Anda di halaman 1dari 74

PENGELOLAAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN


Tinjauan Terhadap Desain Formulir,Manajemen Unit Kerja (MUK),
ICD-10 dan ICD-9-CM

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2021/2022

PRODI D3 REKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DUTA BANGSA
SURAKARTA 2022
HALAMAN JUDUL

Pengelolaan Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan


Di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
Tinjauan Terhadap Desain Formulir,Manajemen Unit Kerja (MUK),
ICD-10 dan ICD-9-CM

Laporan Praktik Lapangan Semester II


Dibuat untuk memenuhi tugas praktik lapang II (PL2)
di RS Muhammadiyah Lamongan pada
11 Juli – 6 Agustus 2022 Tahun Akademik 2021/2022

Disusun Oleh :

FEBRI ERIANTO WIBOWO 210205219

PRODI D3 REKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DUTA BANGSA
SURAKARTA 2022

2
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : FEBRI ERIANTO WIBOWO 210205219

Mata Kuliah : Praktik Lapangan II


Semester : II / Tahun Akademik 2021/2022
Judul : Pengelolaan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
(Tinjauan Terhadap Desain Formulir,Manajemen UnitKerja (MUK),
ICD-10 dan ICD-9-CM)

Mengesahkan,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

(Riska Rosita, S.KM.MPH) (M Fachmi Rizal Abdullah, A.Md.RMIK)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Program Studi D3 Rekam Medik dan
Universitas Duta Bangsa Surakarta Informasi Kesehatan

(Warsi Maryati, SKM.,MPH) (Linda Widyaningrum, SKM.,MPH )

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah Swt. Atas limpahan
rahmat, ridha, dan karunia-Nya laporan Praktik Lapangan (PL) dapat diselesaikan
tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai suri teladan bagi umat.
Laporan kegiatan PKL ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban
tertulis atas terlaksananya kegiatan dimaksud pada Senin, 11 Juli 2022 sampai
dengan Hari Sabtu, 6 Agustus 2022. Selama periode PL, aktivitas yang dilakukan
mahasiswa adalah terjun langsung di lapangan pada stase-stase rekam medis di RS
Muhammadiyah Lamongan.
Kelancaran kegiatan PL ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu :
1. Universitas Duta Bangsa teruntuk Bapak Rektor, Dekan FIKES, dan
Kepala Pogam Studi D3 RMIK.
2. Panitia Praktik Kerja Lapangan (PKL) Fakultas Ilmu Kesehatan beserta
Bapak Pembimbing Akademik PL2.
3. Direktur RS Muhammadiyah Lamongan dan pejabat terkait yang telah
memberikan kesempatan, kepercayaan, dan fasilitas kepada kami untuk
melaksanakan PL, dan
4. Kepala Unit Rekam Medis beserta jajaran yang sudikiranya bersedia
menjadi CI pembimbing lapangan..
Semoga laporan PKL ini dapat memberikan manfaat, baik berupa inspirasi
maupun motivasi bagi pembaca. Dalam proses pembuatan laporan tentu masih
terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan
demi perbaikan.

Lamongan, 12 Juli 2022

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ?


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ?
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ?
DAFTAR ISI ...................................................................................... ?
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ?
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ?
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ?
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... ?
B. Rumusan Masalah...................................................................................... ?
C. Tujuan ...................................................................................... ?
D. Manfaat ...................................................................................... ?
E. Ruang Lingkup ...................................................................................... ?
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sejarah Rumah Sakit Visi Misi Struktur Organisasi................................... ?
B. Desain Formulir di rumah sakit.............................................................. ?
C. Manajemen unit kerja (MUK) Kebutuhan SDM Rekam Medis............ ?
D. Pengkodean Penyakit Berdasarkan ICD 10 dan ICD 9 CM .................. ?

BAB III HASIL PENGAMATAN


A. Sejarah Rumah Sakit Visi Misi Struktur Organisasi RSML....................... ?
B. Desain Formulir di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.............. ?
C. Manajemen unit kerja (MUK) Kebutuhan SDM Rekam Medis RSML ?
D. Pengkodean Penyakit Berdasarkan ICD 10 dan ICD 9 CM .................. ?

BAB IV PEMBAHASAN
A. Sejarah Rumah Sakit Visi Misi Struktur Organisasi RSML....................... ?
B. .

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN

5
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kode Warna Hu 22

Tabel 3.1 Kode Warna An

Tabel 3.2 Kode Warna Tahun

6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Distribusi PKL 43

Gambar 3.2 Struktur Organisasi RSML 46

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Remakm Medis RSML

7
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi Rumah Sakit
2. Struktur Organisasi Rekam Medis
3. Protap / Juknis / Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis
4. Nilai Presentasi Hasil PKL oleh CI
5. Nilai PKL oleh CI
6. Hasil Analisis PL
7. Pedoman kegiatan, lembar konsultasi, daftar hasil praktik lapangan,
catatan kegiatan dan halaman pengesahan
8. Dokumentasi Kegiatan

8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses pelayanan yang

diberikan kepada pasien oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang dapat

dipertanggungjawabkan. Rekam medis digunakan dalam pengelolaan dan

perencanaan fasilitas dan pelayanan kesehatan. Selain itu juga dapat digunakan

untuk penelitian medis dan kegiatan statistik pelayanan saat pasien datang

kembali ke tempat pelayanan kesehatan. Pengelolaan rekam medis di rumah sakit

digunakan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya

mencapai tujuan rumah sakit.

Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam

pelayanan kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting untuk pelayanan

bagi pasien karena dengan data yang lengkap dapat memberikan informasi dalam

menentukan keputusan baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya,

oleh sebab itu perlunya menggunakan alur dan sistem penamaan, penomoran,

penjajaran, penyimpanan, penyusutan dan pemusnahan yang benar dalam sistem

rekam medis untuk menjamin mutu dokumen rekam medis itu sendiri. Sehingga

1
2

informasi yang diperoleh dari dokumen rekam medis adalah data yang berkualitas

dan sistematis yang berdampak pada pengolahan data, pelaporan, pelepasan

informasi yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan.

Untuk menjadi perekam medis yang profesional keakuratan kode adalah

salah satu standar yang harus dimiliki. Salah satu kegiatan di bagian rekam medis

adalah kodefikasi, yaitu suatu kegiatan yang mentransformasikan

diagnosis penyakit dan masalah kesehatan lainnya dari kata-kata menjadi suatu

bentuk kode, yang memudahkan penyimpanan, retrieval dan analisis data.

Seorang calon perekam medis sudah seharusnya mengetahui prosedur

pencatatan, pengumpulan, pengelolaan, penyajian, dan analisis informasi berkas

rekam medis, maka sebagai langkah awal agar bisa menjadi tenaga professional

perekam medis dan informasi kesehatan, mahasiswa wajib melaksanakan Praktek

Kerja Lapangan di Rumah Sakit. Dimana PKL ini akan memperoleh  pengalaman

dan keterampilan dalam pengelolaan rekam medis dan informasi kesehatan yang

berkaitan dengan karier profesi di masa mendatang.

Untuk memenuhi standar kompetensi perekam medis maka sangat

diperlukannya pengenalan lapang yang dikemas dalam Praktik Kerja Lapangan

(PKL). RS Muhammadiyah Lamongan merupakan rumah sakit swasta Amal

Usaha Muhammadiyah dalam bidang Kesehatan sebagai pusat rujukan umum tipe

B di wilayah Jawa Timur hal tersebut sangat mendukung untuk terciptanya PKL

yang bermakna serta fasilitas yang memadai

Praktek Kerja Lapangan memberikan gambaran mengenai pekerjaan-

pekerjaan perekam medis dengan melihat langsung serta mempraktikkan di

lingkungan kerja di RS Muhammadiyah Lamongan, sehingga dapat menangkap


3

peluang, potensi, kendala, atau masalah-masalah sekaligus pemecahannya di

dalam melakukan pekerjaan perekam medis yang mungkin tidak bisa didapatkan

dengan mempelajari teorinya saja.

Adapun tema dari PKL ini bertemakan pengelolaan rekam medis dan

informasi kesehatan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan dengan meninjau

terhadap desain formulir, manajemen unit kerja (MUK), ICD-10 dan ICD-9-CM).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengelolaan rekam medis dan informasi kesehatan di rumah

sakit muhammadiyah lamongan

C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah singkat rumah sakit, visi, misi dan struktur

organisasi rekam medis di rumah sakit. 

2. Mengetahui konsep, alur, dan desain formulir Lembar Transfer Pasien di

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

3. Mengetahui manajemen unit kerja (MUK), menghitung kebutuhan SDM

unit rekam medis bagian pendaftaran IGD Rumah Sakit

Muhammadiyah Lamongan

4. Mengetahui langkah-langkah pengkodean penyakit berdasarkan ICD

10 dan ICD 9 CM pada Sistem panca indra, syaraf, mental malformasi

konginental, reproduksi, dan kelahiran.

D. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari praktek lapangan II sebagai berikut:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan sebagai sarana untuk melatih


4

diri melakukan dan menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh dalam

perkuliahan.  

2. Hasil praktek lapangan ini dapat menjadi bahan acuan dalam

mengembangkan ilmu  pengetahuan bagi mahasiswa.

3. Sebagai dasar masukan bagi tenaga kesehatan didalam memberikan

pelayanan rekam medik di Rumah Sakit.

4. Mendapatkan gambaran dan langkah-langkah dalam memberi

pelayanan rekam medik di Rumah Sakit.

E. Ruang Lingkup

1. Lingkup Tempat Praktik Kerja Lapangan I dilaksanakan di Rumah

Sakit Muhammadiyah Lamongan.

2. Lingkup Waktu Praktik Kerja Lapangan I dilaksanakan pada tanggal

11 Juli 2022 –  06 Agustus 2022.

3. Lingkup Materi

a. Sejarah singkat Rumah Sakit, visi , misi dan struktur organisasi

rekam medis di rumah sakit 

b. Konsep, alur, dan desain formular di rumah sakit.

c. Manajemen unit kerja (MUK), menghitung kebutuhan SDM unit

rekam medis bagian pendaftaran IGD.

d. Langkah-langkah pengkodean penyakit berdasarkan ICD 10 dan

ICD 9 CM pada Sistem panca indra, syaraf, mental malformasi

konginental, reproduksi, dan kelahiran.


5

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Desain formular di rumah sakit


Menurut Endang dan Imelda (2018) formulir rekam medis merupakan

medis untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan.

Data yang bersangkutan dengan peristiwa dan transaksi pelayanan yang direkam

pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dan pengolahan selanjutnya. Pencatatan

tersebut dimaksudkan untuk direkam agar dapat dibaca kembali dengan mudah,

dalam urutan sistematis, konsisten dan logis, pada setiap lembar formulir dan

antara formulir. Formulir yang telah diisi tersebut disimpan sebagai dokumen sehi

ngga dapat diambil untuk digunakan pelayanan berikutnya.

Formulir rekam medis merupakan suatu dokumen atau alat yang

digunakan sebagai catatan atau rekaman yang terjadi dalam peristiwa dalam

pemberian pelayanan kesehatan (Niasak, 2021). Menurut Nisak Tahun 2021

formulir rekam medis memiliki tujuan yaitu :

a. Untuk memudahkan dalam proses pengumpulan data

b. Untuk meningkatkan suatu keakuratan data

c. Untuk mempercepat dalam pemberian pelayanan

d. Untuk memperjelas pembagian data medis, keuangan, administrasi, dan

operasional.

e. Untuk menunjang suatu proses pengolahn informasi pasien

Menurut Huffman (1994) dalam formulir rekam medis terdapat


6

komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam peranvangan formulir rekam

medis yaitu :

1. Aspek Fisik

Dalam aspek isi formulir rekam medis membahas tenteng bahan, warna

formulir, bentuk dan ukuran.

a. Bahan

Bahan yang digunakan harus dperhatikan dengan baik seperti kualitas

kertas yang digunakan.

b. Warna

Warna dasar formulir rekam medis sebaiknya berwarna putih agar tidak

terlalu mencolok

c. Bentuk

Dalam pembuatan formulir rekam medis sebaiknya membuat dengan

kebutuhan isi dokumen rekam medis agar sesuai dengan kebutuhannya.

d. Ukuran

Ukuran yang digunakan sebainya yang memenuhu kebutuhan isi rekam

medis seperti kerta sukuran F4.

2. Aspek Anatomi

Dalam aspek anatomi formulir rekam medis mambahas tentang heading,

introduction, instruction, body, dan close.

a. Heading

Untuk bagian heading meliputi judul formulir, sub judul, nama instansi

kesehatan, logo, nomor kode dan revisi, nomor halaman, dan informasi pelengkap

lainnya. Bagian heading dilekatkan di bagian paling atas pada formulir.


7

b. Introduction

Untuk bagian introduction berisi mengenai keterangan tambahan

mengenai formulir.

c. Instruction

Untuk bagian instruction berisi penjelasan singkat mengenai jumlah

lembar, cara pengisian.

d. Body

Untuk bagian body berisi inti dari suatu formulir. Penggunaan metode

pengelompokkan, urutan, bentuk dan ukuran huruf, batas tepi, spasi, garis dan

aturan pengisian formulir sangata berperan penting dalam bagian isi.

e. Close

Untuk bagian penutup meliputi tanda tangan, nama terang, keterangan

tempat dan tanggal pengisian.


8

3. Aspek Isi

Aspek isi formulir rekam medis membahas tentang :

a. Mengisi formulir dengan cara menulis langsung dengan cara memilih, dan

memberi tanda pada formulir sesuai petunjuk pengisian formulir rekam

medis.

b. Cantumkan keterangan terkait cara pengisian yang jelas pada formulir

Sediakan area kosong yang cukup untuk setiap bagian dan ikuti sesuai cara

pengisiannya

B. Manajemen unit kerja (MUK) Kebutuhan SDM Rekam Medis


1. Manajemen Kerja Rekam Medis

Unit rekam medis dan informasi kesehatan adalah ruang ketja atau

perkantoran yang menyelenggarakan pekerjaan dan pelayanan reka medsi dan

informasi kesehatan. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 48 tahun

2016 tentang standar keselamatan dan kesehatan kerja perlantoran bahwa

perkantoran adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat karyawan melakukan

kegiatan perkantoran baik yang bertingkat maupun tingkat bertingkat.

Tugas dan fungsi dari unit rekam medis dan informasi kesehatan

dikelompokkan menjadi tiga pekerjaan, yaitu pekerjaan dasare, pekerjaan kedua

dan pekerjaan tingkat ketiga. Pekerjaan dasar meliputi sistem-sistem rekam medis

dan informasi kesehatan. Sistem dimulai dari pendaftaran, pendistribusian,

penataan, analisi, klasifikasi diagnosa dan tindakan, statistik dan palporan,

penyimpanan rekam medis, pengambilan kembali, penyusutan dan pemusnahan.

Pekerjaan kedua meliputi statistik dan pelaporan diantaranya dari sensus

harian pasien hingga harus menghitung pengisian tempat tibur, hari rawat, lama
9

perawatan, kematian dan kelahiran yang harus disajikan dalam bentuk laporan

indikator rumah sakit. Pekerjaan tingkat ketiga meliputi pekerjaan yang lebig

prfesional diantaranya lebig kearah manajemen informasi kesehatan secara

profesional.

2. Kebutuhan SDM Rekam Medis

a. Kerja Rekam Medis

Beban kerja adalah banyaknya jenis oekerjaan yang harus diselesaikan

oleh tenaga kesehatan profesional dalam 1 (satu) tahun di fasilitas pelayanan

kesehatan. Semua kegiatan menjadi beban unit ketrja dalam petiode tertentu.

Beban kerja meliputi kegiatan pokok yang dilaksanakan yaitu, rara-rata waktu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan poko dan standar beban kerja

per tahun. Standar beban kerja adalah waktu ketja tersedia dibagi dengan rata-rata

waktu per kegiatan pokok. Kegiatan pokok merupakan kumpulan bernbagai jenis

kegiatan sesuai standar pelayanan dan standar prosedur operasional (SPO) untuk

menghasilkan pelayanan yang dilaksanakan oleh Perekam Medis dan Informasi

Kesehatan dengsn kompetensi tertentu. (Sisiwati, 2018).

Kegiatan di unit kerja rekam medis dan informasi kesehatan meliputi

antara lain :

1) penamaan, 2) pnomoran, 3) registrasi, 4) distribusi, 5)


penataan, 6) penalisis, 7) klasifikasi, 8) indeks, 9) pelaporan,
10) penyimpanan, 11) penjajaran (filing sistem), 12)
pengambilan kembali 13) penyusutan, dan pemusnahan
(Siswati, 2018)
10

b. Beban Kerja Pelayanan Rekam Medis

1) Pendaftaran (Penamaan dan Penomoran)

Kegiatan ini dimulai dari menerima kartu identitias pasien, wawancara,

cek data identitas pasien, wawancara, cek data identitas pasien, menyiapkan

rekam medis, pemberian informasi (general consent) sampai rekam medis siap

dikirm ke klinik yang dituju pasien di hitung selama 1 (satu) tahun pendaftaran

pasien baru dan lama yang dilaksanakn oleh unit rekam medis dan informasi

kesehatan.

2) Distribusi

Kegiatan ini dimulai dari pemilihan rekam mdis yang akan dikirim ke

klinik, disusun dan siap dikirm oleh petugas distribusi sampai ke petugas klinik

yang dituju.

3) Penerimaan

Kegiatan ini dimulai dari menerima rekam medis yang dikirm oleh petugas

rawat jalan atau petugas ruangan rawat inap yang pasiennya telah keluar rumah

sakit. Rekam medis diterima oleh petugas penerimaan.

4) Penataan

Kegiatan ini dimulai sejak membuka rekam medis untuk pemeriksaan

kelengkapan data pasien, hasil pemeriksaan, hasil tindakan dan kerapian sususnan

formulir rekam medis sesuai ketentuan rumah sakit. Jika ada penggantian

kerusakan sampul rekam medis.

5) Analisis

Melakukan analisis kuantitatif kelengkapan formulir rekam medis baik

dari pasien rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan rawat inap.
11

6) Klasifikasi

Kegiatan ini dimulai dari membuka sampul rekam medis, membaca

diagnosa penyakit dan melakukan analisi data dan kelengkapan penunjang

diagnosa dan tindakannya. Membuka buku International Classification of

Diseases dari WHO untuk menetapkan kode panyakit dan tindakan, hingga

memasukkan kode ke sistem di komputer.

7) Indeks

Kode penyakit dan tindakan yang sudah ditetapkan, dimasukkan ke dalam

aplikasi indeks penyakit di komputer untuk menentukan oenyakit terbanyak

sebagai bahan laporan internal dan eksternal.

8) Statistik dan Pelaporan

Kegiatan pengumpulan data sensus harian selama 24jam, laporan penyakit,

laporan kunjungan dan masuk rawat dan pulang rawat sampai laporan internal dan

eksternal disajikan.

9) Penyimpanan

Kegiatan ini diawali dengan pengelompokkan rekam medis yang disusun

sesuai kelompok nomor akhir sampai rekam medis masuk ke rak sesuai nomor

yang tertulis pada rak yang benar dan tepat.

10) Pengambilan Kembali

Kehiatan ini diawali dengan menerima struk permintaan rekam medis yang

tertulis data pasien, nomor rekam medis dan klinik yang dituju.

11) Administrasi Unit

Kegiatan yang terdiri dari pembuatan surat, kearsipan, pembagian tugas

staf, pembagian cuti dan tugas-tugas kesekretariatan lain du unit rekam medis dan
12

informasi kesehatan.

12) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

Kegiatan ini diawali dengan monitoring indikator mutu, evaluasi, analisis

dan melakukan tindak lanjut perbaikan (Siswati,2018).

3. Menghitung Kebutuhan Tenaga Rekam Medis menggunakan ABK Kes

1) Menetapkan Fasyankes dan Jenis (SDMK)

2) Mentapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)

Adalah waktu yang digunakan oleh SDMK untuk melaksanakan tugas dan

kegiatannya dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.

3) Menetapkan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok, Tugas Penunjang, dan

Uraian Tugas) dan Norma Waktu.

Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi dan

dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP), sarana dan

prasarana pelayanan yang tersedia serta kompetensi SDMK itu sendiri.

4) Menghitung Standar Beban Kerja (SBK)

Menurut Permenkes 33 tahun 2015 standar beban kerja (SBK) adalah

volume/kuantitas pekerjaan selama 1 tahun untuk tiap jenis SDMK. Lima SBK

untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan setiap kegiatan (Rata-rata Waktu atau Norma Waktu) dan Waktu

Kerja Tersedia (WKT) yang sudah ditetapkan.

Rumus SBK (Standar Beban Kerja) :

Waktu Kerja Tersedia(WKT )


SBK =
Norma Waktu
13

5) Menghitung Standar Tugas Penunjang (STP) dan Faktor Penunjang (FTP)

Rumus Faktor Penunjang (FTP) :

Waktu Kegiatan
FTP=
WKT x 100
Rumus Standar Tugas Penunjang (STP) :

1
STP=
1− FTP /100
6) Menghitung Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)

Rumus Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan :

Capaian1 taℎun
SDMK = x STP
Standar Beban Kerja ( SBK )

C. Pengkodean Penyakit Berdasarkan ICD 10 dan ICD 9 CM pada kasus Panca


Indra, Sistem Syaraf, Sistem Mental, Sistem Malformasi Konginental, Sistem
Reproduksi, dan Sistem Kelahiran
1. Pengertian ICD

Menurut Hatta (2017), International Statistical Classification of Diseases

and Related Health Problems (ICD) dari WHO adalah sistem klasifikasi yang

komperehensif dan diakui secara internasional. Sistem klasifikasi penyakit adalah

sistem yang mengelompokkan penyakiy-penyakit dan prosedur-prosedur yang

sejenis ke grup nomor kode penyakit dan tindkan yang sejenis.

2. Fungsi dan Kegunaan ICD

Menurut Hatta (2017), fungsi ICD sebagai sistem klasifikasi penyakit dan

maslah terkait digunakan untuk kepentingan informasi statistik morbiditan dan

mortalitas. Penerapan pengkodean sistem Icd digunakan untuk :

a. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan

kesehatan.

b. Masukkan bagi sistem pelaporan diagnosis medis.


14

c. Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait diagnosis

karakteristik pasien dan penyediaan layanan.

d. Sebagai bahan dasar dalam pengelompokkan DRGs (gignosis-related

groups) untuk sistem penagihan pembayanran biaya pelyanan.

e. Sebagai pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas.

f. Sebagai tabulasi data pelaynan keshatan bagi prosen evaluasi perencanaan

pelayanan medis.

g. Untuk menentukan bentuk layanan yang harus direncanakan dan

dikembangkan sesuai kebutuhan zaman.

h. Sebagai analisi pembiayaan pelayanan kesehatan

i. Untuk penelitian epidemiologi dan klinis.

3. Struktur ICD-10

Menurut Hatta (2017), bahwa ICD 10 terdiri atas 3 Volume :

a. Volume 1

1) Pengantar

2) Pertanyaan

3) Pusat-pusat kolaborasi World Health Organization (WHO) untuk

klasifikasi penyakit

4) Laporan konferensi International yang menyutuji revisi ICD-10

5) Daftar kategori 3 karakter

6) Daftar tabulasi penyakit dan daftar kategori termasuk subkategori empat

karakter

7) Daftar mofologi neoplasma

8) Daftar tabulasi khusu morbiditas dan mortalitas


15

9) Definisi-definisi

10) Regulasi-regulasi nomenklatur

11) Daftar Mortalitas

12) Daftar Morbiditas

b. Volume 2

Adalah buku petunjuk yang berisi :

1) Pengantar

2) Penjelasan tentang International Statistical Classification of Diseases and

Related Healt Problems ten revision (ICD-10).

3) Cara penggunaan International Statistical Classification of Diseases and

Related Healt Problems ten revision (ICD-10).

4) Aturan dan petunjuk pengkodean mortalitas dan moedibitas.

5) Presentasi statistic.

6) Riwayat perkembangan International Statistical Classification of Diseases

and Related Healt Problems ten revision (ICD-10).

c. Volume 3 (Indeks Abjad)

Adalah buku petunjuk yang berisi :

1) Pengantar

2) Susunan indeks secara umum

3) Seksi I : Indeks abjad penyakit, bentuk cidera

4) Seksi II : Penyebab luar cidera

5) Seksi III : Tabel obat dan zat kimia

6) Perbaikan terhadap volume I

Menurut Hatta (2017) rincian bab ICD (Edisi 2-2005), yaitu :


16

Tabel 2.1 Bab ICD-10

BAB ICD KODE AWAL


I Penyakit parasit dan infeksi tertentu A, B
II Neoplasma C, D
Penyakit darah dan organ pembentuk darah dan kelainan tertentu yang
III D
melibatkan mekanisme imun
IV Gangguan mental dan perilaku E
V Gangguan mental dan perilaku F
VI Penyakit mata dan syaraf G
VII Penyakit mata dan adnexa
H
VIII Penyakit telinga dan prosessus mastoideus H
IX Penyakit sistem sirkulasi I
X Penyakit sistem nafas J
XI Penyakit sistem cerna K
XII Penyakit sistem kulit dan jaringan subkutan L
XIII Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan penunjang M
XIV Penyakit sistem kemih N
XV Kehamilan, kelahiran, dan nifas O
XVI Kondisi tertentu yang bermula dari masa perinatal perkembangan P
XVII Malfarmasi, deformasi, dan kelainan kromosom konginetal perkembangan Q
XVIII Gejala dan tanda temuan klinik dan laboratorium abnormal R
XIX Cedera, keracunan dan akibat lain tertentu dari penyebab eksternal S, T
XX Penyebab luar morbiditas dan mortalitas V–Y
Faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan dan kontak dengan
XXI Z
pelayanan kesehatan
XXII Kode untuk tujuan khusus U

4. Prosedur Pengkodean

Sembilan langkah dasar dalam menentukan kode menurut Hatta (2017)

sebagai berikut :

1) Tentukan tipe pertanyaan yang akan dikode, dan buka volume 3

Alphabetic index (kamus). Bila pertanyaannya adalah istilah penyakit atau

cidera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I – XiX (Vol. 1), gunakan

sebagai “leadterm” untuk dimanfaatkan sebagai panduan menelusuri

istilah yang dicari pada seksi I index(Volume 3). Bila pertanyaan nya

adalah penyebab luar (external cause) dai cidera (bukan nama penyakit)

yang ada di Bab XX (Vol 1), lihat dan cari kodenya pada seksi II di index

(Vol 3).
17

2) “leadterm” (kata panduan) untuk penyakit dan cidera biasanya merupakan

kata banda yang memaparkan kondisi patologisnya. Sebaiknya jangan

menggunakan istilah kata benda anatomi, kata sifat atau kata keterangan

sebagai kata panduan. Walaupun demikian, beberapa kondisi ada yang

diekspresikan sebagai kata sifat eponim (menggunakan nama penemu)

yang tercantum di dalam index sebagai “leadterm”.

3) Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah

istilah yang akan dipilih pada volume 3.

4) Baca istilah yang terdapat tanda kurung “( )” sesuai leadtrem (katra dalam

tanda kurung = modifier, tidak akan mempengaruhi kode). Istilah lain yang

ada di dbawah lead term (dengan tanda (-) minus = idem = ident) dapat

mempengaruhi nomor kode, sehingga kata-kata diagnostik harus

diperhitungkan).

5) Ikuti secara hati-hati rujukan silang (cross references) dan perintah see and

see also yang terdapat dalam index.

6) Lihat daftar tabulasi (volime 1) untuk mencari nomor kode yang paling

tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks debgab tanda minus pada posisi ke

empat yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada didalam

volume 1 dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam index

(volume 3). Perhatikan juga perintah untuk menambah kode tambahan

(additional code) serta aturan cara penulisan dan pemanfaatannya dalam

pengembangan indeks penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas

dan mortalitas.
18

7) Ikut pedoman inclusion dan wxclusion pada kode yang dipilih atau bagian

suatu bab (chapter) blok kategori atau subkategori.

8) Tentukan kode yang anda pilih.

9) Lakukan analisis kuantitatif dan diagnosis yang dikode untuk pemastian

kesesuaiannya dengan pernyataan dokter tentang diagnosis utama

diberbagai formulir rekam medis pasien, guna menunjang aspek legal

rekam medis yang dikembangkan.

5. Pengertian ICD – 9 – CM

Pada tahun 1975, ICD 9 diterbitkan oleh WHO (World Healt

Organization) dan terdiri dari 2 volume yaitu volume 1 berisi tentang

Classification of Procedures yang biasa juga disebut dengan tabular list (daftar

tabulasi) desertai suplemen kode V dan E (yang akhirnya menjadi ba XXI dan

juga bab XX pada revisi tahun 2010), sedangkan volume 2 berisi tentang indeks to

Procedures atau Indeks Alfabetik. ICD-9-CM atau International Classification of

Diseases 9th Revision Clinical Modification dibuat oleh U.S. National Center for

Health Statistics (NCHS) dan khusus digunakan mulai tahun 1978 di Amerika

Serikat dengan di publikasikannya ICD-9 oleh WHO (Anggraini et al., 2017).

Dari uraian tersebut, ICD-9-CM mencakup tentang pengkasifikasian

prosedur atau tindakan operasi dan bukan operasi berdasarkan kriteria atau

kategori tertentu dan sangat sering digunakan dalam perkuliahan dan juga dunia

kerja khususnya di bagian koding.

6. Struktur dan Isis ICD-9-CM

Pasa buku yang ditulis oleh (Anggraini et al., 2017) ditentukan bahwa

ICD-9 CM versi 2010 untuk prosedur medis terdiri dari 17 bab, mulai dari
19

kategori 00 sampai denga 16. Semua daftra tabulasi pada ICD-9 CM unutk

prosedur medis, disusun berdasarkan body sistem, kesuali 3 bab yaitu :

a. Bab 00 : Prosedur dan intervensi, tidak terklasifikasi di tempat lain.

b. Bab 13 : Prosedur obstetrik.

c. Bab 16 : Prosedur diagnostik dan terapeutik lain-lain

7. Jenis Prosedur

Menurut (Anggraini et al., 2017) dijelaskan bahwa prosedur medis dalam

ICD-9 CM dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Non Operative Procedure

Prosedur terapeutik serta investigasi lain yang tidak melakukan manipulasi

pada bagian tubuh dan sangat sedikit invasif. Misalnya, pemeriksaan penunjang

seperti radiologi, laboratorium, pemeriksaan fisik, psikologi, dan juga prosedur

penunjang lainnya. Pada bagian terbesar dari prosedur ini terklasifikasi dalam bab

16 ICD-9 CM yaitu Miscellaneous Diagnostic And Therpeutic Procedures.

b. Operative Procedure

Suatu operasi didefinisikan sebagai prosedur terapeutik atau diagnostik

mayor apa saja yang menyertakan penggunaan instrumen atau manipulasi

sebagian tubuh, dan secara umum dilakukan dalam kondisi OT (Okupasi Terapi),

selain persalinan normal pada pasien obsteri. Prinsip operasi dilakukan untuk

merawat kondisi yang terpilih sebagai diagnosis utama. Prosedur operasi

dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

1) OR Procedure / Operative Room

Semua tindakan atau prosedur yang dilakukan dikamar operasi melibatkan

peralatan khusus, serta SDM (Sumber Daya Manusia) khusus dan resource yang
20

besar. Dalam hal ini ditandai dengan blok khusus berwarna pada ICD-9 CM.

2) Non OR Procedure / Non Operation Room

Semua prosedur yang dilakukan diluar kamar operasi membutuhkan skill

khusus atau ketrampilan khusus dari sumber daya menusianya dan atau peralatan

yang mahal. Hal ini ditandai dengan blok khusus yang tidak berwarna pada ICD-9

CM.

8. Tatacara Koding Prosedur Medis

Menurut (Anggraini et al., 2017), ditentukan bahwa ada beberapa tatacara

prosedur medis, terdiri dari :

a. Dalam mengkode laporan operasi, koder harus membaca dengan teliti dari

seluruh laporan opersi dan mencatat atau menggaris bawahi kemungkinan

adanya penulisan diagnosis, kelainan atau prosedur yang tidak sesuai

denga apa yang ditulis oleh dokter, maka dokter harus mengklaritikasi hal

tersebut dengan dokte yang besrangkutan.

b. Apabila ditemukan diagnosa pre operative dan post operative yang berdoa,

maka gunakan diagnosis post operative.

c. Periksalah laporan patologi, dan bila terdapat perbedaan antara diagnosis

patholigist (Ahli Patologi) dan Sp.B (Spesialis Bedah), maka sebaliknya

didiskusikan dengan kedua pihak yang bersangkutan.

d. Langkah-langkah dalam melakukan pengkodean, yaitu :

1) Carilah nama prosedur / tindakan atau eponim pada indeks alfabetik.

2) Memeriksa kembali kode yang ditentukan pada indeks alfabetik pada

daftar tabulasi.
21

3) Mengikuti perintah dari catatan-catatan khusus (konvensi) dala daftar

tabulasi.

4) Memilih kode tindakan dengan tingkat rincian tertinggi atau kode yang

paling spesifik dan mencangkup 4 digit.

9. Teori tentang Sistem Panca Indra, Sistem Syaraf, Sistem Mental,

Sistem Malformasi Konginental, Sistem Reproduksi, dan Sistem

Kelahiran.

a. Sistem Panca Indra

Alat indera manusia juga disebut dengan panca indera, karena alat indera

manusia terdiri dari lima, yakni indera pengelihatan (mata), indera pendengaran

(telinga), indera pembau (hidung), indera pengecap (lidah) dan indera peraba

(kulit).

b. Sisrem Syaraf

Sistem syaeaf terdiri dari otak, sumsum tulamng belakang, organ-organ

sensorik, dan seluruh saraf yang saling terhubung dengan organ didalam tubuh.

Sistem syaraf juga dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1) Sistem saraf pusat, terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.

2) Sistem saraf tepi, terdiri dari sistem sraf somatic dan otonom.

Kedua sistem ini bekerja sama mengendalikan seluruh aktifitas di dalam

tubuh, baik yang disadari maupun tidak disadari.


22

c. Sistem Mental

Sistem Mental adalah kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan

uang tampak dan dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki

kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup noemal pada berbagai situasi dalam

kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan kontribusi.

d. Sistem Reproduksi

Sistem Reproduksi merupakan kegiatan berkembang biak untuk

melahirkan keturunan, yang bertujuan untuk mempertahankan proses

keberlangsungan spesies di dunia. Sistem reproduksi manusia merupakan sistem

organ yang digunakan manusia untuk memproduksi dan melahirkan keturunan.

e. Sistem Kelainan Konginetal

Sistem Kelainan Konginetal atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada

sejak lahir yang dapat disebabkan oleh factor genetic.


23

BAB III
HASIL DAN PENGAMATAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan


1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

Diawali dari sebuah Pos Kesehatan Bencana Banjir di Lamongan,

berkembang menjadi Balai Kesehatan Islam (BAKIS)/PKU

Muhammadiyah Daerah Lamongan yang didirikan tanggal 3 Agustus

1968 dengan menyewa suatu bangunan di Jalan K. H. Ahmad Dahlan no.

7 Lamongan sampai dengan tahun 1978. setelah mendapat hibah dari

Bapak H. Usman Dimyati (pemilik lahan dan bangunan yang disewa),

Dengan usaha nyata dan sungguh-sungguh tanpa pamrih dari para pendiri

dan pengurusnya (PDM Lamongan), maka fungsi pelayanan pengobatan

ditingkatkan dengan tambahan pelayanan BKIA/Klinik KB yang

kemudian dikembangkan menjadi RB dengan kapasitas 6 TT.

Seiring dengan perkembangan, Rumah Sakit Muhammadiyah

Lamongan saat ini menempati gedung baru diatas lahan seluas 22.096 M2

di jalan Jaksa Agung Soeprapto No. 76 Lamongan. Peletakan batu

pertama pembangunannya dilaksanakan oleh Gubernur Jawa Timur Bpk.

Basofi Soedirman pada tanggal 17 Oktober 1994 dan peresmiannya

dilaksanakan Menko Kesra Azwar Anas pada 5 Juli 1997. Dengan

pelayanan medis yang lebih modern bernuansa Islami, terus berupaya

untuk meujudkan visi, misi dan slogan Rumah Sakit Muhammadiyah

Lamongan.

2. Visi, Misi dan Slogan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan


24

a. Visi

Menjadi Rumah Sakit yang unggul, mandiri dan berdaya saing tinggi,

berbasis penolong kesengsaraan umum sebagai perwujudan iman dan

ibadah kepada Allah SWT.

b. Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang Islami, Profesional dan

Bermutu disertai dakwah Amar Ma'ruf Nahi mungkar.

2. Mengembangkan Sumber Daya Insani yang berkarakter Islami,

berwawasan muhammadiyah, dan profesional melalui pendidikan,

pelatihan dan penelitian yang berkelanjutan.

3. MembangunRumah Sakit pusat kegawatdaruratan berstandar

internasional

4. Membangun manajemen informasi dan komunikasi menggunakan

teknologi terkini dengan jejaring layanan kesehatan dan institusi

lain

c. Slogan

Cepat, Bermutu, Terjangkau dan Islami

3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan


25

Gambar 3.1 Struktur Organisasi RS Muhammadiyah Lamongan

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Rekam Medis Rumah Sakit


Muhammadiyah Lamongan
Bagian Rekam Medis RS Muhammdiyah Lamongan dikepalai oleh

seorang kepala bagian yang membawahi dua kasubag yaitu kasubag

pelayanan dan pengelolaan berkas serta kasubag pengolahan data dan

pelaporan. Kasubag pelayanan dan pengelolaan berkas membawahi


26

pelaksana pendaftaran, pelaksana filling, pelaksana assembling, dan

Pelaksana surat keterangan medis. Kasubag pengolahan data dan

pelaporan membawahi pelaksana Koding dan indeksing, Pelaksana

pelaporan Intern dan Pelaksana pelaporan ekstern yang tugasnya telah

ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) maupun Standar Prosedur

Operasional (SPO).

B. Desain Formulir Rekam Medis

1. Formulir Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sudah menerapkan rekam

medis berbasis elektronik. Akan tetapi ada beberapa formulir rekam

medis yang masih berbentuk kertas atau belum elektronik. Dari beberapa

formulir rekam medis yang masih berbentuk kertas, penulis mengambil

salah satu formulir rekam medis yaitu Formulir Lembar Transfer Pasien.
27

Gambar 3.3 Formulir Lembar Transfer Pasien

2. Analisis Formulir Lembar Transfer Pasien

a) Aspek Anatomi
28

Desain Yang Desain Yang


No Aspek Teori Huffman
Ada di Inginkan
Terdapat logo, Mencakup judul Ditambahkan
nama dan informasi untuk
organisasi, formulir, nama menempelkan
Kepala slogan dan formulir, nama label data
1
(Heading) nama formulir dan alamat pasien
organisasi,
nomor formulir,
dan tgl terbit
Berupa judul Memuat Sudah sesuai
yang informasi pokok dengan teori
menyatakan yang dan tidak ada
bahwa menjelaskan perbaikan
Pendahuluan formulir tujuan formulir.
2
(Introduction) tersebut
adalah
formulir
persetujuan
tindakan
Terdapat Formulir harus Ditambahkan
perintah berisi instruksi- intruksi untuk
pengisisian instruksi yang memperjelas
formulir oleh jelas cara pengisian
Perintah petugas bagi pengisi
3
(Instruction) namun belum untuk
semua menuliskan data
diberikan tanpa harus
perintah yang bertanya lagi
jelas.
4 Badan Terdapat Badan formulir Terdapat item
(Body) beberapa item yang disediakan yang
29

yang untuk kerja ditambahkan


menunjukan formulir yang dan tidak
body atau isi sesungguhnya. digunakan
untuk lebih
mempermudah
pengisian
Terdapat Ruangan untuk Sudah sesuai
tandatangan tanda tangan dengan teori
yang pengautentikasi dan tidak ada
membuat atau persetujuan perbaikan.
pernyataan,
5 Close
dokter, saksi,
tanggal dan
waktu yang
membuat
pernyataan.

b) Aspek Fisik

Desain Yang Desain Yang


No Aspek Teori Huffman
Ada di Inginkan
Menggunakan Sudah sesuai
Kertas warna yang dengan teori
1 Warna berwarna cerah dan dan tidak ada
putih datanya mudah perbaikan
dibaca
2 Bahan Kertas HVS Harus Sudah sesuai
70 gram memperhatikan dengan teori
berat kertas dan dan tidak ada
kuaitas kertas perbaikan
yang berkaitan
dengan
30

penyimpanan
Ukuran yang Sudah sesuai
digunakan dengan teori
adalah ukuran dan tidak ada
praktis sesuai perbaikan
Kertas HVS kebutuhan isi
3 Ukuran
A4 formulir dan
diusahakan
ukuran
standaryang
banyak dijual
Bentuk Sudah sesuai
menyatakan dengan teori
Persegi
4 Bentuk vertical, dan tidak ada
panjang
horizontal dan perbaikan
persegi panjang.

c) Aspek Isi

Desain Yang Desain Yang


No Aspek Teori Huffman
Ada di Inginkan
Mempertimbang Sudah sesuai
kan data atau dengan teori
Kelengkapan Sudah
1 item apa saja dan tidak ada
data lengkap
yang perlu perbaikan
dimasukkan
2 Terminologi Tidak ada Ada tidaknya Sudah sesuai
Data istilah Bahasa dengan teori
medis yang dan tidak ada
31

perlu diketahui perbaikan


oleh orang
awam yang
perlu diberi
keterangan
dalam Bahasa
Indonesia
Ada tidaknya Sudah sesuai
istilah yang dengan teori
tidak diketahui dan tidak ada
orang awam perbaikan
yang perlu
3 Istilah Tidak ada
diberi
keterangan
dengan bahsa
yang mudah di
mengerti
Singkatan harus Sudah sesuai
disesuaikan dengan teori
4 Singkatan Ada
dengan dan tidak ada
standarnya perbaikan
Simbol harus Sudah sesuai
disesuaikan dengan teori
5 Simbol Ada
dengan dan tidak ada
standarnya perbaikan

C. Perhitungan ABK-Kes ( Pendaftaran IGD )

PERHITUNGAN KEBUTUHAN SDM DI BAGIAN PENDAFTARAN IGD


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
BERDASARKAN METODE ANALISIS BEBAN KERJA KESEHATAN (ABK
Kes)

1. Menetapkan Fasyankes dan Jenis SDMK


32

Bagian Pendaftaran (Pendaftaran IGD)

2. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)

Ko Juml Satu
N Komponen Keterangan Rumus
de ah an
o
A B C D E F
1 5 hrkerja / mg 52 (mg) 260 hr/th
A Hari Kerja
2 6 hrkerja / mg 52 (mg) 312 hr/th
Peraturan
3 B Cuti pegawai 12
kepegawaian hr/th
Dalam 1 th
4 C Libur Nasional 19
(Kalender) hr/th
5 D Mengikuti Pelatihan Rata-2 dalam 1 th 5
hr/th
6 E Absen (Sakit, dll) Rata-2 dalam 1 th 12
hr/th
Waktu Kerja Kepres No.
7 F 37.5 Jam/
(dalam 1 minggu) 68/1995
mg
Jam Kerja Efektif Permen PAN- Jam/
8 G 75% x 37.5 Jam 28.125
(JKE) RB 26/2011 mg
Jam/
9 5 hr kerja / mg E8 / 5 5.625
Waktu kerja (dalam hr
WK
1 1 hari) Jam/
6 hr kerja / mg E8 / 6 4.688
0 hr
1 Hari/
Waktu Kerja 5 hr kerja / mg E1-(E3+E4+E5+E6) 212
1 th
Tersedia
1 Hari/
(hari) 6 hr kerja / mg E2-( E3+E4+E5+E6) 264
2 th
1
WKT Waktu Kerja 5 hr kerja / mg E1-(E3+E4+E5+E6)xE9 Jam/
3 1192
Tersedia th
1 (jam) E2- Jam/
6 hr kerja / mg 1237
4 (E7+E8+E9+E10)xE10 th
Jam/
Waktu Kerja Tersedia (WKT)…..dibulatkan (dalam jam) 1200
th
Mnt/
Waktu Kerja Tersedia (WKT)…..dibulatkan (dalam menit) 72000
th

WKT = 1200 Jam/th


= 72000 menit/th

3. Menetapkan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok, Tugas Penunjang, dan


Uraian Tugas) dan Norma Waktu
33

Norma
UNIT KERJA/KEGIATAN POKOK Waktu Satuan
(menit)

A. Pendaftaran pasien baru 7 menit/ps


B. Pendaftaran pasien lama 3 menit/ps
C. Menyiapkan berkas rekam
5 menit/ps
medis
KATEGORI D. Cetak dan pemasangan
3 menit/ps
SDM gelang identitas pasien
E. Pemesanan kamar rawat
inap & KIE peraturan rawat 15 menit/ps
inap

F. Follow up Asuransi Swasta 20 menit/ps

G. Validasi & Registrasi pasien


5 menit/ps
Bpjs
H. Validasi &Registrasi pasien
5 menit/ps
Asuransi rawat inap

4. Menghitung Standar Beban Kerja (SBK)

Standar Beban Kerja (SBK) = Waktu Kerja Tersedia


Norma Waktu per Kegiatan Pokok

Norma
UNIT KERJA/KEGIATAN POKOK Waktu Satuan WKT SBK
(menit)

A. Pendaftaran pasien baru 7 menit/ps 72000 10.285


B. Pendaftaran pasien lama 3 menit/ps 72000 24.000
C. Menyiapkan berkas rekam
5 menit/ps 72000 14.400
medis
KATEGORI SDM
D. Cetak dan pemasangan
3 menit/ps 72000 24.000
gelang identitas pasien
E. Pemesanan kamar rawat
inap & KIE peraturan rawat 15 menit/ps 72000 4.000
inap

F. Follow up Asuransi Swasta 20 menit/ps 72000 3.600

G. Validasi & Registrasi pasien


5 menit/ps 72000 14.400
Bpjs
H. Validasi &Registrasi pasien 5 menit/ps 72000 14.400
34

Asuransi rawat inap

5. Menghitung Standar Tugas Penunjang (STP) dan Faktor Tugas Penunjang


(FTP)
 Waktu kegiatan = Norma Waktu selama Satu Tahun
FTP = (Waktu Kegiatan) : (WKT) x 100

STP = (1 / (1-FTP/100) )

Waktu
rata-rata kegiatan Waktu FTP
Kegiatan waktu Satuan (menit/th) (Menit/th) %
Mengikuti rapat 180 Mnt/bl 2160 72000 3.00
Breafing 300 Mnt/bl 3600 72000 5.00
FTP dalam % 8.00
STP = (1/(1-FTP/100)) 1.08

6. Menghitung SDM
 Capaian = Jumlah Pasien dalam satu Tahun
Capaian(1 th)
 Kebutuhan SDM = Standar Beban Kerja
x STP

UNIT KERJA/KEGIATAN POKOK CAPAIAN SBK KEBUTUHAN

A. Pendaftaran pasien baru 6869 10.285 0,72


B. Pendaftaran pasien lama 5648 24.000 0,25
C. Menyiapkan berkas rekam medis 10406 14.400 0,78
D. Cetak dan pemasangan gelang
12517 24.000 0,56
identitas pasien
E. Pemesanan kamar rawat inap & KIE
10406 4.000 2,80
peraturan rawat inap
F. Follow up Asuransi Swasta 1981 3.600 0,59
G. Validasi & Registrasi pasien Bpjs 6011 14.400 0,45
H. Validasi & Registrasi pasien Asuransi
1892 14.400 0,14
rawat inap
JKT 6,29
35

Total Kebutuhan SDM = JKT x STP


= 6,29 x 1,08
= 6,79 Dibulatkan menjadi 7
Jadi total kebutuhan SDM di bagian pendaftaran IGD RS Muhammadiyah
Lamongan adalah sebanyak 7 orang.

D. Keakuratan kode diagnosis dan tindakan penyakit berdasarkan ICD 10

dan ICD 9 CM pada sistem panca indera, sistem syaraf, sistem mental,

sistem reproduksi, sistem kelainan kongenital, sistem kehamilan, dan

sistem kelahiran di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.

Analisis keakuratan koding pada sistem pancar indera, sistem

syaraf, sistem mental, sistem reproduksi, sistem kelainan kongenital,

sistem kelahiran dan sistem kehamilan. Pengkodingan pada pasien rawat

jalan dan rawat inap dilakukan di sistem MRE.

Keakuratan kode diagnosa dan prosedur di pengaruhi oleh koder

yang menetukan kode diagnosa dan prosedur berdasarkan data yang ada

dalam berkas rekam medis. Kelengkapan berkas rekam medis berpengaruh

pada keakuratan dalam pengkodingan diagnosa dan prosedur yang sesuai

dengan ICD 10 dan ICD 9 CM. Keakurasian koding diagnosa dan

prosedur medis mempengaruhi akurasi kode data klinis tentang

pemahaman dokter dalam memahami penegakan diagnosa berdasarkan

pada ICD 10 dan ICD 9 CM.

Berikut analisa keakuratan kode diagnosa dan prosedur pada sistem

panca indera, sistem syaraf, sistem mental, sistem reproduksi, sistem

kelainan kongenital, sistem kelahiran dan sistem kehamilan di RS

Muhammadiyah Lamongan.
36

1. Sistem Panca Indera


Judul Kasus: Perforation of tympanic membrane, unspecified (H72.9)
TAHAPAN PENGKODEAN
Perforation of tympanic membrane, unspecified
H72.9
Buka ICD 10 vol.3
Lt: Perforation
ICD 10 Modifier: - tympanum (membrane) (persistent
posttraumatic) (postinflammatory)
H72.9
Rujuk ICD 10 vol.1
H72.9 Perforation of tympanic membrane, unspecified
Irrigation of ear 96.52
Lt: Irrigation
Modifier: - ear (removal of cerumen) 96.52
ICD 9 CM
Tabular list of Procedure
96.52 Irrigation of ear
Irrigation with removal of cerume
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Perforation of tympanic membrane, unspecified H72.9
Kode Tindakan: Irrigation of ear 96.52

Judul Kasus: Senile cataract, unspecified (H25.9)


TAHAPAN PENGKODEAN
Senile cataract, unspecified H25.9
Buka ICD 10 vol.3
Lt: Cataract
ICD 10
Modifier: - Senile H25.9
Rujuk ICD 10 vol.1
H25.9 Senile cataract, unspecified
Phacoemulsification and aspiration of cataract 13.41
Lt: Phacoemulsification (ultrasonic) (with aspiration)
ICD 9 CM 13.41
Tabular list of Procedure
13.41 Phacoemulsification and aspiration of cataract
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Senile cataract, unspecified H25.9
37

Kode Tindakan: Phacoemulsification and aspiration of cataract 13.41

Judul Kasus: Glaucoma


TAHAPAN PENGKODEAN
Glaucoma H40.9
Lt
Glaucoma H40.9
ICD 10
Rujuk ICD 10 vol.1
Glaucoma, unspecified H40.9

Trabeculectomy
Lt : Trabeculectomy ab externo 12.64
ICD 9 CM Tabular list of Procedure
Trabeculectomy ab externo 12.64

Keakuratan Kode: Sesuai


Kode Diagnosa: Glaucoma, unspecified H40.9
Kode Tindakan: Trabeculectomy ab externo 12.64

Judul Kasus: deviated nasal septum


TAHAPAN PENGKODEAN
deviated nasal septum J34.2
Lt : deviation
Modifier : - nasal septum J34.2
ICD 10
Rujuk ICD 10 vol.1

J34.2 Deviated nasal septum


Deflection or deviation of septum (nasal)(acquired)
Control of epistaxis by (transantral) ligation of the
maxillary artery 21.5
Lt : Control
Epistaxis
Maxillary (transantral)
ICD 9 CM
Tabular list of Procedure
21.5 Control of epistaxis by (transantral) ligation of the
maxillary artery

Keakuratan Kode: sesuai


Kode Diagnosa: deviated nasal septum J34.2
38

Kode Tindakan: Control of epistaxis by (transantral) ligation of the


maxillary artery 21.5

Judul Kasus: Chronic sinusitis, unspecified J32.9


TAHAPAN PENGKODEAN
Chronic sinusitis, unspecified J32.9
Lt : Sinusitis (accessory) (chronic) (hyperplastic) (nasal)
(nonpurulent) (purulent) J32.9
ICD 10 Rujuk ICD 10 vol.1
J32.9 Chronic sinusitis, unspecified
Sinusitis (chronic) NOS

Irrigation of nasal passages


Lt : Irrigation
Modifier :- Nasal
ICD 9 CM - passages 96.53

Tabular list of Procedure


96.53 Irrigation of nasal passages

Keakuratan Kode: Sesuai


Kode Diagnosa: Chronic sinusitis, unspecified J32.9
Kode Tindakan: Irrigation of nasal passages 96.53

2. Sistem Syaraf
Judul Kasus: Low Back Pain (M54.5)
TAHAPAN PENGKODEAN
Low Back Pain M54.5
Buka ICD 10 vol.3
Lt: Pain
Modifier: - low back M54.5
ICD 10 Rujuk ICD 10 vol.1
M54.5 Low back pain
Loin pain
Low back strain
Lumbago NOS
Exercise, not elsewhere classified 93.19
Lt: Exercise (physical therapy) NEC 93.19
ICD 9 CM
Tabular list of Procedure
93.19 Exercise, not elsewhere classified
39

Keakuratan Kode: Sesuai


Kode Diagnosa: Low Back Pain M54.5
Kode Tindakan: Exercise, not elsewhere classified 93.19

Judul Kasus: Epilepsy G40.9


TAHAPAN PENGKODEAN
Epilepsy G40.9
Lt : Epilepsy, epileptic, epilepsia G40.9
Rujuk ICD 10 vol.1
G40.9 Epilepsy, unspecified
ICD 10 Epileptic:
• convulsions NOS
• fits NOS
• seizures NOS

Electroencephalogram 89.14
Lt : Electroencephalogram
ICD 9 CM
Tabular list of Procedure
EEG (Electroencephalogram ) 89.14
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Epilepsy G40.9
Kode Tindakan: electroencephalogram 89.14

Judul Kasus: Tension type headache (G44.2)


TAHAPAN PENGKODEAN
Tension type headache G44.2
Buka ICD 10 vol.3
Lt: Tension
Modifier: - headache G44.2
ICD 10 Rujuk ICD 10 vol.1
G44.2 Tension-type headache
Chronic tension-type headache
Episodic tension headache
Tension headache NOS
Exercise, not elsewhere classified 93.19
Lt: Exercise (physical therapy) NEC 93.19
ICD 9 CM
Tabular list of Procedure
93.19 Exercise, not elsewhere classified
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Tension type headache G44.2
Kode Tindakan: Exercise, not elsewhere classified 93.19
40

Judul Kasus: Parkinson's disease G20


TAHAPAN PENGKODEAN
Parkinson's disease G20
Lt : Parkinson's disease, syndrome or tremor (see also
Parkinsonism) G20
Rujuk ICD 10 vol.1
G20 Parkinson’s disease
ICD 10 Hemiparkinsonism
Paralysis agitans
Parkinsonism or Parkinson's disease:
• NOS
• idiopathic
• primary

Injection or infusion of other therapeutic or prophylactic


substance 99.29
ICD 9 CM Infusion---Cont.
Tabular list of Procedure
prophylactic substance NEC 99.29
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Parkinson's disease G20
Kode Tindakan: prophylactic substance NEC 99.29

Judul Kasus: meningioma


TAHAPAN PENGKODEAN
Meningioma D32.0
Lt : Neoplasm
Modifier 1 : meninges
ICD 10
Modifier 2 : cerebral
Rujuk ICD 10 vol.1
Cerebral Meninges D32.0

trepanasi tumor

ICD 9 CM Lt : Excision
Tabular list of Procedure
01.24 Craniotomy
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Meningioma D32.0
Kode Tindakan: 01.24 Craniotomy
41

3. Sistem Mental

Judul Kasus: Paranoid schizophrenia (F20.0)


TAHAPAN PENGKODEAN
Paranoid schizophrenia F20.0
Buka ICD 10 vol.3
Lt: Paranoid
Modifier: - schizophrenia F20.0
Rujuk ICD 10 vol.1
ICD 10
F20.0 Paranoid schizophrenia
Paraphrenic schizophrenia
Excludes:
involutional paranoid state ( F22.8 )
paranoia ( F22.0 )
Other individual psychotherapy 94.39
Lt: Psychotherapy NEC 94.39
ICD 9 CM Tabular list of Procedure
94.39 Other individual psychotherapy

Keakuratan Kode: Sesuai


Kode Diagnosa: Paranoid schizophrenia F20.0
Kode Tindakan: Other individual psychotherapy 94.39

Judul Kasus: Obsessive compulsive disorder, unspecified (F42.9)


TAHAPAN PENGKODEAN
Obsessive compulsive disorder, unspecified F42.9
Buka ICD 10 vol.3
Lt: Disorder
ICD 10
Modifier: - obsessive-compulsive F42.9
Rujuk ICD 10 vol.1
F42.9 Obsessive-compulsive disorder, unspecified
Other individual psychotherapy 94.39
Lt: Psychotherapy NEC 94.39
ICD 9 CM Tabular list of Procedure
94.39 Other individual psychotherapy
Biofeedback
42

Keakuratan Kode: Sesuai


Kode Diagnosa: Obsessive compulsive disorder, unspecified F42.9
Kode Tindakan: Other individual psychotherapy 94.39

Judul Kasus: Generalized anxiety disorder (F41.1)


TAHAPAN PENGKODEAN
Generalized anxiety disorder F41.1
Buka ICD 10 vol.3
Lt: Disorder
Modifier: - anxiety F41.9
- - generalized F41.1
Rujuk ICD 10 vol.1
ICD 10
F41.1 Generalized anxiety disorder
Anxiety:
· neurosis
· reaction
· state
Excludes: neurasthenia ( F48.0 )
Other individual psychotherapy 94.39
Lt: Psychotherapy NEC 94.39
ICD 9 CM Tabular list of Procedure
94.39 Other individual psychotherapy
Biofeedback
Keakuratan Kode:
Kode Diagnosa: Generalized anxiety disorder F41.1
Kode Tindakan: Other individual psychotherapy 94.39

Judul Kasus: Adjustment disorders ( F43.2 )


TAHAPAN PENGKODEAN
ICD 10 Adjustment disorders ( F43.2 )
Lt : Disorder (of) — see also Disease
Modifier - Adjustment F43.2
Rujuk ICD 10 vol.1
Adjustment disorders
Culture shock
Grief reaction
Hospitalism in children
Excludes: separation anxiety disorder of
childhood (F93.0)
43

Psychotherapy NEC 94.39


Lt : Psychotherapy NEC 94.39
ICD 9 CM Tabular list of Procedure
Other individual psychotherapy 93.75

Keakuratan Kode: sesuai


Kode Diagnosa: separation anxiety disorder of childhood (F93.0)
Kode Tindakan: Other individual psychotherapy 93.75

Judul Kasus: Moderate depressive episode (F32.1)


TAHAPAN PENGKODEAN
Moderate depressive episode (F32.1)
Lt : Episode
Modifier :
ICD 10 - depressive F32.9
- moderate F32.1
Rujuk ICD 10 vol.1

Other individual psychotherapy 93.75

ICD 9 CM Lt : Psychotherapy NEC 94.39


Other individual psychotherapy 93.75
Biofeedback
Keakuratan Kode:
Kode Diagnosa:
Kode Tindakan:

4. Sistem Reproduksi
Judul Kasus: Leiomyoma of uterus, unspecified (D25.9)
TAHAPAN PENGKODEAN
Leiomyoma of uterus, unspecified D25.9
Buka ICD 10 vol.3
Lt: Leiomyoma
ICD 10
Modifier: - uterus (cervix) (corpus) D25.9
Rujuk ICD 10 vol.1
N83.2 Other and unspecified ovarian cysts
ICD 9 CM Other diagnostic ultrasound 88.79
44

Lt: Ultrasonography
Modifier: - uterus 88.79
Tabular list of Procedure
88.79 Other diagnostic ultrasound
Ultrasonography of:
multiple sites
nongravid uterus
total body
Keakuratan Kode:
Kode Diagnosa: Leiomyoma of uterus, unspecified D25.9
Kode Tindakan: Other diagnostic ultrasound 88.79

Judul Kasus: Endometriosis of ovary (N80.1)


TAHAPAN PENGKODEAN
Endometriosis of ovary N80.1
Buka ICD 10 vol.3
Lt: Endometriosis N80.9
ICD 10
Modifier: - ovary N80.1
Rujuk ICD 10 vol.1
N80.1 Endometriosis of ovary
Other diagnostic ultrasound 88.79
Lt: Ultrasonography
Modifier: - uterus 88.79
Tabular list of Procedure
ICD 9 CM 88.79 Other diagnostic ultrasound
Ultrasonography of:
multiple sites
nongravid uterus
total body
Keakuratan Kode:
Kode Diagnosa: Endometriosis of ovary N80.1
Kode Tindakan: Other diagnostic ultrasound 88.79

Judul Kasus: Menometrorrhagia (N92.1)


TAHAPAN PENGKODEAN
ICD 10 Menometrorrhagia N92.1
Buka ICD 10 vol.3
Lt: Menometrorrhagia N92.1
Rujuk ICD 10 vol.1
N92.1 Excessive and frequent menstruation with
irregular cycle
45

Irregular intermenstrual bleeding


Irregular, shortened intervals between menstrual
bleeding
Menometrorrhagia
Metrorrhagia
Dilation and curettage following delivery or abortion
69.02
Lt: Dilation and curettage,uterus (diagnostic) 69.09
Modifier: - after
ICD 9 CM
- - delivery 69.02
Tabular list of Procedure
69.02 Dilation and curettage following delivery or
abortion
Keakuratan Kode:
Kode Diagnosa: Menometrorrhagia N92.1
Kode Tindakan: Dilation and curettage following delivery or abortion
69.02

Judul Kasus: Cyst ovary N83.2


TAHAPAN PENGKODEAN
Cyst ovary N83.2
Lt : Cyst
Modifier 1: ovary, ovarian (twisted) NEC N83.2
ICD 10 Rujuk ICD 10 vol.1
N83.2 Other and unspecified ovarian cysts
Retention cyst } of ovary
Simple cyst
cystectomy
Lt : Excision lession
ICD 9 CM Modifier: Ovary 65.29
Tabular list of Procedure
65.29 Other local excision or destruction of ovary
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Cyst ovary N83.2
Kode Tindakan: 65.29 Other local excision or destruction of ovary

Judul Kasus: Bartholinitis N75.8


TAHAPAN PENGKODEAN
ICD 10 Bartholinitis N75.8
46

Lt : Bartholinitis N75.8
Rujuk ICD 10 vol.1

N75.8 Other diseases of Bartholin's gland


Bartholinitis

Marsupalization
Lt : Marsupalization
ICD 9 CM Modifier : Bartholin’s 71.23
Tabular list of Procedure
71.23 Marsupialization of Bartholin's gland (cyst)
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa:N75.8 Other diseases of Bartholin's gland
Bartholinitis
Kode Tindakan: 71.23 Marsupialization of Bartholin's gland (cyst

5. Sistem Kelainan Kongenital

Judul Kasus: Down Syndrome Q90.9


TAHAPAN PENGKODEAN
Down Syndrome Q90.9
Lt : Down's disease or syndrome Q90.9
ICD 10 Rujuk ICD 10 vol.1

Q90.9 Down's syndrome, unspecified


Trisomy 21 NOS

Terapi wicara
Lt : Therapy
ICD 9 CM Modifier -Speech 93.75
Tabular list of Procedure
93.75 Other speech training and therapy 93.75
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Down Syndrome Q90.9
Kode Tindakan: Other speech training and therapy

Judul Kasus: Spina Bifida di sertai hydrochepalus (Q05.4)


TAHAPAN PENGKODEAN
ICD 10 Spina Bifida di sertai hydrochepalus (Q05.4)
47

Lt : Spina Bifida (aperta)


Modifier - with hydrochepalus NEC Q05.4
Rujuk ICD 10 vol.1
Q05.4 Unspecified spina bifida with hydrocephalus

Eksisi Tumor 01.59


Lt : Excision
Modifier - Brain Other excision or destruction of lesion
ICD 9 CM or tissue of brain
Curettage of brain Debridement of brain
Marsupialization of brain cyst Transtemporal (mastoid)
excision of brain tumor 01.59
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Spina Bifida di sertai hydrochepalus (Q05.4)
Kode Tindakan: Eksisi Tumor 01.59

Judul Kasus: Atresia ani Q42.3


TAHAPAN PENGKODEAN
Atresia ani Q42.3
Lead term Atresia, atretic
- ani, anus, anal (canal) Q42.3
ICD 10 Rujuk Vol 1 Q42.3 Congenital absence, atresia and stenosis of anus
without fistula
Imperforate anus

ICD 9 CM Colostomy 46.10

Lead term Colostomy (ileo- ascending) (ileotransverse) (perineal)


(transverse) 46.10
Rujuk tabular list 46.10 Colostomy, not otherwise specified

Keakuratan Kode: Sesuai


Kode Diagnosa: Atresia ani Q42.3
Kode Tindakan: Colostomy 46.10

Judul Kasus: Kongenital ventricular septal Q21.0


TAHAPAN PENGKODEAN
ICD 10 Kongenital ventricular septal Q21.0
Lead term Anomaly, anomalous
-ventricular
--septa Q21.0
Rujuk Vol 1
Q21.0 Ventricular septal defect
48

NGT 96.6
Lead term Intibation
-nasogastric
ICD 9 CM --for
---feeding 96.6
Rujuk tabular list 96.6 adalah enteral infusion of concentrated
nutritional substances

Keakuratan Kode: Sesuai


Kode Diagnosa: Kongenital ventricular septal Q21.0
Kode Tindakan: NGT 96.6

Judul Kasus: Hydrocephalus (G91)


TAHAPAN PENGKODEAN
Hydrocephalus (G91)

Lt : Hydrocephalus (acquired) (external) (internal)


ICD 10 (malignant) (recurrent) G91.9
Rujuk Vol 1
Hydrocephalus, unspecified G91.9

CT scan kepala 87.03


Lt : Tomography
- Modifier computerized axial NEC 88.38
ICD 9 CM - head 87.03
Rujuk tabular lis
omputerized axial tomography of head C.A.T. scan of
head 87.03
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa:Hydrocephalus (G91)
Kode Tindakan: CT scan kepala 87.03

6. Sistem Kelahiran
Judul Kasus: Bayi lahir di RS spontan pervaginum, dengan TTN
TAHAPAN PENGKODEAN
ICD 10 Bayi lahir di RS spontan pervaginum, dengan TTN
Bayi lahir di RS spontan pervaginum
Lead term Infant(s) - see also Infancy
-liveborn (singleton)
--born
---in hospital Z38.0
Rujuk Vol 1 Z38.0 Singleton, born in hospital
49

TTN (Transient Tachypnea of the Newborn)


Lead term Tachypnea
-transitory, of newborn P22.1
Rujuk Vol 1
P22.1 Transient tachypnoea of newborn

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah

Lead term examination


ICD 9 CM
-microscopic (specimen) (of)
--blood 90.5
Rujuk tabular list 90.5 adalah microscopic examination of blood
9 other microscopic examination

Keakuratan Kode: Sesuai


Kode Diagnosa: P22.1 Transient tachypnoea of newborn
Kode Tindakan: microscopic examination of blood 90.5

Judul Kasus: Single spontaneous delivery, unspecified


TAHAPAN PENGKODEAN
Single spontaneous delivery, unspecified O80.9
Lt : Delivery (single) O80.9
ICD 10 Rujuk Vol 1

Single spontaneous delivery, unspecified


Spontaneous delivery NOS O80.9
Lahir Spontan 73.59
Lt : Delivery (with)
Modifier - assisted spontaneous 73.59
ICD 9 CM Rujuk tabular lis
Other manually assisted delivery
Assisted spontaneous delivery
Crede maneuver
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Single spontaneous delivery, unspecified O80.9
Kode Tindakan: Lahir Spontan 73.59

Judul Kasus: Oligohydramnios O41.0


TAHAPAN PENGKODEAN
ICD 10 Oligohydramnios O41.0
50

Lt : Oligohydramnios O41.0
Rujuk Vol 1
Oligohydramnios O41.0
Oligohydramnios without mention of rupture of
membranesMaternal care for scar from previous
caesarean section

Other manually assisted delivery 73.59


Lt ; Delivery (with)
Modifier assisted spontaneous 73.59
ICD 9 CM Rujuk tabular lis
Other manually assisted delivery 73.59
Assisted spontaneous delivery
Crede maneuver
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Oligohydramnios O41.0
Kode Tindakan: Other manually assisted delivery 73.59

Judul Kasus: placenta previa dengan perdarahan sc O44.1


TAHAPAN PENGKODEAN
placenta previa dengan perdarahan sc O44.1
Lt : Delivery
Md 1 - Cesarean (for)
Md 2 - placenta previa (with) hemorrhage O44.1
Rujuk Vol 1
ICD 10 O44.1 Placenta praevia with haemorrhage
Low implantation of placenta, NOS or with haemorrhage
Placenta praevia:
• marginal }
• partial } NOS or with haemorrhage
• total }

SC LSCS 74.1
Lt ; Cesarean section
Md 1 : Transperitoneal
ICD 9 CM
Md 2 : low cervical 74.1
Rujuk Tabularis
74.1 Low cervical cesarean section
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: placenta previa dengan perdarahan sc O44.1
Kode Tindakan: SC LSCS 74.1
51

Judul Kasus: CPD dengan SC


TAHAPAN PENGKODEAN
CPD dengan SC O33.9
Lt : Delivery
Md 1 : Cesarean (for)
Md 2 : - Disproportion NEC O33.9
ICD 10
Rujuk Vol 1

O33.9 Maternal care for disproportion, unspecified


Cephalopelvic disproportion NOS
Fetopelvic disproportion NOS
SC LSCS 74.1
Lt ; Cesarean section
Md 1 : Transperitoneal
ICD 9 CM
Md 2 : low cervical 74.1
Rujuk Tabularis
74.1 Low cervical cesarean section
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa:CPD dengan SC O33.9
Kode Tindakan: SC LSCS 74.1

7. Sistem Kehamilan
Judul Kasus: Blighted ovum and nonhydatidiform mole (O02.0)
TAHAPAN PENGKODEAN
Blighted ovum and nonhydatidiform mole (O02.0)
Lt ; Blighted ovum O02.0
Rujuk Vol 1
O02.0 Blighted ovum and nonhydatidiform mole O02.0
ICD 10 Mole:
· carneous
· fleshy
· intrauterine NOS
Pathological ovum
USG 88.78
Diagnostic ultrasound of gravid uterus
ICD 9 CM Intrauterine cephalometry:
echo
ultrasonic
Placental localization by ultrasound
Keakuratan Kode: Sesuai
52

Kode Diagnosa: Blighted ovum and nonhydatidiform mole (O02.0)


Kode Tindakan: USG 88.78

Judul Kasus: Abostus iminen/threatened abortion (O20.0)


TAHAPAN PENGKODEAN
Abostus iminen/threatened abortion (O20.0)
Lt : Threatened
Md : abortion O20.0
ICD 10 Rujuk Vol 1
O20.0 Threatened abortion

Haemorrhage specified as due to threatened abortion


haemorrhage
USG 88.78
Diagnostic ultrasound of gravid uterus
ICD 9 CM Intrauterine cephalometry:
echo
ultrasonic
Placental localization by ultrasound
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Abostus iminen/threatened abortion (O20.0)
Kode Tindakan: USG 88.78

Judul Kasus: PEB


TAHAPAN PENGKODEAN
PEB O14.1

Lt : Pre-eclampsia
ICD 10 MD : Severe O14.1
Rujuk Vol 1
O14.1 Severe pre-eclampsia

UL 91.3
Lt : Examination
Md : Urine 91.3
ICD 9 CM Rujuk Tabularis
91.3 Microscopic examination of specimen from
bladder, urethra, prostate, seminal vesicle, perivesical
tissue, and of urine and semen
Keakuratan Kode: Sesuai
53

Kode Diagnosa:PEB O14.1


Kode Tindakan: UL 91.3

Judul Kasus: HEG usia kehamilan 12 minggu


TAHAPAN PENGKODEAN
HEG usia kehamilan 12 minggu O21.0
Lead term : Hyperemesis
-gravidarum (mild) O21.0
ICD 10 Rujuk Vol 1 O21.0 Mild hyperemesis gravidarum
Hyperemesis gravidarum, mild or unspecified, starting before the
end of the 22nd week of gestation

ICD 9 CM Infus dan pemeriksaan urin


Lead term Infusion (intra- arterial) (intravenous)
-with
-- electrolytes 99.18
Rujuk tabular list
99.18 Injection or infusion of electrolytes
Lead term examination
-microscopic (specimen) (of)
--urine 91.3
Rujuk tabular list 91.3 adalah microscopic examination of specimen
from bladder, urethra, prostate, seminal vesicle, perivesical tissue,
and of urine and semen

Keakuratan Kode: Sesuai


Kode Diagnosa: HEG usia kehamilan 12 minggu O21.0
Kode Tindakan: 99.18 Injection or infusion of electrolytes

Judul Kasus: Haemorrhoids in pregnancy (O22.4)


TAHAPAN PENGKODEAN
Haemorrhoids in pregnancy (O22.4)
Lt : Hemorrhoids
- MD : Complicating
ICD 10
- - pregnancy O22.4
Rujuk Vol 1
O22.4 Haemorrhoids in pregnancy
ICD 9 CM USG 88.78
Lt : Utrasonography
- Md : Uterus 88.79
54

- gravid 88.78
Rujuk Tabularis
Diagnostic ultrasound of gravid uterus
Intrauterine cephalometry:
echo
ultrasonic
Placental localization by ultrasound
Keakuratan Kode: Sesuai
Kode Diagnosa: Haemorrhoids in pregnancy (O22.4)
Kode Tindakan: USG 88.78
55

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Sejarah singkat Rumah Sakit, visi , misi dan struktur organisasi


rekam medis di rumah sakit Muhammadiyah Lamongan
1. Sejarah rumah sakit Muhammadiyah Lamongan

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan saat ini telah berkembang

menjadi Rumah Sakit Tipe B dan telah memenuhi Standar Akreditasi dengan

predikat PARIPURNA. Pencapaian Rumah Sakit menjadi Tipe B diperoleh pada

23 Oktober 2013, dan penghargaan Akreditasi RS diperoleh pada tahun 2014 dan

tahun 2017 dengan predikat Lulus Paripurna. Penghargaan Akreditasi RS ini

merupakan wujud dari upaya Rumah Sakit dalam menjaga mutu dan keselamatan

pasien. Instalasi Gizi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan juga memperoleh

sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pemenuhan halal terhadap

produk makanan instalasi gizi merupakan wujud komitmen RS sebagai rumah

sakit syariah.

Selain itu, saat ini tepatnya awal tahun 2018, Rumah Sakit

Muhammadiyah Lamongan mendapat penetapan sebagai RS Syari'ah dari Dewan

Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dengan penetapan ini

semakin menguatkan ghirah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan untuk

melaksanakan syariah Islam sesuai dengan Qur'an dan hadist.

Dalam mengemban amanah meningkatkan derajat kesehatan yang optimal

bagi masyarakat Lamongan, Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan terus

berbenah diri dari berbagai sisi, baik SDM, fasilitas, sarana dan prasarana. Jumlah

tempat tidur yang disediakan Rumah Sakit saat ini sebanyak 239 TT, dan akan
56

terus dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dari masyarakat

di area Karisidenan Bojonegoro, khususnya masyarakat Lamongan.

2. Visi Misi RS Muhammadiyah Lamongan

Visi RS Muhammadiyah Lamongan (RSML) adalah menjadi rumah sakit

yang unggul, mandiri dan berdaya saing tinggi, berbasis Penolong Kesengsaraan

Umum sebagai perwujudan iman dan ibadah kepada Allah SWT.

Misi RSML adalah:

1) Memberikan pelayanan kesehatan yang Islami, Profesional dan Bermutu

disertai dakwah Amar Ma'ruf Nahi mungkar.

2) Mengembangkan Sumber Daya Insani yang berkarakter Islami,

berwawasan muhammadiyah, dan profesional melalui pendidikan,

pelatihan dan penelitian yang berkelanjutan

3) Membangun Rumah Sakit pusat kegawatdaruratan berstandar internasional

4) Membangun manajemen informasi dan komunikasi menggunakan

teknologi terkini dengan jejaring layanan kesehatan dan institusi lain

Visi RSML sudah memenuhi unsur unsur visi sebagai teori diatas, dan

telah terbukti sebagai RS yang unggul, mandiri dan berdaya saing tinggi se

karisidenan bojonegoro. Diantaranya adalah menjadi RS yang satu satunya

menggunakan rekam medis elektronik (rawat jalan dan rawat inap). Hal ini juga

menjadi bukti tercapainya misi RSML di point nomer 4, dan pada tanggal 21

Januari RSML lulus akreditasi predikat MUMTAZ dengan nilai 98% salah satu

bukti sesuai misi point nomer 1.


57

3. Struktur Organisasi Rekam Medis di RS. Muhammadiyah Lamongan

Struktur organisasi di RS Muhammadiyah Lamongan menggunakan

organisasi matrix. Organisasi matrik digunakan berdasarkan struktur organisasi

staf dan lini khususnya di bidang penelitian dan pengembangan. Organisasi

matrik akan menghasilkan wewenang ganda di mana wewenang horisontal

diterima manajer proyek sedangkan wewenang fungsionalnya yaitu sesuai dcngan

keahliannya dan tetap akan melekat sampai proyek selesai, karena memang

terlihat dalam struktur formalnya.

Untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul, biasanya manajer proyck

diberi jaminan untuk melaksanakan wewenangnya dalam memberikan perintah di

mana manajer proyek tersebut akan langsung lapor kepada manajer puncak.

Di RS Muhammadiyah Lamongan terdapat 2 manajer produk pasien

umum dan asuransi. Untuk struktur organisasi rekam medis menggunakan struktur

organisasi lini dan staf.

Organisasi Lini dan Staf adalah kombinasi dari organisasi lini dan

organisasi fungsional. Pelimpahan wewenang dalam organisasi ini berlangsung

secara vertikal dari seorang atasan pimpinan hingga pimpinan dibawahnya.

B. Desain Formulir di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

Desain formulir rekam medis di RSML merupakan suatu kegiatan untuk

merancang formulir rekam medis yang disesuaikan dengan kebutuhan petugas

kesehatan yang akan mengisi, pasien/ penanggung jawab, saksi, atau pihak

lainnya. Oleh sebab itu kelengkapan aspek fisik, dan anatomi formulir sangat

berpengaruh dalam kelengkapan data rekam medis sesuai dengan kebutuhan.

Hasil observasi (11-16/7) 2022 pekan pertama PL pada aspek fisik pada
58

formulir rekam medis 80% bahan yang digunakan tidak sesuai standar, pada aspek

anatomi 80% heading tidak lengkap, 40% instruction tidak ada pada formulir

manual yang masih digunakan yaitu fomulir pendaftaran pasien baru, edukasi,

akad kenaikan kelas, pindah kamar, konfirmasi kepesertaan asuransi, tidak

menggunakan asuransi, kuasa pasien, surat persetujuan tranfusi darah, observasi

pasien masuk IGD, dan formulir hak dan kewajiban pasien.

Sedangkan formulir elektronik berdasarkan hasil wawancara dangan

petugas assembling dan wakil kepala sub bagian pendaftaran RM (mantan kepala

unit RM (2019-2021), ketidak lengkapan pengisian dokumen rekam medis

elektronik dikarenakan ; (1) sistem error (sistem komuterisasi, jaringan internent),

dan (2) human error (kelalaian, kesalahan, miskomunikasi, ketidakpahaman

petugas). Pada formulir manual sebelum dialihkan rekam medis elektronik,

kategori formulir yang sering tidak lengkap adalah IC Persetujuan, Surgical

Safety Checklist (Checklis tindakan yang aman), Laporan Anastesi, dan Check

List pre OP. pada kategori Sedang Lembar Konsultasi, dan Lembar Transfer

Pasien. Oleh sebabnya penulis menganalisis dan melakukan desain ulang formulir

pada formulir Lembar Transfer Pasien

Berdasarkan gambar 3.2 Analisis Formulir (bab3) terdapat beberapa aspek

yang tidak ada pada desain formulir Lembar Transfer Pasien yaitu; intruksi

pengisian yang seharusnya ada tetapi tidak disertakan

Re-Desain Formulir Lembar Transfer Pasien


59

Logo dan alamat RS Muhamadiyah Lamongan


(Label Identitas Pasien)

DMK 2.3a
09/2020
LEMBAR TRANSFER PASIEN
Tanggal MRS : Tanggal Transfer :
DPJP : Jam Transfer :
Unit/ Tujuan Transfer
Hasil Pemeriksaan

1 Riwayat Penyakit

2 Riwayat Alergi

3 Pemeriksaan Fisik

Laboratorium :
4 Pemeriksaan Penunjang Radiologi :
Lain Lain :
Diagnosa Utama
Diagnosa Tambahan
Indikasi Masuk Rawat Inap
Tindakan Prosedur yang telah
dilakukan

Pengobatan yang telah diberikan

Level Pasien LEVEL 0 LEVEL 1 LEVEL 2 LEVEL 3


Cleaning Service/ Petugas Keamanan  Bidan
petugas Transfer
 Perawat  Dokter
 Infus  O2 Portable, keb:.../menit  Lain-Lain..........
Peralatan yang menyertai saat  NGT  Syringe pump
transfer  Kateter Urine  Double Lumen
 Infus Pump  CVC
Kondisi pasien pada waktu dipindah/ transfer Kondisi pasien setelah dipindah/ transfer
Keadaan Umum : Pernafasan : Keadaan Umum :
Kesadaran : Nadi : Kesadaran :
Tekanan Darah : Suhu : Tekanan Darah :
Nama Petugas yang dihubungi :
Tanggal Tiba :
Dokter Pemberi Keputusan/DPJP Petugas Transfer Petugas Penerima

( ) ( ) ( )
Nama & Tanda tangan Nama & Tanda tangan Nama & Tanda tangan
# Isi dengan bolpoin
# Beri Tanda centang (√) pada kolom
60

Gambar 4.1 Desain Ulang Formulir

C. Evaluasi Kebutuhan SDM Bagian Pendataran IGD RSML

1. Menetapkan Fasyankes dan Jenis (SDMK)

Menghitung kebutuhan petugas pendaftaran IGD di RS Muhammadiyah

Lamonga dengan menggunakan rumus ABK Kes.

2. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)

Waktu Kerja Tersedia (WKT) adalah waktu yang dipergunakan oleh

SDMK untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya dalam kurun waktu 1 (satu)

tahun. Dalam Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995 telah ditentukan jam

kerja instansi pemerintah 37 jam 30 menit per minggu, baik untuk yang 5 (lima)

hari kerja ataupun yang 6 (enam) hari kerja sesuai dengan yang ditetapkan Kepala

Daerah masing-masing.

Berdasarkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun

2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil, Jam

Kerja Efektif (JKE) sebesar 1250 jam per tahun. Demikian juga menurut Permen

PA-RB No. 26 tahun 2011, Jam Kerja Efektif (JKE) antara 1192 - 1237 jam per

tahun yang dibulatkan menjadi 1200 jam per tahun atau 72000 menit per tahun

baik yang bekerja 5 hari kerja maupun 6 hari kerja per minggu.

Informasi untuk menetapkan Waktu Kerja Tersedia bersumber dari:

a. Perka BKN No.19 tahun 2011

b. Permenkes No. 53 tahun 2013

Adalah waktu yang digunakan oleh SDMK untuk melaksanakan tugas dan

kegiatannya dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.


61

Tabel 3.3
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT) dalam 1 tahun

Ko Juml Satu
N Komponen Keterangan Rumus
de ah an
o
A B C D E F
1 5 hrkerja / mg 52 (mg) 260 hr/th
A Hari Kerja
2 6 hrkerja / mg 52 (mg) 312 hr/th
Peraturan
3 B Cuti pegawai 12
kepegawaian hr/th
Dalam 1 th
4 C Libur Nasional 19
(Kalender) hr/th
5 D Mengikuti Pelatihan Rata-2 dalam 1 th 5
hr/th
6 E Absen (Sakit, dll) Rata-2 dalam 1 th 12
hr/th
Waktu Kerja Kepres No.
7 F 37.5 Jam/
(dalam 1 minggu) 68/1995
mg
Jam Kerja Efektif Permen PAN- Jam/
8 G 75% x 37.5 Jam 28.125
(JKE) RB 26/2011 mg
Jam/
9 5 hr kerja / mg E8 / 5 5.625
Waktu kerja (dalam hr
WK
1 1 hari) Jam/
6 hr kerja / mg E8 / 6 4.688
0 hr
1 Hari/
Waktu Kerja 5 hr kerja / mg E1-(E3+E4+E5+E6) 212
1 th
Tersedia
1 Hari/
(hari) 6 hr kerja / mg E2-( E3+E4+E5+E6) 264
2 th
1
WKT Waktu Kerja 5 hr kerja / mg E1-(E3+E4+E5+E6)xE9 Jam/
3 1192
Tersedia th
1 (jam) E2- Jam/
6 hr kerja / mg 1237
4 (E7+E8+E9+E10)xE10 th
Jam/
Waktu Kerja Tersedia (WKT)…..dibulatkan (dalam jam) 1200
th
Mnt/
Waktu Kerja Tersedia (WKT)…..dibulatkan (dalam menit) 72000
th
Keterangan: JKE (Jam Kerja Efektif) akan menjadi alat pengukur dari beban kerja yang
dihasilkan setiap Fasyankes.

Diketahui WKT adalah 72000 (menit) per tahun,

3. Menetapkan Komponen Beban Kerja

Uraian tugas petugas pelaporan sebagai berikut:


62

Tabel 3.4
Uraian Tugas Pelaporan

Norma
UNIT KERJA/KEGIATAN POKOK Waktu Satuan
(menit)

A. Pendaftaran pasien baru 7 menit/ps


B. Pendaftaran pasien lama 3 menit/ps
C. Menyiapkan berkas rekam
5 menit/ps
medis
KATEGORI D. Cetak dan pemasangan
3 menit/ps
SDM gelang identitas pasien
E. Pemesanan kamar rawat
inap & KIE peraturan rawat 15 menit/ps
inap

F. Follow up Asuransi Swasta 20 menit/ps

G. Validasi & Registrasi pasien


5 menit/ps
Bpjs
H. Validasi &Registrasi pasien
5 menit/ps
Asuransi rawat inap

4. Menghitung Standar Beban Kerja (SBK)

Menurut Permenkes 33 tahun 2015 standar beban kerja (SBK) adalah

volume/kuantitas pekerjaan selama 1 tahun untuk tiap jenis SDMK. Lima SBK

untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan setiap kegiatan (Rata-rata Waktu atau Norma Waktu) dan Waktu

Kerja Tersedia (WKT) yang sudah ditetapkan.

Waktu Kerja Tersedia(WKT )


Rumus SBK (Standar Beban Kerja) ¿
Norma Waktu

Tabel 3.5
Standar Beban Kerja
63

Norma
UNIT KERJA/KEGIATAN POKOK Waktu Satuan WKT SBK
(menit)

A. Pendaftaran pasien baru 7 menit/ps 72000 10.285


B. Pendaftaran pasien lama 3 menit/ps 72000 24.000
C. Menyiapkan berkas rekam
5 menit/ps 72000 14.400
medis
D. Cetak dan pemasangan
KATEGORI SDM 3 menit/ps 72000 24.000
gelang identitas pasien
E. Pemesanan kamar rawat
inap & KIE peraturan rawat 15 menit/ps 72000 4.000
inap

F. Follow up Asuransi Swasta 20 menit/ps 72000 3.600

G. Validasi & Registrasi pasien


5 menit/ps 72000 14.400
Bpjs
H. Validasi &Registrasi pasien
5 menit/ps 72000 14.400
Asuransi rawat inap
64

5. Menghitung Standar Tugas Penunjang (STP) dan Faktor Penunjang (FTP)

Waktu Kegiatan
Rumus Faktor Penunjang (FTP) ¿ x 100
WKT
1
Rumus Standar Tugas Penunjang (STP) ¿
1− FTP /100

Tabel 3.6
Standar Tugas Penunjang dan Faktor Penunjang

Waktu
rata-rata kegiatan Waktu FTP
Kegiatan waktu Satuan (menit/th) (Menit/th) %
Mengikuti rapat 180 Mnt/bl 2160 72000 3.00
Breafing 300 Mnt/bl 3600 72000 5.00
FTP dalam % 8.00
STP = (1/(1-FTP/100)) 1.08

6. Menghitung Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)

Rumus Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan :

Capaian1 taℎun
SDMK = x STP
Standar Beban Kerja ( SBK )

Tabel 3.7
Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)

UNIT KERJA/KEGIATAN POKOK CAPAIAN SBK KEBUTUHAN

I. Pendaftaran pasien baru 6869 10.285 0,72


J. Pendaftaran pasien lama 5648 24.000 0,25
K. Menyiapkan berkas rekam medis 10406 14.400 0,78
L. Cetak dan pemasangan gelang
12517 24.000 0,56
identitas pasien
M. Pemesanan kamar rawat inap & KIE
10406 4.000 2,80
peraturan rawat inap
N. Follow up Asuransi Swasta 1981 3.600 0,59
O. Validasi & Registrasi pasien Bpjs 6011 14.400 0,45
P. Validasi & Registrasi pasien Asuransi 1892 14.400 0,14
65

rawat inap
JKT 6,29

Total Kebutuhan SDM = JKT x STP


= 6,29 x 1,08
= 6,79 Dibulatkan menjadi 7
Jadi total kebutuhan SDM di bagian pendaftaran IGD RS Muhammadiyah
Lamongan adalah sebanyak 7 orang.
66

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara


Bungin, Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Kedua). Jakarta:
Kencana
Depkes. 2007. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Departemen Kesehatan
Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Rosdakarya Bandung
Notoatmodjo, soekidjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka
cipta
Parasuraman. 1988. SERVQUAL: A Multiple-Item Scale For Measuring
Consumer Perceptions of Service Quality. Journal of Retaling. Volume 64
No. 1
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 129 tahun 2008 tentang
standar pelayanan minimal rumah sakit
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 269 tahun 208 tentang
rekam medis
Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 56 tahun 2014 tentang
klasifikasi dan perizinan rumah sakit
PMK No. 195 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Respati, Shinta Ayu. 2015. Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Puskesmas Halmahera Kota Semarang
Tahun 2014. Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang.
RSMLamongan. 2016. Profil Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sekapuk.
http://rspkusekapuk.rsmuhammadiyahjatim.com/index.php/2016/07/29/pro
fi l/. diakses pada 31 Mei 2022.
Sugiyono. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai