WILAYAH TOMOHON IV
MATA KULIAH :
DOSEN:
NAMA :
NIM :
201941008
FAKULTAS TEOLOGI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan “Sejarah Jemaat GMIM Golgota Tondangow” tepat
pada waktunya. Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Gereja
Indonesia.
Selama proses pembuatan makalah, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari beberapa
pihak. Karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Pdt. Dr. Evi Stans Evlin Tumiwa,
M.Th selaku dosen mata kuliah Sejarah Gereja Indonesia, Badan Pekerja Majelis Jemaat GMIM Golgota
Tondangow, orang tua, serta semua pihak yang boleh terlibat dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna sehingga kritik, saran dan tanggapan dari
para pembaca diharapkan boleh disampaikan sehingga menjadi bahan pembelajaran. Semoga laporan ini
Penulis
1
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
2
A. SEJARAH KELURAHAN TONDANGOW
Dikala Minahasa sedang dikuasai oleh company Hindia-Belanda yang pada waktu itu dipimpin
oleh seorang Residen George Fredrik Durr. Pemerintah Belanda menciptakan berbagai tekanan
kepada penduduk Minahasa untuk memproduksi beras demi kepentingan pasukan Belanda.
Sementara itu sedang terjadi perang antara rakyat Minahasa yang bersekongkol dengan tentara
pimpinan Tonaas Supit, Paat dan Lontoh banyak mengalami penderitaan/kekalahan dan
kerugian materi, yang paling tragis adalah ketika terjadi perang antara Walak 1 dengan Walak
akibat adanya taktik adu domba yang dilancarkan oleh VOC. Dengan situasi yang demikian,
company menempatkan di Manado seorang Residen sebagai pendamai, yaitu Residen Schier
Steip.
Pada mulanya ada 4 orang yang berburu kelelawar di malam hari di sekitar Danau Linow.
Orang-orang ini datang dari Sarongsong. Mereka merasa tempat itu adalah tempat yang sangat
bagus untuk dijadikan pemukiman. Setelah selesai berburu, mereka kembali ke Sarongsong dan
Pada tahun 1785 datanglah dari Ibukota Walak Sarongsong, rombongan keluarga yang
dipimpin oleh Tonaas Mandey; untuk membangun pemukiman di perbatasan dengan Desa
1
Walak menurut KBBI berarti golongan bangsawan suu Buton yang berasal dari pembantu raja. Sedangkan
pengertian Walak menurut kamus bahasa Tontemboan yang dikutip Prof. G. A. Wilken tahun 1912 dapat berarti:
cabang keturunan, rombongan penduduk, bahagian penduduk, atau kediaman cabang keturunan. Dari dua arti itu
dapat ditarikkesimpulan bahwa Walak itu seperti rombongan penduduk/suku.
3
Kasuratan, Kecamatan Romboken. Dalam perjalanan tersebut, ketika matahari sudah hampir
terbenam ternyata mereka masih di tengah jalan sehingga Tonaas Mandey meminta rombongan
untuk berjalan lebih cepat lagi; “zangow, zangow, zangow” kata Tonaas Mandey berkali-kali.
Maksud kata “zangow” adalah melangkah panjang-panjang, agar mereka segera tiba di tempat
tujuan mereka untuk mendirikan perkampungan. Setelah tiba di tempat tujuannya maka di situlah
dan saat itulah mereka menyepakati untuk menamakan negeri barunya yaitu “TOU ZANGOW”
sebab penduduknya telah berjalan bergesa-gesa dengan langkah kaki yang panjang-panjang.
Nama TONDANGOW dalam versi lainnya berasal dari kata “LIMANGOW” atau
“ZIMOU” karena orang-orang itu telah berjalan jauh. LIMANGOW ini juga berarti melebar atau
sejenis pohon yang dinamai ANGOW, yang ketika itu tumbuh dengan rindangnya di pemukiman
tersebut.
Lokasi pemukiman Tondangow yang pertama berada di bukit yang dinamai (hingga kini)
“TONDANGOW”. Dari pemukiman ini danau Linow sudah dapat dilihat (tembo), karena berada
di bagian bawah. Luas wilayah Tondangow saat itu sampai di Kasuratan dan mencakup sebagain
Danau Linow yang menjadi sumber mata pencaharian utama penduduk Tondangow saat itu.
Ikan-ikan yang ditangkap penduduk di Danau Linow adalah komo, sayok potot, sayok lambot,
lumolontik, limunus, dan lainnya yang konon tidak ada di tempat lain, hanya menjadi khas danau
itu. Komo biasanya dibuat pepes/woku juga bisa dibuat perkedel (itu sangat enak). Akan tetapi,
karena pemukiman di bukit Tondangow tidak strategis, dimana pemukimannya tidak dapat
4
meluas, serta mengalami kesulitan air bersih, lagipula banyak sumber air belerang di dekatnya 2,
Versi lain asal tercetusnya “ZANGOW” bersumber ketika kejadian pemindahan tersebut.
Dituturkan bahwa sebelum pemilihan ini terjadi, pada malam hari mereka melihat seperti lampu
di arah selatan yang sangat indah dipandang. Cahaya seperti lampu itu tepat berada di tengah
yaitu di Tondangow sekarang. Setelah diteliti ternyata itulah yang disebut kayu SOLO (kayu
Damar).
Dikatakan juga bahwa ketika mereka berpindah karena sudah malam maka Tonaas
Mandey mematok kayu Damar yang dipegangnya untuk membuat pondok berada di tengah-
2
Diktakan bahwa Danau Linow merupakan kawah alam yang dihasilkan dari letusan gunung berapi 500ribu tahun
yang lalu. Danau yang menghasilkan warna unik yang berubah-ubah karena adanya kandungan belerang
didalamnya, sehingga air bersih sangat jarang ditemukan.
3
Gambar pohon Damar ini bukanlah gambar sebenanya. Gambar 1.1 merupakan contoh pohon damar yang
menjadi pusat (berada di tengah) desa.
5
tengah desa tepatnya lokasi Gereja sekarang4. Ada juga sungai dan mata air yang mengalir di
sekitar tempat itu sehingga dinamai “MANDEY” untuk mengenang dan mengingat Tonaas
Mandey.
Versi terakhir yang berkembang adalah Tonaas Randang wawoh yang memimpin
Tondangow setelah Tonaas Mandey. Ketika mereka pindah pada tahun 1814 dari bukit
Tondangow maka datanglah langkah-langkah panjang “ZANGOW”. Mereka tiba di dekat satu
batang pohon Damar yang amat besar dan rindang yang memiliki sumber mata air. Pohon
tersebut menghasilkan buah yang disebut SOLO dan digunakan untuk lampu penerang. Disitulah
penduduk membangun pemukiman yang mereka namakan TONDANGOW berasal dari kata
Dari setiap versi yang ada dapat ditarik satu arti dari TONDANGOW yaitu “Orang yang
Wawoh. Kemudian karena Tondangow semakin penting, maka pada tahun 1875 Mayoor Zakrias
Waworuntu sebagai kepala Distrik Sarongsong saai itu mengirim keluarga terdekatnya yakni
yang pertama. Ayah Karel Waworuntu adalah Yohanis Waworuntu yang menjabat sebagai
4
Pohon Damar tersebut baru ditebang pada tahun 1954 untuk dibuat tiang-tiang dan perluasan Gereja GMIM.
6
Di zaman Karel Zacharias Waworuntu maka administrasi mulai ditata, pembangunan
digiatkan seperti perbaikan jalan walau masih dalam bentuk sederhana. Pada zamannya pula
7
B. SEJARAH JEMAAT GMIM TONDANGOW
Masyarakat Tondangow mengenal agama Kristen sejak zaman nenek moyang. Berdirinya
jemaat GMIM Tondangow dimulai sejak kepemimpinan Karel Zacharias Waworuntu tahun
1875. Pada zamannya, selain administrasi desa mulai ditata maka administrasi jemaat pun mulai
di tata dan didirikan pula Sekolah Rakyat (SR). Pada tahun itu Karel Zacharias Waworuntu
dibaptis oleh Pendeta Louwerier yang berasal dari Belanda, dan Karel Z. Waworuntu langsung
menjadi pengajar utama baik sebagai Guru Jemaat maupun sebagai Kepala Sekolah.
Pada saat itu juga atas usaha Wilken telah terbentuk Kerkeread (Majelis Jemaat). Jemaat
negeri dibentuk oleh Wilken tahun 1852,serta membangun gereja dan sekolah yang dipimpin
oleh guru Z. Pijoh (Pioh). Ia bersama-sama Hukum Tua Karel Z. Waworuntun jadi pengajar
utama. Pijoh masih disebutkan sebagai pemimpin sekolah NZG (Nederlandsch Zendeling
Genootschap) Tondangow di akhir tahun 1885, dengan jumlah muridnya sebanyak 45 orang (26
orang laki-laki dan 19 orang perempuan). Nama Pijoh juga masih tercatat di tahun 1896.
Penduduk rata-rata telah menjadi Kristen karena pekerjaan Pandita Nicolaas Wilken, Pandita
Jan Louwerier dan Pandita Sonder Johan Albert F. Schwarz. Sekolah Zending (NZG)
Tondangow dibuka di tahun 1874. Sekolah yang kini bernama SD GMIM Tondangow awalnya
hanya sampai tiga kelas. Baru di tahun 1950 menjadi enam tahun sebagai filial (cabang) Sekolah
Sebelumnya pelajarnya harus meneruskan kelas empat hingga enam di Pangolombian atau
bahkan Kasuratan di Remboken. Baru di tahun 1961 dengan perjuangan jemaat, sekolahnya
menjadi mandiri dipimpin oleh H. Mawuntu, dan gedung sendiri sejak tahun 1972. Jemaat pun
mengupayakan pendirian SMP Kristen di tahun 1981 dipimpin oleh John M. Mathindas.
8
Gedung gereja (kini ‘Golgota’) telah berdiri secara sederhana berupa sabuah sejak tahun
1874 dimanfaatkan pula sekolah. Di tahun 1954 sabuah itu direnovasi menggunakan papan dari
Sejarah tentang peralihan ke klasis Sonder sudah tidak jelas lagi. Kemudian pada tahun 1981
atas kesepakatan BPMJ (Badan Pekerja Majelis Jemaat) dan seluruh Jemaat berpindah dari
Dengan tuntunan Maha Besar Tuhan maka pada tanggal 8 Februari 2009 di ruangan Gereja
GMIM Golgota Tondangow, dalam rapat Sidi Jemaat menetapkan dan menyepakati Hari Ulang
Tahun Jemaat jatuh pada tanggal 20 Juni 2009 sebagai HUT Jemaat yang ke 134. Jumlah jemaat
GMIM pada saat ditetapkannya HUT Jemaat sesuai sensus 2009, yakni:
Jumlah Kolom 10
Jumlah KK 243
P : 407 jiwa
seluruh bagian Gedung Gereja dan pembangunan pastori baru di samping Gereja yang
selanjutnya ditempati oleh Ketua Badan Pekerja Majelis Jemaat yang baru sebagai pengganti
Pendeta M. Lintang, S.Th yaitu Pendeta Fentje Mongi, S.Th. Selanjutnya kelanjutan
9
Berikut merupakan dokumentasi setelah Gereja di renovasi:
10
Sekitar tahun 2015, sebelum ada pergantian Ketua BPMJ didirikanlah bangunan Pastori
2 berlokasi di Jl. Zano Pasu. Pastori 2 ini pertama kali ditempati oleh Ketua BPMJ yang baru
Pdt. Meggy Walintukan bersama keluarga sampai sekarang. Setelah itu, dibangun pula Patori 3
yang ditempati oleh Pdt. Andrew Ponto, S.Th yang sebelumnya melaksanakan tugas pelayanan
sebagai Orientator pada tahun 2015 dan melanjutkan pelayanan sebagai Vikaris Pendeta setelah
menerima Surat Keputusan BPMS di akhir tahun 2015 sampai tahun 2017. Kemudian
diteguhkan menjadi Pendeta Jemaat pada akhir tahun 2017 di Jemaat GMIM Golgota
Untuk pengaturan pelayanan maka Jemaat Golgota Tondangow dibagi dalam 10 kolom
pada periode 2005-2009 dan periode 2009-2017. Selanjutnya ketika Pendeta Fentje Mongi, S.Th
digantikan oleh Pendeta Meggy Walintukan, S,Th, Jemaat Golgota Tondangow dibagi dalam 12
kolom. Pada 31 Desember 2017, diresmikan pula Menara Doa GMIM Golgota Tondangow saat
Ibadah Malam Akhir Tahun. Menara Doa itu difungsikan untuk kegiatan Doa oleh Komisi
Tomohon Tiga, dan setelah melalui proses panjang Tomohon akhirnya bertambah satu wilayah
baru, dimana ibadah dan peresmian Wilayan Tomohon Empat telah dilaksanakan pada Selasa, 31
Oktober 2017 di Jemaat Yobel Uluindano. Peresmiannya dipimpin oleh Wakil Ketua BPMS
GMIM Bidang Ajaran Pembinaan dan Penggembalaan (APP) Pendeta Dr. Arthur Reinhard
Rumengan, M.Teol, M.PdK. Sementara pembacaan Surat Keputusan (SK) BPMS GMIM No.
127 Tahun 2017 oleh Sekertaris BPMW Tomohon Tiga Penatua Samuel Gosal, ST.
11
Tomohon Empat resmi menjadi Wilayah ke-121 GMIM yang terdiri dari Jemaat Imanuel
Walian, Yobel Uluindano (pusat wilayah), Kanaan Uluindano, Bukit Zaitun Walian Dua, Nafiri
Di periode pelayanan ini untuk menunjang efektifitas pelayanan maka dibentuk Komisi-
- Komisi Pelayanan Doa dan Penginjilan (KPDP), diketuai oleh Ibu Norce Rompis
Tahun ini tepatnya pada bulan Februari telah dilaksanakan Mutasi Pendeta atau Serah-
Terima Pelayanan Pendeta dari Pdt. Olvrine Rumondor, S.Th ke Pdt. Vivi Komansilan, S.Th.
Sebelumnya telah ada juga Pendeta-Pendeta Jemaat yang melayani di Jemaat Golgota
Tondangow.
GMIM Golgota Tondangow di tahun ini akan merayakan HUT Jemaat ke-146 tahun.
12
6. Dirk Pomto (1968-1977)
Ada pula Pendeta-pendeta Jemaat yang pernah melayani di Jemaat Golgota Tondangow:
Beberapa Vikaris Pendeta yang pernah melayani di Jemaat Golgota Tondangow sampai
sekarang:
13
LAMPIRAN
14
Pdt. M. S. G. Rualemba-Lintang, S.Th
(2005-2009)
15