Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH JEMAAT GMIM “GOLGOTA” TONDANGOW

WILAYAH TOMOHON IV

MATA KULIAH :

SEJARAH GEREJA INDONESIA (KAMIS, 11.00-12.45)

DOSEN:

DR. EVI STANS EVLIN TUMIWA, M.TH

NAMA :

CHRISTHANIA VITRISYA VANESA YAHYA

NIM :

201941008

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS TEOLOGI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan “Sejarah Jemaat GMIM Golgota Tondangow” tepat

pada waktunya. Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Gereja

Indonesia.

Selama proses pembuatan makalah, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari beberapa

pihak. Karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Pdt. Dr. Evi Stans Evlin Tumiwa,

M.Th selaku dosen mata kuliah Sejarah Gereja Indonesia, Badan Pekerja Majelis Jemaat GMIM Golgota

Tondangow, orang tua, serta semua pihak yang boleh terlibat dalam pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna sehingga kritik, saran dan tanggapan dari

para pembaca diharapkan boleh disampaikan sehingga menjadi bahan pembelajaran. Semoga laporan ini

pula dapat memberi manfaat bagi berbgai pihak.

Tomohon, 31 Mei 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. 2

A. SEJARAH KELUARAHAN TONDANGOW …………………………………..... 3

A.1 Situasi dan Kondisi rakyat Minahasa menjelang abad 18 ……………. 3

A.2 Berdirinya Kelurahan Tondangow ........................................................... 3

A.3 Nama-nama Hukum Tua Tondangow …………………………………. 7

B. SEJARAH JEMAAT GMIM TONDANGOW .............................................. 8

LAMPIRAN

2
A. SEJARAH KELURAHAN TONDANGOW

A.1 Situasi dan Kondisi rakyat Minahasa menjelang abad 18

Dikala Minahasa sedang dikuasai oleh company Hindia-Belanda yang pada waktu itu dipimpin

oleh seorang Residen George Fredrik Durr. Pemerintah Belanda menciptakan berbagai tekanan

kepada penduduk Minahasa untuk memproduksi beras demi kepentingan pasukan Belanda.

Sementara itu sedang terjadi perang antara rakyat Minahasa yang bersekongkol dengan tentara

Ternate, Spanyol, dan BolaangMongondow melawan Belanda. Rakyat Minahasa dibawah

pimpinan Tonaas Supit, Paat dan Lontoh banyak mengalami penderitaan/kekalahan dan

kerugian materi, yang paling tragis adalah ketika terjadi perang antara Walak 1 dengan Walak

akibat adanya taktik adu domba yang dilancarkan oleh VOC. Dengan situasi yang demikian,

company menempatkan di Manado seorang Residen sebagai pendamai, yaitu Residen Schier

Steip.

A.2 Berdirinya Kelurahan Tondangow

Pada mulanya ada 4 orang yang berburu kelelawar di malam hari di sekitar Danau Linow.

Orang-orang ini datang dari Sarongsong. Mereka merasa tempat itu adalah tempat yang sangat

bagus untuk dijadikan pemukiman. Setelah selesai berburu, mereka kembali ke Sarongsong dan

menceritakan tempat itu kepada keluarga dan rekan-rekan mereka.

Pada tahun 1785 datanglah dari Ibukota Walak Sarongsong, rombongan keluarga yang

dipimpin oleh Tonaas Mandey; untuk membangun pemukiman di perbatasan dengan Desa
1
Walak menurut KBBI berarti golongan bangsawan suu Buton yang berasal dari pembantu raja. Sedangkan
pengertian Walak menurut kamus bahasa Tontemboan yang dikutip Prof. G. A. Wilken tahun 1912 dapat berarti:
cabang keturunan, rombongan penduduk, bahagian penduduk, atau kediaman cabang keturunan. Dari dua arti itu
dapat ditarikkesimpulan bahwa Walak itu seperti rombongan penduduk/suku.

3
Kasuratan, Kecamatan Romboken. Dalam perjalanan tersebut, ketika matahari sudah hampir

terbenam ternyata mereka masih di tengah jalan sehingga Tonaas Mandey meminta rombongan

untuk berjalan lebih cepat lagi; “zangow, zangow, zangow” kata Tonaas Mandey berkali-kali.

Maksud kata “zangow” adalah melangkah panjang-panjang, agar mereka segera tiba di tempat

tujuan mereka untuk mendirikan perkampungan. Setelah tiba di tempat tujuannya maka di situlah

dan saat itulah mereka menyepakati untuk menamakan negeri barunya yaitu “TOU ZANGOW”

sebab penduduknya telah berjalan bergesa-gesa dengan langkah kaki yang panjang-panjang.

Ternyata dari nama Tondangow ini memiliki bebetrapa versi.

Nama TONDANGOW dalam versi lainnya berasal dari kata “LIMANGOW” atau

“ZIMOU” karena orang-orang itu telah berjalan jauh. LIMANGOW ini juga berarti melebar atau

sejenis pohon yang dinamai ANGOW, yang ketika itu tumbuh dengan rindangnya di pemukiman

tersebut.

Lokasi pemukiman Tondangow yang pertama berada di bukit yang dinamai (hingga kini)

“TONDANGOW”. Dari pemukiman ini danau Linow sudah dapat dilihat (tembo), karena berada

di bagian bawah. Luas wilayah Tondangow saat itu sampai di Kasuratan dan mencakup sebagain

Danau Linow yang menjadi sumber mata pencaharian utama penduduk Tondangow saat itu.

Ikan-ikan yang ditangkap penduduk di Danau Linow adalah komo, sayok potot, sayok lambot,

lumolontik, limunus, dan lainnya yang konon tidak ada di tempat lain, hanya menjadi khas danau

itu. Komo biasanya dibuat pepes/woku juga bisa dibuat perkedel (itu sangat enak). Akan tetapi,

karena pemukiman di bukit Tondangow tidak strategis, dimana pemukimannya tidak dapat

4
meluas, serta mengalami kesulitan air bersih, lagipula banyak sumber air belerang di dekatnya 2,

maka Tonaas Mandey membawa rombongan penduduk pindah ke arah selatan.

Versi lain asal tercetusnya “ZANGOW” bersumber ketika kejadian pemindahan tersebut.

Dituturkan bahwa sebelum pemilihan ini terjadi, pada malam hari mereka melihat seperti lampu

di arah selatan yang sangat indah dipandang. Cahaya seperti lampu itu tepat berada di tengah

yaitu di Tondangow sekarang. Setelah diteliti ternyata itulah yang disebut kayu SOLO (kayu

Damar).

Gambar 1.1, Pohon Damar (Wikipedia, 2021)3

Dikatakan juga bahwa ketika mereka berpindah karena sudah malam maka Tonaas

Mandey mematok kayu Damar yang dipegangnya untuk membuat pondok berada di tengah-

2
Diktakan bahwa Danau Linow merupakan kawah alam yang dihasilkan dari letusan gunung berapi 500ribu tahun
yang lalu. Danau yang menghasilkan warna unik yang berubah-ubah karena adanya kandungan belerang
didalamnya, sehingga air bersih sangat jarang ditemukan.
3
Gambar pohon Damar ini bukanlah gambar sebenanya. Gambar 1.1 merupakan contoh pohon damar yang
menjadi pusat (berada di tengah) desa.

5
tengah desa tepatnya lokasi Gereja sekarang4. Ada juga sungai dan mata air yang mengalir di

sekitar tempat itu sehingga dinamai “MANDEY” untuk mengenang dan mengingat Tonaas

Mandey.

Versi terakhir yang berkembang adalah Tonaas Randang wawoh yang memimpin

Tondangow setelah Tonaas Mandey. Ketika mereka pindah pada tahun 1814 dari bukit

Tondangow maka datanglah langkah-langkah panjang “ZANGOW”. Mereka tiba di dekat satu

batang pohon Damar yang amat besar dan rindang yang memiliki sumber mata air. Pohon

tersebut menghasilkan buah yang disebut SOLO dan digunakan untuk lampu penerang. Disitulah

penduduk membangun pemukiman yang mereka namakan TONDANGOW berasal dari kata

“TOU= ORANG dan ZANGOW= LANGKAH PANJANG”.

Dari setiap versi yang ada dapat ditarik satu arti dari TONDANGOW yaitu “Orang yang

melakukan langkah panjang atau tergesa-gesah” agar cepat sampai ke tujuan.

Pengganti Tonaas Randang wawoh sebagai kepala Tondangow adalah Lambertus

Wawoh. Kemudian karena Tondangow semakin penting, maka pada tahun 1875 Mayoor Zakrias

Waworuntu sebagai kepala Distrik Sarongsong saai itu mengirim keluarga terdekatnya yakni

Karel Zacharias Waworuntu menggantikan Lambertus Wawoh. Praktis Karel Zacharias

Waworuntu (kemenakan Mayoor Zakrias) tercatat sebagai/menjadi Hukum Tua Tondangow

yang pertama. Ayah Karel Waworuntu adalah Yohanis Waworuntu yang menjabat sebagai

hukum kedua Order Distrik Sarongsong tahun 1854-1879.

4
Pohon Damar tersebut baru ditebang pada tahun 1954 untuk dibuat tiang-tiang dan perluasan Gereja GMIM.

6
Di zaman Karel Zacharias Waworuntu maka administrasi mulai ditata, pembangunan

digiatkan seperti perbaikan jalan walau masih dalam bentuk sederhana. Pada zamannya pula

sudah dibuka Sekolah Rakyat (RY).

A.3 Nama-nama Hukum Tua Tondangow

Karel Z. Waworuntu diganti berturut-turut oleh:

1. Langowan Waworuntu (1925-1927)

2. Thomas Kekung (1927-1929)

3. Apeles Rompis (1929-1950)

4. Jon A. Wawoh (1950-1965)

5. Hanoch Kekung (1965-1968)

6. Alexius H. Rompis (1968-1985)

7. Arnold Mengko (Pejabat 1985-1986)

8. Alexius H. Rompis (1986 hingga meninggal tahun 1987)

9. Betsael Pongoh (1987-1988)

10. Hendrik H. Pongoh (1988 hingga meninggal tahun 1992)

11. Alfius Rompis (Pejabat 1992-1993)

12. Ram N. Pongoh (1993-2002)

13. Tamboto Kaligis (2002-2018)

14. Silvia Mawuntu, SS (2018-2020)

15. Eldi A. L. Manembu, S.sos (2020-sekarang)

7
B. SEJARAH JEMAAT GMIM TONDANGOW

Masyarakat Tondangow mengenal agama Kristen sejak zaman nenek moyang. Berdirinya

jemaat GMIM Tondangow dimulai sejak kepemimpinan Karel Zacharias Waworuntu tahun

1875. Pada zamannya, selain administrasi desa mulai ditata maka administrasi jemaat pun mulai

di tata dan didirikan pula Sekolah Rakyat (SR). Pada tahun itu Karel Zacharias Waworuntu

dibaptis oleh Pendeta Louwerier yang berasal dari Belanda, dan Karel Z. Waworuntu langsung

menjadi pengajar utama baik sebagai Guru Jemaat maupun sebagai Kepala Sekolah.

Pada saat itu juga atas usaha Wilken telah terbentuk Kerkeread (Majelis Jemaat). Jemaat

negeri dibentuk oleh Wilken tahun 1852,serta membangun gereja dan sekolah yang dipimpin

oleh guru Z. Pijoh (Pioh). Ia bersama-sama Hukum Tua Karel Z. Waworuntun jadi pengajar

utama. Pijoh masih disebutkan sebagai pemimpin sekolah NZG (Nederlandsch Zendeling

Genootschap) Tondangow di akhir tahun 1885, dengan jumlah muridnya sebanyak 45 orang (26

orang laki-laki dan 19 orang perempuan). Nama Pijoh juga masih tercatat di tahun 1896.

Penduduk rata-rata telah menjadi Kristen karena pekerjaan Pandita Nicolaas Wilken, Pandita

Jan Louwerier dan Pandita Sonder Johan Albert F. Schwarz. Sekolah Zending (NZG)

Tondangow dibuka di tahun 1874. Sekolah yang kini bernama SD GMIM Tondangow awalnya

hanya sampai tiga kelas. Baru di tahun 1950 menjadi enam tahun sebagai filial (cabang) Sekolah

Rakyat (SD) GMIM Pangolombian.

Sebelumnya pelajarnya harus meneruskan kelas empat hingga enam di Pangolombian atau

bahkan Kasuratan di Remboken. Baru di tahun 1961 dengan perjuangan jemaat, sekolahnya

menjadi mandiri dipimpin oleh H. Mawuntu, dan gedung sendiri sejak tahun 1972. Jemaat pun

mengupayakan pendirian SMP Kristen di tahun 1981 dipimpin oleh John M. Mathindas.

8
Gedung gereja (kini ‘Golgota’) telah berdiri secara sederhana berupa sabuah sejak tahun

1874 dimanfaatkan pula sekolah. Di tahun 1954 sabuah itu direnovasi menggunakan papan dari

tebangan pohon damar di dekatnya.

Sejarah tentang peralihan ke klasis Sonder sudah tidak jelas lagi. Kemudian pada tahun 1981

atas kesepakatan BPMJ (Badan Pekerja Majelis Jemaat) dan seluruh Jemaat berpindah dari

wilayah Sonder ke Wilayah Tomohon hingga kini.

Dengan tuntunan Maha Besar Tuhan maka pada tanggal 8 Februari 2009 di ruangan Gereja

GMIM Golgota Tondangow, dalam rapat Sidi Jemaat menetapkan dan menyepakati Hari Ulang

Tahun Jemaat jatuh pada tanggal 20 Juni 2009 sebagai HUT Jemaat yang ke 134. Jumlah jemaat

GMIM pada saat ditetapkannya HUT Jemaat sesuai sensus 2009, yakni:

Jumlah Kolom 10

Jumlah KK 243

Jumlah Jiwa L : 473 jiwa

P : 407 jiwa

Jumlah 880 jiwa

Pada akhir masa pelayan dari Pendeta M. S. G. Rualemba-Lintang diadakan renovasi

seluruh bagian Gedung Gereja dan pembangunan pastori baru di samping Gereja yang

selanjutnya ditempati oleh Ketua Badan Pekerja Majelis Jemaat yang baru sebagai pengganti

Pendeta M. Lintang, S.Th yaitu Pendeta Fentje Mongi, S.Th. Selanjutnya kelanjutan

pembangunan dan renovasi berlangsung kurang lebih selama 4 tahun.

9
Berikut merupakan dokumentasi setelah Gereja di renovasi:

Gambar B.1 (Enjel. P,2013)

Gambar B.2 (Reyti.R, 2013)

10
Sekitar tahun 2015, sebelum ada pergantian Ketua BPMJ didirikanlah bangunan Pastori

2 berlokasi di Jl. Zano Pasu. Pastori 2 ini pertama kali ditempati oleh Ketua BPMJ yang baru

Pdt. Meggy Walintukan bersama keluarga sampai sekarang. Setelah itu, dibangun pula Patori 3

yang ditempati oleh Pdt. Andrew Ponto, S.Th yang sebelumnya melaksanakan tugas pelayanan

sebagai Orientator pada tahun 2015 dan melanjutkan pelayanan sebagai Vikaris Pendeta setelah

menerima Surat Keputusan BPMS di akhir tahun 2015 sampai tahun 2017. Kemudian

diteguhkan menjadi Pendeta Jemaat pada akhir tahun 2017 di Jemaat GMIM Golgota

Tondangow dan melayani sampai saat ini.

Untuk pengaturan pelayanan maka Jemaat Golgota Tondangow dibagi dalam 10 kolom

pada periode 2005-2009 dan periode 2009-2017. Selanjutnya ketika Pendeta Fentje Mongi, S.Th

digantikan oleh Pendeta Meggy Walintukan, S,Th, Jemaat Golgota Tondangow dibagi dalam 12

kolom. Pada 31 Desember 2017, diresmikan pula Menara Doa GMIM Golgota Tondangow saat

Ibadah Malam Akhir Tahun. Menara Doa itu difungsikan untuk kegiatan Doa oleh Komisi

Pelayanan Doa dan Penginjilan (KPDP) pada tiap bulannya.

Awalnya Jemaat GMIM Golgota Tondangow bernaung dalam Wilayah pelayanan di

Tomohon Tiga, dan setelah melalui proses panjang Tomohon akhirnya bertambah satu wilayah

baru, dimana ibadah dan peresmian Wilayan Tomohon Empat telah dilaksanakan pada Selasa, 31

Oktober 2017 di Jemaat Yobel Uluindano. Peresmiannya dipimpin oleh Wakil Ketua BPMS

GMIM Bidang Ajaran Pembinaan dan Penggembalaan (APP) Pendeta Dr. Arthur Reinhard

Rumengan, M.Teol, M.PdK. Sementara pembacaan Surat Keputusan (SK) BPMS GMIM No.

127 Tahun 2017 oleh Sekertaris BPMW Tomohon Tiga Penatua Samuel Gosal, ST.

11
Tomohon Empat resmi menjadi Wilayah ke-121 GMIM yang terdiri dari Jemaat Imanuel

Walian, Yobel Uluindano (pusat wilayah), Kanaan Uluindano, Bukit Zaitun Walian Dua, Nafiri

Pangolombian dan Golgota Tondangow.

Di periode pelayanan ini untuk menunjang efektifitas pelayanan maka dibentuk Komisi-

komisi kerja yang terdiri dari:

- Komisi Pembangunan, diketuai oleh Bapak Dewa Made Yasa

- Komisi Kesenian, diketuai oleh Bapak Kornelius Better Kekung

- Komisi Pendidikan,diketuai oleh Bapak Jouke Posuma, S.Pd

- Komisi Kesehatan, diketuaia oleh Ibu Ns. Desmire Manembu, S.Kep

- Komisi Pelayanan Doa dan Penginjilan (KPDP), diketuai oleh Ibu Norce Rompis

Tahun ini tepatnya pada bulan Februari telah dilaksanakan Mutasi Pendeta atau Serah-

Terima Pelayanan Pendeta dari Pdt. Olvrine Rumondor, S.Th ke Pdt. Vivi Komansilan, S.Th.

Sebelumnya telah ada juga Pendeta-Pendeta Jemaat yang melayani di Jemaat Golgota

Tondangow.

GMIM Golgota Tondangow di tahun ini akan merayakan HUT Jemaat ke-146 tahun.

Berikut adalah nama Ketua-ketua Jemaat dari masa ke masa:

1. Karel Z. Waworuntu (1875-......)

2. Langoong Waworuntu (1925-1927)

3. Soleiman Mawuntu (……-1958)

4. Apeles P. Rompis (1958-1965)

5. Hanoch Kekung (1965-1968)

12
6. Dirk Pomto (1968-1977)

7. Alexius Rompis (1977-1981)

8. Wellem S. Rompis (1981-1986)

9. Jan Ismail Rompis (1986-1990)

10. Philipus Wawoh (1990-2000)

11. Pdt. Vonne A. Rompis-Kalalo, S.Th (2000-2005)

12. Pdt. M. S. G. Rualemba-Lintang, S.Th (2005-2009)

13. Pdt. Fentje Mongi, S.Th (2009-2015)

14. Pdt. Meggy A. V. J Walintukan, S.Th (2015-sekarang)

Ada pula Pendeta-pendeta Jemaat yang pernah melayani di Jemaat Golgota Tondangow:

1. Pdt. Nocrita Umboh, S.Th

2. Pdt. Lusi Rumondor, S.Th

3. Pdt. Olvrine Rumondor, S.Th

4. Pdt. Andrew O. S Ponto, S.Th

5. Pdt. Vivi Komansilan, S.Th

Beberapa Vikaris Pendeta yang pernah melayani di Jemaat Golgota Tondangow sampai

sekarang:

1. Vik. Pdt. Andrew Ponto, S.Th

2. Vik. Pdt. Syalom Terok, S.Th

3. Vik. Pdt. Pricilia N. Rorong, S.Th

13
LAMPIRAN

Philipus Wawoh (1990-2000)

Pdt. Vonne A. Rompis-Kalalo, S.Th


(2000-2005)

14
Pdt. M. S. G. Rualemba-Lintang, S.Th
(2005-2009)

Pdt. Fentje Mongi, S.Th (2009- Pdt. Meggy A. V. J Walintukan,


2015) S.Th (2015-sekarang)

15

Anda mungkin juga menyukai