LOGO
KATA PENGANTAR
Ba’da salam dan bahagia. Semoga rahmat dan hidayah Allah S.W.T. senantiasa
tercurah kepada kita semua. Amin.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu hal yang sangat mungkin terjadi pada
suatu rumah sakit. Namun kita senantiasa berharap agar kejadian tersebut tidak
terjadi di RS Xxxx.
Buku Panduan Kejadian Luar Biasa ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
melakukan penatalaksanaan yang benar apabila terjadi suatu KLB di RS Xxxx.
Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini.
Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho dari Allah S.W.T.
Amin.
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................4
DAFTAR ISI............................................................................................................7
BAB I. DEFINISI.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
DEFINISI
A. PENGERTIAN
1. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu
(Kep.Dirjen PPM & PLP No. 451 – I / PD.03.04 / 1991 Pedoman
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB);
2. Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/sekelompok masyarakat
tertentu (Mac. Mahon and Pugh, 170 Last, 1983, Benenson, 1990);
3. Peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada
tempat dan musim atau tahun yang sama (Last, 1983);
4. Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan/atau meningkatnya
suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (UU Wabah,
1969);
5. Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu (Permenkes RI Nomor 949/MENKES/SK/VII/ 2004).
BAB II
RUANG LINGKUP
A. PENANGGULANGAN KLB
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu pencegahan dan
penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk
mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang
sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang
cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru
dari penyakit-penakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai
upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan
analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh Tim
Epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular serta Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 560 tahun
1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari
24 jam. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa
wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular di masyarakat,
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah
Kejadian Luar Biasa (KLB ) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian
wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit
didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali
KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A. 2003).
Badan Litbangkes bekerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu
sistem surveilans dengan menggunakan Tehnologi Informasi (Computerize)
yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS).
Yaitu suatu system jaringan informasi yang menggunakan internet yang
bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu
daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan
Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penebaran kasus
dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit
dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWOR telah
berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah,
gejala / karakteristik penyakit, tempat / lokasi, dan waktu kejadian dari
seluruh Rumah Sakit DATI II di Indonesia ( Sidemen A. 2003 )
a. Pelaksanaan SKD
Inti dari kegiatan SKD adalah survelans, dimana kegiatannya
mencakup : Pengumpulan data, pengolahan, analisa data dan
penyebarluasan informasi.
1. Surveilans Epidemiologi Rutin
Biasanya dikumpulkan oleh semua unit pelayanan kesehatan
sehingga idealnya wabah bisa terdeteksi oleh jenjang pelayanan yang
terkecil. Kriteria nilai ambang epidemik perlu ditetapkan, sehingga unit
pelayanan kesehatan di bawah tahu persis kapan harus lapor segera
tentang adanya kejadian penyakit.
2. Surveilans Epidemiologi aktif
Pencarian kasus – kasus tertentu secara tuntas
Pengaturan permanen diperlukan agar kasus yang dicurigai dapat segera
diselidiki lebih lanjut, dan harus dinilai dengan selang waktu tertentu
melalui pemeriksaan kasus, laboratorium atau reservoir bila ada.
Penting di daerah dimana dimungkinkan tingkat kekebalan petugas
menurun, atau adanya serangga penular yang berperan.
3. Surveilans Epidemiologi Mobile / Lapangan
Lazim dikenal sebagai penyelidikan epidemiologi
Pencarian kasus – kasus tambahan
Sifat – sifat penyebab
Faktor yang mempengaruhi kejadian
Tindakan seperlunya
B. INVESTIGASI KLB
Tujuan dalam proses investigasi KLB antara lain :
1. Evaluasi awal dan verifikasi situasi
2. Penemuan dan identifikasi kasus
3. Mencari sumber penularan dan cara transmisi
4. Menetapkan penyebab paling mungkin
5. Mengupayakan pemutusan rantai penyebaran
6. Mencegah terulangnya kejadian serupa
7. Menyusun dan mendistribusi laporan tertulis.
1. Investigasi KLB
Pada tahap ini yang perlu dilakukan antara lain :
1. Melakukan upaya pengendalian dini
2. Mencari kemungkinan kasus lain
3. Evaluasi masalah, menyusun analisis sementara
4. Melakukan perubahan kebijakan / prosedur sesuai keperluan
5. Melakukan kultur biologik sumber yang dicurigai
6. Memantau kebersihan upaya pengendalian
7. Membuat laporan tertulis
a. Persiapan – persiapan yang harus dilakukan pada tahap
investigasi adalah :
1. Membentuk TIM Investigasi KLB
Komite PPI / TIM KLB dan para ahli mempersiapkan
langkah investigasi
Mempelajari referensi / literatur terkait KLB yang terjadi
Konsultasi dengan nara sumber / ahli terkait
Menganalisa masalah
Konsultasi dengan laboratorium ( jenis spesimen, biaya
pemeriksaan)
Penyediaan sarana yang dibutuhkan ( laptop, kamera, dll )
2. Membentuk TIM pengendali KLB
a. Mengambil orang – orang dari unit masing – masing
sebagai TIM pengendali KLB antara lain :
Komite PPIRS, Tim PPI, dan unit terkait
Direktur pelayanan medik dan keperawatan
Komite Medik, Komite Keselamatan, Komite Mutu
Nara sumber / ahli / konsultan penyakit infeksi atau yang
terkait
Narasumber / ahli / konsultan Pemeriksaan Laboratorium
Bidang Keperawatan
Unit terkait, Sanitasi Lingkungan, ISP, Tehnik dan
lainnya
b. Tentukan siapa Penanggung Jawab dan Pemimpin Tim
Investigasi
Siapa Penanggung Jawab pelaksanaan investigasi di
lapangan
Bagaimana pendanaan
Siapa yang berwenang menghentikan pelayanan dan
membuka kembali
Siapa yang ditugaskan dan berwenang menyampaikan
informasi ke media elektronik / media ceak jika
diperlukan
3. Melakukan evaluasi awal
a. Tujuan untuk analisis cepat situasi, menentukan
masalahnya
b. Verifikasi kasus :
* Telusuri hasil lab, rekam medik, status klinis pasien
* Diskusi dengan dokter yang merawat / DPJP
c. Evaluasi Besaran masalah ;
* Apakah yang terkena banyak? , berpotensi semakin
banyak ?
* Morbiditas dan mortalitas tinggi ?
* Tentukan dasar menetapkan luas investigasi
d. Kaji ulang ke belakang ( restrospektif ) ;
* Data surveilans sebeum kejadian
* Laporan Lab dan Medik cari kemungkinan kasus serupa
e. Membuat daftar line – listing kasus ;
* Nama , No RM, umur, jenis kelamin, ruangan, tanggal
terjadi, jenis terapi, tindakan operasi, tanggal
pemeriksaan, hasil lab
f. Kaji ulang informasi yang ada
g. Tetapkan apa benar ada masalah
2. Penetapan KLB
Dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang
tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan
biasa ( endemic ), pada populasi yang dianggap beresiko,
pada tempat dan waktu tertentu.
Dengan pola maksimum dan minimum 5 tahunan atau 3
tahunan
Membandingkan frekuensi penyakit pada tahun yang sama
bulan berbeda atau bulan yang sama tahun berbeda.
Petunjuk penetapan KLB :
a. Angka kesakitan / kematian suatu penyakit menular disuatu
unit menunjukkan kanaikan 3 kali atau lebih selama tiga
minggu berturut – turut atau lebih.
b. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit
menular di suatu unit, menunjukkan kenaikan dua kali lipat
atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata – rata
sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular
yang sama di unit tersebut.
c. Angka rata – rata bulanan selama satu tahun dari pederita –
penderita baru dari suatu penyakit menular di suatu unit,
menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila
dibandingkan dengan angka rata – rata bulanan dalam
tahun sebelumnya dari penyakit yang sama di unit yang
sama pula.
d. Case fatality rate suatu penyakit menular tertentu dalam
satu bulan di suatu unit menunjukkan suatu kenaikan 50%
atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama
dalam bulan yang lalu di unit tersebut.
e. Proporsonal rate penderita baru dari suatu penyakit
menular dalam waktu satu bulan dibandingkan dengan
proportional rate penderita baru dari penyakit menular
yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun
yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali lipat.
f. Khusus untuk penyakit – penyakit cholera, cacar, Pes,
DHF/DSS :
Setiap peningkatan jumlah penderita – penderita
penyakit tersebut diatas, di suatu daerah endemis yang
sesuai dengan ketentuan – ketentuan di atas
Terdapatnya satu atau lebih penderita / kematian karena
penyakit tersebut diatas, di suatu kecamatan yang telah
bebas dari penyakit – penyakit tersebut. Paling sedikit
bebas selama 4 minggu berturut – turut.
g. Apabila kesakitan / kematian oleh keracunan yang timbul
di suatu kelompok masyarakat
h. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang
sbelumnya tidak ada / dikenal
F. PENANGGULANGAN SEMENTARA
Penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau diperlukan
sebelum semua tahap penidikan di lampaui.
Kecepatan keputusan cara penanggulangan sangat tergantung dri
diketahuinya etiologi penyakit sumber dan cara penularannya
( Goodman, et. al 1990 )
H. KEWAJIBAN MANAJEMEN
1. Menyediakan ruangan isolasi
2. Menetapkan standart isolasi yang diperlukan dan menginstruksikan
ke seluruh petugas Rumah Sakit
3. Menyediakan tambahan tenaga sesuai kebutuhan termasuk petugas
kebersihan, laundry, ISP, Laboratorium
4. Menyediakan tambahan tenaga administrasi, operator telepon,
peralatan komputer sesuai keperluan
5. Menyediakan tambahan dana yang dibutuhkan untuk kultur
mikrobiologik