Anda di halaman 1dari 43

January 24, 2016

LAPORAN PKL SEMESTER IV


LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
SEMESTER IV

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL, ASPEK ERGONOMI, SIM-RS DAN


AKREDITASI DI SEKSI REKAM MEDIS RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA
LEMPUYANGWANGI YOGYAKARTA TAHUN 2015

DISUSUN OLEH :
1.ADI SUJARWO (2013.133.003)
2.HIDAYATUL MUBTADIIN (2013.133.026)
3.RIRIN JULIANI PE (2013.133.043)
4.XAVERIUS DURIANTO PATI. H (2013.133.055)
5.YULIANA IKA DWI RAHAYU (2013.133.057)

PROGRAM STUDI D III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLTEKKES PERMATA INDONESIA
2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


SEMESTER 1V
PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL, ASPEK ERGONOMI, SIM-RS DAN
AKREDITASI DI SEKSI REKAM MEDIS RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA
LEMPUYANGWANGI YOGYAKARTA TAHUN 2015
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Penguji Tanda Tangan


Pembimbing Lapangan
Sumartinah, AMd.,RMIK (…………….)
Pembimbing Akademik
Fahmi Hakam, S.KM (…………….)
Direktur
Politeknik Kesehatan Permata Indonesia
Anas Rahmad Hidayat, S.KM.,M.Kes
NPP.2014.120377.11.032
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan Semester IV yang berjudul “Penerapan Standar Pelayanan
Minimal, Aspek Ergonomi, SIM-RS dan Akreditasi di Seksi Rekam Medis Rumah Sakit Umum
Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta Tahun 2015” telah mendapat persutujuan pada tanggal
2015. Untuk dapat diajukan pada responsi Praktik Kerja Lapangan.
Mengetahui

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik


Ibu Sumartinah, AMd.,RMIK Bp Fahmi Hakam, S.KM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan
Semester IV yang berjudul “PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL, ASPEK
ERGONOMI, SIM-RS DAN AKREDITASI DI SEKSI REKAM MEDIS RUMAH SAKIT
UMUM BETHESDA LEMPUYANGWANGI YOGYAKARTA TAHUN 2015”.
Adapun maksud dan tujuan kami disini dalam menyusun laporan ini ialah sebagai bukti tertulis
dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan kami yang telah kami laksanakan pada tanggal 03
Agustus – 15 Agustus 2015 bertempat di RSU Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta. Pada
kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.Bapak Anas Rahmad Hidayat., S.KM M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan Permata
Indonesia dan Pembimbing Akademik.
2.Ibu Dresti Widya selaku Dosen Jurusan Rekam Medis Poltekkes Permata Indonesia.
3.Ibu Sumartinah, AMd.,RMIK selaku Koordinator Seksi Rekam Medis RSU Bethesda
Lempuyangwangi Yogyakarta dan Pembimbing Lapangan.
4.Bapak Fahmi Hakam., S.KM selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapangan
5.Segenap staf Seksi Rekam Medis RSU Bethesda Lempuyangwangi yang telah membimbing
dan membantu kami selama PKL dengan penuh kesabaran.
6.Kedua orang tua kami serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual.
Selanjutnya kami selaku penyusun menyadari bahwa dalam penyususnan laporan ini masih
kurang dari sempurna, maka dari itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami
terima dengan tangan terbuka demi sempurnanya laporan ini.
Besar harapan kami, semoga apa yang telah kami buat bisa menjadi referensi yang berguna bagi
kami selaku penyusun maupun pembaca.
Yogyakarta, 03 Agustus 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang 1
B.Tujuan PKL 3
C.Manfaat PKL 3
D.Ruang Lingkup 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.Akreditasi RS 5
B.Standar Pelayanan Minimal Penyediaan Berkas RM 9
C.SIM-RS 11
D.Aspek Ergonomi 14
E.Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Sistem Reproduksi dan Genetika 19

BAB III HASIL PENGAMATAN


A.Gambaran Umum RSU Bethesda Lempuyangwangi 22
B.Akreditasi RSU Bethesda Lempuyangwangi 25
C.Standar Pelayanan Minimal Penyediaan Berkas RM di RSU Bethesda Lempuyangwangi 27
D.SIM-RS Bethesda Lempuyangwangi 27
E.Aspek Ergonomi RSU Bethesda Lempuyangwangi 30
F.Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Sistem Reproduksi dan Genetika 44

BAB IV PEMBAHASAN
A.Akreditasi RSU Bethesda Lempuyangwangi 46
B.Standar Pelayanan Minimal Penyediaan Berkas RM di
RSU Bethesda Lempuyangwangi 47
C.SIM-RS Bethesda Lempuyangwangi 48
D.Aspek Ergonomi RSU Bethesda Lempuyangwangi 49
E.Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Sistem Reproduksi dan Genetika 53

BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan 56
B.Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penilaian Akreditasi 6


Tabel 1.2 Kategori Tingkatan Akreditasi 9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Budaya Kerja RSU Bethesda Lempuyangwangi 23


Gambar 1.2 Tempat Pendaftaran Pasien 31
Gambar 1.3 Tempat Pendaftaran Pasien 31
Gambar 1.4 Kursi Pendaftaran 32
Gambar 1.5 Ruang Tunggu Pasien 33
Gambar 1.6 Kursi Kerja 34
Gambar 1.7 Meja Kerja filling 35
Gambar 1.8 Meja Assembling, indeksing dan BPJS 35
Gambar 1.9 Meja Kerja coding 36
Gambar 2.1 Meja Kerja grouper 36
Gambar 2.2 Meja Laporan 37
Gambar 2.3 Rak Sortir 38
Gambar 2.4 Rak KIUP 38
Gambar 2.5 Berkas Rekam Medis 39
Gambar 2.6 Rak Filing 40
DAFTAR LAMPIRAN

Formulir General Consent RSU Bethesda Lempuyangwangi


Formulir Informed Consent RSU Bethesda Lempuyangwangi
Tampilan SIM-RS One Medic RSU Bethesda Lempuyangan

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perkembangan dunia kesehatan baik ilmu pengetahuan, teknologi, informasi kesehatan, maupun
setiap pelayanan kesehatan dituntut untuk menyelenggarakan rekam medis. Mengingat rekam
medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Permenkes
269/Menkes/Per/III/2008).
Penyelenggaraan sistem rekam medis yang baik, salah satunya harus ditunjang oleh sistem
penyediaan berkas rekam medis. Penyediaan berkas rekam medis yang baik adalah penyediaan
berkas rekam medis yang cepat, tepat dan efisien. Jika waktu dalam penyediaan rekam medis
lama, maka akan menghambat pelayanan kesehatan yang akan diberikan dokter kepada pasien,
karena dokter tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tanpa adanya berkas
rekam medis pasien tersebut. Penyediaan berkas rekam medis harus dapat mendukung pelayanan
kesehatan, khususnya pelayanan rawat jalan yang bermutu.
Rekam medis berperan penting dalam menentukan akreditasi tujuan akreditasi rumah sakit
adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat
Indonesia yang semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang bermutu. Dengan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diharapkan dapat mengurangi minat masyarakat untuk
berobat keluar negeri. Sesuai dengan Undang-undang No.44 Tahun 2009, pasal, 40 ayat 1,
menyatakan bahwa, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.
Meskipun akreditasi rumah sakit telah berlangsung sejak tahun 1995 dengan berbasis pelayanan,
yaitu 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan, namun dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta makin kritisnya masyarakat Indonesia dalam menilai mutu
pelayanan kesehatan, maka dianggap perlu dilakukannya perubahan yang bermakna terhadap
mutu rumah sakit di Indonesia. Perubahan tersebut tentunya harus diikuti dengan pembaharuan
standar akreditasi rumah sakit yang lebih berkualitas dan menuju standar Internasional.
Selain memahami mengenai akreditasi RS dan Standar Pelayanan Minimal penyediaan berkas
Rekam medis, maka seorang perekam medis mampu melakukan klasifikasi dan kodefikasi
penyakit, masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis. Artinya bahwa
seorang profesi perekam medis harus mampu menetapkan Kode Penyakit dan Tindakan dengan
tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia yakni ICD-10 untuk kode penyakit dan
ICD-9 CM untuk kode tindakan medis.
Dalam pelaksanaan pekerjaan di unit rekam medis, maka seorang perekam medis juga harus
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan tata letak, ukuran peralatan kerja, pencahayaan dan
kebutuhan peralatan-peralatan pekerjaan di unit rekam medis, atau dikenal dengan istilah
ergonomi. Tujuan seorang perekam medis mengetahui tentang ergonomi dimaksudkan agar
tercapai efisiensi, keamanan, kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat dikembangkan kesesuaian desain atau rancangan ruangan dan
perlengkapan/prasarana, work flow dan work space, serta kenyamanan lingkungan yang ada di
Unit Rekam Medis.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, Praktek Kerja Lapangan Semester IV ini mengambil
tema “Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Aspek Ergonomi, SIM-RS dan Akreditasi di Seksi
Rekam Medis Rumah Sakit Umum Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta Tahun 2015”.
B.Tujuan
1.Tujuan Umum
Mengetahui Standar Pelayanan Minimal dan Akreditasi Unit Kerja Rekam Medis, SIM RS,
Aspek Ergonomi serta Klasifikasi Dan Kodefikasi Penyakit (coding) di Unit Rekam Medis
2.Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami manajemen rekam medis dan
menerapkan fungsi teknik penyelenggaraan rekam medis di suatu Rumah Sakit/ Institusi
Pelayanan Kesehatan, antara lain :
a.Mengetahui standar pelayanan minimal penyediaan berkas rekam medis dan akreditasi unit
kerja rekam medis
b.Mengetahui sistem informasi di rumah sakit
c.Mengetahui dan menerapkan sistem ergonomi disetiap kegiatan unit kerja rekam medis
d.Memahami dan melakukan klasifikasi dan kodefikasi penyakit system reproduksi dan genetika.

C.Manfaat
1.Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan bagi pihak RSU Bethesda
Lempuyangwangi terutama dalam hal mutu pelayanan dan efektifitas serta efisiensi
penyelenggaraan Rekam Medis.
2.Bagi Institusi Pendidikan
Laporan praktik kerja lapangan yang disusun dalam bentuk laporan ilmiah ini dapat menambah
referensi yang bermanfaat bagi para pembaca dan dapat mengukur kemampuan taraf pendidikan
di instansinya serta mengetahui kemampuan mahasiswanya di lapangan.
3.Bagi Mahasiswa
Mahasiwa mendapatkan pengalaman di lapangan dengan materi atau teori yang telah dipelajari.

D.Ruang Lingkup
1.Lingkup Waktu
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 03 Agustus – 15 Agustus 2015.
2.Lingkup Tempat
Praktik kerja lapangan dilaksanakan di Seksi Rekam Medis RSU Bethesda Lempuyangwangi.
3.Lingkup Materi
Dalam lingkup materi Praktek Kerja Lapangan ini meliputi Akreditasi, Standar Pelayanan
Minimal Penyediaan Berkas, SIM-RS, Kode Klasifikasi Penyakit dengan menggunakan ICD-10
dan Ergonomi (work flow dan work space, rancangan loket pendaftaran, rak filing, rancangan
kebutuhan rak file, meja dan kursi) di rumah sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Akreditasi Rumah Sakit


Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Adapun tujuan
akreditasi rumah sakit adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga sangat
dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan
yang bermutu. Dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diharapkan dapat mengurangi
minat masyarakat untuk berobat keluar negeri.
Sesuai dengan Undang-undang No.44 Tahun 2009, pasal, 40 ayat 1, menyatakan bahwa, dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala
menimal 3 (tiga) tahun sekali. Meskipun akreditasi rumah sakit telah berlangsung sejak tahun
1995 dengan berbasis pelayanan, yaitu 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan, namun
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin kritisnya masyarakat
Indonesia dalam menilai mutu pelayanan kesehatan, maka dianggap perlu dilakukannya
perubahan yang bermakna terhadap mutu rumah sakit di Indonesia.
1.Dasar : Keputusan KARS  nomor :  1666/KARS/X/2014 tanggal 1 Oktober  2014, tentang
Penetapan Status Akreditasi Rumah Sakit, dimana  terdapat program khusus dengan sertifikat
kelulusan PERDANA .
2.Akreditasi RS versi 2012 terdapat 15 bab/kelompok kerja (Pokja), 323
standar dan  1218 elemen penilaian (EP), antara lain :
Tabel 1.1 Penilaian Akreditasi
NO BAB/POKJA STD EP
1 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) 6 24
2 Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 30 100
3 Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 7 28
4 Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 23 88
5 Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) 3 19
6 Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) 23 85
7 Asesmen Pasien (AP) 44 184
8 Pelayanan Pasien (PP) 22 74
9 Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 14 51
10 Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 21 84
11 Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 28 109
12 Kualifikasi dan Pendidikan  Staff (KPS) 24 99
13 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 24 83
14 Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP) 27 98
15 Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) 27 92
3.Proses penilaian akreditasi meliputi :
a.Sumber data :
1)Wawancara :  Pada pimpinan RS – Pada staf RS – Pada pasien dan keluarga (minimal 4)
2)Observasi : Fasilitas, alat, prosedur tindakan, dll
3)Kelengkapan dokumen : Kebijakan/SK, pedoman, standar prosedur operasional (SOP)/Protap,
bukti pelaksanaan kegiatan, program kerja, laporan harian, laporan bulanan/harian, dll.
b.Cara penilaian :
1)Tim penilai (surveyor) akan berada di RS selama ± 3 hari yang terdiri dari 3 orang
(manajemen, medis dan keperawatan)
2)Pimpinan RS mempresentasikan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien RS
3)Dilanjutkan telaah dokumen, telaah rekam medik tertutup dan telaah rekam medik terbuka
serta survey lapangan,
4)Penilaian lapangan ditekankan pada telusur pasien untuk di wawancarai/ observasi langsung
atas pelayanan kesehatan yang telah/sedang/akan diterima pasien.
5)Dalam waktu yang bersamaan, kelengkapan dokumen akreditasi juga di observasi dan
ditanyakan pada jajaran staf dan pimpinan RS.
6)Temuan atas ketidaklengkapan dokumen/ kekurangan mutu pelayanan harus diperbaiki saat itu
setelah mendapat rekomendasi surveyor.
7)Telusur lingkungan terhadap fasilitas rs
8)Telusur KPS
9)Presentasi FMEA, Pedoman Praktik Klinis/Clinical Pathways, Risk Manajemen Dan IKP
(Insiden Keselamatan Pasien)
10)Wawancara Pimpinan
11)Exit Conference
c.Hasil penilaian :
Ada 4 kriteria hasil penilaian terhadap EP :
1)Tercapai penuh ( skor 10)
a)Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf ditemukan jawaban “ya” atau “selalu”,
atau dapat menjawab sesuai dengan konteks pertanyaan
b)Melalui observasi dokumen, ditemukan minimal 9 dari 10 dokumen yang diminta atau 90 %
dokumen lengkap
c)Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah berjalan minimal 4 bulan
terakhir dari masa penilaian
2)Tercapai sebagian  (skor 5)
a)Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf ditemukan jawaban “tidak selalu” atau
“kadang-kadang”,
b)Melalui observasi dokumen, ditemukan 50 sampai 89 % dokumen yang diminta
c)Bukti dipenuhinya persyaratan  hanya  dapat ditemukan di sebagian  daerah/unit kerja dimana
persyaratan harus ada
d)Kebijakan/prosedur dapat dilaksanakan tetapi tidak dapat dipertahankan
e)Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah berjalan 1 – 3 bulan terakhir dari
masa penilaian
3)Tidak tercapai (skor 0)
a)Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf ditemukan jawaban “jarang” atau “tidak
pernah”,
b)Melalui observasi dokumen, ditemukan <50% dari dokumen yang diminta
c)Bukti dipenuhinya persyaratan  tidak   dapat ditemukan di daerah/unit kerja dimana
persyaratan harus ada
d)Kebijakan/proses  ditetapkan tetapi tidak dilaksanakan
e)Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan sudah berjalan hanya ≤1 bulan terakhir
dari masa penilaian
4)Tidak dapat diterapkan
Sebuah EP dinilai “tidak dapat  diterapkan” jika persyaratan dari EP tidak dapat diterapkan di RS
(contohnya, RS tidak melakukan riset, tidak ada donasi organ)
Nilai skor akan diakumulasikan pada masing-masing standar yang terdapat dalam bab untuk
menentukan apakah suatu standar telah mencapai batas yang telah ditentukan.
EP dinilai dalam skore, sedangkan standard dan bab/grup dinilai dalam persen (%)
4.Bagi RS yang telah lulus akreditasi versi 2012 akan di katagorikan ke dalam 4 tingkatan :
Tabel 1.2 Kategori Tingkatan Akreditasi
Pokja Pratama Madya Utama Paripurna
SKP Tiap  BAB dan Rata-rata Grup MAYOR dg Nilai ≥ 80% Tiap  BAB dan Rata-rata Grup
MAYOR dg Nilai ≥ 80% Tiap  BAB dan Rata-rata Grup MAYOR dg Nilai ≥ 80% Tiap BAB
dan rata-rata Grup Mayor dg Nilai ≥ 80%
HPK
PPK
PMKP
MDGs Tiap BAB dan Rata-rata Grup MINOR dg Nilai ≥ 20%
APK
AP
PP
PAB Tiap BAB dan Rata-rata Grup MINOR dg Nilai ≥ 20%
MPO
MKI
KPS
PPI Grup MINOR dg Nilai ≥ 20%
TKP
MFK
(KARS, 2014)

B.Standar Pelayanan Minimal Penyediaan Berkas RM


Dasar SPM Penyediaan Berkas Rekam Medis yaitu : Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Penyediaan berkas adalah proses penyediaan berkas rekam medis ke klinik yang dituju untuk
dilakukan pelayanan kesehatan. Penyediaan berkas dilakukan setiap kali ada permintaan dari
TPP (Tempat Pendaftaran Pasien), berdasarkan keinginan pasien menuju klinik yang diinginkan.
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan
kesehatan. Berkas rekam medis akan dikeluarkan bila ada yang memerlukan, contohnya seperti
pelayanan kesehatan pasien, gawat darurat, penelitian, dan sebagainya. Penyediaan berkas rekam
medis yang baik adalah adalah penyediaan berkas rekam medis yang cepat, tepat dan efisien.
Jika waktu dalam penyediaan rekam medis lama, maka akan menghambat pelayanan kesehatan
yang akan diberikan dokter kepada pasien, karena dokter tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien tanpa adanya berkas rekam medis pasien tersebut.
Departemen Kesehatan RI memberikan standar pelayanan minimal sebagai alat ukur mutu
pelayanan rumah sakit. Pada pelayanan Rekam Medis, DepKes RI memberikan standar untuk
waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan kurang dari atau sama dengan
10 menit (< 10 menit), sedangkan untuk waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan
rawat inap kurang dari atau sama dengan 15 menit (< 15 menit). Pendistribusian berkas rekam
medis harus dapat mendukung pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan rawat jalan dan rawat
inap yang bermutu. Karena itu diperlukan lokasi penyimpanan dan petugas pendistribusian yang
memadai agar pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
(Kepmenkes, 2008)
C.SIM-RS
Sistem informasi menejemen (SIM) (bahasa Inggris : management information system, MIS )
adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia,
dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntasi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis
seperti biaya produk, layanan atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi menejemen dibedakan
dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain
yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya
digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan
otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung
keputusan, sistem pakar dan sistem informasi eksekutif.
1.Tujuan Umum
a.Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk dan
tujuan lain yang diinginkan manajemen.
b.Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian
dan perbaikan berkelanjutan.
c.Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Ketiga tujuan tersebut menunjukan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses
ke informasi akutansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi
akutansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah,menyelesaikan
masalah,dan mengevaluasi kinerja (informasi akun – tansi dibutuhkan dan di pergunakan dalam
semua tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS adalah suatu
sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari
Sistem Informasi Kesehatan. Pembentukan sistem informasi manajemen rumah sakit dilakukan
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan rumah sakit di Indonesia
1.Manfaat Operasional
a.Kecepatan
Manfaat yang paling terasa ketika SIMRS Tersebut selesai diimplementasikan adalah kecepatan
penyelesaian pekerjaan – pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem manual pengerjaan
tagihan kepada mitra / pihak ke -3 , misalnya, memakan waktu sampai 1 bulan sejak pasien
selesai dilayani,dengan SIMRS hanya memakan waktu 1-2 hari saja. Kecepatan ini tentu saja
membuat efektifitas kerja meningkat. Pada awal pemasangan SIM, ketika aliran kerja belum
lancar,peningkatan kecepatan belum terlalu terasa. Namun ketika komitmen seluruh unit untuk
tepat waktu memasukan data dengan akurat entri data yang tinggi dipenuhi,maka akan terasa
sekali dampak dari SIMRS terhadap kecepatan kerja.
b.Akurasi
Hal lain yang juga terasa berubah adalah akurasi data apabila dulu dengan sistem manual orang
harus mencek satu demi satu transaksi, namun sekarang dengan SIMRS hal tersebut cukup
dilakukan dengan membandingkan laporan antar unit yang dihasilkan oleh SIM. SIMRS juga
dapat mencegah terjadinya duplikasi data untuk transaksi – transaksi tertentu. Misalnya,pasien
yang sama diregistrasi 2 kali pada hari yang sama,maka SIMRS akan menolaknya,SIMRS juga
akan memberikan peringatan jika tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal
ini menjaga agar user lebih teliti.
c.Integrasi
Hal ini yang juga terasa berpengaruh terhadap budaya kerja adalah integrasi data disetiap unit.
Bila dengan sistem manual,data pasien harus dimasukkan disetiap unit,maka dengan SIMRS data
tersebut cukup sekali dimasukkan di setiap unit,maka dengan SIMRS data tersebut cukup sekali
dimasukkan di pendaftaran saja. Hal ini jelas mengurangi beban kerja adminitrasi dan menjamin
konsistensi data. Ilustrasi pada awal makalah ini merupakan gambaran proses integrasi pada
beberapa unit layanan di rumah Sakit.
d.Peningkatan Pelayanan
Pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan akuratnya pelayanan.
Sekarang pasien tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan administrasinya, baik rawat
inap ataupun rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan perusahaan pelanggan, dimana tagihan
yang dikirim cukup akurat dan detil sehingga memudahkan analisa mereka.
e.Peningkatan Efisiensi
Bila sebelumnya, beban pekerjaan lebih ke arah klerikal,sekarang beban pekerjaan lebih kea rah
analisa. Sebagai contoh,jika dahulu konsentrasi bagian penagihan adalah membuat tagihan,
sekarang konsentrasinya lebih kepada umur tagihan itu sendiri . Selain itu,karena kecepatan dan
akurat data meningkat,maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan
adminitrasi berkurang jauh, sehingga karyawan dapat lebih focus pada pekerjaan utamanya.
f.Kemudahan Pelaporan
Pekerjaan pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu namun sangat penting. Dengan
adanya SIM , proses pelaporan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat
lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.
(Rustiyanto, 2011)
D.Aspek Ergonomi
Ergonomi adalah penetapan ilmu –ilmu geologis tentang manusia, ilmu – ilmu teknik dan
teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap
pekerjaanya yang manfaat dari padanya di ukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja.
(Nurminanto ,2004 ).
Dalam pengelolaan Rekam Medis perlu memperhatikan ergonomi kerja untuk mempermudah
tata kerja dalam mencapai efisiensi dan efektifitas kerja. Ergonomi juga berpengaruh terhadap
kelelahan kerja yaitu jika sikap dan cara kerja seseorang, contohnya posisi duduk saat kerja
didukung dengan peralatan dan tata letak yang dirancang secara ergonomic maka akan lebih
nyaman untuk melakukan suatu pekerjaan dan dapat meningkatkan produktifitas kerja.
Ergonomi juga dapat mengurangi beban kerja yang berperan untuk memaksimalkan,
kenyamanan dan efisiensi kerja.
1.Prinsip Ergonomi
a.Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan
mesin – mesin, penempatan alat – alat penunjuk dan cara – cara menjalankan mesin
b.Sikap duduk yang baik adalah sikap duduk yang tegak dengan diselingi istirahat sedikit
membungkuk
c.Tempat duduk yang baik harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
1)Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki agar sesuai dengan tinggi lutut dan paha
dalam keadaan datar
2)Tinggi papan sandaran dapat diatur dan menekan pada punggung
3)Lebar papan duduk minimal 35 cm
4)Tinggi meja merupakan ukuran dasar sesuai dengan ukuran ukuran kertas di atas
d.Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8 -10 jam, lebih dari itu efisien dan kualitas
kerja sangat menurun
2.Perancangan Manajemen Ruang Tempat Pendaftaran dan Unit Rekam Medik
a.Desain Kursi Kerja
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Bekerja dalam sikap duduk akan
mengurangi kelelahan pada kaki, terhindar dari sikap – sikap tidak alamiah dan mengurangi
pemakaian energi. Pemakaian kursi yang tepat tidak menyebabkan keluhan – keluhan pada
tenaga kerja.
Ukuran – ukuran kursi kerja yang baik misalnya sebagai berikut :
1)Tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel antara 38- 48 cm (pakai tambahan alas kaki )
2)Tompangan pinggang dapat disetel ke atas ke bawah dan bergerak 8- 12 cm di atas alas duduk
3)Dalamnya tompangan pinggang adalah 35 – 38 cm dari ujung depan alas duduk
4)Dalamnya alas duduk 36 cm
5)Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak
6)Kursi harus memungkinkan cukup memberikan kebebesan bagi gerakan khusus pemakainya
b.Desain Meja Kerja
Dalam perencanaan suatu meja kerja perlu disediakan cukup ruangan bagi peralatan,
perlengkapan kerja, aneka kerja dan aneka tempat penyimpanan bahan agar gerakan tidak
terganggu. Meja kerja paling ideal yaitu meja kerja yang dapat disetel menurut tinggi tenaga
kerja yang bersangkutan. Apabila tinggi meja kerja tidak dapat disetel, maka tinggi meja kerja
disesuaikan dengan ukuran tenaga kerja yang tertinggi atau menggunakan tinggi badan yang
sepadan untuk memudahkan perencanaan tinggi meja kerja.
a.Desain Loket Pembayaran
Dalam mendesain loket pendaftaran ada yang perlu diperhatikan antara lain mengenai
kerahasiaan komunikasi, keselamatan keamanan dan kenyamanan. Dalam hal kerahasiaan,desain
loket pendaftaran perlu adanya pembatas atau penyekat pada masing – masing loket karena
begitu penting dan rahasianya dokumen rekam medik, kerahasiaanya harus dijaga sejak mulai
pendaftaran. Untuk mrnunjang keamanan dan keselamatan dalam proses pendaftaran, maka
mebel dan bentuknya harus diperhatikan . Bola loket terbuat dari kayu, papan atau tembok maka
harus dibuat halus, rata serta bagian tepinya jangan lancip agar tidak tajam. Pekerjaan yang
dilakukan pasien ketika mendaftar adalah jenis pekerjaan ringan, maka tinggi optimum meja
loket pendaftaran adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku.
3.Perancangan Manajemen Ruang Filing
Ruang filing adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk menyimpan berkas Rekam Medik
pasien, sedangkan filing adalah kegiatan penataan berkas disebuah tempat khusus sehingga untuk
kebutuhan referensi dapat dilakukan pengambilan (retrival) kembali dengan cepat dan mudah.
Kapasitas rak file
Faktor yang mempengaruhi kapasitas rak file, yaitu :
a.Volume rak
b.Rata – rata tebal berkas
c.Sistem penjajaran yang digunakan
d.Dalam aktifitas filing mungkin terjadi penambahan berkas (admission) dan penyusutan
(discharge). Tingkat pertumbuhan berkas dapat diperkirakan dengan menggunakan trend atau
formula untuk menghitung beberapa kebutuhan jumlah rak
e.File Expansion
4.Perancangan untuk perluasan file dipengaruhi oleh pilihan sistem penomoran .
a.Pada sistem penomoran dan pengarsipan unit, perlu tersedia daerah kosong 25 % karena akan
dipakai untuk perluasan catatan medik
b.Pada sistem pengarsipan serial unit yang mengambil catatan medik lama ke depan, akan
terdapat celah – celah di rak arsip karena catatan tersebut dipindahkan . Hal ini akan mudah
terjadi kalau tingkat breadmission tinggi
c. Sistem penomoran dan pengarsipan serial jumlah rak akan konstan dan perluasan hanya terjadi
pada satu arah pada saat diterbitkannya nomor baru untuk pasien yang akan datang
5.Beban Kerja, Kebutuhan Tenaga Kerja dan Produktifitas
a.Beban kerja
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM.
Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikannya (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh
masing-masing kategori tenaga.
Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja RS adalah meliputi :
1)Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM.
2)Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok.
3)Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM.
Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan standar
prosedur operasional (SPO) untuk menghasilkan pelayanan kesehatan/medic yang dilaksanakan
oleh SDM kesehatan dengan kompetensi tertentu. Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori SDM pada
tiap unit kerja.
Adapun rumus perhitungan standar beban kerja adalah sebagai berikut :
Standar Beban Kerja = Waktu Kerja Tersedia
Rata-rata waktu  peraturan/ Kegiatan Pokok

b.Kebutuhan Tenaga Kerja


Kebutuhan tenaga kerja dapat dihitung mengunakan metode FTE (Full Time Equivalent ) atau
the member of individual .
FTE = Jumlah beban per tahun
Target kerja per jam x jumlah jam kerja per tahun
Keterangan :
1)Jumlah beban kerja per tahun : jumlah pasien yang mendaftar di loket pendaftaran per tahun
2)Target kerja per jam : jumlah pasien yang dilayani dalam 1 jam
3)Jumlah jam kerja per tahun : jumlah jam loket buka dalam 1 tahun
(Nurminanto, 2004)

E.Kode Klasifikasi Penyakit dan Tindakan (Coding)


1.Pengertian Klasifikasi Penyakit
Klasifikasi penyakit yaitu sistem pengkategorian kesatuan penyakit yang disusun berdasarkan
kriteria yang ditentukan dan disepakati bersama. Disusun oleh pakar dibidang statistik, anatomi,
patologi, dan ilmu kesehatan masyarakat.
2.Tujuan Klasifikasi Penyakit
a.Memperoleh rekaman statistik penyakit dan masalah terkait kesehatan yang sistematik
penyakit.
b.Nilai statistik yang dihasilkan mampu digunakan untuk analisis, interpretasi serta komparasi
data morbiditas dan mortalitas dari negara-negara yang berbeda.
c.Menerjemahkan istilah diagnose penyakit dan masalah terkait kesehatan.
d.Memudahkan proses pencatatan, pengumpulan, penyimpangan, dan pengambilan kembali
diagnoses yang tersedia.
3.Diagnosa Pasien
Diagnosa pasien merupakan titik mula suatu kegiatan pelayanan/asuhan yang direncanakan akan
terjadi sedang terjadi sudah terjadi atau akan berkelanjutan secara berkesinambungan.
4.Coding diagnose
Coding diagnose adalah proses penentuan nomor sandi (code) untuk mewakili suatu sebutan
diagnose atau masalah terkait kesehatan. Coding diagnose merupakan alat kontrol biaya
pelayanan kesehatan (DRG’s).
5.Cara Mencari Kode yang Benar
Cara mencari kode yang benar sesuai peraturan dari ICD-10 yaitu :
a.Baca instruction manual (ICD-10 volume 2)
b.Tentukan lead-term (nama diagnose penyakit)
c.Cari kode yang cocok di indeks daftar alphabet (lCD-10 volume 3)
d.Memastikan kode yang cocok pada daftar tabulasi (CD-10 volume 1)
Cara mencari kode yang benar sesuai peraturan dari ICD 9 CM yaitu :
a.Tentukan lead term (nama tindakan)
b. Cari kode yang cocok di indeks daftar procedure (ICD 9 CM volume 3)
c.Mengecek kode tindakan yang ditemukan pada daftar tindakan
6.Langkah-langkah Penetapan Koding
Langkah-langkah Penetapan Koding menurut Gemala Hatta, 2008 sebagai berikut :
a.Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3 Alphabetical Index (kamus).
Bila pernyataan adalah istilah penyakit atau cidera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-
XIX dan XXI (vol.1), gunakanlah ia sebagai “ lead term” untuk dimanfaatkan sebagai panduan
menelusuri istiah yang dicari pada seksi 1 indeks (volume 3). Bila pernyataan dalah penyebab
luar (external cause) dari cedera (bukan nama penyakit) yang ada di bab XX (vol 1), lihat dan
cari kodenya pada seksi II di index (vol 3)
b.“ Lead Term“ (kata panduan) untuk penyakit dan cedera biasanya merupakan kata benda yang
memaparkan kondisi patologisnya. Sebaiknya jangan menggunakan istilah kata benda anatomi,
kata sifat atau kata keterangan sebagai kata panduan. Walaupun demikian, beberapa kondisi ada
yang diekspresikan sebagai kata sifat atau eponym (menggunakan nama penemu) yang
tercantum di dalam indeks sebagai “ Lead term “
c.Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah istilah yang akan
dipilih pada volume 3
d.Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )“ sesudah lead term (kata dalam tanda
kurung = modifier, tidak akan mepengaruhi kode). Istilah lain yang ada di bawah lead term
(dengan tanda (-) minus = idem = indent) dapat mempengaruhi nomor kode, sehingga semua
kata-kata diagnostic harus diperhitungkan.
e.Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross references) dan perintah see dan see also yang
terdapat dalam indeks.
f.Lihat daftar tabulasi (volume I) untuk mencari nomor kode yang paling tepat. Lihat kode tiga
karakter di indeks dengan tanda minus pada posisi keempat yang berarti bahwaisia untuk
karakter keempat itu ada di dalam volume I dan perintah untuk membubuhi kode tambahan
(additional code) serta aturan car penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks
penyakit dan dalam system pelaporan morbitidas dan mortalitas.
g.Ikuti pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau bagian bawah suatu bab
(chapter), blok, kategori atau subkategori.
h.Tentukan kode yang anda pilih
i.Begitu juga dalam penetapan kode tindakan hampir sama dengan langkah-langkah dalam
penetapan kode diagnosis, yang membedakan kode tindakan dicari dengan ICD 9 CM.
j.Lakukan analisis kuantitatif data diagnosis yang dikode untuk pemastian kesesuaiannya dengan
pernyataan dokter tentang diagnosis utama di berbagai lembar formulir rekam medis pasien,
guna menunjang aspek legal rekam medis yang dikembangkan.
(WHO, 2008)
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A.Gambaran Umum Rumah Sakit


1.Sejarah Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi
Pada tahun 1926, Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi (RSUBL) dikenal sebagai Klinik
Bersalin “Zuster Prins”. Kemudian pada tahun 1998, berubah fungsi sebagai BIDYANKES
Lempuyangwangi yang saat itu merupakan satelit RS Bethesda Yogyakarta. Di tahun 2000
Rumah Sakit ini sudah mandiri menjadi “Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bethesda
Lempuyangwangi. Dan di tahun 2003 RSKIA Bethesda Lempuyangwangi berubah status
menjadi Rumah Sakit Umum dengan nama RSU Bethesda Lempuyangwangi.
RSU Bethesda Lempuyangangi adalah badan hukum milik Yayasan Kristen Untuk Kesehatan
Umum (YAKKUM) yang didirikan oleh Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ), Sinode Gereja
Kristen Indonesia (GKI), dan Sinode Gereja Kristen Sumatra Bagian Selatan (GKSBS) sebagai
gereja pendukung YAKKUM.
BUDAYA KERJA
RSU BETHESDA LEMPUYANGWANGI

4S
SENYUM SAPA SOPAN SEMANGAT
Gambar 1.1 Budaya Kerja RSU Bethesda Lempuyangwangi
2.Visi dan Misi Rumah Sakit
a.Visi Rumah Sakit
Menjadi Rumah Sakit terpercaya, profesional beralaskan kasih dan menjadi pilihan masyarakat.
b.Misi Rumah Sakit
1)Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang holistic, bermutu, terjangkau, dan berwawasan
lingkungan.
2)Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang fokus kepada kepuasan pelanggan.
3)Membangun SDM yang kompeten, berkomitmen, dan berkarakter sesuai budaya kerja
YAKKUM.
4)Mengelola penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien.
c.Tujuan Rumah Sakit
1)Terselenggaranya pelayanan rumah sakit secara cepat, tepat, profesional, aman dan nyaman.
2)Terciptanya suasana kerja yang harmonis, komunikatif, dan ramah.
3.Motto Rumah Sakit
“Melayani Dengan Kasih Menuju Sehat”
4.Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit
a.Pelayanan Rawat Jalan
1)Klinik Umum
2)Klinik Anak
3)Klinik Gigi
4)Klinik Penyakit Dalam
5)Klinik Bedah Umum
6)Klinik Bedah Anak
7)Klinik Kulit dan Kelamin
8)Klinik THT & Alergi
9)Klinik Obstettri
10)Klinik Gynekologi
11)Imunisasi
12)Klinik Gigi
13)Pila Clinic (Klinik Wasir tanpa operasi)
14)Klinik Psikologi
15)LW Skin & Slimming Care
b.Pelayanan Rawat Inap
1)VIP
2)Kelas I
3)Kelas II
4)Kelas III
5)Kelas III (IBU)
6)HCU
c.Pelayanan Penunjang Medik
1)Farmasi 24 Jam
2)Rekam Medik
3)Radiologi
4)Laboratorium
5)Pelayanan Gizi&Konsultasi
6)Fisioterapi
7)Instalasi Gawat Darurat

B.Akreditasi di RSU Bethesda Lempuyangwangi


Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Akreditasi di RSU
Bethesda Lempuyangwangi sedang dalam persiapan maju bimbingan rencana bulan Oktober
2015. RSU Bethesda Lempuyangwangi mengikuti akreditasi versi 2012, dimana RSU Bethesda
Lempuyangwangi menargetkan lulus akreditasi dengan tingkatan Pratama, dengan grup Mayor ≥
80 % dan grup Minor ≥ 20 %
Akreditasi RS versi 2012 terdapat 15 bab/kelompok kerja (Pokja), 323 standar dan  1218 elemen
penilaian (EP). Untuk RSU Bethesda Lempuyangwangi bagian Seksi Rekam Medis mengikuti
akreditasi versi 2012 pokja MKI (Manajemen Komunikasi dan Informasi) dan HPK (Hak Pasien
dan Keluarga).
Untuk MKI hal-hal yang dinilai antara lain formulir yang digunakan, dimana untuk sekarang
formulir rekam medis hampir seluruhnya diganti dengan formulir yang sesuai dengan akreditasi
2012. Contohnya yaitu dulu untuk formulir rawat jalan hanya 1 formulir yang bisa dipakai oleh
semua poli, tetapi sekarang diganti untuk poli gigi menggunakan formulir RM gigi, poli THT
menggunakan formulir RM THT, poli bedah menggunakan formulir RM bedah. Formulir IGD
juga di ganti dengan formulir IGD baru versi 2012 dimana depannya ditulis “Assesmen awal
Gawat Darurat”. Untuk formulir Rawat Inap formulir instruksi dokter diganti menjadi CPPT
(Catatan perkembangan pasien terintegrasi). Untuk penilaian lainnya yaitu penilaian ruang filling
dimana ruang filling masih belum sesuai kriteria yaitu ruang filling harus tertutup dan tidak
mudah di akses oleh orang lain, tetapi di RSU Bethesda Lempuyangwangi ruang filling masih
terbuka. Untuk penambahannya bagi mahasiswa yang PKL atau magang diminta sumpah untuk
menjaga kerahasiaan informasi pasien sebelum PKL/magang di lakukan.
Hak pasien selama pasien berada di RSU Bethesda Lempuyangwangi mengikuti UU RI No. 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit yaitu :
1.Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit
2.Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3.Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi
4.Memperoleh layanan kesehatan yang bermanfaat yang sesuai dengan standar profesi dan
standar operasional
5.Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya
6.Didampingi keluarga dalam keadaan kritis
7.Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam peraawatan di rumah sakit
8.Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan pelayan
yang tidak sesuaI dengan standar baik secara perdata maupun pidana
Kewajiban pasien selama pasien berada di RSU Bethesda Lempuyangwangi mengikuti UU RI
No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran yaitu :
1.Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatan
2.Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter / dokter gigi
3.Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4.Memberikan imbalan jasa atau pelayanan yang di terima
Untuk HPK petugas pendaftaran wajib memberikan informasi hak dan kewajiban pasien selama
pasien berada di RSU Bethesda Lempuyangwangi. Untuk pasien yang akan rawat inap sewaktu
di pendaftaran, petugas pendaftaran rawat inap wajib memberikan informasi yaitu “General
Consent” kepada pasien dan wajib diisi oleh pasien dan di tanda tangani. General consent ada 2
yaitu secara umum dan secara khusus. untuk general consent secara umum berisikan pernyataan
dan persetujuan pasien selama berada di RSU Bethesda Lempuyangwangi. Untuk general
consent secara khusus yaitu informed consent atau persetujuan tindakan medis.

C.Standar Pelayanan Minimal Penyediaan Berkas RM di RSU Bethesda Lempuyangan


SPM penyediaan berkas RM di RSU Bethesda Lempuyangwangi ditetapkan sesuai dengan teori
yang ada.
Waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan (< 10 menit), waktu penyediaan
dokumen rekam medis pelayann rawat inap (< 15 menit). Untuk berkas RM yang mis file bila
lebih dari 30 menit tidak ditemukan maka akan dibuatkan RM duplikasi, tetapi petugas tetap
mencari RM lamanya, jika berkas rekam medis sudah ditemukan maka petugas melakukan
penggabungan berkas.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan di RSU Bethesda Lempuyangwangi petugas rekam
medis cepat dalam menyediakan berkas rekam medis yaitu rata-rata waktu adalah < 5 menit. Jika
digabungkan dengan pendaftaran pasien dan pendistribusian berkas maka waktu yang diperlukan
< 10 menit, yaitu pendaftaran selama 2-5 menit, penyediaan berkas 1-2 menit dan
pendistribusian 1-2 menit.

D.SIM-RS RSU Bethesda Lempuyangwangi


SIM-RS di RSU Bethesda Lempuyangwangi baru digunakan selama 1 tahun 9 bulan dari bulan
oktober 2013. SIM-RS yang digunakan yaitu One Medic dengan berbasis web dengan
menggunakan jaringan LAN (Local Area Network), tetapi One Medic dapat juga diakses dari
rumah oleh dokter yang ingin melihat jumlah pasien untuk praktek selanjutnya. Di RSU
Bethesda Lempuyangwangi One Medic sudah digunakan diseluruh gugus rumah sakit, tetapi
untuk bagian rekam medis baru sebatas entry data pasien rawat jalan dan rawat inap, selebihnya
masih manual.
Penerapan SIM-RS untuk bagian pendaftaran adalah kecepatan dalam penyelesaian administrasi
pasien, tetapi untuk bagian pelaporan membutuhkan waktu yang lama dikarenakan untuk
membuat laporan petugas harus melihat dari buku morbiditas pasien, bukan dari SIM-RS yang
ada, sehingga mengurangi efisiensi pekerjaan yang ada, jika. Kendala yang lain yang dihadapi
petugas rekam medis dikarenakan penggunaan SIM yang tidak merata di bagian rekam medis
adalah akurasi data, contohnya di pencatatan register filling, hal yang sering terjadi yaitu pasien
yang sama ditulis 2 kali, jika digunakan SIM-RS maka hal tersebut tidak terjadi, dikarenakan
SIM akan memberikan peringatan jika terjadi duplikasi data.
One Medic – One Solution for Health Information System merupakan salah satu versi aplikasi
piranti lunak untuk pelayanan kesehatan, dirancang berbasis web dengan arsitektur
pengembangan bersifat modular dan dinamis serta kemudahan pengguna dalam menggunakan
(Simple).
Memadukan keunggulan aplikasi berpola open-source dengan desain sistem yang fleksibel
namun robust untuk kebutuhan implementasi dan support sistem ketika sudah berjalan di client
secara handal (Reliable).
One Medic dibangun untuk menjamin integrasi data dari mulai pendaftaran pasien, layanan
(beserta rekam medisnya), apotek (inventory) sampai dengan proses di keuangan (kasir hingga
ke laporan keuangan hutang dan piutang) serta laporan jasa medis yang dapat dilihat secara
online dan realtime.
One Medic – RS Edition juga sudah dipersiapkan untuk on line antar Rumah Sakit / Puskesmas,
melalui protokol komunikasi yang tersedia dengan tingkat keamanan yang tinggi. (Integrated)
Produk yang ada di dalam aplikasi One medic :
1.Rumah Sakit Edition
Aplikasi Rumah Sakit yang dimiliki One Medic memiliki modul-modul yang dapat
mengakomodir layanan rumah sakit dengan optimal, seperti regsitrasi pasien rumah sakit,
pelayanan atau poliklinik di rumah sakit, layanan rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi
rawat inap dan lainnya.
Modul-modul yang terdapat pada aplikasi Rumah Sakit One Medic adalah sebagai berikut:
a.Core Modules
1)SysAdmin
2)Front Office
3)Pelayanan (RJ, RI, IGD)
4)Penunjang
5)Apotek/Inventory
6)Kasir
7)Lap. Keuangan
8)Rekam Medis
9)Akuntansi

E.Aspek Ergonomi RSU Bethesda Lempuyangwangi


Penerapan aspek ergonomi di unit rekam medis RSU Bethesda Lempuyangwangi digambarkan
sebagai berikut:
1.Tempat Pendaftaran Pasien
Di RSU Bethesda Lempuyangwangi, tempat pendaftaran pasien rawat jalan, rawat inap dan IGD
menjadi satu bagian, untuk tempat pendaftaran pasien sudah menggunakan sistem komputerisasi
dan LAN (Local Area Network) dengan menggunakan SIM One Medic.
Tempat pendaftaran pasien terletak di depan tepat setelah memasuki pintu utama sehingga
mudah dijangkau pasien, di depan tempat pendaftaran pasien juga terdapat ruang tunggu pasien.
Ukuran tempat pendaftaran pasien yaitu 2.5 x 4 m2. Desain tempat pendaftaran pun dirancang
se-ergonomis mungkin sehingga baik petugas maupun pasien merasa nyaman dan aman. Berikut
ini adalah desain dan ukuran meja, kursi dan ruang tunggu pasien:
a.Desain Meja Pendaftaran dan Meja Kerja
Meja pendaftran berbentuk leter L dengan ukuran sebagai berikut :
1)Panjang meja pendaftaran 200 cm
2)Lebar meja pendaftaran 60 cm
3)Tinggi meja pendaftaran 98 cm
Berikut adalah gambar meja pendaftaran RSU Bethesda Lempuyangwangi
Gambar 1.2 Tempat Pendaftaran Pasien

Gambar 1.3 Tempat Pendaftaran Pasien


b.Desain Kursi Kerja di Tempat Pendaftaran
Kursi yang digunakan adalah kursi dengan menggunakan roda dibawahnya sehingga mudah
digunakan, tetapi tidak memiliki sandaran punggung, dengan ukuran sebagai berikut :
1)Tinggi kursi 45 cm
2)Lebar kursi dalam kursi 38 cm
3)Panjang kursi 40 cm
4)Lebar alas duduk 38 cm
5)Panjang alas duduk 40 cm
6)Ketebalan alas duduk 6 cm

Gambar 1.4 Kursi Pendaftaran


c.Kursi Pasien
Kursi ini digunakan saat pasien ingin mendaftar untuk berobat, kursi yang digunakan adalah
kursi besi dengan sandaran dan alas busa yang tebal dengan ukuran sebagai berikut :
1)Tinggi kursi 90 cm
2)Lebar kursi 43 cm
3)Tinggi sandaran 40 cm
4)Lebar sandaran 35 cm
5)Ketebalan sandaran 12 cm
6)Lebar alas duduk 40 cm
7)Panjang alas duduk 35 cm
8)Ketebalan alas duduk 12 cm
d.Ruang Tunggu Pasien
Fasilitas yang ada diruang tunggu pasien adalah Televisi, Dispenser, pengeras suara, kipas dan
kursi tunggu pasien. Suhu di ruangan tunggu pasien suhu alami dengan menggunakan
pencahayaan alami, tetapi pada bagian ruang tunggu tidak terdapat ventilasi udara yang cukup.
Pencahayan terdapat secara alami dan buatan/lampu.

Gambar 1.5 Ruang Tunggu Pasien


2.Ruang Kerja Rekam Medis
Seksi Rekam Medis RSU Bethesda Lempuyangwangi dibagi atas 2 tempat yaitu lantai 1 (TPP
RJ, RI, GD dan pelayanan SKM), dan lantai 2 (assembling, coding, indeksing, pelaporan, filling
dan BPJS).
a.Kursi Kerja
1)Tinggi kursi : 90 cm
2)Lebar kursi 50 cm
3)Lebar sandaran punggung : 90 cm
4)Tinggi sandaran punggung : 35 cm
5)Ketebalan sandaran punggung : 5 cm
6)Lebar alas duduk : 46 cm
7)Kedalaman alas duduk : 10 cm

Gambar 1.6 Kursi Kerja


b.Meja Kerja filling
1)Panjang meja : 120 cm
2)Tinggi meja : 75 cm
3)Lebar meja : 60 cm
4)Tebal daun meja : 4 cm
Gambar 1.7 Meja Kerja filling
c.Meja Kerja Assembling, indeksing dan BPJS
1)Panjang meja : 200 cm
2)Lebar meja : 100 cm
3)Tinggi meja : 75 cm
4)Tebal daun meja : 5 cm

Gambar 1.8 Meja Assembling, indeksing dan BPJS


d.Meja Coding
1)Panjang meja : 200 cm
2)Lebar meja : 100 cm
3)Tinggi meja : 75 cm
4)Tebal daun meja : 5 cm

Gambar 1.9 Meja Kerja coding


e.Meja Kerja Grouper dan pengetikan lainnya
1)Panjang meja : 80 cm
2)Lebar meja : 60 cm
3)Tinggi meja : 75 cm
4)Tebal daun meja : 2 cm

Gambar 2.1 Meja Kerja grouper


f.Meja Laporan
1)Panjang meja : 80 cm
2)Lebar meja : 60 cm
3)Tinggi meja : 75 cm
4)Tebal daun meja : 2 cm

Gambar 2.2 Meja Laporan


g.Rak Sortir
1)Panjang rak : 150 cm
2)Lebar rak : 40 cm
3)Tinggi rak : 155 cm
4)Panjang sub rak : 75 cm
5)Tinggi sub rak : 30 cm
6)Lebar sub rak : 38 cm
7)Rak sortir memiliki 10 sub rak

Gambar 2.3 Rak Sortir


h.Rak KIUP
1)Panjang rak : 110 cm
2)Tinggi rak 140 cm
3)Lebar rak : 50 cm
4)Panjang sub rak : 50 cm
5)Tinggi sub rak : 8 cm
6)Lebar sub rak : 16 cm
7)Rak KIUP memiliki 60 sub rak .

Gambar 2.4 Rak KIUP

3.Ruang Penyimpanan Berkas RM / filling


Ruang penyimpanan/filling di RSU Bethesda Lempuyangwangi tergabung dengan Unit kerja
Rekam Medis dengan ukuran luas 12 x 16 m2, ruang filling dibagi menjadi 2 tempat yaitu runag
penyimpanan RM aktif dan ruang penyimpanan RM in-aktif. Ukuran untuk ruang penyimpanan
RM aktif 8 x 8 m2 dan ukuran untuk ruang penyimpanan RM in-aktif 7 x 8 m2. Untuk tempat
penyimpanan file masih menggunakan rak kayu besi berbentuk open–self yaitu berupa jajaran
dokumen yang dilakukan pada lemari terbuka dengan penjajaran file secara terminal digit Filing
System (Penjajaran Berkas Rekam Medis berdasarkan Urutan Nomor akhir).
Di RSU Bethesda Lempuyangwangi folder BRM yang digunakan mempunyai ukuran sbb:

Gambar 2.5 Berkas Rekam Medis


Di ruang penyimpanan terdapat 8 rak filing yaitu 4 rak di ruang penyimpanan RM aktif dan 4 di
ruang penyimpanan RM in-aktifyang mempunyai karakteristik sama dengan memiliki 5 tingkat
dengan ukuran panjang rak 304 cm, lebar 60 cm, tinggi 195 cm, untuk 1 rak filling memiliki 15
sub rak dengan ukuran sub rak panjang 100 cm, tinggi sub rak 35 cm dan lebar sub rak 35 cm.
Kapasitas penyimpanan per sub rak adalah 704 berkas.

Gambar 2.6 Rak Filing


4.Perancangan Manajemen Filling
Menurut Ery dan Warih (2011) untuk menghitung kebutuhan jumlah rak penyimpanan rekam
medis dapat dihitung dengan penggunaan rumus sebagai berikut :
Kebutuhan Sub Rak Filling =

a.Jumlah berkas rekam medis : 704 berkas


b.Panjang sub rak : 100 cm
c.Rata-rata tebal berkas : 0.5 cm

Jadi untuk 5 tahun ke depan dibutuhkan 17.6 atau di bulatkan menjadi 18 sub rak filling atau
sebanyak 1 buah rak filling untuk menampung berkas rekam medis.
Faktor yg mempengaruhi kapasitas Rak File:
a.Volume Rak
Untuk 1 sub rak filling terdapat 704 berkas rekam medis
b.Rata – rata tebal berkas
Rata-rata tebal berkas rm adalah 0.5 cm
c.Sistem Penjajaran yg digunakan
System penjajaran yang di gunakan di RSU Bethesda Lempuyangwangi adalah Terminal Digit
Filling (TDF) atau penjajaran rekam medis berdasarkan urutan nomor akhir
7.Beban Kerja, Kebutuhan Tenaga Kerja dan Produktifitas
a.Beban Kerja
Untuk beban kerja kami menghitungnya dengan menggunakan metode WISN :
Standar Beban Kerja = Waktu kerja tersedia
Rata-rata waktu / kegiatan pokok
Perhitungan beban kerja di RSU Bethesda Lempuyangan sebagai berikut :
Diketahui :
1)Waktu kerja tersedia : 6864 jam
Dibuatkan dalam menit : 6864 x 60’ = 411840’
2)Rata-rata waktu / kegiatan pokok :
a) Menulis tracer = 0.5
= 411840 / 0.5
= 823760 menit = 13 jam
b)Menulis register filling = 0.5
= 411840 / 0.5
= 823760 menit = 13 jam
c)Pengambilan RM di rak filling = 1
= 411840 / 1
= 411840 menit = 7 jam
d)Pengambilan RM di TPPRJ = 1
= 411840 / 1
= 411840 menit = 7 jam
e)Menulis pengembalian berkas di buku register filling = 1
= 411840 / 1
= 411840 menit = 7 jam
f)Menulis morbiditas = 2
= 411840 / 2
= 205920 menit = 3 jam
g)Menyimpan BRM = 0.5
= 411840 / 0.5
= 823760 menit = 13 jam
h)Mengambil tracer dari rak filling = 0.5
= 411840 / 0.5
= 823760 menit = 13 jam
i)Assembling = 3.5
= 411840 / 3.5
= 117668 menit = 2 jam

b.Kebutuhan Tenaga Kerja


Untuk kebutuhan tenaga kerja kami menghitungnya dengan menggunakan metode FTE (Full
Time Equivalent)
FTE = Jumlah beban per tahun
Target kerja per jam x jumlah jam kerja per tahun
Keterangan :
1)Jumlah beban kerja per tahun : jumlah pasien yang mendaftar di loket pendaftaran per tahun
2)Target kerja per jam : jumlah pasien yang dilayani dalam 1 jam
3)Jumlah jam kerja per tahun : jumlah jam loket buka dalam 1 tahun
Perhitungsn kebutuhan tenaga kerja bagian rekam medis di RSU Bethesda Lempuyangwangi
sebagai berikut :
Diketahui :
1)Pasien yang mendaftar di loket pendaftaran RJ dalam 1 tahun (2014) : 26967
2)Jumlah pasien yang dilayani dalam 1 jam : 14 pasien
3)Jam loket buka dalam 1 tahun : 300 hari
FTE
= 26967
14 x 300
= 26967
4200
= 7 petugas rekam medis,
Jadi RSU Bethesda Lempuyangwangi bagian seksi rekam medis membutuhkan 7 orang petugas
rekam, yaitu 3 orang petugas shift pagi, 3 orang petugas shift siang, 1 orang petugas shift malam.
F.Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Sistem Reproduksi dan Genetika
Cara pengkodean di RSU sudah mengikuti aturan yang ada yaitu :
1.Petugas menentukan lead-term (nama diagnose penyakit)
2.Petugas mencari kode yang cocok di indeks daftar alphabet (ICD-10 volume 3)
3.Petugas memastikan kode yang cocok pada daftar tabulasi (ICD-10 volume 1)
Cara pengkodengan untuk tindakan menggunakan ICD-9 CM yaitu :
1.Petugas menentukan lead-term (nama diagnose penyakit)
2.Petugas mencari kode yang cocok di indeks daftar procedur (ICD-9 CM volume 3)
3.Petugas mengecek kode tindakan yang ditemukan pada daftar klasifikasi tindakan
a.Klasifikasi dan kodefikasi Penyakit untuk kasus Reproduksi
Table 1.3 Koding Kasus Reproduksi
NO NO RM TANGGAL DIAGNOSA KODE ICD 10
1 561801 20 Maret 2015 Pendarahan antepartum
Plasenta letak rendah O46.2
O44.1
2 563880 20 Maret 2015 Partus prematorus imminen O47.0
3 562455 21 Maret 2015 Blighted ovum O02.0
4 558869 25 Maret 2015 DKP O33.9
5 566198 25 April 2015 Kala II tak mampu
Fital companized O63.1
O31.0
a.Klasifikasi dan kodefikasi Penyakit untuk kasus Genetika
Table 1.4 Koding Kasus Genetika
NO NO RM TANGGAL DIAGNOSA KODE ICD 10
1 565732 16 Maret 2015 Ulcus DM E14.5
2 566084 22 Maret 2015 DM dengan KAD E14.9
3 027778 05 April 2015 (dr Epilepsy post stroke G40.9
I69.4
4 511030 07 April 2015 Asma bronchitis attack J45.9
5 560586 07 April 2015 Neuropati DM E14.4†G59.0*
BAB IV
PEMBAHASAN

A.Akreditasi RSU Bethesda Lempuyangwangi


Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Sesuai dengan
Undang-undang No.44 Tahun 2009, pasal, 40 ayat 1, menyatakan bahwa, dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3
(tiga) tahun sekali.
Akreditasi di RSU Bethesda Lempuyangwangi sedang dalam persiapan maju bimbingan rencana
bulan Oktober 2015. RSU Bethesda Lempuyangwangi saat ini sedang dilakukan akreditasi dari
versi 2007 ke 2012. Beberapa tahun yang lalu RSU Bethesda Lempuyangwangi melakukan
akreditasi mengikuti akreditasi versi 2007, tetapi saat ini RSU Bethesda Lempuyangwangi
mengikuti akreditasi versi 2012, dimana dalam akreditasi ini tim penilai tidak hanya melihat dan
menelusuri RS dan petugas-petugas yang ada di RS tetapi juga dilakukan penelusuran kepada
pasien untuk di wawancarai/ observasi langsung atas pelayanan kesehatan yang
telah/sedang/akan diterima pasien. Akreditasi 2012 ini juga ditambahkan bab/pokja untuk
penilaian. Akreditasi RS versi 2012 terdapat 15 bab/kelompok kerja (Pokja), 323 standar dan
1218 elemen penilaian (EP).
Untuk Seksi Kerja Rekam Medis masuk dalam pokja MKI (Manajemen Komunikasi dan
Informasi) dan HPK (hak pasien & keluarga). Hal-hal yang dinilai antara lain formulir yang
digunakan, dimana untuk sekarang formulir rekam medis hampir seluruhnya diganti dengan
formulir yang sesuai dengan akreditasi 2012. Contohnya yaitu dulu untuk formulir rawat jalan
hanya 1 formulir yang bisa dipakai oleh semua poli, tetapi sekarang diganti untuk poli gigi
menggunakan formulir RM gigi, poli THT menggunakan formulir RM THT, poli bedah
menggunakan formulir RM bedah. Formulir IGD juga di ganti dengan formulir IGD baru versi
2012 dimana depannya ditulis “Assesmen awal Gawat Darurat”. Untuk formulir Rawat Inap
formulir instruksi dokter diganti menjadi CPPT (Catatan perkembangan pasien terintegrasi).
Untuk penilaian lainnya yaitu penilaian ruang filling dimana ruang filling masih belum sesuai
kriteria yaitu ruang filling harus tertutup dan tidak mudah di akses oleh orang lain, tetapi di RSU
Bethesda Lempuyangwangi ruang filling masih terbuka.

B.SPM Penyediaan Berkas RM


Penyediaan berkas rekam medis yang baik adalah adalah penyediaan berkas rekam medis yang
cepat, tepat dan efisien.
Departemen Kesehatan RI memberikan standar pelayanan minimal sebagai alat ukur mutu
pelayanan rumah sakit. Pada pelayanan Rekam Medis, DepKes RI memberikan standar untuk
waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan kurang dari atau sama dengan
10 menit (< 10 menit), sedangkan untuk waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan
rawat inap kurang dari atau sama dengan 15 menit (< 15 menit).
SPM penyediaan berkas RM di RSU Bethesda Lempuyangwangi ditetapkan sesuai dengan teori
yang ada, yaitu < 10 menit untuk penyediaan berkas rekam medis rawat jalan dan < 15 menit
untuk penyediaan rekam medis rawat inap. Jika terjadi mis file dan dalam waktu > 30 menit
tidak ditemukan maka akan dibuatkan rekam medis duplikat tetapi petugas tetap mencari rekam
medis pasien tersebut dan jika ditemukan maka rekam medis lama dan duplikat akan di
gabungkan.
Petugas rekam medis RSU Bethesda Lempuyangwangi cepat dalam penyediaan berkas yaitu
rata-rata waktu < 5 menit. Sehingga pengoperasian standar yang ada sudah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

C.SIM-RS
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS adalah suatu
sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari
Sistem Informasi Kesehatan.
Tujuan dari SIM-RS adalah menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan
harga pokok jasa,produk,dan tujuan lain yang diinginkan manajemen, menyediakan informasi
yang dipergunakan dalam perencanaan,pengendalian,pengevaluasian,dan perbaikan
berkelanjutan dan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
SIM-RS di RSU Bethesda Lempuyangwangi baru digunakan selama 1 tahun 9 bulan dari bulan
oktober 2013. SIM-RS yang digunakan yaitu One Medic dengan berbasis web dengan
menggunakan jaringan LAN (Local Area Network), tetapi One Medic dapat juga diakses dari
rumah oleh dokter yang ingin melihat jumlah pasien untuk praktek selanjutnya. Di RSU
Bethesda Lempuyangwangi One Medic sudah digunakan diseluruh gugus rumah sakit, tetapi
untuk bagan rekam medis baru sebatas entry data pasien rawat jalan dan rawat inap, selebihnya
masih manual.
Penerapan SIM-RS untuk bagian pendaftaran adalah kecepatan dalam penyelesaian administrasi
pasien, tetapi untuk bagian pelaporan membutuhkan waktu yang lama dikarenakan untuk
membuat laporan petugas harus melihat dari buku morbiditas pasien, bukan dari SIM-RS yang
ada, sehingga mengurangi efisiensi pekerjaan yang ada. Kendala yang lain yang dihadapi petugas
rekam medis dikarenakan penggunaan SIM yang tidak merata di bagian rekam medis adalah
akurasi data, contohnya di pencatatan register filling, hal yang sering terjadi yaitu pasien yang
sama ditulis 2 kali, jika diguakan SIM-RS maka hal tersebut tidak terjadi, dikarenakan SIM akan
memberikan peringatan jika terjadi duplikasi data.

D.Aspek Ergonomi
1.Tempat Pendaftaran Pasien
Tempat pendaftaran di rumah sakit Harus terletak didekat pintu utama, Asksesibility Lokasi
mudah dijangkau oleh semua petugas rumah sakit dan pasien, harus ada ruang tunggu pasien
RI/RJ, comfortable dapat memberikan rasa nyaman sehingga mengurangi rasa lelah, save bentuk
dan rancangan mebel/furniturenya harus aman (tidak ada sudut/tepi tajam, baik pada kayu, logam
kaca, privasi dapat memberikan rasa aman pada pasien dan confidentiality dapat menjaga
kerahasiaan dokumen RM
Di RSU Bethesda Lempuyangwangi tempat pendaftaran pasien baik rawat jalan, rawat inap,
maupun IGD bergabung jadi satu.
Meja pendaftaran berbentuk leter L dengan panjang meja pendaftaran 200 cm, tinggi 98 cm,
lebar loket pendaftaran 60 cm, sudah efisien menurut segi ergonomi. Bentuk kursi dipendaftaran
adalah kursi kayu dengan alas busa. Tetapi tidak memiliki sandaran, sehingga tidak memenuhi
kriteria kursi kerja yang baik.
Ruang Tunggu di RSU Bethesda Lempuyanwangi sangat nyaman dengan adanya fasilitas yang
ada diruang tunggu pasien adalah Televisi, Dispenser, pengeras suara, kipas dan kursi tunggu
pasien. Suhu di ruangan tunggu pasien adalah suhu alami dengan menggunakan pencahayaan
alami tetapi tidak memiliki ventilasi udara yang cukup banyak.
2.Ruang kerja Seksi Rekam Medis RSU Bethesda Lempuyangwangi
a.Kantor unit rekam medis harus dekat dengan unit yang lain, agar supaya dalam mencari dan
pendistribusian berkas rekam medis cepat dan tepat.
b.Kantor unit rekam medis harus memadai (nyaman, tenang dll) bagi staff rekam medis dalam
menjalankan tugasnya.
c.Ruang penyimpanan harus memadai (baik untuk rak berkas rekam medis aktif maupun in-aktif)
d.Kantor unit rekam medis harus aman (untuk melindungi dokumen dari kerusakan,
kehilangan/digunakan oleh pihak yang tidak berwenang).
Area kerja di unit rekam medis RSU Bethesda Lempuyangwangi memiliiki 2 tempat yaitu di
lantai 1 (TPPRJ, TPPRI dan pelayanan SKM) dengan ukuran luas 2.5 x 4 m2 dan lantai 2 m2
(Asembling, coding, indexing, pelaporan, filling dan BPJS) dengan memiliki ukuran luas 12 x 16
m2. Ruang penyimpanan berkas rekam medis di ruang filing dibagi 2 yaitu ruang penyimpanan
RM aktif dengan ukuran luas 8 x 8 m2 dan ruang penyimpanan RM in-aktif dengan ukuran luas
7 x 8 m2dengan jumlah 8 rak besi kayu, yaitu 4 rak di ruang penyimpanan RM aktif dan 4 rak di
ruang penyimpanan RM in-aktif
Alur kerja Seksi Rekam Medis di RSU Bethesda Lempuyangwangi dari segi ergonomi mulai
dari tempat pendaftaran pasien, assembling, coding dan indexing, pelaporan/reporting, filling
sudah berurutan dari segi ergonomi. Setelah berkas rekam medis diolah jika terdapat
ketidaklengkapan maka berkas akan disimpan terpisah sesuai dengan dokter yang merawat. Jika
berkas sudah lengkap dan dianalis kelengkapannya dikembalikan ke rak penyimpanan sesuai
dengan nomor berkas rekam medis.
3.Kebutuhan Rak filling
Di ruang penyimpanan terdapat 8 rak filing yaitu 4 rak di ruang penyimpanan RM aktif dan 4 di
ruang penyimpanan RM in-aktifyang mempunyai karakteristik sama dengan memiliki 5 tingkat
dengan ukuran panjang rak 304 cm, lebar 60 cm, tinggi 195 cm, untuk 1 rak filling memiliki 15
sub rak dengan ukuran sub rak panjang 100 cm, tinggi sub rak 35 cm dan lebar sub rak 35 cm.
Kapasitas penyimpanan per sub rak adalah 704 berkas.
Kami melakukan penghitungan kebutuhan jumlah rak penyimpanan rekam medis untuk lima
tahun ke depan berdasarkan rumus menurut Ery dan Warih 2011. Menurut Ery dan Warih (2011)
untuk menghitung kebutuhan jumlah rak penyimpanan rekam medis dapat dihitung dengan
penggunaan rumus sebagai berikut :
Kebutuhan Sub Rak Filling =
Hasil yang kami dapat untuk 5 tahun ke depan untuk ruangan filling RSU Bethesda
Lempuyangwangi dibutuhkan 17.6 atau di bulatkan menjadi 18 sub rak filling atau sebanyak 1
buah rak filling untuk menampung berkas rekam medis. Hasil ini kami peroleh dari jumlah
berkas rekam medis per subrak 704 berkas dikalikan 5 tahun di bagi panjang sub rak 100 cm di
bagi rata-rata tebal berkas 0.5 cm.
4.Beban kerja dan perhitungan kebutuhan tenaga kerja
a.Beban kerja
Kami melakukan perhitungan standar beban kerja di bagian seksi rekam medis RSU Bethesda
Lempuyangwangi berdasarkan rumus WISN
Standar Beban Kerja = Waktu kerja tersedia
Rata-rata waktu / kegiatan pokok
Hasil yang kami dapat adalah :
1)Menulis tracer 0.5 menit, waktu kerja tersedia 6864 jam dibbuat dalam hitungan menit yaitu
411840 menit. Waktu kerja tersedia dibagi rata-rata waktu kegiatan pokok, jadi di dapatkan 13
jam.
2)Menulis register filling 0.5 menit di bagi waktu kerja tersedia didapatkan 13 jam
3)Pengambilan RM di rak filling 1 menit, di bagi waktu kerja tersedia didapatkan 7 jam
4)Pengambilan RM di TPPRJ 1 menit, di bagi waktu kerja tersedia didapatkan 7 jam
5)Menulis pengembalian berkas di buku register filling 1 menit, di bagi waktu kerja tersedia
didapatkan 7 jam
6)Menulis morbiditas 2 menit, di bagi waktu kerja tersedia didapatkan 3 jam
7)Menyimpan BRM 0.5 menit, di bagi waktu kerja tersedia didapatkan 13 jam
8)Mengambil tracer dari rak filling 0.5 menit di bagi waktu kerja tersedia didapatkan 13 jam
9) Assembling 3.5 menit di bagi waktu kerja tersedia didapatkan 2 jam
b.Perhitungan Kebutuhan Tenaga Rekam Medis
Perhitungan kebutuhan SDM per unit tujuannya adalah diperolehnya jumlah dan jenis/kategori
SDM per unit kerja sesuai dengan beban kerja selama 1 tahun.
Kami melakukan penghitungan kebutuhan tenaga kerja rekam medis di RSU Bethesda
Lempyangwangi untuk satu tahun ke depan berdasarkan rumus FTE (Full Time Equivalent)
FTE = Jumlah beban per tahun
Target kerja per jam x jumlah jam kerja per tahun
Hasil yang kami dapat adalah 7 orang petugas di bagian pendaftaran Rawat Jalan, yaitu 3 orang
petugas shift pagi, 3 orang petugas shift siang dan 1 orang petugas shift malam. Hasil ini di
peroleh dari jumlah beban pertahun 26967 di bagi target kerja per jam 14 di kalikan dengan
jumlah jam kerja pertahun 300.
26967 yaitu jumlah pasien yang mendaftar diloket pendaftaran selama 1 tahun, kami mengambil
dari jumlah kunjungan pasien rawat jalan tahun 2014.
14 yaitu jumlah pasien yang di layani dalam 1 jam, kami menghitungnya dengan cara jumlah
pasien rawat jalan tahun 2014 di bagi 12 bulan, di dapat 2248 di bagi hari kerja selama sebulan,
yaitu 25 hari, di dapat 90 di bagi jam kerja dalam sehari 6.5.
300 hari yaitu hari loket buka dalam 1 tahun.

E.Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Sistem Reproduksi dan Genetika


1.Pengertian Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit
Klasifikasi dan kodefikasi penyakit yaitu sistem pengkategorian kesatuan penyakit yang disusun
berdasarkan kriteria yang ditentukan dan disepakati bersama. Disusun oleh pakar dibidang
statistik, anatomi, patologi dan ilmu kesehatan masyarakat.
2.Tujuan Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit
a.Memperoleh rekaman statistik penyakit dan masalah terkait kesehatan yang sistematik
penyakit.
b.Nilai statistik yang dihasilkan mampu digunakan untuk analisis, interpretasi serta komparasi
data morbiditas dan mortalitas dari Negara-negara yang berbeda.
c.Menerjemahkan istilah diagnose penyakit dan masalah terkait kesehatan.
d.Memudahkan proses pencatatan, pengumpulan, penyimpangan dan pengambilan kembali
diagnose yang tersedia.
3.Diagnosa Pasien
Diagnosa pasien merupakan titik mula suatu kegiatan pelayanan/asuhan yang direncanakan akan
terjadi, sedang terjadi, sudah terjadi atau akan berkelanjutan secara berkesinambungan.
4.Coding Diagnose
Coding diagnose adalah proses penentuan nomor sandi (code) untuk mewakili suatu diagnose
sebutan atau masalah terkait kesehatan. Coding diagnose merupakan alat control biaya pelayanan
kesehatan (DRG’s).
Di RSU Bethesda Lempuyangwangi coding dilakukan secara manual, baik coding rawat jalan,
rawat inap, dan gawat darurat. Proses pengkodean dilakukan menggunakan ICD Tahun 2004.
Pengkodean untuk rawat inap dilakukan saat pasien sudah keluar dari rumah sakit, setelah itu
berkas rekam medis di kembalikan ke unit rekam medis. Berkas yang sudah di kembalikan
selanjutnya di tulis dalam buku morbiditas pasien RJ, dan di coding, berkas yang sudah di coding
ditulis dalam buku register filling dan di masukkan kembali. Kendala yang dihadapi oleh petugas
rekam medis dalam melakukan pengkodean adalah tulisan dokter yang kurang jelas sehingga
petugas kesulitan dalam membaca diagnosa. Untuk proses coding pasien rawat jalan hanya di
coding berkas pasien BPJS.
Cara pengkodean di RSU sudah mengikuti aturan yang ada yaitu :
3.Petugas menentukan lead-term (nama diagnose penyakit)
4.Petugas mencari kode yang cocok di indeks daftar alphabet (ICD-10 volume 3)
5.Petugas memastikan kode yang cocok pada daftar tabulasi (ICD-10 volume 1)
Cara pengkodengan untuk tindakan menggunakan ICD-9 CM yaitu :
1.Petugas menentukan lead-term (nama diagnose penyakit)
2.Petugas mencari kode yang cocok di indeks daftar procedur (ICD-9 CM volume 3)
3.Petugas mengecek kode tindakan yang ditemukan pada daftar klasifikasi tindakan
Dalam PKL kali ini kami diharuskan untuk mengetahui Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit
yang berhubungan dengan Reproduksi dan Genetika. Selama praktek di RSU Bethesda
Lempuyangwangi kami mendapatkan kasus-kasus penyakit yang termasuk didalam Reproduksi
dan genetika. Kami menemukan bermacam-macam kasus untuk kasus reproduksi, tetapi untuk
kasus genetika kami hanya mendapatkan 3 jenis kasus.

BAB V
PENUTUP

A.Kesimpulan
1.Akreditasi di RSU Bethesda Lempuyangwangi sedang dalam persiapan maju bimbingan
rencana bulan Oktober 2015. RSU Bethesda Lempuyangwangi mengikuti akreditasi versi 2012.
Untuk RSU Bethesda Lempuyangwangi bagian Seksi Rekam Medis mengikuti akreditasi versi
2012 pokja MKI (Manajemen Komunikasi dan Informasi) dan HPK (Hak Pasien dan Keluarga).
2.SPM penyediaan berkas RM di RSU Bethesda Lempuyangwangi ditetapkan sesuai dengan
teori yang ada. Waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan (< 10 menit),
waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat inap (< 15 menit).
3.SIM-RS di RSU Bethesda Lempuyangwangi yang digunakan yaitu One Medic dengan berbasis
web dengan menggunakan jaringan LAN (Local Area Network), RSU Bethesda
Lempuyangwangi One Medic sudah digunakan diseluruh gugus rumah sakit, tetapi untuk bagian
rekam medis baru sebatas entry data pasien rawat jalan dan rawat inap, selebihnya masih
manual.`
4.Dilihat dari aspek ergonomi yang ada di RSU Bethesda Lempuyangwangi, untuk alur kerja
Unit Kerja Rekam Medis sudah sesuai dengan teori ergonomi mulai dari tempat pendaftaran,
assembling, coding dan indexing. Kantor Seksi rekam medis dekat dengan unit yang lain, luas,
nyaman tetapi tidak aman, dikarenakan rak filling masih bersifat open self. Sesuai dengan
perhitungan menurut rumus Ery dan Warih (2011) kebutuhan rak penyimpanan berkas rekam
medis pasien dalam jangka waktu 5 tahun adalah ditambah 1 rak filling dengan 15 sub rak.
Sesuai dengan perhitungan FTE (Full Time Equivalent) Seksi rekam medis membutuhkan 7
orang petugas rekam medis bagian pendaftaran rawat jalan, yaitu 3 orang petugas shift pagi, 3
orang petugas shift siang dan 1 orang petugas shift malam.
5.Klasifikasi dan kodefikasi yang di lakukan di RSU Bethesda Lempuyangwangi untuk pasien
rawat inap di lakukan setelah pasien sudah pulang, sedangkan untuk pasien rawat jalan hanya di
coding untuk pasien yang menggunakan jaminan BPJS, dan pengkodingan baik rawat inap dan
rawat jalan di lakukan secara manual. Untuk kasus genetika kami hanya mendapatkan 3 kasus
genetika.

B.Saran
1.Sebaiknya RSU Bethesda Lempuyangwangi menggunakan system komputerisasi agar supaya
semua system di seksi rekam medis terintegrasi
2.Sebaiknya kursi petugas bagian pendaftaran seksi rekam medis RSU Bethesda
Lempuyangwangi dibuat sandaran agar petugas lebih nyaman dalam bekerja
3.Sebaiknya proses pengkodean dilakukan juga di berkas pasien rawat jalan agar memudahkan
petugas dalam proses pelaporan rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI.1997. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di


Indonesia.Jakarta

Hatta, Gemala R. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan


Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia ( UI – Press )
Kusumadewi, dkk. 2009. Informatika Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Manuaba, Adnyana. 2005. Ergonomi Dalam Industri. Bali : Universitas Udayana
Nurmianto, Eko. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : Guna Widya
Rahayu, Warih Ambar. 2013. Kode Klasifikasi Penyakit dan Tindakan Medis ICD-10.
Yogyakarta : Gosyen Publishing

Rustiyanto, Ery dan Rahayu, Warih Ambar. 2011. Manajemen Filing Dokumen Rekam Medis
dan Informasi Kesehatan.Yogyakarta

Rustiyanto, Ery. 2011. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang Terintegrasi. Yogyakarta
: Gosyen Publishing

Sumber Data Seksi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Bethesda Lempuyangwangi

Tarwaka, Solichul H.B, Lilik S. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerjadan Produktivitas.
Surakarta : Uniba Press

WHO. International Statistical Clasification of Diseases and Related Health Problem. Tenth
Revisi ed; Switzerland; 2008

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Tampilan SIM-RS One Medic RSU Bethesda Lewmpuyangwangi


1.Pencarian nomor rekam medis untuk klaim gruper ina-cbgs
5.Laporan per tanggal
6.Laporan by SEP
7.Modul One medik

Anda mungkin juga menyukai