Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

KEJADIAN LUAR BIASA


(KLB)

LOGO

KATA PENGANTAR

Ba’da salam dan bahagia. Semoga rahmat dan hidayah Allah S.W.T. senantiasa
tercurah kepada kita semua. Amin.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu hal yang sangat mungkin terjadi pada
suatu rumah sakit. Namun kita senantiasa berharap agar kejadian tersebut tidak
terjadi di RS Xxxx.

Buku Panduan Kejadian Luar Biasa ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
melakukan penatalaksanaan yang benar apabila terjadi suatu KLB di RS Xxxx.

Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini.

Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho dari Allah S.W.T.
Amin.

Surakarta, Februari 2013


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1

SK Direktur Tentang Pemberlakuan Buku Panduan Kejadian Luar Biasa (KLB). .2

KATA PENGANTAR.............................................................................................4

DAFTAR ISI............................................................................................................7

BAB I. DEFINISI.................................................................................................9

BAB II. RUANG LINGKUP..............................................................................12

BAB III. TATA LAKSANA …………………………………………………..13

BAB IV. DOKUMENTASI..................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN
1. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu
(Kep.Dirjen PPM & PLP No. 451 – I / PD.03.04 / 1991 Pedoman
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB);
2. Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/sekelompok masyarakat
tertentu (Mac. Mahon and Pugh, 170 Last, 1983, Benenson, 1990);
3. Peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada
tempat dan musim atau tahun yang sama (Last, 1983);
4. Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan/atau meningkatnya
suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (UU Wabah,
1969);
5. Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu (Permenkes RI Nomor 949/MENKES/SK/VII/ 2004).
BAB II
RUANG LINGKUP

Semua unit meliputi : Petugas dan Pasien di Rumah sakit Xxxx


BAB III
TATA LAKSANA

A. PENANGGULANGAN KLB
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu pencegahan dan
penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk
mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang
sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang
cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru
dari penyakit-penakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai
upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan
analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh Tim
Epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular serta Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 560 tahun
1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari
24 jam. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa
wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular di masyarakat,
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah
Kejadian Luar Biasa (KLB ) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian
wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit
didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali
KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A. 2003).
Badan Litbangkes bekerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu
sistem surveilans dengan menggunakan Tehnologi Informasi (Computerize)
yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS).
Yaitu suatu system jaringan informasi yang menggunakan internet yang
bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu
daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan
Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penebaran kasus
dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit
dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWOR telah
berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah,
gejala / karakteristik penyakit, tempat / lokasi, dan waktu kejadian dari
seluruh Rumah Sakit DATI II di Indonesia ( Sidemen A. 2003 )
a. Pelaksanaan SKD
Inti dari kegiatan SKD adalah survelans, dimana kegiatannya
mencakup : Pengumpulan data, pengolahan, analisa data dan
penyebarluasan informasi.
1. Surveilans Epidemiologi Rutin
Biasanya dikumpulkan oleh semua unit pelayanan kesehatan
sehingga idealnya wabah bisa terdeteksi oleh jenjang pelayanan yang
terkecil. Kriteria nilai ambang epidemik perlu ditetapkan, sehingga unit
pelayanan kesehatan di bawah tahu persis kapan harus lapor segera
tentang adanya kejadian penyakit.
2. Surveilans Epidemiologi aktif
 Pencarian kasus – kasus tertentu secara tuntas
 Pengaturan permanen diperlukan agar kasus yang dicurigai dapat segera
diselidiki lebih lanjut, dan harus dinilai dengan selang waktu tertentu
melalui pemeriksaan kasus, laboratorium atau reservoir bila ada.
 Penting di daerah dimana dimungkinkan tingkat kekebalan petugas
menurun, atau adanya serangga penular yang berperan.
3. Surveilans Epidemiologi Mobile / Lapangan
 Lazim dikenal sebagai penyelidikan epidemiologi
 Pencarian kasus – kasus tambahan
 Sifat – sifat penyebab
 Faktor yang mempengaruhi kejadian
 Tindakan seperlunya
B. INVESTIGASI KLB
Tujuan dalam proses investigasi KLB antara lain :
1. Evaluasi awal dan verifikasi situasi
2. Penemuan dan identifikasi kasus
3. Mencari sumber penularan dan cara transmisi
4. Menetapkan penyebab paling mungkin
5. Mengupayakan pemutusan rantai penyebaran
6. Mencegah terulangnya kejadian serupa
7. Menyusun dan mendistribusi laporan tertulis.
1. Investigasi KLB
Pada tahap ini yang perlu dilakukan antara lain :
1. Melakukan upaya pengendalian dini
2. Mencari kemungkinan kasus lain
3. Evaluasi masalah, menyusun analisis sementara
4. Melakukan perubahan kebijakan / prosedur sesuai keperluan
5. Melakukan kultur biologik sumber yang dicurigai
6. Memantau kebersihan upaya pengendalian
7. Membuat laporan tertulis
a. Persiapan – persiapan yang harus dilakukan pada tahap
investigasi adalah :
1. Membentuk TIM Investigasi KLB
 Komite PPI / TIM KLB dan para ahli mempersiapkan
langkah investigasi
 Mempelajari referensi / literatur terkait KLB yang terjadi
 Konsultasi dengan nara sumber / ahli terkait
 Menganalisa masalah
 Konsultasi dengan laboratorium ( jenis spesimen, biaya
pemeriksaan)
 Penyediaan sarana yang dibutuhkan ( laptop, kamera, dll )
2. Membentuk TIM pengendali KLB
a. Mengambil orang – orang dari unit masing – masing
sebagai TIM pengendali KLB antara lain :
 Komite PPIRS, Tim PPI, dan unit terkait
 Direktur pelayanan medik dan keperawatan
 Komite Medik, Komite Keselamatan, Komite Mutu
 Nara sumber / ahli / konsultan penyakit infeksi atau yang
terkait
 Narasumber / ahli / konsultan Pemeriksaan Laboratorium
 Bidang Keperawatan
 Unit terkait, Sanitasi Lingkungan, ISP, Tehnik dan
lainnya
b. Tentukan siapa Penanggung Jawab dan Pemimpin Tim
Investigasi
 Siapa Penanggung Jawab pelaksanaan investigasi di
lapangan
 Bagaimana pendanaan
 Siapa yang berwenang menghentikan pelayanan dan
membuka kembali
 Siapa yang ditugaskan dan berwenang menyampaikan
informasi ke media elektronik / media ceak jika
diperlukan
3. Melakukan evaluasi awal
a. Tujuan untuk analisis cepat situasi, menentukan
masalahnya
b. Verifikasi kasus :
* Telusuri hasil lab, rekam medik, status klinis pasien
* Diskusi dengan dokter yang merawat / DPJP
c. Evaluasi Besaran masalah ;
* Apakah yang terkena banyak? , berpotensi semakin
banyak ?
* Morbiditas dan mortalitas tinggi ?
* Tentukan dasar menetapkan luas investigasi
d. Kaji ulang ke belakang ( restrospektif ) ;
* Data surveilans sebeum kejadian
* Laporan Lab dan Medik cari kemungkinan kasus serupa
e. Membuat daftar line – listing kasus ;
* Nama , No RM, umur, jenis kelamin, ruangan, tanggal
terjadi, jenis terapi, tindakan operasi, tanggal
pemeriksaan, hasil lab
f. Kaji ulang informasi yang ada
g. Tetapkan apa benar ada masalah

b. Langkah – langkah penyidikan / Investigasi KLB


1. Kriteria Diagnosis jelas
2. Definisi kasus seragam
3. Konfirmasi kejadian KLB
4. Analisis secara epidemiologis deskriptif
5. Buat hipotesa / dugaan / asumsi
6. Uji hipotesa / pembuktian asumsi
7. Pengawasan sumber penularan yang dicurigai
8. Monitor dan evaluasi keberhasilan upaya pencegahan
9. Membuat dan mendistribusikan laporan
PENJELASAN :
1. Diagnosis jelas ;
 Apakah benar terjadi infeksi ? Diagnosis sudah tepat ?
 Nilai kembali gejala klinik; onset, lama gejala, tindakan
perawatan, pemakaian alat invasif
 Pelajari hasil kultur spesimen sumber yang dicurigai
 Anamnesis pasien mengenai kemungkinan sebab, cara
transmisi, kondisi lain yang mirip
 Pastikan dengan pihak laboratorium peningkatan infeksi
bukan karena kekeliruan di laboratorium
2. Definisi Kasus
 Susun kriteria klinis dan laboratorium
 Bedakan menurut :
- Waktu : terjadi KLB, lama pajanan, satu sumber atau
beberapa sumber terus menerus
- Tempat : ruang perawatan, mengumpul / klaster,
menyebar
- Orang : karakteristik kasus ( penyakit, tindakan, faktor
resiko )
 Diperlukan dukungan data laboratorium khususnya kultur
 Perlu diterapkan secara konsisten, terhadap semua kasus
yang dicurigai
Kriteria Kasus
 Konfirm / pasti :
- Gejala klinis sesuai kriteria yang ditetapkan, hasil
laboratoriun mendukung / ada
 Probable / kemungkinan ;
- Gejala klinis sesuai criteria yang ditetapkan TETAPI
hasil laboratorium tidak mendukung / tidak ada
 Possible / dicurigai / diperkirakan ;
- Hanya berdasarkan beberapa gejala klinik
3. Konfirmasi KLB
 Apakah benar terjadi KLB ? bandingkan dengan data
surveilans sebelumnya.
 Tetapkan telah terjadi KLB :
- Bandingkan angka kejadian baru dengan data surveilans
 terjadi peningkatan
 Identifikasi kasus ;
- Menetapkan kasus yang mengalami infeksi berdasarkan
definisi kasus yang ditetapkan ( hasil laboratorium,
catatan rekam medik, angka kematian, angka
kesakitan )
Kultur ( Biakan ) Biologik
 Pemeriksaan perlu dilakukan terhadap individu dengan
faktor resiko  dokter, perawat, petugas kebersihan,
keluarga.
 Melakukan pemeriksaan biakan setiap sumber yang diduga
penyebab infeksi  cairan, alat medis, lingkungan, sumber
air.
4. Analisa Epidemiologik deskriptif
 Identifikasi informasi :
- Pelajari ulang rekam medik jika timbul pertanyaan
- Pelajari data hasil laboratorium
- Pastikan tidak ada duplikasi data
- Tentukan pemetaan lokasi / area KLB
 Data demografi
- Tentukan karakteristik kasus untuk tetapkan populasi
beresiko
 Hitung rate / laju angka infeksi
Attack rate : ___jumlah kasus____ x 100%
Jumlah pasien beresiko
5. Buat Hipotesis / asumsi / perkiraan
 Asumsi berdasarkan ;
- Sumber penularan
- Cara transmisi
- Pajanan yang menyebabkan infeksi
 Buat daftar pertanyaan yang perlu dicari jawabannya ;
- Sumber infeksi ?
- Cara penyebaran ?
- Penyebab penyebaran ? KLB
- Besar masalah ?
- Penyebab terjadi ?
6. Pembuktian hipotesis / asumsi
a. Sebagian besar investigasi KLB umumnya tidak sampai
tahapan terbukti  perlu pemeriksaan molekuler, genetik,
peralatan canggih.
b. Beberapa yang perlu diteliti lebih lanjut ;
Angka kematian tinggi / diduga akibat produk tercemar
c. Tetapkan sumber penyebaran dan cara transmisi yang
paling mungkin
d. Tentukan apa yang harus dilakukan selanjutnya
e. Berapa lama pemantauan / penyelidikan harus dilakukan ?
7. Pengawasan Sumber
 Segera lakukan pencegahan
- Memutus rantai penyebaran
- Menghilangkan agen penyebab infeksi
- Menghilangkan sumber atau reservoir agen penyebab
 Pengawasan jangka pendek mengatasi segera KLB
 Pengawasan jangka panjang agar tidak terulang kembali
Upaya Pengendalian Sumber
 Transmisi silang ( kontak ):
- Isolasi pasien dan terapkan kewaspadaan transmisi
 Transmisi melalui tangan :
- Kebersihan tangan dan APD, kebersihan lingkungan
 Penyebaran udara / airbone :
- Isolasi pasien di ruangan khusus dengan ventilasi
negatif, terapkan kewaspadaan transmisi
 Penyebaran melalui air :
- periksa sumber air, peralatan penampungan air
 Penyebaran melalui makanan :
- Periksa kualitas pelayanan gizi / dapur susu
8. Komunikasi, Laporan, Penyebaran
1. Melaporkan ke Direktur / pimpinan Rumah Sakit
2. Koordinasi dengan Tim Ahli Penyakit Infeksi / IPCO
3. Memberitahu Kepala Laboratorium / Mikrobiologi
4. Bila KLB bertambah banyak, memberitahu Unit
Pelayanan :
- Ruang rawat, Poli Rawat Jalan
- Ambulans, Klinik Swasta, Puskesmas
5. Mengadakan pertemuan dengan media jika perlu
Bentuk laporan
1. Laporan harian dan laporan perkembangan KLB
2. Laporan kurva epidemik dan area yang terpajan
3. Laporan penderita terinfeksi dan perkembangan faktor
resiko potensial
4. Hipotesa mengenai sumber infeksi dan cara penularan
5. Buat studi kasus – kontrol bila memungkinkan
6. Review laporan yang lampau dan terbaru
7. Pengawasan efektif dengan melanjutkan surveilans harian
untuk kasus baru
C. PERSIAPAN PENELITIAN LAPANGAN
Dikerjakan secepat mungkin dalam 24 jam pertama sesudah
adanya informasi.
Persiapan penelitian lapangan meliputi :
1. Pemantapan (konfirmasi) informasi. Yang meliputi ; Asal
informasi adanya KLB, gambaran tentang penyakit yang
sedang berjangkit, keadaan tempat KLB terjadi.
2. Pembuatan rencana kerja ( rencana penyidikan / proposal )
yang minimal berisi :
 Tujuan penyidikan KLB ; memastikan diagnosis penyakit,
menetapkan KLB, menentukan sumber dan cara penularan,
mengetahui keadaan penyebab KLB.
 Definisi kasus awal ( arahan pada pencarian kasus )
 Hipotesis awal mengenai agent penyebab ( penyakit ) , cara
dan sumber penularan.
 Macam dan sumber daya yang diperlukan
 Sarana dan tenaga yang diperlukan
3. Pertemuan tim KLB dengan unit terkait
 Membicarakan rencana dan pelaksanaan penyidikan KLB
 Kelengkapan sarana dan tenaga
 Memperoleh ijin

D. PEMASTIAN DIAGNOSIS PENYAKIT DAN PENETAPAN KLB


1. Pemastian diagnosis penyakit dengan cara :
 Mencocokkan gejala penyakit yang terjadi pada individu
 Menyusun distribusi frekuensi gejala klinisnya
Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda – tanda dan
gejala yang ada pada kasus adalah sebagai berikut ;
 Buat daftar gejala yang ada pada kasus
 Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut
 Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya
Contoh kasus :
KLB dengan jumlah kasus 50 orang, diketahui kasus dengan
gejala panas 50 orang , nyeri sendi 48 orang, diare 45 orang.
Distribusi gejala klinis adalah sebagai berikut :
No Gejala Klinis Jumlah Kasus Frekuensi (%)
.
1. panas 50 100
2. Nyeri sendi 48 96
3. Diare 45 90

2. Penetapan KLB
 Dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang
tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan
biasa ( endemic ), pada populasi yang dianggap beresiko,
pada tempat dan waktu tertentu.
 Dengan pola maksimum dan minimum 5 tahunan atau 3
tahunan
 Membandingkan frekuensi penyakit pada tahun yang sama
bulan berbeda atau bulan yang sama tahun berbeda.
Petunjuk penetapan KLB :
a. Angka kesakitan / kematian suatu penyakit menular disuatu
unit menunjukkan kanaikan 3 kali atau lebih selama tiga
minggu berturut – turut atau lebih.
b. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit
menular di suatu unit, menunjukkan kenaikan dua kali lipat
atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata – rata
sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular
yang sama di unit tersebut.
c. Angka rata – rata bulanan selama satu tahun dari pederita –
penderita baru dari suatu penyakit menular di suatu unit,
menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila
dibandingkan dengan angka rata – rata bulanan dalam
tahun sebelumnya dari penyakit yang sama di unit yang
sama pula.
d. Case fatality rate suatu penyakit menular tertentu dalam
satu bulan di suatu unit menunjukkan suatu kenaikan 50%
atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama
dalam bulan yang lalu di unit tersebut.
e. Proporsonal rate penderita baru dari suatu penyakit
menular dalam waktu satu bulan dibandingkan dengan
proportional rate penderita baru dari penyakit menular
yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun
yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali lipat.
f. Khusus untuk penyakit – penyakit cholera, cacar, Pes,
DHF/DSS :
 Setiap peningkatan jumlah penderita – penderita
penyakit tersebut diatas, di suatu daerah endemis yang
sesuai dengan ketentuan – ketentuan di atas
 Terdapatnya satu atau lebih penderita / kematian karena
penyakit tersebut diatas, di suatu kecamatan yang telah
bebas dari penyakit – penyakit tersebut. Paling sedikit
bebas selama 4 minggu berturut – turut.
g. Apabila kesakitan / kematian oleh keracunan yang timbul
di suatu kelompok masyarakat
h. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang
sbelumnya tidak ada / dikenal

E. IDENTIFIKASI KASUS ATAU PAPARAN


 Identifikasi kasus
1. Untuk membuat perhitungan kasus dengan teliti
2. Hasil perhitungan kasus ini digunkan selanjutnya untuk
mendeskripsikan KLB berdasarkan waktu, tempat, dan
orang dengan lebih teliti
 Identifikasi paparan
1. Arahan untuk identifikasi sumber penularan
2. Identifikasi paparan ini selanjutnya dapat dipakai
sebagai arahan untuk identifikasi sumber penularan
yang lebih spesifik ( tingkat resiko penularan ) atau
untuk membantu penegakan diagnosis penyakit.

F. PENANGGULANGAN SEMENTARA
Penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau diperlukan
sebelum semua tahap penidikan di lampaui.
Kecepatan keputusan cara penanggulangan sangat tergantung dri
diketahuinya etiologi penyakit sumber dan cara penularannya
( Goodman, et. al 1990 )

G. IDENTIFIKASI SUMBER PENULARAN DAN KEADAAN


PENYEBAB KLB
1. Identifikasi sumber penularan
Mengetahui sumber dan cara :
Membuktikan adanya agent pada sumber penularan secara
laboratorium atau adanya hubungan secara statistic antara kasus
dan pemaparan ( Mac Mohan and Pugh. 1970; CDC, 1979 )
Menurut Mac Mohan and pugh; CDC dan Kesley, penentuan
dugaan sumber dan cara penularan penyakit dianggap baik jka :
 Ditemukan agent yang sama antara sumber infeksi dan
penderita
 Terdapat perbedaan angka serangan ( attack rate ) yang
bermakna antara orang – orang yang terpapar dan yang
tidak terhadap sumber penularan
 Tidak ada cara lain pada semua kasus, atau cara penularan
lain tidak dapat menerangkan distribusi umur waktu dan
geografis pada semua kasus
2. Identifikasi keadaan penyebab KLB
Secara umum keadaan penyebab KLB adalah : Perubahan
keseimbangan dari agent, penjamu, dan lingkungan yang dapat
terjadi oleh karena :
a. Kenaikan jumlah atau virulensi oleh agent
b. Adanya agent penyebab baru atau yang sebelumnya tidak
ada
c. Keadaan yang mempermudah penularan penyakit
d. Perubahan imunitas penduduk terhadap agent yang
pathogen, lingkungan dan kebiasaan penduduk yang
berpeluang untuk terjadinya pemaparan

H. KEWAJIBAN MANAJEMEN
1. Menyediakan ruangan isolasi
2. Menetapkan standart isolasi yang diperlukan dan menginstruksikan
ke seluruh petugas Rumah Sakit
3. Menyediakan tambahan tenaga sesuai kebutuhan termasuk petugas
kebersihan, laundry, ISP, Laboratorium
4. Menyediakan tambahan tenaga administrasi, operator telepon,
peralatan komputer sesuai keperluan
5. Menyediakan tambahan dana yang dibutuhkan untuk kultur
mikrobiologik

I. PENGAWASAN OLEH MANAJEMEN RUMAH SAKIT


1. Pengawasan penerapan peraturan isolasi
2. Menyediakan imunisasi bagi petugas kesehatan jika diperlukan
3. Menetapkan indikasi di rawat dan dirujuk
4. Mengatur jadwal pertemuan rutin Tim Investigasi
5. Melakukan evaluasi langkah pengawaan

J. KLB OLEH TIM INVESTIGASI


 Jika KLB telah berakhir maka segera umumkan ke semua pihak
yang terkait
 Pada akhir tatalaksana KLB ; Buat laporan lengkap ke Direktur
RS dan pihak terkait lainnya.
H. PENYUSUNAN REKOMENDASI
1. Tujuan utama penyidikan KLB adalah merumuskan tindakan
untuk mengakhiri KLB pada situasi yang dihadapi
( penanggulangan ) dan mencegah terulangnya KLB dimasa
mendatang ( pengendalian )
2. Tindakan penanggulangan KLB didasari atas diketahuinya :
etiologis, sumber, dan cara penularan.

I. PENYUSUNAN LAPORAN KLB


Laporan penyidikan KLB hendaknya berisi :
1. Latar Belakang
2. Riwayat kejadian KLB
3. Metode Penyidikan
4. Analisis data
5. Pembahasan
6. Kesimpulan
7. Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai