Menyetujui,
ii
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
SEMESTER IV
Tanda Tangan
Pembimbing Lapangan :
Dhesma Anesty, A.md ( )
Pembimbing Akademik :
Haryo Nugroho S.KM ( )
Direktur
Politeknik Kesehatan Permata Indonesia
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya berupa nikmat sehat kepada kami
sehingga kami dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan dan dapat menyusun
laporan ini dengan baik. Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “Standar
Pelayanan Minimal dan Akreditas Unit Kerja Rekam Medis, Sistem Informasi
Rumah Sakit dan Rekam Medis Elektronik, Aspek Ergonomi, serta Klasifikasi
dan Kodefikasi Penyakit di Rumah Sakit Panti Nugroho tahun 2019” ini disusun
untuk memenuhi tugas akhir semester IV dengan program studi D III Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan.
Adapun maksud dan tujuan kami disini dalam menyusun laporan ini ialah
sebagai bukti tertulis dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan kami yang
telah kami laksanakan pada tanggal 05 Agustus - 24 Agustus 2019 yang bertempat
di RS Panti Nugroho. Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
iv
yang bersifat membangun akan kami terima dengan tangan terbuka demi
sempurnanya laporan ini. Besar harapan kami, semoga apa yang telah kami buat
bisa menjadi referensi yang berguna bagi kami selaku penyusun maupun
pembaca.
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................................ii
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN...............................................................................iii
SEMESTER IV......................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................3
C. Manfaat..................................................................................................................3
D. Ruang Lingkup........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................5
A. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit...............................................................5
B. Akreditasi Rumah Sakit...........................................................................................6
C. Sistem Informasi Manajemen Rumah sakit (SIM-RS)............................................13
D. Tujuan Umum.......................................................................................................15
E. Manfaat Operasional............................................................................................16
F. Rekam Medis Elektronik.......................................................................................18
G. Aspek Ergonomi....................................................................................................23
H. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit (Coding).........................................................26
I. SIM-RS Rumah Sakit Panti Nugroho......................................................................40
J. Rekam Medis Elektronik di Rumah Sakit Panti Nugroho.......................................41
K. Aspek Ergonomi di RS Panti Nugroho...................................................................42
L. Klasifikasi dan Kodefikasi......................................................................................47
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................50
A. Standar Pelayanan Minimal di RS Panti Nugroho.................................................50
B. Akreditasi RS Panti Nugroho.................................................................................51
C. SIM-RS..................................................................................................................51
D. Rekam Medis Elektronik di RS Panti Nugroho.......................................................52
E. Aspek Ergonomi di RS Panti Nugroho...................................................................53
F. Klasifikasi dan Kodefikasi......................................................................................54
vi
BAB V PENUTUP...............................................................................................................55
A. Kesimpulan...........................................................................................................55
B. Saran....................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................57
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
merupakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU
No.44 tahun 2009). Rumah Sakit menjalankan fungsi pelayanan kepada
masyarakat perlu dukungan dari semua unsur pelayanan yang ada di
dalamnya, salah satu unsur pelayanannya adalah Rekam Medis. Rekam
Medis menurut (Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008) merupakan
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Oleh sebab itu sebaiknya untuk menjaga dan
meningkatkan mutu, Rumah Sakit harus mempunyai standar pelayanan
yang menjamin peningkatan mutu disemua tingkat.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis
dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM merupakan spesifikasi
teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan
Layanan Umum kepada masyarakat (Kepmenkes
No.129/Menkes/SK/II/2008). Kepuasan pelanggan secara keseluruhan
terhadap pelayanan dipengaruhi oleh mutu, jika mutu pelayanan yang
diberikan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ada maka pasien
akan puas. Dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan di
Rumah Sakit perlu dilakukan akreditasi dengan tujuan untuk menentukan
organisasi tersebut telah memenuhi standar yang dirancang untuk
memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan.
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat ditingkatkan
dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM
RS). Menurut Ery Rustiyanto, 2010 tentang Sistem Informasi Manajemen
1
Rumah Sakit yang terintegrasi, Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah
bagian dari pengendalian suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia,
dokumen teknologi, dan prosedur oleh akutansi manajemen untuk
memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau strategi
bisnis. Sistem informasi dibedakan dengan sistem informasi biasa karena
Sistem Informasi Manajemen digunakan untuk menganalisis sistem
informasi lain yang diterapkan pada operasi aktivitas operasional
organisasi.
Pelayanan yang cepat dan tepat dapat di tunjang melalui rekam
medis elektronik, yaitu setiap catatan, pernyataan, maupun interpretasi
yang dibuat oleh dokter atau petugas kesehatan lain dalam rangka
diagnosis dan penanganan pasien yang dimasukkan dan disimpan dalam
bentuk penyimpanan elektronik (digital) melalui sistem komputer.
Pelayanan optimal di instalasi Rekam Medis dapat terwujud
dengan diterapkannya lingkungan kerja yang ergonomis karena
berpengaruh terhadap kenyamanan kerja serta risiko kecelakaan dalam
bekerja. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara fasilitas (beraktifitas atau
istirahat) dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik atau
mental sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik, maka diterapkanlah
aspek ergonomi (work flow dan work space, dan kebutuhan rak file) untuk
menciptakan kenyamanan lingkungan yang ada di unit Rekam Medis
maupun pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit (Nurmianto, 2003).
Selain memahami mengenai Standar Pelayanan Minimal, SIM RS
maka seorang Perekam Medis mampu melakukan klasifikasi dan
kodefikasi penyakit. Mengklasifikasi dan mengkode penyakit dapat
memudahkan dalam pengelompokan penyakit untuk kepentingan
penanganan pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien yang
berguna untuk mengklaim asuransi. Berkaitan dengan hal ini, Praktik
Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa Diploma III Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan menjadi sangat penting dilaksanakan untuk mengkaji
dan mempelajari tentang penerapan standar pelayanan minimal, akreditasi,
2
SIM RS, aspek ergonomi dan rekam medis elektronik Rumah Sakit Panti
Nugroho tahun 2019.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengenal Standar Pelayanan Minimal dan Akreditasi Unit
Kerja Rekam Medis, sistem informasi rumah sakit dan rekam medis
elektronik, Aspek Ergonomi, serta Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit
(coding) di Unit Rekam Medis.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
manajemen rekam medis dan menerapkan fungsi teknik
penyelenggaraan rekam medis di suatu Rumah Sakit/Institusi
Pelayanan Kesehatan, antara lain :
a. Mengetahui standar pelayanan minimal penyediaan berkas rekam
medis dan akreditasi unit kerja rekam medis.
b. Mengetahui sistem informasi di rumah sakit.
c. Mengetahui penerapan rekam kesehatan elektronik di saranan
pelayanan kesehatan.
d. Mengetahui dan menerapkan sistem ergonomi di setiap kegiatan
Unit Kerja Rekam Medis.
e. Memahami dan melakukan klasifikasi dan kodefikasi penyakit
sistem Reproduksi dan Genetik.
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan bagi
pihak RS Panti Nugroho terutama dalam hal mutu pelayanan dan
efektifitas serta efisiensi penyelenggaraan Rekam Medis.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan praktik kerja lapangan yang disusun dalam bentuk laporan
ilmiah ini dapat menambah referensi yang bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat mengukur kemampuan taraf pendidikan di
instansinya serta mengetahui kemampuan mahasiswanya di lapangan.
3. Bagi Mahasiswa
3
Mahasiwa mendapatkan pengalaman di lapangan dengan materi atau
teori yang telah dipelajari.
D. Ruang Lingkup
1. Lingkup Waktu
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 05-24 Agustus
2019.
2. Lingkup Tempat
Praktik kerja lapangan dilaksanakan di Unit Rekam Medis RS Panti
Nugroho yang beralamat di Jl. Kaliurang KM 17, Pakem, Binangun,
Pakem, Sukanan, Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584, Khususnya pada Unit
Rekam Medis.
3. Lingkup Materi
Dalam lingkup materi Praktek Kerja Lapangan ini meliputi Standar
Pelayanan Minimal dan Akreditasi Unit Kerja Rekam Medis, sistem
informasi rumah sakit dan rekam medis elektronik, Aspek Ergonomi,
serta Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit (coding) di Unit Rekam
Medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
kesehatan. Penyediaan berkas dilakukan setiap kali ada permintaan dari
TPP (Tempat Pendaftaran Pasien), berdasarkan keinginan pasien menuju
poliklinik yang diinginkan.
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Berkas rekam medis
akan dikeluarkan bila ada yang memerlukan, contohnya seperti pelayanan
kesehatan pasien, gawat darurat, penelitian, dan sebagainya. Penyediaan
berkas rekam medis yang baik adalah penyediaan berkas rekam medis
yang cepat, tepat dan efisien. Jika waktu dalam penyediaan rekam medis
lama, maka akan menghambat pelayanan kesehatan yang akan diberikan
dokter kepada pasien, karena dokter tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien tanpa adanya berkas rekam medis pasien tersebut.
Departemen Kesehatan RI memberikan standar pelayanan minimal
sebagai alat ukur mutu pelayanan rumah sakit. Pada pelayanan Rekam
Medis, DepKes RI memberikan standar untuk kelengkapan pengisian
rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan, untuk kelengkapakn
Informed Concent setelah mendapatkan informasi yang jelas, dan waktu
penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan kurang dari atau
sama dengan 10 menit (< 10 menit), sedangkan untuk waktu penyediaan
dokumen rekam medis pelayanan rawat inap kurang dari atau sama dengan
15 menit (< 15 menit). Pendistribusian berkas rekam medis harus dapat
mendukung pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan rawat jalan dan
rawat inap yang bermutu. Karena itu diperlukan lokasi penyimpanan dan
petugas pendistribusian yang memadai agar pelayanan kesehatan dapat
berjalan dengan baik dan lancar. (kemenkes, 2008)
5
Kementerian Kesehatan kemudian menetapkan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit atau disingkat dengan KARS. Pada awalnya standar akreditasi rumah
sakit mulai ditetapkan pada tahun 1995. Seiring berjalannya pekembangan
dalam dunia kesehatan, standar akreditasi rumah sakit kemudian
diperbaharui menjadi standar akreditasi versi 2012 yang disusun dan
ditetapkan pada tahun 2012. Dengan melihat pola tuntutan pelayanan
rumah sakit yang semakin meningkat dan potensi pengembangan standar
akreditasi yang diberlakukan untuk nasional, maka pada akhir tahun 2017
KARS telah menetapkan kebijakan baru mengenai Standar Akreditasi
Rumah Sakit (SNARS) edisi 1.
SNARS merupakan standar nasional akreditasi rumah sakit yang
telah ditetapkan oleh KARS dan sudah mulai diberlakukan pada 1 Januari
2018 di seluruh Indonesia. Mengacu pada pada beberapa pedoman yang
terdiri dari konsep dan prosedur akreditasi internasional yang ditetapkan
oleh ISQua atau The International Society for Quality in Health,
perundang-undangan dan peraturan pemerintah mengenai profesi di
Indonesia, standar akreditasi JCI edisi 4 dan edisi 5, standar akreditasi
rumah sakit KARS versi 2012, serta mengacu pada kajian hasil survey
standar dan element yang belum diterapkan di rumah sakit Indonesia,
KARS kemudian menetapkan standar penilaian akreditasi rumah sakit
dalam SNARS 2018 yang telah disesuaikan dengan kondisi rumah sakit di
Indonesia. Proses penyempurnaan standart akreditasi SNARS 2018
dilakukan melalui berbagai macam diskusi dan kesepakan yang
melibatkan berbagai stakeholder dari Kementerian Kesehatan,
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI), Himpunan Perawat Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (HIPPI), dan Persatuan Pengendalian Infeksi
(Perdalin).
Adapun perbedaan penyempurnaan dari sistem akreditasi
sebelumnya yang ditetapkan pada tahun 2012 adalah adanya tambahan
Bab yang ada pada SNARS 2018. Jika sebelumnya standar akreditasi
hanya berjumlah 15 bab, SNARS 2018 kemudian menambah 1 bab dalam
standar akredirtasi rumah sakit sehingga menjadi 16 Bab. Selain itu ada
penambahan standar dalam SNARS 2018 yang terdiri dari standar
pengendalian resistensi antimikroba (PRA) dan juga standar integrasi
pendidikan kesehatan dalam pelayanan rumah sakit. Adapun kajian
seluruh bab yang tertuang dalam SNARS 2018 edisi 1 adalah sebagai
berikut:
1. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
2. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)
3. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
6
4. Asesmen Pasien (AP)
5. Pelayanan Asuhan Pasien ( PAP)
6. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
7. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
8. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
9. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
10. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
11. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
12. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
13. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKF)
14. Manajemen Informasi dan Rekam Medik (MIRM)
15. Program Nasional (menurunkan kematian KIA, menurunkan keskitan
HIV/AIDS dan TB, pengendalian resistensi mikroba dan pelayanan
geriatri)
16. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)
7
1) Tim penilai (surveyor) akan berada di rumah sakit selama ± 3
hari yang terdiri dari 3 orang (manajemen, medis dan
keperawatan).
2) Pimpinan rumah sakit mempresentasikan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
3) Dilanjutkan telaah dokumen, telaah rekam medis tertutup dan
telaah rekam medis terbuka serta survey lapangan,
4) Penilaian lapangan ditekankan pada telusur pasien untuk
diwawancarai atau observasi langsung atas pelayanan
kesehatan yang telah/sedang/akan diterima pasien.
5) Dalam waktu yang bersamaan, kelengkapan dokumen
akreditasi juga diobservasi dan ditanyakan pada jajaran staf
dan pimpinan rumah sakit
6) Temuan atas ketidaklengkapan dokumen atau kekurangan
mutu pelayanan harus diperbaiki saat itu setelah mendapat
rekomendasi surveyor.
7) Telusur lingkungan terhadap fasilitas rumah sakit.
8) Telusur KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staff).
9) Presentasi FMEA, Pedoman Praktik Klinis atau Clinical
Pathways, Risk Manajemen Dan IKP (Insiden Keselamatan
Pasien).
10) Wawancara Pimpinan
11) Exit Conference
c. Hasil penilaian. Ada 4 kriteria hasil penilaian terhadap EP:
1) Tercapai penuh ( skor 10)
a) Melalui wawancara baik pada pasien atau keluarga dan
staf ditemukan jawaban “ya” atau “selalu”, atau dapat
menjawab sesuai dengan konteks pertanyaan.
b) Melalui observasi dokumen, ditemukan minimal 9 dari 10
dokumen yang diminta atau 90 % dokumen lengkap
c) Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan
sudah berjalan minimal 4 bulan terakhir dari masa
penilaian.
2) Tercapai sebagian (skor 5)
8
a) Melalui wawancara baik pada pasien atau keluarga dan
staf ditemukan jawaban “tidak selalu” atau “kadang-
kadang”,
b) Melalui observasi dokumen, ditemukan 50 sampai 89 %
dokumen yang diminta.
c) Bukti dipenuhinya persyaratan hanya dapat ditemukan di
sebagian daerah atau unit kerja dimana persyaratan harus
ada
d) Kebijakan atau prosedur dapat dilaksanakan tetapi tidak
dapat dipertahankan.
e) Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan
sudah berjalan 1-3 bulan terakhir dari masa penilaian.
3) Tidak tercapai (skor 0)
a) Melalui wawancara baik pada pasien/keluarga dan staf
ditemukan jawaban “jarang” atau “tidak pernah”,
b) Melalui observasi dokumen, ditemukan <50% dari
dokumen yang diminta.
c) Bukti dipenuhinya persyaratan tidak dapat ditemukan di
daerah atau unit kerja dimana persyaratan harus ada.
d) Kebijakan atau proses ditetapkan tetapi tidak
dilaksanakan.
e) Melalui observasi bukti pelaksanaan, kegiatan/tindakan
sudah berjalan hanya ≤1 bulan terakhir dari masa
penilaian.
4) Tidak dapat diterapkan. Sebuah EP dinilai “tidak dapat
diterapkan” jika persyaratan dari EP tidak dapat diterapkan di
rumah sakit (contohnya, rumah sakit tidak melakukan riset,
tidak ada donasi organ). Nilai skor akan diakumulasikan pada
masing-masing standar yang terdapat dalam bab untuk
menentukan apakah suatu standar telah mencapai batas yang
telah ditentukan. EP dinilai dalam skor, sedangkan standard
dan bab atau grup dinilai dalam persen (%).
2. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit
a. Tujuan umum
1) Mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit di
Indonesia telah memenuhi berbagai standar yang ditentukan,
9
dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Tujuan Khusus
1) Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada Rumah
Sakit yang telah mencapai tingkat pelayanan Kesehatan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2) Memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa
semua fasilitas, tenaga dan lingkungan yang diperlukan
tersedia, sehingga dapat mendukung upaya penyembuhan dan
pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya.
3) Memberikan jaminan dan kepuasan kepada “costumer“ dan
masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit di selenggarakan sebaik mungkin.
3. Manfaat Akreditasi
a. Bagi Rumah Sakit
1) Akreditasi menjadi forum komunikasi dan konsultas di antara
rumah sakit dan bahan akreditasi yang akan memberikan saran
perbaikan atau rekomendasi untuk peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit melalui pencapaian standar yang
ditentukan.
2) Rumah sakit dapat mengetahui pelayanan yang berada
dibawah standar atau perlu ditingkatkan.
3) Penting untuk rekrutmen dan membatasi “Turn Over“ staf
rumah sakit karena pegawai akan lebih senang, tenang dan
aman bekerja di rumah sakit yang akan di akreditasi.
4) Dengan perkembangan asuransi kesehatan, semakin banyak
perusahaan asuransi yang mempersyaratkan pesertanya untuk
berobat di rumah sakit yang telah terakreditasi.
5) Alat untuk negosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan
6) Status Akreditasi dapat dijadikan alat untuk marketing pada
masyarakat.
7) Pemerintah akan mempersyaratkan akreditasi sebagai kriteria
untuk memberi izin rumah sakit yang menjadi tempat
pendidikan tenaga medis.
10
8) Merupakan status simbol bagi Rumah Sakit dan dapat
meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat atas Rumah
Sakit.
9) Dengan diketahuinya kekurangan di bandingkan dengan
standar yang ada, rumah sakit dapat menggunakannya untuk
kepentingan pengajuan anggran dan perencanaan atau
pengembangan rumah sakit kepada pemilik.
b. Bagi Pemerintah
1) Akreditasi merupakan salah satu pendekatan untuk
meningkatkan dan membudayakan konsep mutu pelayanan
rumah sakit melalui pembinaan terarah dan
berkesinambungan.
2) Dapat memberikan gambaran keadaan perumahsakitan di
Indonesia yang memenuhi standar yang di tentukan sehingga
menjadi bahan masukan untuk perencanaan pengembangan
pembangunan kesehatan pada masa datang.
c. Bagi Perusahaan Asuransi
1) Akreditasi penting untuk negosiasi klaim asuransi kesehatan
dengan rumah sakit.
2) Memberi gambaran rumah sakit mana yang dapat dijadikan
mitra kerja.
d. Bagi Masyarakat
1) Dapat mengenal dengan melihat sertifikat akreditasi yang
biasanya dipajang di rumah sakit yang pelayanannya telah
memenuhi standar, sehingga dapat membantu mereka memilih
rumah sakit yang di anggap baik.
2) Masyarakat akan merasa lebih aman mendapat pelayanan di
rumah sakit yang sudah diakreditasi dari pada yang belum
diakreditasi.
e. Bagi Pemilik
1) Mempunyai rasa kebanggaan bila rumah sakitnya diakreditasi
2) Pemilik dapat menilai seberapa baik pengelolaan sumber daya
(efisiensi) rumah sakit ini dilakukan oleh manajemen dan
seluruh tenaga yang ada, sehingga misi dan program rumah
sakit dapat lebih mudah tercapai.
11
f. Bagi Petugas
1) Merasa lebih senang dan aman serta terjamin bekerja pada
Rumah Sakit yang terakreditasi
2) Biasanya pegawai pada unit pelayanan yang mendapat nilai
baik sekali akan mendapat imbalan dari manajemen atas
usahanya selama ini dalam memenuhi standar.
3) Self Asesment akan menambah kesadaran akan pentingnya
pemenuhan standard peningkatan mutu sehingga dapat
memotivasi pegawai tersebut bekerja baik.
12
dengan sistem informasi seorang pimpinan rumah sakit dapat mengambil
suatu kebijakan secara cepat, tepat dan akurat berdasarkan informasi yang
di dapat dari pelayanan kesehatan dirumah sakit yang di pimpinnya.
(Rustiyanto, 2010).
1. Menurut Rustiyanto (2010), manfaat sistem informasi manajemen rumah
sakit menjadi 4 :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan.
Memberikan nilai tambah dengan jalan meningkatkan :
1) Efisiensi.
2) Kemudahan.
3) Standart praktek kedokteran yang baik dan benar.
4) Dokumentasi yang auditable dan accountable.
5) Mendukung pemasaran jasa rumah sakit ditinjau dari aspek mutu,
kecepatan, kenyamanan, kepastian dan biaya.
6) Mendukung koordinasi antar bagian dalam rumah sakit.
7) Meningkatkan akses dan pelayanan rumah sakit terhadap berbagai
sumberdaya.
8) Meningkatkan profesionalisme dan kinerja manajemen rumah
sakit.
b. Pengambilan keputusan
c. Menjadi fungsi kontrol yang konsisten dibagi dalam beberapa hal
pokok diantaranya budaya kerja, pemahaman sistem, dan
mengurangi biaya administrasi
d. Meningkatkan pendapatan rumah sakit
2. Bagian Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Yang Terintegrasi
Menurut Rustiyanto Bagian Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Yang Terintegrasi menurut meliputi bagian:
a. Sistem Informasi Billing Sistem, Meliputi :
1) Sistem Informasi Registrasi.
2) Sistem Informasi Poliklinik.
3) Sistem Informasi Gawat Darurat.
4) Sistem Informasi Laboratorium.
5) Sistem Informasi Radiologi.
6) Sistem Informasi Kamar Operasi.
7) Sistem Informasi Rawat Inap.
8) Sistem Informasi Rehap Medik.
b. Sistem Informasi Farmasi
1) Sistem Informasi Gudang.
2) Sistem Informasi Apotek.
c. Sistem Informasi Rekam Medis
d. Sistem Informasi Kepegawaian
13
e. Sistem Informasi Keuangan Dan Akuntansi
f. Sistem Informasi Summary Eksekutif.
D. Tujuan Umum
a. Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan
harga pokok jasa, produk dan tujuan lain yang diinginkan
manajemen.
b. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian dan perbaikan dan perbaikan
berkelanjutan
c. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Ketiga tujuan tersebut menunjukan bahwa manajer dan pengguna
lainnya perlu memiliki akses ke informasi akutansi manajemen dan
mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akutansi
manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah,
menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi
dibutuhkan dan di pergunakan dalam semua tahap manajemen,
termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).
E. Manfaat Operasional
a. Kecepatan
Manfaat yang paling terasa ketika SIMRS Tersebut selesai
diimplementasikan adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan-
pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem manual pengerjaan
14
tagihan kepada mitra atau pihak ketiga, misalnya, memakan waktu
sampai 1 bulan sejak pasien selesai dilayani, dengan SIMRS hanya
memakan waktu 1-2 hari saja. Kecepatan ini tentu saja membuat
efektifitas kerja meningkat. Pada awal pemasangan sistem
informasi manajemen, ketika aliran kerja belum lancar,
peningkatan kecepatan belum terlalu terasa. Namun ketika
komitmen seluruh unit untuk tepat waktu memasukan data dengan
akurat entri data yang tinggi dipenuhi, maka akan terasa sekali
dampak dari SIMRS terhadap kecepatan kerja.
b. Akurasi
Hal lain yang juga terasa berubah adalah akurasi data
apabila dulu dengan sistem manual orang harus mencek satu demi
satu transaksi, namun sekarang dengan SIMRS hal tersebut cukup
dilakukan dengan membandingkan laporan antar unit yang
dihasilkan oleh SIM. SIMRS juga dapat mencegah terjadinya
duplikasi data untuk transaksi-transaksi tertentu. Misalnya, pasien
yang sama diregistrasi 2 kali pada hari yang sama, maka SIMRS
akan menolaknya, SIMRS juga akan memberikan peringatan jika
tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal ini
menjaga agar user lebih teliti.
c. Integrasi
Hal ini yang juga terasa berpengaruh terhadap budaya kerja
adalah integrasi data disetiap unit. Bila dengan sistem manual, data
pasien harus dimasukkan disetiap unit,maka dengan SIMRS data
tersebut cukup sekali dimasukkan di setiap unit,maka dengan
SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja.
Hal ini jelas mengurangi beban kerja adminitrasi dan menjamin
konsistensi data. Ilustrasi pada awal makalah ini merupakan
gambaran proses integrasi pada beberapa unit layanan di rumah
Sakit.
d. Peningkatan Pelayanan
Pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah
semakin cepat dan akuratnya pelayanan. Sekarang pasien tidak
15
perlu menunggu lama untuk menyelesaikan administrasinya, baik
rawat inap ataupun rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan
perusahaan pelanggan, dimana tagihan yang dikirim cukup akurat
dan detil sehingga memudahkan analisa mereka.
e. Peningkatan Efisiensi
Bila sebelumnya, beban pekerjaan lebih ke arah klerikal,
sekarang beban pekerjaan lebih kearah analisa. Sebagai contoh, jika
dahulu konsentrasi bagian penagihan adalah membuat tagihan,
sekarang konsentrasinya lebih kepada umur tagihan itu sendiri.
Selain itu, karena kecepatan dan akurat data meningkat, maka
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
adminitrasi berkurang jauh, sehingga karyawan dapat lebih fokus
pada pekerjaan utamanya.
f. Kemudahan Pelaporan
Pekerjaan pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu
namun sangat penting. Dengan adanya sistem informasi
manajemen, proses pelaporan hanya memakan waktu dalam
hitungan menit sehingga kita dapat lebih konsentrasi untuk
menganalisa laporan tersebut. (Rustiyanto, 2011).
16
Perubahan tersebut juga telah diikuti dengan penyesuaian dalam
peraturan perundang-undangan, dimana Permenkes No. 749a tahun 1989
tentang rekam medis belum menyinggung mengenai rekam medis
elektronik sedangkan Permenkes tentang rekam medis yang baru yaitu
Permenkes No. 269 tahun 2008 telah terdapat aturan rekam medis
elektronik. Dengan demikian Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang
rekam medis ini menjadi dasar hukum penerapan rekam medis elektronik
di Indonesia.
Rekam medis elektronik adalah setiap catatan, pernyataan, maupun
interpretasi yang dibuat oleh dokter atau petugas kesehatan lain dalam
rangka diagnosis dan penanganan pasien yang dimasukan dan disimpan
dalam bentuk penyimpanan elektronik (digital) melalui system computer.
“Electronic medical record (EMR): an Electronic system automet paper-
base medical record” (Villavos, 2015)
Rekam medis elektronik merupakan catatan rekam medis pasien
seumur hidup pasien dalam format elektronik tentang informasi
kesehatan seseorang yang dituliskan oleh satu atau lebih petugas
kesehatan secara terpadu dalam tiap kali pertemuan antara petugas
kesehatan dengan klien. Rekam Medis elektronik bisa diakses dengan
komputer dari suatu jaringan dengan tujun utama menyediakan atau
meningkatkan perawatan serta pelayanan kesehatan yang efesien dan
terpadu. (Potter & Perry, 2009).
Rekam medis elektronik (rekam medik berbasis-komputer) adalah
gudang penyimpanan informasi secara elektronik mengenai status
kesehatan dan layanan kesehatan yang diperoleh pasien sepanjang
hidupnya, tersimpan sedemikian hingga dapat melayani berbagai
pengguna rekam yang sah. (Shortliffe, 2001).
Rekam kesehatan elektronik adalah kegiatan komputerisasi isi
rekam kesehatan dan proses elektronisasi yang berhubungan dengannya.
Elektronisasi ini menghasilkan sistem yang secara khusus dirancang untuk
mendukung pengguna dengan berbagai kemudahan fasilitas bagi
kelengkapan dan keakuratan data, memberi tanda waspada, sebagai
17
peringatan, tanda sistem pendukung keputusan klinik dan menghubungkan
data dengan pengetahuan medis serta alat bantu lainnya. Seperti yang
tertuang dalam permenkes 269 tahun 2008 pada pasal 2 yaitu: rekam
medis harus dibuat secara lengkap tertulis dan jelas atau secar elektronik.
Penyelengaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi
elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan sendiri. Johan harlan
menyebutkan bahwa rekam kesehatan elektronik adalah rekam medis
seumur hidup (tergantung penyedia layanannya) pasien dalam format
elektronik, dan bisa diakses dengan komputer dari suatu jaringan dengan
tujuan utama menyediakan atau meningkatkan perawatan serta pelayanan
kesehatan yang efisien dan terpadu.
1. Sistem Data Klinis Rekam Medis Elektronik
a. Rekam medis masing-masing pasien. Isi rekam medis individual
hendaknya mencerminkan sejarah perjalanan kondisi kesehatan
pasien mulai dari lahir sampai berlangsungnya interaksi mutakhir
antara pasien dengan rumah sakit. Pada umumnya struktur rekam
medis individual ini terdiri dari daftar masalah sekarang dan masa
lalu serta catatan-catatan SOAP (Subjective, Objective,
Assessment, dan Plan) untuk masalah-masalah yang masih aktif.
b. Rangkuman data klinis untuk konsumsi manajer rumah sakit, pihak
asuransi (BPJS), kepala unit klinis, dan institusi terkailt sebagai
pelaporan. Suatu rangkuman data klinis yang penting misalnya
mengandung jumlah pasien rawat inap menurut cirri-ciri
demografis, cara membayar, diagnosis dan prosedur operatif.
c. Registrasi penyakit. Misalnya kanker, merupakan sistem informasi
yang berbasis pada suatu komunitas atau wilayah administratif,
mencakup semua kejadian penyakit tertentu (misalnya segala jenis
kanker) di antara penduduk yang hidup di wilayah yang
bersangkutan.
d. Data Unit Spesifik. Suatu sistem informasi mungkin diperlukan
untuk mengelola unit tertentu di rumah sakit. Sebagai contoh, unit-
unit farmasi, laboratorium, radiologi dan perawatan memerlukan
data inventori bahan-bahan habis pakai dan utilisasi jenis-jenis
18
pelayanan untuk merencanakan dan mengefisienkan penggunaan
sumber daya.
e. Sistem kepustakaan medis dan pendukung pengambilan keputusan
klinis. Untuk menunjang keberhasilan pelayanan klinis kepada
pasien diperlukan sistem untuk mengarahkan klinisi pada masalah
spesifik, merekomendasikan keputusan klinis berbasis pada
probabilitas kejadian tertentu.
f. Paspor kesehatan (patient-carried records). Rangkuman medik
yang dibawa pasien memungkinkan pelayanan kesehatan darurat di
tempat-tempat yang jauh dari rumahnya. Rekam medik ini
mungkin dalam bentuk kertas, microfiche atau smartcard format.
(Sabarguna, 2005).
19
pengguna memasukkan data pasiennya dan memperoleh saran
untuk penanganan pasien.
c. Analisis data agregat
1) Uji klinik konvensional, data dikumpulkan dari pasien,
dimasukkan ke dalam basis data komputer dan dianalisis
dengan program statistik.
2) Rekam medis elektronik memungkinkan klinikus memperoleh
data rutin dan non rutin. Data rutin dapat langsung diperoleh
(dalam bentuk siap olah) dari basis-data rekam medis.
Sedangkan data non rutin dapat dikumpulkan pada waktu
pemeriksaan pasien dan dimasukkan dalam rekam medis.
3) Perintah dokter melalui komputer (CPOE; computerized
physician order entry). Dilakukan baik itu melalui data bentuk
bebas (informasi teks) maupun bentuk kode (data terstruktur).
d. Pengambilan data sinyal biologis secara otomatis (automatic data
capture)
1) Sinyal digital, menampilkan nilai-nilai diskret dari suatu
himpunan nilai tertentu, misalnya tekanan darah, frekuensi
nadi, dan densitas jaringan (CT-scan, MRI).
2) Sinyal analog, menampilkan nilai-nilai dalam rentang kontinu,
mis. elektrokardiogram (EKG), dan densitas jaringan (radiologi
konvensional). Sistem komputer hanya dapat mengakuisisi data
digital. Oleh karena itu, sinyal analog harus dikonversi terlebih
dahulu menjadi sinyal digital dengan ADC (analog-to-digital
conversion). (Sabarguna, 2005)
3. Komponen Rekam Medis Elektronik
a. Komponen penting yang mengacu pada kebutuhan
1) Record format. Bentuk yang sesuai contoh berbagai pelayanan
sesuai kebutuhan.
2) Sistem performance. Seperti pemanggilan kembali, serta
mudah dalam pengubahan data.
3) Reporting capabilities. Kelengkapan dokumen, mudah untuk
dimengerti dan standar laporan.
4) Training and implementation. Pelatihan yang minimal untuk
menggunakan dengan benar.
20
5) Control and acces. Untuk mengakses bagi yang berwenang tapi
terlindung dari penyalahgunaan.
6) Intelegence. Seperti sistem bantu keputusan, sistem tanda baca
yang sesuai.
7) Linkages. Terkait dengan berbagai pelayanan lain,
perpustakaan, database pasien dan keuangan.
8) Record content. Meliputi standarisasi formulir dan isi, sesuai
dengan kode penyakit dan tujuan layanan.
b. Komponen Penting Penggunaan Rekam Medik pada Individual
1) Patient Care Delivery (consumers). Untuk pasien dan keluarga.
2) Patient Care Management and Support. Untuk manajer mutu,
informasi kesehatan dan manajemen para professional dan
administrasi.
3) Lain-lain, Seperti akreditasi, kebijakan pemerintah dan
penelitian.
4) Patient Care Reimbursment. Untuk manajer keuangan dan
penagihan asuransi.
5) Patient Care Delivery (Provider). Seperti perawat, dokter, dan
ahli farmasi. (Sabarguna, 2005).
G. Aspek Ergonomi
Ergonomi adalah penetapan ilmu-ilmu geologis tentang manusia,
ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama
lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaanya yang manfaat dari
padanya di ukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. (Nurminanto,
2003).
Dalam pengelolaan Rekam Medis perlu memperhatikan ergonomi
kerja untuk mempermudah tata kerja dalam mencapai efisiensi dan
efektifitas kerja. Ergonomi juga berpengaruh terhadap kelelahan kerja
yaitu jika sikap dan cara kerja seseorang, contohnya posisi duduk saat
kerja didukung dengan peralatan dan tata letak yang dirancang secara
ergonomi maka akan lebih nyaman untuk melakukan suatu pekerjaan dan
dapat meningkatkan produktifitas kerja. Ergonomi juga dapat mengurangi
21
beban kerja yang berperan untuk memaksimalkan, kenyamanan dan
efisiensi kerja.
1. Prinsip Ergonomi
a. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-
alat penunjuk dan cara-cara menjalankan mesin.
b. Sikap duduk yang baik adalah sikap duduk yang tegak dengan
diselingi istirahat sedikit membungkuk.
c. Tempat duduk yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki agar
sesuai dengan tinggi lutut dan paha dalam keadaan datar.
2) Tinggi papan sandaran dapat diatur dan menekan pada
punggung.
3) Lebar papan duduk minimal 35 cm.
4) Tinggi meja merupakan ukuran dasar sesuai dengan ukuran
ukuran kertas diatas.
d. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih
dari itu efisien dan kualitas kerja sangat menurun.
2. Perancangan Manajemen Ruang Tempat Pendaftaran dan Unit
Rekam Medis
a. Desain Kursi Kerja
Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk.
Bekerja dalam sikap duduk akan mengurangi kelelahan pada kaki,
terhindar dari sikap-sikap tidak alamiah dan mengurangi
pemakaian energi. Pemakaian kursi yang tepat tidak
menyebabkan keluhan-keluhan pada tenaga kerja.
Ukuran-ukuran kursi kerja yang baik misalnya sebagai
berikut:
1) Tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel antara 38-48 cm
(pakai tambahan alas kaki).
2) Tompangan pinggang dapat disetel ke atas ke bawah dan
bergerak 8-12 cm di atas alas duduk.
3) Dalamnya tompangan pinggang adalah 35-38 cm dari ujung
depan alas duduk.
22
4) Dalamnya alas duduk 36 cm.
5) Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak.
6) Kursi harus memungkinkan cukup memberikan kebebesan
bagi gerakan khusus pemakainya.
b. Desain Meja Kerja
Dalam perencanaan suatu meja kerja perlu disediakan
cukup ruangan bagi peralatan, perlengkapan kerja, aneka kerja
dan aneka tempat penyimpanan bahan agar gerakan tidak
terganggu. Meja kerja paling ideal yaitu meja kerja yang dapat
disetel menurut tinggi tenaga kerja yang bersangkutan. Apabila
tinggi meja kerja tidak dapat disetel, maka tinggi meja kerja
disesuaikan dengan ukuran tenaga kerja yang tertinggi atau
menggunakan tinggi badan yang sepadan untuk memudahkan
perencanaan tinggi meja kerja.
c. Desain Loket Pendaftaran
Dalam mendesain loket pendaftaran ada yang perlu
diperhatikan antara lain mengenai kerahasiaan komunikasi,
keselamatan keamanan dan kenyamanan. Dalam hal kerahasiaan,
desain loket pendaftaran perlu adanya pembatas atau penyekat
pada masing-masing loket karena begitu penting dan rahasianya
dokumen rekam medik, kerahasiaanya harus dijaga sejak mulai
pendaftaran. Untuk mrnunjang keamanan dan keselamatan dalam
proses pendaftaran, maka mebel dan bentuknya harus
diperhatikan. Bola loket terbuat dari kayu, papan atau tembok
maka harus dibuat halus, rata serta bagian tepinya jangan lancip
agar tidak tajam. Pekerjaan yang dilakukan pasien ketika
mendaftar adalah jenis pekerjaan ringan, maka tinggi optimum
meja loket pendaftaran adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku.
23
kembali dengan cepat dan mudah. Kapasitas rak file. Faktor yang
mempengaruhi kapasitas rak file, yaitu:
1) Volume rak.
2) Rata-rata tebal berkas.
3) Sistem penjajaran yang digunakan.
4) Dalam aktifitas filling mungkin terjadi penambahan berkas
(admission) dan penyusutan (discharge). Tingkat
pertumbuhan berkas dapat diperkirakan dengan menggunakan
trend atau formula untuk menghitung beberapa kebutuhan
jumlah rak.
5) File Expansion
.
4. Coding diagnosis
24
Coding diagnosis adalah proses penentuan nomor sandi (code) untuk
mewakili suatu sebutan diagnosis atau masalah terkait kesehatan.
Coding diagnosis merupakan alat kontrol biaya pelayanan kesehatan
(DRG’s).
5. Cara Mencari Kode yang Benar
Cara mencari kode yang benar sesuai peraturan dari ICD-10 yaitu:
a. Baca instruction manual (ICD-10 volume 2)
b. Tentukan lead-term (nama diagnose penyakit)
c. Cari kode yang cocok di indeks daftar alphabet (lCD-10 volume
3)
d. Memastikan kode yang cocok pada daftar tabulasi (CD-10
volume 1)
Cara mencari kode yang benar sesuai peraturan dari ICD 9 CM yaitu :
a. Tentukan lead term (nama tindakan)
b. Cari kode yang cocok di indeks daftar procedure (ICD 9 CM
volume 3)
c. Mengecek kode tindakan yang ditemukan pada daftar tindakan
6. Langkah-langkah Penetapan Koding
Langkah-langkah Penetapan Koding menurut Gemala Hatta, 2008
sebagai berikut :
a. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3
Alphabetical Index (kamus). Bila pernyataan adalah istilah
penyakit atau cidera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-
XIX dan XXI (volume 1), gunakanlah ia sebagai “lead term”
untuk dimanfaatkan sebagai panduan menelusuri istiah yang dicari
pada seksi 1 indeks (volume 3). Bila pernyataan dalam penyebab
luar (external cause) dari cedera (bukan nama penyakit) yang ada
di bab XX (volume 1), lihat dan cari kodenya pada seksi II di index
(volume 3).
b. “Lead Term“ (kata panduan) untuk penyakit dan cedera biasanya
merupakan kata benda yang memaparkan kondisi patologisnya.
Sebaiknya jangan menggunakan istilah kata benda anatomi, kata
sifat atau kata keterangan sebagai kata panduan. Walaupun
demikian, beberapa kondisi ada yang diekspresikan sebagai kata
25
sifat atau eponym (menggunakan nama penemu) yang tercantum
didalam indeks sebagai “Lead term“
c. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul
dibawah istilah yang akan dipilih pada volume 3.
d. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )“ sesudah lead
term (kata dalam tanda kurung = modifier, tidak akan mepengaruhi
kode). Istilah lain yang ada di bawah lead term (dengan tanda (-)
minus = idem = indent) dapat mempengaruhi nomor kode,
sehingga semua kata-kata diagnostic harus diperhitungkan.
e. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross references) dan
perintah see dan see also yang terdapat dalam indeks.
f. Lihat daftar tabulasi (volume I) untuk mencari nomor kode yang
paling tepat. Lihat kode tiga karakter diindeks dengan tanda minus
pada posisi keempat yang berarti bahwa isi untuk karakter keempat
itu ada didalam volume I dan perintah untuk membubuhi kode
tambahan (additional code) serta aturan cara penulisan dan
pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit dan dalam
sistem pelaporan morbitidas dan mortalitas.
g. Ikuti pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau
bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori atau subkategori.
h. Tentukan kode yang anda pilih.
i. Begitu juga dalam penetapan kode tindakan hampir sama dengan
langkah-langkah dalam penetapan kode diagnosis, yang
membedakan kode tindakan dicari dengan ICD 9 CM.
j. Lakukan analisis kuantitatif data diagnosis yang dikode untuk
pemastian kesesuaiannya dengan pernyataan dokter tentang
diagnosis utama diberbagai lembar formulir rekam medis pasien,
guna menunjang aspek legal rekam medis yang dikembangkan.
(WHO, 2008).
26
BAB III
HASIL PENGAMATAN
27
tenaga medis dari Rumah Sakit Panti Rapih dan adanya dokter tetap
untuk mengelola rumah sakit secara profesional, cakupan pelayanan
semakin meningkat.
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan dokter 24 jam dipenuhi
dengan menempatkan dokter jaga sore dan malam sejak tahun 1994.
Rumah Bersalin - Balai Pengobatan juga ikut berpartisipasi dengan
program pemerintah. Dengan manajemen yang lebih profesional yang
berorientasi pada kebutuhan konsumen, jumlah pasien rawat inap, rawat
jalan serta persalinan semakin meningkat. Dipihak lain jumlah tempat
tidur, fasilitas medis dan non medis yang ada belum memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Untuk memenuhi permintaan masyarakat akan mutu dan sarana
pelayanan yang baik serta antisipasi terhadap bencana Gunung Merapi,
mulai dipenuhi kebutuhan tenaga medis, paramedis dan non medis
seperti dokter umum, dokter spesialis konsulen, perawat, bidan maupun
tenaga administrasi. Tidak kalah pentingnya sarana bangunan dan
peralatan medis serta non medis menjadi pemikiran dari Yayasan Panti
Rapih untuk ditingkatkan sesuai standar Rumah Sakit tipe PRATAMA.
Meski negara sedang dilanda krisis moneter dan ekonomi yang
berkepanjangan, tidak mengurangi semangat dan cita-cita yang sudah
dipersiapkan oleh Yayasan Panti Rapih untuk mewujudkan berdirinya
Rumah Sakit Panti Nugroho yang representatif. Pembangunannya
dilaksanakan secara bertahap dimulai tanggal 11 September 1997 dan
telah diselesaikan seluruhnya pada bulan April 1999. Total luas bangunan
4.111,25 m2yangberdiri di atas tanah seluas 10.375 m2. Sesuai dengan SK
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No.
503/0401/PK/III/99 tanggal 2 Maret 1999 telah ditingkatkan status
Rumah Bersalin - Balai Pengobatan menjadi Rumah Sakit Panti
Nugroho. Rumah sakit ini diharapkan menjadi salah satu rumah sakit
satelit dari Yayasan Panti Rapih, yang akan menjadi kebanggaan dan
andalan di wilayah Yogyakarta bagian Utara.
28
Tanggal 31 Mei 1999, pemberkatan dan peresmian Rumah Sakit
Panti Nugroho dilakukan oleh Uskup Agung Semarang Mgr. Ign.
Suharyo, Pr. dan Sri Sultan Hamengkubowono X, dengan kapasitas 50
bed (tempat tidur), kami siap dengan tulus hati melayani pasien dalam
upaya penyembuhan.
Pada tahun 2000, pelayanan Gawat Darurat menempati gedung
yang baru. Selain itu Rumah Sakit Panti Nugroho melayani fasilitas
pelayanan baru yaitu pelayanan Poliklinik Spesialis Anak, Spesialis
Obsgyn, Spesialis Penyakit Dalam dan Spesialis Bedah Umum serta
didukung oleh pelayanan penunjang Radiologi , Laboratorium , dan
Fisioterapi.
Lokasi
Rumah Sakit Panti Nugroho berkedudukan di Jl. Kaliurang KM 17,
Pakem, Binangun, Pakem, Sukanan, Pakembinangun, Kecamatan
Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584.
Nomor telepon (0274) 895186 (Hunting), faksimile (0274) 897232 e-
mail: rumahsakit.pantinugroho@gmail.com . www.pantinugroho.or.id .
2. Visi, Misi, Falsafah, Tujuan, Nilai, Budaya, Motto Rumah Sakit Panti
Nugroho
a. Falsafah
Tulus untuk Sembuh, dengan Semangat Cinta Kasih ;Sumber : Lukas
10:9. (“Dan Sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada disitu dan
katakanlah kepada mereka : Kerajaan Allah sudah dekat padamu”.)
b. Visi Rumah Sakit Panti Nugrorho
Rumah Sakit Panti Nugroho memperjuangkan nilai-nilai
humanistik,yaitu keberpihakan kepada mereka yang sakit, dengan
semangat cinta kasih dan iman Kristiani.
c. Misi Rumah Sakit Panti Nugrorho
1. Rumah Sakit Panti Nugroho dengan tulus akan memberikan
pelayanan kesehatan secara holistik dan berkesinambunganuntuk
mengupayakan kesembuhan,disertai upaya promosi kesehatan dan
pencegahan sakit kepada masyarakat.
2. Rumah Sakit Panti Nugroho akan memberikan pelayanan
kesehatan dan pendukung lain yang terkait secara
29
memuaskan,bermutu,professionaldan terjangkau.
3. Rumah Sakit Panti Nugroho menempatkan seluruh karyawan
sebagai modal yang sangat berharga dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan pendukung lain yang terkait. Kepada mereka akan
diberikan perhatian yang sebaik baiknya berupa peningkatan
kesejahteraan,pengetahuan,ketrampilan, kenyamanan kerjadan
jenjang karier.
4. Rumah Sakit Panti Nugroho meletakkan kebersamaan sebagai
landasan bagi seluruh kegiatan pelayanan kesehatan.Untuk
itu,seluruh karyawan dituntut selalu menjalin kerjasama yang
baik,jujur,ramah dan hormat kepada pemilik / Yayasan Panti
Rapih,Unit Karya dalam Yayasan Panti Rapih, pasien, rekanan dan
semua pihak yang terkait.
d. Tujuan Rumah Sakit Panti Nugroho
1. Memberikan pelayanan kesehatan secara holistic dan
berkesinambungan agar tercapai derajat kesehatan pasien dan
masyarakat yang optimal
2. Memperjuangkan tingkat kesejahteraan karyawan dan keluarga
yang wajar.
e. Nilai Rumah Sakit Panti Nugroho :
1. RAMAH
Bersikap dan bertutur kata dengan baik, sopan dan menyenangkan
kepada Pasien, keluarga pasien, pengunjung, rekanan dan antar
karyawan.
2. SIMPATI (EMPATI)
Ikut serta menyelami perasaan orang lain disaat sakit, susah dan
senang hingga menemukan kembali kesembuhan.
3. PROFESIONAL
Mengoptimalkan pelayanan dengan senantiasa berpikir dan
bersikap serius, cepat, dan tepat sesuai standar keilmuan dan
fasilitas yang ada.
4. NETRAL
Melayani siapapun tanpa membedakan suku, agama, ras dan
golongan.
30
f. Budaya Kerja
WUCARI :
Welcome : (disambut) : Hadirkan selalu kegembiraan
saat bertemu
Understand : (dimengerti) : Cepat, tanggap dan tepat dalam
melayani
keinginan dan harapan
mereka.
Comfortable : (dinyamankan) : Berikan selalu senyum, sapa
dan sentuhan kasih.
Appreciate : (dihargai) : Libatkan mereka dalam setiap
proses pelayanan, ajak mereka
berdiskusi tentang penyakit,
terapi dan kesembuhannya
serta langkah preventif dan
promotif.
Respect : (dihormati) : Ciptakan rasa percaya bahwa
kita bisa
Important : (dipentingkan) : Mengucapkan terima kasih atas
kunjungan dan kepercayaan
yang diberikan kepada kami.
Memberikan rasa experience
bahwa mereka
dilayani dengan baik
g. Motto
Tulus Untuk Sembuh
Rumah Sakit Panti Nugroho mengoptimalkan pelayanan kesehatan
secara tulus, penuh kejujuran dan kesungguhan hati berlandaskan
cinta kasih.
31
a). Pelayanan Medis
1) Medical Check Up
2) Dokter Umum
3) Dokter Gigi
4) Dokter Spesialis/Sub-Spesialis :
Anak
Bedah
Penyakit Dalam
Kebidanan dan Kandungan
Syaraf
THT
Mata
Paru
Kulit dan Kelamin
Bedah Tulang
Rehabilitasi Medis
b). Pelayanan Penunjang
Laboratirium
X-Ray
USG
ECG
Angiografi
Echocadografi
Konsultasi Gizi
Farmasi
Fisioterapi
c). Fasilitas :
IGD 24 jam
Rawat Jalan
Rawat Inap 24 jam
Melayani 24 jam dengan pelayanan yang
memuaskan dengan didukung oleh tenaga medis dan
perawat yang profesional. Dapat memilih dokter
spesialis sesuai yang dikehendaki. Adapun dua jenis
pelayanan rawat inap kami meliputi:
1) Rawat Inap ruangan
pelayanan rawat inap pada kasus-kasus penyakit
yang memerlukan perawatan atau tindakan yang
32
membutuhkan pengawasan lebih dari 24 jam. Pasien
dapat memilih kamar atau ruangan sesuai dengan
kemampuan dan keinginan mereka. Adapun ruangan
atau bangsal di rumah sakit kami adalah :
a) Bangsal Elisabeth
Bangsal untuk perawatan kebidanan meliputi
perawatan dan penanganan kehamilan, kandungan,
melahirkan dan bayi. Bangsal ini dilengkapi dengan
fasilitas kelas I,III dan esekutif serta Ruang
Perinatal.
b) Bangsal Maria
Bangsal untuk perawatan penyakit dalam. Bangsal
ini dilengkapi dengan fasilitas kelas I,II,vip, dan
esekutif.
c) Bangsal Yacinta
Bangsal untuk perawatan penyakit umum dan anak-
anak. Bangsal ini dilengkapi degan fasilitas kelas II,
III, vip dan esekutif.
d) Bangsal Yosep
Bangsal untuk perawatan penyakit umum, bangasl
ini dilengkapi dengan fasilitas kelas I,II,dan III
e) Bangsal Lucia
Bangsal untuk perwatan bayi atau kamar bayi
Kamar Bedah
33
Gambar 3.1 Alur Rawat Jalan
Alur Rawat Inap
34
Gambar 3.2 Alur Rawat Inap
35
dengan tingkat paripurna, yang mengacu pada standar akreditasi internasional
dari JCI-USA. Akreditasi ini didapatkan setelah kunjungan penilaian dari
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Kementerian Kesehatan RI pada
Maret 2019.
Rumah Sakit Panti Nugroho telah memenuhi tingkatan sebagai rumah
sakit paripurna, yaitu sebagai berikut:
1. Sasaran keselamatan pasien rumah sakit (SKP)
2. Hak pasien dan keluarga (HPK)
3. Pendidikan pasien dan keluarga (PPK)
4. Peningkatan mutu dan keselamatan
5. Millinnium development goal’s (MDG’s)
6. Akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan (APK)
7. Assessment pasien (AP)
8. Pelayanan pasien (PP)
9. Pelayanan anesstesi dan bedah (PAB)
10. Management pengunaan obat (MPO)
11. Management komunikasi dan informasi (MKI)
12. Kualifikasi dan pendidikan staf (KPS)
13. Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
36
I. SIM-RS Rumah Sakit Panti Nugroho
Sistem informasi manajemen di rumah sakit Panti Nugroho
menggunakan system komputerisasi dengan mengaplikasikan Billing System.
System informasi rumah sakit Panti Nugroho dibuat oleh tim IT rumah sakit
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Menggunakan jaringan LAN (Local
Area Network).
Tampilan SIM RS di Rumah Sakit Panti Nugroho sesuai dengan login
dari masing-masing pegawai sehingga tampilan SIM RS akan berbeda satu
dengan yang lain, karena adanya keterbatasan akses untuk menjaga
kerahasiaan data pasien.
Manfaat SIM-RS di rumah sakit Panti Nugroho :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan, yaitu akses kecepatan data sudah cepat,
dari segi pelaporan dapat di akses dari excel, grafik, dll.
2. Menyediakan informasi untuk bahan pengambilan keputusan.
3. Dengan adanya SIM-RS dapat mengurangi biaya administrasi.
4. Meningkatkan pendapatan rumah sakit.
37
mengirimkannya kebagian farmasi, kasir, dan laporan hasil pelayanan akan
terkirim ke instalasi rekam medis untuk di olah menjadi laporan kunjungan
dan morbiditas. Bila di perlukan pencetakan hasil rekaman pelayanan dapat
dicetak di bagian rekam medis dalam bentuk formulir RMRJ-4 hasil
pemeriksaan rawat jalan.
Untuk pasien yang rawat inap, surat pengantar rawat inap dicetak di
pendaftaran rawat inap, selanjutnya pasien akan di daftarkan secara elektronik
di tempat pendaftaran rawat inap. Data pasien akan secara otomatis terekam
dalam sistem register pasien rawat inap yang dapat diakses oleh instalasi
rawat inap, selanjutnya data ini akan digunakan rawat inap untuk alokasi
pemanfaatan tempat tidur yang menghasilkan data sensus harian rawat inap
dan laporan penggunaan tempat tidur.
Sistem rekam medis elektronik di rumah sakit Panti Nugroho baru
digunakan diinstalasi rawat jalan saja sedangkan pelaksanaan sistem
informasi di rawat inap baru sebatas pendaftaran, order penunjang dan
register rawat inap yang menghasilkan informasi pemanfaatan tempat tidur
dan sensus harian di rawat inap. Sedangkan rekam medis pasien rawat inap
yang merekam pelayanan klinis (pelayanan medis dan keperawatan) di rawat
inap masih dilakukan secara manual karena masih memerlukan autentikasi
informed consent yang berbentuk formulir rekam medis kemudian discan
dan dimasukan kedalam sistem rekam medis elektronik.
38
Tinggi : 38cm, lebar: 30 cm, panjang : 30 cm
b. Meja Kerja
Didalam ruang kerja unit rekam medis RS Panti Nugroho
memiliki 8 meja kerja. Berikut ukuran meja yang ada dibagian
rekam medis RS Panti Nugroho :
1) Meja Kayu 1
Digunakan untuk kegiatan admisi pasien rawat inap.
Berukuran dengan panjang = 105cm, lebar meja= 50 cm, dan
tinggi = 74 cm.
2) Meja Kayu 2
Digunakan untuk kegiatan koding berkas rekam medis pasien
rawat inap yang menggunakan bpjs. Berukuran dengan
panjang = 105 cm, lebar meja = 50 cm, dan tinggi = 74 cm.
3) Meja Kayu 3
Digunakan untuk kegiatan informasi teknologi.Berukuran
dengan panjang = 150 cm, lebar meja = 50cm, dan tinggi =
74cm
4) Meja Kayu 4
Digunakan untuk kegiatan operator. Berukuran dengan
panjang = 105 cm, lebar meja = 50 cm, dan tinggi = 74 cm
5) Meja Kayu 5
Digunakan untuk kegiatan scan data rawat inap. Berukuran
dengan panjang = 105cm, lebar meja = 50 cm, dan tinggi =
74 cm
6) Meja Kayu 6
Digunakan untuk kegiatan koding rawat jalan dan menginput
data SIM-RS. Berukuran dengan panjang = 105 cm, lebar =
50 cm, dan tinggi = 74 cm
7) Meja Kayu 7
Digunakan untuk kegiatan menginput data SIM-RS dan
pembuatan surat keterangan. Berukuran dengan panjang =
105 cm, lebar = 50 cm, dan tinggi = 74 cm
39
c. Rak Filling
Diunit rekam medis RS Panti Nugroho memiliki 11 rak
falling. Berikut ukuran rak falling RS Panti Nugroho :
1) Rak Filling Kayu 1
Berukuran dengan panjang =300cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250 cm
2) Rak Filling Kayu 2
Berukuran dengan panjang =300 cm, lebar =75 cm, dan
tinggi =250 cm.
3) Rak Filling Kayu 3
Berukuran dengan panjang = 300 cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250 cm.
4) Rak Filling Kayu 4
Berukuran dengan panjang = 300 cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250 cm.
5) Rak Filling Kayu 5
Berukuran dengan panjang =300 cm, lebar =75 cm, dan
tinggi =250 cm.
6) Rak Filling Kayu 6
Berukuran dengan panjang = 300 cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250 cm.
7) Rak Filling Kayu 7
Berukuran dengan panjang = 300 cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250cm
8) Rak Filling Kayu 8
Berukuran dengan panjang = 300cm, lebar = 75 cm, dan
tinggi = 250cm
40
Berukuran dengan panjang =100 cm, lebar = 40 cm , dan
tinggi =178 cm.
Pendaftar P
Telp an
I
BPJS G
D
Rujukan Print
Scan IGD
Fingerprint
1 3 4 5 6 7 8
R
A
2 K
L1 SERVER
SOFA L2 9 LF
RAK XI
RAK FILLING RAK
VI FILLING VII
RAK FILLING X
RAK FILLING RAK
VII FILLING
Gambar 3.4 area kerja IX
KETERANGAN :
- NO 1: Meja untuk menginput TTPRI
- NO 2: Meja untuk edukasi kamar
- NO 3: Meja untuk mengkoding pasien rawat inap BPJS
- NO 4 : Meja untuk IT dan desain
- NO 5 : Meja untuk operator
- NO 6: Meja untuk scan
- NO 7 : Meja untuk koding rawat jalan
- NO 8 : Meja untuk input dan SKD
- NO 9 : Meja untuk Assembling
- LF : Lemari Filling
- L 1 : Lemari kebutuhan TTPRI
- L 2 : Lemari ATK
- PIGD: pendaftran IGD
42
Tabel 3.2 Sistem Reproduksi : Cerain conditions originating in the
perinatal periode (P00-P96)
Tabel 3.4 Diseases of the blood and blood-forming organs and certain disorders involving
the immune mechanism (D50-89)
43
44
45
BAB IV
PEMBAHASAN
ditetapkan oleh menteri kesehatan, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu
memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan.
Akreditasi Rumah Sakit Panti Nugroho mengikuti akreditasi versi SNARS
2018, dimana Rumah Sakit Panti Nugroho lulus akreditasi dengan tingkat
paripurna, yang mengacu pada standar akreditasi internasional dari JCI-
USA. Akreditasi ini didapatkan setelah kunjungan penilaian dari Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Kementerian Kesehatan RI pada
Maret 2019.
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan
oleh pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi
standar yang ditetapkan. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan
masyarakat bahwa rumah sakit Panti Nugroho menitikberatkan sasarannya
pada kesesuaian dengan prinsip, keselamatan pasien dan mutu pelayanan
yang berkualitas.
C. SIM-RS
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya
disingkat SIM-RS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi
yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan
Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan
merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan. Tujuan dari SIM-RS
adalah menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan
harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen,
menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan dan
menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit di RS Panti Nugroho sudah digunakan sejak
pada tahun 2010 dan dikembangkan hingga tahun 2019 ini seluruan bagian
di rumah sakit sudah menggunakan SIM-RS dan sudah terintegrasi satu
47
A. Kesimpulan
50
b. Laporan untuk kepada rumah sakit yang sesuai dengan diagnosis
utama dan sekunder.
B. Saran
1. Sebaiknya ditambahkan rak filling agar berkas rekam medis rawat inap
pasien tidak bertumpuk dilantai.
2. Sebaiknya dokumen pada rak filling ditata agar lebih rapi dan jarak
antar rak filling satu dengan yang lainnya tidak terlalu sempit, sehingga
dapat mempermudah dan mempercepat petugas filling dalam
mengambil dan mengembalikan dokumen rekam medis.
3. Mempercepat dalam pelaksanaan scaning berkas rawat inap dan rawat
jalan agar tidak menumpuk di ruang kerja rekam medis.
4. Untuk penataan ruang rekam medis sebaiknya dievaluasi agar lebih
nyaman.
5. Sebaiknya untuk pendaftaran, BPJS, dan rujukan dibuatkan tulisan
loket 1 dan dibuatkan petunjuk alur agar pasien tidak salah loket.
6. Tambahkan fingerprint dipintu masuk ruangan filling agar terjaga
kerahasian berkas rekam medis.
7. Diretur ulang untuk diganti dengan kursi yang sudah memenuhi
standar keselamatan.
51
DAFTAR PUSTAKA
Kepmenkes RI Nomor 129 tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rekam Medis
Nurmianto, E. 2004. Konsep Dasar dan Aplikasinya edisi II. Surabaya : Guna Widya
Potter dan Perry. 2009. Fundamental of Nursing 7th Edition. Missouri: St. Louis.
Rustiyanto, Ery. 2011. Manajemen Filing Rekam Medis dan Informasi Kesehatan edisi
pertama. Yogyakarta: Penerbit Politeknik Kesehatan Permata Indonesia
Rustiyanto, Ery. 2010. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang Terintegrasi.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Sabarguna, Boys. 2005. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Bandung: Amanah.
Sabarguna, Boy S. 2007. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Konsorsium
Rumah Sakit Islam Jateng-DIY
https://healthcareitnews.informatikakesehatan.net/standar-nasional-akreditasi-rumah-
sakit-snars/
52