Aris
Abstract: This paper studies regarding one aspect of the discussion about the science of motion fikhi
beneficiaries mursalah position as a source of law in the view of Imam Shafi'i. The issue is how
thinking about the position of Imam Shafi'i maslahah mursalah as a source of law. In the discussion of
its principles Fiqhi, one of the sources of law that is often disputed among scholars of usul use is
maslahah mursalah. Imam Shafi'i firmly rejected mursalah maslahah use as a source of law to argue
that Islamic law has come with all the laws that realize the benefit of all human beings, either through
the Koran and Hadith or qiyas manner to the existing case law.
garis keturunan ayahnya, Imam Syafi’i Madinah menuju Irak untuk untuk berguru
bersatu dengan keturunan Nabi Muhammad pada ulama besar di sana, antara lain Imam
saw. pada Abdul Manaf, kakek Nabi Abu Yusuf dan Imam Muhammad bin
Muhammad saw. yang ketiga, sedangkan Hasan, keduanya adalah sahabat Imam Abu
dari pihak ibunya, ia adalah cicit dari Ali Hanifah. Setelah dua tahun di Iraq, Imam
bin Abi Thalib. Dengan demikian, kedua Syafi’i melanjutkan perjalanannya ke
orang tuanya berasal dari bangsawan Arab Persia, lalu ke Hirah, Palestina dan
Quraisyh. Ramlah.4 Dari Ramlah ia kembali ke
Kedua orang tuanya meninggalkan Madinah dan tinggal di sana bersama Imam
Mekah menuju Gaza ketika ia masih dalam Malik kurang lebih 4 tahun sampai
kandungan. Tidak berapa lama setelah tiba wafatnya Imam Malik.
di Gaza, ayahnya jatuh sakit dan meninggal Imam Syafi’i kemudian pindah ke
dunia. Ia dilahirkan beberapa bulan Yaman atas undangan Abdullah bin Hasan,
kemudian dalam keadaan yatim. Setelah wali negeri Yaman. Di sana ia diangkat
Imam Syafi’i berumur dua tahun, ibunya sebagai penasehat khusus dalam urusan
membawanya pulang ke kampung asalnya, hukum, di samping sebagai seorang guru.
Mekah. Di sinilah Imam Syafi’i tumbuh Di Yaman Imam Syafi’i dituduh terlibat
dan dibesarkan. dalam aktivitas Syiah dan atas tuduhan
Pendidikan Imam Syafi’i dimulai dari tersebut dia ditangkap dan di bawa ke
belajar membaca Alquran. Dalam usia 9 Baghdad menghadap Khalifah Harun al
tahun ia sudah menghafal seluruh isi Rasyid. Setelah terbukti tidak bersalah, ia
Alquran dengan lancar. Setelah menghafal dibebaskan, bahkan khalifah merasa kagum
Alquran, ia berangkat ke dusun Badui, terhadapnya. Selama di Baghdad, Imam
Banu Hudail, untuk mempelajari bahasa Syafi’i diminta mengajar dan orang-orang
Arab yang asli dan fasih. Baghdad pun berduyun-duyun datang
Imam Syafi’i kembali ke Mekah dan belajar kepadanya.
belajar ilmu fiqhi, sampai memperoleh Selanjutnya Imam Syafi’i ke Mesir
ijazah berhak mengajar dan memberi fatwa. atas permintaan wali Mesir, Abbas bin
Selain itu, Imam Syafi’i juga mempelajari Musa. Di Mesir Imam Syafi’i menye-
berbagai cabang ilmu agama lainnya seperti lesaikan beberapa buah buku. Pikiran-
ilmu hadis dan ilmu Alquran. pikiran dan hasil ijtihadnya selama tinggal
Di samping cerdas, Imam Syafi’i juga di Mesir inilah yang dikenal sebagai qaul al
sangat tekun dan tidak kenal lelah dalam jadid (pendapat-pendapat Imam Syafi’i
belajar. Pada usia 10 tahun ia sudah yang baru).
membaca seluruh isi kitab al Muwaththa’
2. Pengetahuannya
karangan Imam Malik dan pada usia 15
tahun telah menduduki mufti di Mekah. Imam Syafi’i adalah profil ulama
Setelah menghafal seluruh isi kitab al yang memiliki pengetahuan yang sangat
Muwaththa’, Imam Syafi’i sangat berhasrat luas. Di usia 9 tahun ia sudah menghafal
untuk menemui pengarangnya, sekaligus seluruh isi Alquran dengan lancar.
memperdalam ilmu fiqhi yang amat Kemudian di usia 10 tahun ia sudah
diminatinya. Lalu dengan meminta izin membaca seluruh isi kitab al Muwaththa’
kepada gurunya di Mekah, Imam Syafi’i karangan Imam Malik.
berangkat ke Madinah, tempat Imam Malik. Imam Syafi’i mendalam bahasa Arab,
Imam Syafi’i adalah profil ulama dia mengetahui makna-makna Alquran,
yang tidak pernah puas dalam menuntut rahasia-rahasianya dan maksud-maksudnya.
ilmu. Semakin banyak ia menuntut ilmu Kalau Imam Syafi’i menafsirkan Alquran,
semakin dirasakannya banyak tidak seolah-olah dia hidup di waktu Alquran
diketahuinya. Ia kemudian meninggalkan
95 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 93 - 99
c. Al Maslahah al Tahsiniyyah (املصلحة ada dukungan dari syara’, baik secara rinci
)التحسنية, kemaslahatan yang dapat maupun secara umum. Para ulama ushul
fiqhi tidak dapat mengemukakan contoh
melengkapi kemaslahatan sebelum- pastinya. Bahkan Imam al Syatibi menga-
nya.9 takan bahwa kemaslahatan seperti ini tidak
ditemukan dalam praktek, sekalipun ada
2. Al Maslahah al Mulqah ()املصلحة امللغاة dalam teori.
Maslahah al Mulqah adalah kemasla- Kedua, al maslahah al mursalah,
hatan yang tidak bisa dipakai atau ditolak yaitu kemaslahatan yang tidak didukung
oleh syara’ sebagai alasan penentuan suatu oleh dalil syara atau nash yang rinci, tetapi
hukum. Hal yang menyebabkan tidak didukung oleh sekumpulan makna nash.11
dipakainya masla-hah tersebut ialah karena C. Kedudukan Maslahah Mursalah
adanya maslahah lain yang lebih kuat. Sebagai Sumber Hukum Menurut
Sebagai contoh ketentuan yang Imam Syafi’i
mempersamakan anak laki-laki dengan
Imam Syafi’i adalah imam mazhab
anak perempuan dalam menerima warisan
yang menolak menggunakan dalil maslahah
dengan alasan keduanya sama dekatnya
mursalah. Untuk memperkuat pendapat
hubungan terhadap orang tuanya.
tersebut, beliau mengemukakan alasan-
Kemaslahatan tersebut tidak bisa dipakai
alasan atas penolakan beliau terhadap
karena bertentangan dengan ketentuan
penggunaan dalil maslahah mursalah
syariat sebagaimana yang terdapat dal
sebagai berikut:
Alquran surah al Nisaa’(4) ayat 11 yang
1. Bahwa syariat telah datang dengan
berbunyi:
segala hukum yang merealisir semua
يوصيكم اهلل ىف اوالدكم للذكرمثل حط االنثيني kemaslahatn manusia. Kadang-kadang
dengan nash, dan kadang-kadang dengan
Terjemahnya: cara qiyas terhadap perkara yang sudah
ada hukumnya dalam nash. Oleh karena
“Allah mensyariatkan bagimu tentang itu, tidak ada maslahah mutlaqah (yang
(pembagian pusaka untuk) anak- terlepas) yang tidak dibenarkan Allah.
anakmu. Yaitu bahagian anak lelaki Dan setiap maslahah yang ada pasti
sama dengan bahagian dua orang anak sudah ada dalil yang didatangkan12
perempuan.”10 Pendapat yang tidak demikian berarti
mengingkari akan kesempurnaan dan
3. Al Maslahah al Mursalah ()املصلحةاملرسلة kelengkapan syariat Islam yang telah
Maslahah Mursalah adalah kemas- dikuatkan Allah dalam Alquran surah al
lahatan yang tidak ada ketegasan untuk Maidah (5) ayat 3 yang berbunyi:
memakainya atau menolaknya. Oleh karena
itu, maslahah ini juga dinamakan mutlak اليوم اكملت لكم دينكم وامتمت عليكم
karena tidak dibatasi dengan dalil
pengakuan atau dalil pembatalan. Contoh نعمىت ورضينت لكم االسالم دينا
kemaslahatan ini seperti mensyariatkan Terjemahnya
pengadaan penjara, mencetak mata uang, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan
pengumpulan Alquran dan yang lainnya. bagimu agamamu, dan telah Aku
Kemaslahatan dalam bentuk ini lengkapkan bagimu nikmat-Ku, dan
terbagi dua, yaitu: Aku telah rela Islam sebagai agama-
Pertama, al Maslahah al Garibah mu.”13
()املصلحة الغريبة, yaitu kemaslahatan yang asing, Oleh karena itu apabila timbul
atau kemaslahatan yang sama sekali tidak maslahah yang tidak didatangkan oleh
97 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 11, Nomor 1, Januari 2013, hlm 93 - 99
2
KEPUSTAKAAN Menurut Ahmad Asy Surbasi, bahwa
terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah
mengenai tempat kelahiran Imam Syafi’i, ada yang
Al Bary, Zakariyah Mashadir al Ahkam al mengatakan ia dilahirkan di Asqalan, ada juga yang
Islamiyyah. t.t.: t.p., 1975.Syihab, mengatakan ia dilahirkan di Yaman, akan tetapi
Umar. Hukum Islam dan pendapat yang termasyhur adalah ia dilahirkan di
Gaza. Hal ini dapat dilihat dalam bukunya Sejarah
Transformasi Pemikiran. Semarang:
dan Biografi Empat Imam Mazhab, diterjemahkan
Dina utama Semarang, t.th. oleh Drs. Sabil Huda dan Drs. H.A. Ahmadi (Cet. II;
Chalil, Moenawar. Biografi Empat Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993), h. 141-142,
Serangkai Imam Mazhab. Jakarta: 3
Lihat Moenawar Chalil, Biografi Empat
Bulan Bintang, 1994. Serangkai Imam Mazhab (Jakarta: Bulan Bintang,
1994), h. 150.
Departemen Agama RI. al Qur’an dan
4
Terjemahnya. Semarang: Toha Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,
Putra, 1989. Ensiklopedia Islam, Jilid IV (Cet. III; Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h.327
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam.
5
Ensiklopedia Islam. Jilid IV. Cet. Lihat T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-
Pokok Pegangan Imam (Semarang: PT. Pustaka
III; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Rizki Putra, 1997), h. 485, dan Moenawar Chalil,
Hoeve, 1994. op.cit., h. 152-153.
Al Ghazali, Abu Hamid. al Mustashfa min 6
Lihat Abu Hamid al Ghazali, al Mustashfa
‘Ilm al Ushul. jilid I. Beirut: Dar al min ‘Ilm al Ushul , jilid I (Beirut: Dar al Kutub al
Kutub al ‘Ilmiyyah, 1983. ‘Ilmiyyah, 1983), h. 286.
14 17
Muhammad Abu Zahrah, op.cit., Ibid., h. 283.
h. 282. 18
Zakariyah al Bary, loc.cit
15
Lihat Abu Hamid al Ghazali,
op.cit., h. 194.
16
Ibid.