepat, tepat
dan efisien. Departemen Kesehatan RI memberikan standar pelayanan
minimal sebagai alat ukur mutu pelayanan rumah sakit. Pada pelayanan
Rekam Medis, DepKes RI memberikan standar untuk waktu penyediaan
dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan kurang dari atau sama
dengan 10 menit (< 10 menit), sedangkan untuk waktu penyediaan
dokumen rekam medis pelayanan rawat inap kurang dari atau sama dengan
15 menit (< 15 menit). Standar pelayanan minimal penyediaan rekam
medis di RS Panti Nugroho ditetapkan sesuai dengan standar yang ada.
Waktu penyediaan rekam medis pelayanan rawat jalan dan rawat inap
tidak memerlukan waktu yang lama karena rekam medis di RS Panti
Nugroho sudah menggunakan komputerisasi, saat pasien mendaftar dan
petugas pendaftaran mengentri data pasien akan langsung terhubung
dengan poliklinik yang akan dituju oleh pasien. Di RS Panti Nugroho juga
terdapat 4 elemen penilaian yang dinilai dalam pelayanan di bagian rekam
medis yaitu kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai
pelayanan, kelengkapan informed consent setelah mendapatkan informasi
yang jelas, waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat
jalan dan waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap.

51
52

h. Akreditasi Rumah Sakit Panti Nugroho

Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit


yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh menteri kesehatan, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu
memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan.
Akreditasi Rumah Sakit Panti Nugroho mengikuti akreditasi versi SNARS
2018, dimana Rumah Sakit Panti Nugroho lulus akreditasi dengan tingkat
paripurna, yang mengacu pada standar akreditasi internasional dari JCI-
USA. Akreditasi ini didapatkan setelah kunjungan penilaian dari Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Kementerian Kesehatan RI pada
Maret 2019.
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan
oleh pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi
standar yang ditetapkan. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan
masyarakat bahwa rumah sakit Panti Nugroho menitikberatkan sasarannya
pada kesesuaian dengan prinsip, keselamatan pasien dan mutu pelayanan
yang berkualitas.

B. SIM-RS
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya
disingkat SIM-RS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi
yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan
Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan
merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan. Tujuan dari SIM-RS
adalah menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan
harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen,
menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan,

52
53

pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan dan


menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit di RS Panti Nugroho sudah digunakan sejak
pada tahun 2010 dan dikembangkan hingga tahun 2019 ini seluruan bagian
di rumah sakit sudah menggunakan SIM-RS dan sudah terintegrasi satu
sama lain dengan menggunakan jaringan LAN (Local Area Network).
Dengan adanya SIM-RS ini RS Panti Nugroho dapat mengoptimalkan
layanan menjadi aksesibility, efektif, dan efisien bagi petugas kesehatan
maupun masyarakat. Merupakan salah satu jawaban dari kebutuhan akan
perkembangan teknologi informasi di Rumah Sakit. Dengan adanya SIM-
RS ini juga, rumah sakit mampu mengintegrasikan semua unit pelayanan
sehingga mampu mendukung terselenggaranya pelayanan secara lebih
transparan, efektif dan effisien, demi pelayanan yang optimal dan
memuaskan masyarakat.

C. Rekam Medis Elektronik di RS Panti Nugroho


Rekam medis elektronik adalah setiap catatan, pernyataan, maupun
interpretasi yang dibuat oleh dokter atau petugas kesehatan lain dalam rangka
diagnosis dan penanganan pasien yang dimasukkan dan disimpan dalam
bentuk penyimpanan elektronik (digital) melalui sistem komputer. Pada
tahun 2014 RS Panti Nugroho sudah intensif menggunakan rekam medis
elekronik. namun penggunaan rekam medis elektronik ini hanya digunakan
pada bagian rawat jalan saja dan bisa diakses sewaktu-waktu sedangkan
pelaksanaan system Informasi di rawat inap baru sebatas pendaftaran, order
penunjang dan register rawat inap yang menghasilkan informasi pemanfaatan
tempat tidur dan sensus harian di rawat inap. Untuk merekam pelayanaan
klinis masih dilakukan secara manual karena masih memerlukan autentikasi
informed consent yang berbentuk formulir rekam medis.
Dengan diadakannya penggunaan rekam medis elektronik (RME)
di Rumah Sakit Panti Nugroho, maka diharapkan mampu meningkatkan

53
54

profesionalisme dan kinerja manajemen rumah sakit melalui tiga manfaat


yaitu manfaat umum, operasional dan organisasi. Harus diakui bahwa
perubahan dari sistem manual ke RME tidaklah mudah, perlu sebuah
upaya keras dalam bentuk kampanye gerakan keselamatan pasien (patient
safety). Bilamana perlu harus dilakukan dalam skala internasional.

D. Aspek Ergonomi di RS Panti Nugroho


Ruang Kerja Unit Rekam Medis
Dibagian unit rekam medis di RS Panti Nugroho memiliki 1 ruang
yang dekat dengan tempat pendaftaran.
Didalamnya terdapat:
 Kursi : 9 kursi kerja, 6 terbuat dari plastik dan 3 terbuat dari
besi, yang perlu evaluasi karna untuk standat keselamatan
belum memenuhi, seperti yang di ungkapkan dalam standar
ergonomi ruang kerja menurut Nurminanto,2003.
 Meja : 9 meja kerja,
2 meja digunakan untuk TPPRI, 1 meja untuk koding rawat
inap BPJS, 1 meja untuk IT dan desain, 1 meja untuk operator,
1 meja untuk scan, 1 meja untuk koding, 1 meja untuk Surat
Keterangan Dokter dan menginput data SIM-RS, dan 1 untuk
Assembling, untuk ukuran sudah memenuhi standar ergonomic
menurut Nurminanto,2003.
 Rak filling : Dibelakang ruangan ini juga terdapat 11 rak filling
dengan ukuran yang berbeda-beda sehingga didalam ruangan ini
terasa sangat penuh dan kurang nyaman. Maupun sudah
terdapat 11 rak filling masih banyak berkas rekam medis rawat
inap yang diletakkan di lantai karena rak filling yang ada sudah
penuh. Rumah Sakit Panti Nugroho sudah melakukan scaning
berkas untuk mengurangi berkas rekam medis yang berada di
rak filling. Penyimpanan scaning berkas langsung menjadi

54
55

rekam medis elektronik melewati program SIM-RS dari rumah


sakit.

E. Klasifikasi dan Kodefikasi


Klasifikasi dan Kodefikasi di Panti Nugroho sudah menggunakan
system komputerisasi dengan panduan ICD-10 dan ICD-9CM. oleh karena
itu klasifikasi dan kodefikasi di RS Panti Nugroho memiliki prosedur
pengkodean, yaitu :

1. Petugas membaca diagnosis yang ditulis oleh dokter.


2. Lalu petugas mencari kode sesuai dengan diagnosis
yang ada di computer.
3. Jika kode klasifikasi penyakit dan tindakan sudah sesuai
petugas melakukan input data ke computer.

Dirumah sakit Panti Nugroho memiliki dua system pengkodean, yaitu:

1. Klaim BPJS pasien rawat inap dan pasien rawat jalan


untuk menentukan harga yang di klaim BPJS kepada
rumah sakit.
2. Laporan untuk kepada rumah sakit yang sesuai dengan
diagnosis utama dan sekunder.

55
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Standar pelayanan minimal dan akreditasi RS Panti Nugroho

a. Standar pelayanan minimal penyediaan rekam medis di RS Panti


Nugroho ditetapkan sesuai dengan standar yang ada. Waktu
penyediaan rekam medis pelayanan rawat jalan dan rawat inap
tidak memerlukan waktu yang lama karena rekam medis di RS
Panti Nugroho sudah menggunakan komputerisasi.

b.Akreditasi di RS Panti Nugroho saat ini adalah Rumah Sakit swasta


yang telah di sahkan oleh KARS dengan versi SNARS 2018 oleh
kementrian kesehatan RI pada Desember 2018.

2) Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di RS Panti Nugroho


sudah digunakan sejak pada tahun 2010 dan dikembangkan hingga
tahun 2019 ini seluruan bagian di rumah sakit sudah menggunakan
SIM-RS dan sudah terintegrasi satu sama lain dengan menggunakan
jaringan LAN (Local Area Network).

3) Rekam medis elektronik di RS Panti Nugroho sudah intensif


digunakan sejak tahun 2014, namun penggunaan rekam medis
elektronik ini hanya digunakan pada bagian rawat jalan saja dan bisa
diakses sewaktu-waktu sedangkan pelaksanaan system Informasi di
rawat inap baru sebatas pendaftaran dan register rawat inap yang
menghasilkan informasi pemanfaatan tempat tidur dan sensus harian
di rawat inap. Untuk merekam pelayanaan klinis masih dilakukan
secara manual karena masih memerlukan autentikasi informed consent
yang berbentuk formulir rekam medis.

4) Dilihat dari aspek ergonomi yang ada di RS Panti Nugroho untuk


kursi di ruang rekam medis perlu evaluasi karena untuk keselamatan

56
belum memenuhi standar dan ruang filling masih perlu evaluasi
karena adanya akses bagi orang yang tidak berwenang.

5) lasifikasi dan kodefikasi yang di lakukan di RS Panti Nugroho sudah


menggunakan sistem komputer dengan panduan ICD-10 dan ICD-
9CM elektronik pengkodean dilakukan melalui SIM-RS. Dirumah
sakit Panti Nugroho memiliki dua system pengkodean, yaitu:

a. Klaim BPJS pasien rawat inap dan pasien rawat jalan untuk
menentukan harga yang di klaim BPJS kepada rumah sakit.
b. Laporan untuk kepada rumah sakit yang sesuai dengan diagnosis
utama dan sekunder.

F. Saran
1. Sebaiknya ditambahkan rak filling agar berkas rekam medis rawat inap
pasien tidak bertumpuk dilantai.
2. Sebaiknya dokumen pada rak filling ditata agar lebih rapi dan jarak
antar rak filling satu dengan yang lainnya tidak terlalu sempit, sehingga
dapat mempermudah dan mempercepat petugas filling dalam
mengambil dan mengembalikan dokumen rekam medis.
3. Mempercepat dalam pelaksanaan scaning berkas rawat inap dan rawat
jalan agar tidak menumpuk di ruang kerja rekam medis.
4. Untuk penataan ruang rekam medis sebaiknya dievaluasi agar lebih
nyaman.
5. Sebaiknya untuk pendaftaran, BPJS, dan rujukan dibuatkan tulisan
loket 1 dan dibuatkan petunjuk alur agar pasien tidak salah loket.
6. Tambahkan fingerprint dipintu masuk ruangan filling agar terjaga
kerahasian berkas rekam medis.
7. Diretur ulang untuk diganti dengan kursi yang sudah memenuhi
standar keselamatan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Health Care It News.Informatika Kesehatan.Net Tentang Standar Nasional Akreditasi


Rumah Sakit

Kepmenkes RI Nomor 129 tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rekam
Medis

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.S Standar


Akreditasi Rumah Sakit.--Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Nugroho dan Seha.2018.Buku Panduan Praktik Kerja Lapangan.Yogyakarta: PI Press

Nurmianto, E. 2004. Konsep Dasar dan Aplikasinya edisi II. Surabaya : Guna Widya

Permenkes 337 tahun 2007 Tentang Kompetensi Perekam Medis

Permenkes RI Nomor 269 MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis

Potter dan Perry. 2009. Fundamental of Nursing 7th Edition. Missouri: St. Louis.

Rustiyanto, Ery. 2011. Manajemen Filing Rekam Medis dan Informasi Kesehatan edisi
pertama. Yogyakarta: Penerbit Politeknik Kesehatan Permata Indonesia

Rustiyanto, Ery. 2010. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang Terintegrasi.
Yogyakarta: Gosyen Publishing

Sabarguna, Boys. 2005. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Bandung: Amanah.

Sabarguna, Boy S. 2007. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Jakarta:


Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY

Shortliffe, H. Edward. Medikal informatics : computer applications in helath care.


Springer

WHO. 2010. International Statictical Classification of Disease and Related Health


Problem Tenth Revision

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

58

Anda mungkin juga menyukai