Anda di halaman 1dari 20

PENUGASAN PENYUSUNAN BPR PADA KEGIATAN PRAJABATAN

CPDMT PT PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO) TAHUN 2019

JUDUL :

PELUANG PEMANDUAN DAN PENUNDAAN


PELABUHAN UMUM POMAKO

PENYUSUN/PENULIS :

MALTHUS BELO RANTEALLO, S.E, M.A


JABATAN : PANDU MADYA TINGKAT II

CPDMT PT PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO) CABANG SORONG


Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

BAB I
PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM
Di Kabupaten Mimika Papua, terdapat dua Pelabuhan yakni Pelabuhan
khusus yang dimiliki oleh PT. Freeport Indonesia (PTFI) bernama Pelabuhan
Khusus Amamapare, dan Pelabuhan Umum Pomako yang dimiliki oleh
Pemerintah Kabupaten Mimika Papua, berlokasi di Kampung Pomako Distrik
Mimika Timur. Secara geografis pelabuhan Pomako ini terletak di pinggir alur
sungai Tipoeka menuju Laut Arafura di selatan Papua, pada posisi lintang
dan bujur: 04⁰48’10.71”S - 136⁰46’2.51”T yang mempunyai kedalaman
sekitar 9.6 meter. Pelabuhan Pomako dikelola oleh pemerintah setempat
dibawah dinas perhubungan yang berwenang khusus kepelabuhanan yakni
KUPP (Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan) kelas II Pomako. Pelabuhan
Pomako merupakan merupakan pintu gerbang laut Kabupaten Mimika yang
digunakan untuk bongkar muat barang dan penumpang, dimana pelabuhan
ini juga merupakan fasilitas utama dalam urat nadi perekonomian di
Kabupaten Mimika. Pelabuhan Pomako sudah ditetapkan oleh pemerintah
sebagai salah satu pelabuhan TOL LAUT untuk melayani kebutuhan warga
ke pedalaman Papua dan ini terbukti dengan bertambahnya jumlah kapal
yang keluar masuk di pelabuhan tersebut dalam setiap tahunnya, apalagi
Kabupaten Mimika akan menjadi salah satu tuan rumah ajang olah raga
nasional, Pekan Olahraga Nasional (PON) di tahun 2020.

Bupati Mimika menegaskan bahwa kawasan pelabuhan Pomako


sebagai salah satu pelabuhan penting yang terdapat di wilayah selatan
Papua dan tidak menutup kemungkinan pelabuhan tersebut kedepannya
akan menjadi pelabuhan yang bertaraf internasional. Pasalnya semua
barang kebutuhan pokok masyarakat di wilayah pedalaman Papua disuplai
dari pelabuhan Pomako. Dari pihak swasta dalam hal ini PT Jaldhi Marine
Service dari Bortha Group, juga menilai kawasan pelabuhan Pomako
berpotensi menjadi pelabuhan bertaraf internasional seperti pelabuhan
Kakinada dan Bombay di India. Selain itu tidak jauh dari pelabuhan Pomako,
pemerintah daerah kabupaten Mimika akan membangun packing plant

1
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

cement/smelter karena dipandang lokasinya bagus, dekat pelabuhan,


daerah pemukiman dan daerah industri.

Fakta ini menjadi dasar penulis melakukan pengamatan dan


mengambil data guna melihat potensi besar yang dimiliki oleh pelabuhan
Pomako. Penulis sajikan sebagai proposal ke management dalam bentuk
BPR (Business Process Re-engineering) sebagai salah satu persyaratan
mengikuti prajabatan di jajaran Pandu PT. Pelindo IV, dengan harapan
wilayah operational PT. Pelindo IV cabang Sorong di daerah Mimika bukan
hanya melayani pelabuhan khusus PT. Freeport Indonesia di Amamapare
saja namun bisa lebih meluas ke pelabuhan umum Pomako, yang lokasinya
sangat berdekatan dengan pelabuhan khusus Amamapare.

Sebagai Pelabuhan Toll Laut Indonesia dan peluang menjadi Pelabuhan


Internasiaonal, Pelabuhan Umum Pomako wajib dilirik oleh PT. Pelindo IV
cabang Sorong, sebagai Badan Usaha Milik Negara yang menangani aspek
logistik, pengelolaan dan pengembangan pelabuhan, khususnya pelabuhan
Pomako. Langkah awal bisa dimulai dari penyediaan jasa pemanduan dan
penundaan, sebagaimana yang dilakukan oleh PT. Pelindo IV di pelabuhan
khusus Amamapare. Dengan memaksimalkan jasa Pandu yang saat ini
berjumlah 5 orang (termasuk Asisten Manager) di Amamapare.

B. KINERJA CABANG
Sejak tahun 2008 PT. Pelindo IV cabang Sorong telah menyepakati
perjanjian kerja sama dengan PT. Freeport Indonesia (PTFI) untuk jasa
pemanduan dan penundaan kapal. Keputusan Menteri Perhubungan
KP No 452 Tahun 2014 tentang pemberian izin kepada PT. Pelindo IV
(Persero) untuk menyelenggarakan pemanduan dan penundaan di
pelabuhan khusus Amamapare dan sampai saat ini kerja sama tersebut
berjalan lancar sesuai yang diharapkan oleh pihak-pihak terkait yang
mana setiap tahun mengalami peningkatan secara signifikan terutama
untuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang telah dilimpahkan
pemerintah setempat (KUPP) kepada PT Pelindo IV cabang Sorong.

2
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

Sehingga berpengaruh pada kinerja PT Pelindo IV cabang Sorong yang


setiap tahunnya mengalami peningkatan pula. Namun sejak awal tahun
2019 sampai saat ini pendapatan makin menurun dikarenakan produksi
tambang PT. Freeport Indonesia mulai berkurang. Untuk mengimbangi
masalah dan menutupi kekurangan yang ada atau yang terjadi di area
pemanduan pelabuhan khusus Amamapare saat ini maka management
PT. Pelindo IV cabang Sorong dapat memperluas wilayah kerja sampai
ke pelabuhan Pomako yang mana jaraknya tidak begitu jauh dari
pelabuhan khusus Amamapare, dengan melihat potensi yang dimiliki
pelabuhan Pomoko kedepan, baik jasa pemanduan, assist tug, mooring
boat maupun pengembangan dermaga dan fasilitas dermaga. Namun
yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah jasa Pemanduan dan
Penundaan (Pandu dan assist tug), sesuai bidang penulis sebagai
Pandu.

3
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

BAB II
PERMASALAHAN

A. RUMUSAN MASALAH
Selain pelabuhan khusus Amamapare (PT Freeport Indonesia), Mimika
juga memiliki pelabuhan umum yaitu Pelabuhan Pomako yang dikelola oleh
pemerintah setempat dalam hal ini Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
(KUPP) Kelas II Pomako dan sudah berjalan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan data-data yang diperoleh penulis dilapangan dan dari KUPP
Kelas II Pamoko, kapal-kapal milik PT. Pelni, PT. Spil, PT. Temas Line, PT.
Tanto Line serta PT. Meratus Line yang keluar masuk pelabuhan Pomako
rata-rata memiliki GT 500 keatas tetapi tidak menggunakan jasa pemanduan,
sedangkan dalam Peraturan Menteri No 57 Tahun 2015 tentang Pemanduan
dan Penundaan Kapal pada Bab V pasal 28 ayat 1 menyatakan bahwa kapal
dengan GT 500 keatas wajib dilakukan pemanduan, selain itu kapal-kapal
tersebut melewati perairan wajib pandu milik PT Freeport Indonesia yang
telah ditetapkan oleh Dirjen Hubla sesuai Keputusan Menteri Perhubungan
KM No 458 tahun 2009 sebagai perairan wajib pandu untuk keselamatan,
keamanan dan ketertiban lalu lintas kapal dan keselamatan lingkungan
maritim setempat.

B. KONDISI EKSISTING (FACT/AS IS)


Pelabuhan Pomako, terletak dalam alur sungai yang berjarak sekitar 10 N/M
dari laut. Alur masuk dari laut menggunakan alur wajib pandu PT Freepert
Indonesia (PTFI), kemudian alur terbagi dua, ke arah pelabuhan khusus
Amamapare dan pelabuhan Pomako.

4
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

Pelabuhan khusus Amamapare sudah menggunakan jasa pandu dan tunda


sejak tahun 2008, kerjasama dengan PT. Pelindo IV cabang Sorong.
Sementara itu pelabuhan umum Pomako sampai hari ini belum menggunakan
jasa pandu dan tunda dalam pengoperasiannya, walaupun alur tersebut
seharusnya menjadi alur wajib pandu mengingat arus sungai pada alur
tersebut sangat besar, kondisinya sama dengan arus sungai pelabuhan
khusus Amamapare.
Pelabuhan umum Pomako saat ini melayani rute pelayaran yang cukup
ramai, yakni :
• Pomako - Agats - Merauke PP
• Pomako - Fak-Fak - Kaimana - Sorong - Bitung (Manado-
Makassar-Surabaya) PP
• Pomako - Makassar - Denpasar - Surabaya - Jakarta PP
• Pomako - Binam - Atsy – Dekai Yahukimo PP
• Pomako - Kenyam PP
• Pomako - daerah lainnya di Indonesia untuk keperluan
pengapalan kargo, bahan bakar minyak dan batu bara

1. Alur Perairan Pelabuhan Pomako


Perairan di wilayah pelabuhan Pomako terdiri dari laut dan sungai yang
memiliki panjang alur dari Outer Buoy sekitar 10 N/M yang ditandai
dengan Buoy Alfa milik alur pelabuhan khusus Amamapare sehingga
bagi setiap kapal tujuan pelabuhan Pomako yang akan mengunakan
alur tersebut diwajibkan laporan ke Port Control Amamapare.
Selanjutnya penulis akan melampirkan beberapa gambaran tentang Alur
Perairan Pelabuhan Pomako yang berpotensi untuk diadakan
pemanduan:

5
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

AlurPomako

AlurAmamapare

Setiap kapal yang akan memasuki baik itu pelabuhan khusus


Amamapare milik PTFI (PT Freeport Indonesia) dan pelabuhan Pomako
milik pemerintah setempat dimulai dari Outer Buoy (Bouy Alfa) sampai
di buoy 6, setiap kapal harus merubah haluan sesuai pelabuhan tujuan
masing-masing. Jika tujuan pelabuhan khusus Amamapare maka kapal
harus merubah haluan ke kanan begitu pun sebaliknya jika tujuan
pelabuhan Pomako maka kapal harus merubah haluan ke kiri seperti
yang tertera pada gambar diatas.

2. Pelabuhan Penumpang

Pelabuhan penumpang merupakan pelabuhan yang terbuat dari beton


dan digunakan untuk kapal-kapal penumpang. Sekarang ini bukan lagi

6
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

terminal karena fasilitasnya hampir tidak ada dan tidak memadai,


dinding papan juga sudah banyak yang rusak dan dibobol. Termasuk
dermaga patah sehingga semua sistem tidak optimal berjalan baik.
Dermaga dan terminal khusus penumpang merupakan kebutuhan
yang sangat mendesak di pelabuhan Pomako. Arus penumpang yang
masuk dan keluar dari pelabuhan Pomako sangat tinggi yang berasal
dari berbagai daerah di Indonesia. Sekarang saja kondisi dermaga
lama pelabuhan Pomako ada yang sudah patah dan ini berbahaya
sekali bagi keselamatan penumpang. Beberapa kali kapal Pelni sandar
di dermaga yang salah satu penopangnya sudah patah itu. Dan pihak
Syahbandar dalam hal ini KUPP Kelas II Pomako sudah
menginstruksikan untuk sandar di dermaga baru. Namun hal itu urung
dilakukan lantaran di dermaga baru sudah disandari pengguna jasa
lainnya, yakni kapal milik PT SPIL, PT TANTO, PT Tempuran Emas
(TEMAS) dan PT. Meratus Line serta banyak agen perkapalan lainnya.

3. Pelabuhan Barang (Cargo) / Peti Kemas


Pelabuhan ini terbuat dari beton yang digunakan untuk kapal barang,
curah dan peti kemas dan lain-lainnya yakni tempat / fasilitas untuk
bongkar muat barang domestik baik yang akan masuk maupun akan
dikirim keluar daerah / provinsi lainnya. Adapun gambarannya sebagai
berikut:

7
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

4. Area berlabuh di Pelabuhan Pomako


Area ini merupakan tempat berlabuh bagi setiap kapal yang masuk di
pelabuhan Pomako, baik yang sedang mengantri (menunggu untuk
sandar) maupun karena menunggu air pasang / surut guna untuk
keselamatan dalam berolah gerak kapal. Adapun areanya seperti
dibawah ini:

8
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

BAB III
ANALISA DAN EVALUASI PERMASALAHAN

A. ANALISA PERMASALAHAN

1. Belum dilakukan Penetapan Perairan Wajib Pandu


Penulis mengangkat hal ini sebagai permasalahan karena
pelabuhan Pomako adalah pelabuhan umum dengan rute
pelayaran yang cukup ramai dan belum diberlakukan jasa
pemanduan dan penundaan, baik itu sebagai perairan wajib pandu
ataupun pemanduan luar biasa padahal pelabuhan Pomako
merupakan salah satu pelabuhan Toll Laut, seandainya ini
dijadikan area perairan wajib pandu maka merupakan peluang
bisnis kedepan untuk PT. Pelindo IV cabang Sorong sebagai
Badan Usaha Milik Negara yang menangani aspek logistik,
pengelola dan pengembangan pelabuhan. Arus kapal yang keluar
masuk pelabuhan Pomako semakin hari semakin ramai, mulai dari
kapal ukuran kecil sampai kapal-kapal cargo ukuran besar dengan
kapasitas GT 500 keatas, seperti kapal-kapal milik PT. SPIL, PT.
TEMAS LINE, PT. TANTO LINE dan PT. MERATUS. Ini
membuktikan bahwa kapal-kapal tersebut seharusnya diterapkan
wajib pandu sesuai regulasi yang berlaku demi tercapainya
keselamatan, keamanan, ketertiban lalu lintas kapal dan
keselamatan lingkungan maritim setempat.

2. Belum adanya sosialisasi dengan pihak-pihak terkait.


Ini juga menjadi masalah besar karena ini merupakan salah
satu jalan dalam mengambil langkah awal untuk melakukan
pendekatan dengan KUPP Kelas II Pomako setempat atau pihak-
pihak terkait lainnya. Komunikasi yang serius dan intens dengan
KUPP dan pemerintah setempat mengenai rencana kerja sama

9
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

dengan pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuka jalan


masuk pelimpahan pengelolaan pelabuhan Pomako ke PT. Pelindo
IV. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh wakil managemant PT.
Pelindo IV cabang Sorong melalui Manager PelKap atau bisa
didelegasikan kepada Asisten Manager PelKap yang bertugaskan
di Miimika.

Metode pengumpulan data untuk penulisan BPR ini adalah sebagai


berikut:
a. Metode wawancara
Dalam mencari data, penulis melakukan beberapa tanya jawab baik
kepada KUPP Kelas II Pomako dan Wilayah Kerja (Wilker)
Amamapare sebagai otoritas dan pengawas pemanduan
pelabuhan khusus Amamapare dan ataupun Port Control PT.
Freeport Indonesia.

b. Metode observasi
Dengan metode ini penulis melakukan pengamatan secara
langsung aktifitas kapal-kapal yang keluar masuk pelabuhan
pomako selama 1 bulan yang menggunakan alur perairan wajib
pandu pelabuhan khusus Amamapare tanpa ada pandu yang
berada diatas kapal.

B. BATASAN MASALAH
Pembahasan dalam BPR ini agar materi tidak melebar ke bidang
lain maka penulis hanya akan membatasi pada bidang penulis sebagai
Pandu, yakni membahas peluang dari jasa pemanduan dan
penundaan.

Apabila pelabuhan umun Pomako ini dapat dikelola oleh PT. Pelindo
IV cabang Sorong sebagai Badan Usaha Milik Negara yang

10
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

menangani bidang logistik, pengelolaan dan pengembangan


pelabuhan, maka akan memberikan tambahan penerimaan negara,
khususnya untuk PT. Pelindo IV. Untuk itu penulis tertarik untuk
mengangkat potensi pelabuhan Pomako dengan harapan
Management PT. Pelindo IV cabang Sorong tertarik melakukan
pengembangan bisnis ke pelabuhan Pomako, meskipun tidak
langsung dikelola secara keseluruhan, dapat memulai dengan jasa
yang PT. Pelindo IV sudah jalankan di pelabuhan khusus
Amamapare, tinggal membagi schedule dan memaksimalkan fungsi
Pandu dan Asisten Manager sebagai langkah awal investasi tanpa
mempertimbangkan keuntungan yang banyak. Setidaknya PT.
Pelabuhan Indonesia IV (Persero) cabang Sorong bisa masuk dan
mengambil bagian dalam proses Pemanduan dan Penundaan di
daerah tersebut, sehingga dalam penyusunan BPR ini penulis akan
membahas dan memaparkan pada “Peluang Pemanduan dan
Penundaan Pelabuhan Umum Pomako”

11
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

BAB IV
PENGEMBANGAN BISNIS UNIT
(TO BE/PERBAIKAN SISPRO)

A. TARGET PENGEMBANGAN
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang menjadi objek dan
target pengembangan dalam Bussiness Process Re-enggineering
atau reka ulang proses kegiatan usaha perusahaan ini adalah agar
adanya penerapan pelaksanaan pelayanan jasa pemanduan dan
penundaan bagi kapal-kapal yang keluar masuk pelabuhan
Pomako. Sedangkan menurut data-data yang penulis kumpulkan di
lapangan khususnya jumlah kapal yang keluar masuk pelabuhan
Pomako mencapai rata-rata 12-25 kapal perbulannya dengan gross
tonnage 500-11.000 Ton dan jika dilihat dari segi aturan, kapal-
kapal tersebut sudah memenuhi standart penerapan wajib pandu
dan bisa menjadi peluang besar untuk meningkatkan pendapatan
bagi perusahaan yang kita cintai ini.
Adapun data-data yang diperoleh dilapangan oleh penulis
mengenai jumlah kapal yang keluar masuk di wilayah pelabuhan
Pomako mencapai 12-25 call perbulannya. Namun penulis hanya
mengambil sample khusus pada bulan Juni 2019 saja dan beberapa
kapal sebagai acuan dan pertimbangan. Untuk lebih jelasnya dan
terperinci sebagai berikut:

Bulan/Tahun No Nama Kapal GRT Jumlah


Call/Bulan
1 KM Spil Haspri 10.165 1 call
2 KM Meratus Kalabahi 8.203 2 call
Juni 2019 3 KM Tanto Sukses 8.075 1 call
4 KM Tataimalau 6.041 4 call
5 KM Sabuk Nusantara 77 2.091 4 call

12
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

Jika dilihat data-data yang diperoleh diatas maka dapat


diperkiran potensi pendapatan yang dapat dihasilkan dari
pemanduan untuk 5 kapal yang ditabel diatas tiap perbulannya jika
menggunakan tarif pandu yang berlaku di pelabuhan Sorong
sebagai berikut:

Bulan/Tahun No Nama Kapal Gerakan Pendapatan (Rp)


1 KM Spill Haspri 2 gerakan Rp. 470.830
2 KM Meratus Kalabahi 4 gerakan Rp. 572.690
Juni 2019 3 KM Tanto Sukses 2 gerakan Rp. 578.090
4 KM Tataimalau 8 gerakan Rp. 726.730
5 KM Sabuk Nusantara 77 8 gerakan Rp. 844.660
Total Rp. 3.193.000

Adapun pendapatan yang dapat dihasilkan jika menggunak tarif


pandu yang berlaku di pelabuhan khusus Amamapare jika
berdasarkan data-data yang sama diatas dan ini hanya untuk
sebagai perbandingan saja adalah sebagi berikut :

Bulan/Tahun No Nama Kapal Gerakan Pendapatan (Rp)


1 KM Spill Haspri 2 gerakan Rp. 1.258.623
2 KM Meratus Kalabahi 4 gerakan Rp. 2.244.568
Juni 2019 3 KM Tanto Sukses 2 gerakan Rp. 1.211.688
4 KM Tataimalau 8 gerakan Rp. 4.255.495
5 KM Sabuk Nusantara 77 8 gerakan Rp. 4.167.048
Total Rp. 13.137.422

Dengan melihat potensi ini apabila diadakan pelayanan


pemanduan dan penundaan diarea pelabuhan Pomako maka hal
ini merupakan peluang besar untuk mendapatkan dan menambah
pendapatan bagi perusahaan PT. Pelindo IV khususnya untuk
cabang Sorong.

13
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

Hal ini dapat direalisasikan hanya dengan menerapkan sesuai


dengan regulasi yang berlaku serta kerja sama dengan regulator
setempat dalam hal ini Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
(KUPP) Kelas II Pomako dan Wilayah Kerja (WilKer) Pelabuhan
Khusus Amamapare beserta para pihak yang berkepentingan di
daerah tersebut.

B. BIAYA PENGEMBANGAN
Sehubungan dengan biaya pengembangan terkait untuk
penerapan pelayanan pemanduan diarea pelabuhan Pomako,
mungkin tidak memerlukan biaya yang cukup besar dimana
sebagaimana kita ketahui bahwa setiap 6 (enam) bulan rutin
diadakan rapat evaluasi bersama dengan KUPP Kelas II Pomako
untuk pemanduan dan penundaan di Pelabuhan Khusus
Amamapare dikarenakan Pelsus ini merupakan Wilayah Kerja
Pelabuhan Kelas II Pomako. Jadi cukup ditambahkan dalam
agenda rapat tersebut dan dikomunikasikan dengan baik untuk
segera mengambil langkah-langkah yang cepat dan tepat untuk
bekerja sama terkait penerapan dan pelaksanaannya.

14
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

BAB V
RENCANA KERJA, IMPLEMENTASI DAN STANDARISASI

Mengenai rencana implemantasi dan standarisasi terkait


penerapan ini sudah pernah diadakan konsultasi oleh Asisten Manager
PelKap bersama dengan bapak KUPP setempat namun itu masih
dalam perencanaan dan belum ditanggapi secara serius dikarenakan
mungkin masih banyak pertimbangan. Namun sebelum terlaksana
pihak managemen juga harus mempertimbangkan dan berpedoman
pada aturan atau regulasi yang berlaku agar ada pegangan atau
kekuatan untuk mensosialisasikan kepada pihak para pengguna jasa
atau pihak-pihak terkait pada saat memulai penerapan atau
pelaksanaan di lapangan khususnya untuk pemanduan dan penundaan
diarea tersebut.

Rencana kerja untuk pengimplementasian sbb:


1. Perlu adanya penetapan perairan wajib pandu
Berhubungan dengan penetapan perairan wajib pandu untuk
suatu perairan atau pelabuhan tertentu maka yang selaku otoritas
atau sebagai pengawas pemanduan setempat harus mengusulkan
kepada Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut guna untuk kepentingan keselamatan,
keamanan berlayar dan perlindungan lingkungan maritim serta
kelancaran ketertiban berlalu lintas di perairan pelabuhan dan
terminal khusus serta peraiaran tertentu, maka dapat ditetapkan
sebagai Perairan Wajib Pandu atau Perairan Pemanduan Luar
Biasa. Jika dilihat dari segi tingkat kesulitan dan kondisi perairan
yang merupakan dasar untuk penetapan suatu perairan wajib
pandu maka pelabuhan Pomako sudah memenuhi standart kriteria
tersebut untuk dilaksanakan pelayanan pemanduan dan
penundaan kapal. Sesuai standart aturan yang berlaku yang

15
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

tercantum dalam PM No 57 Tahun 2015 tentang Pemanduan dan


Penundaan Kapal. Apalagi saat ini setiap kapal yang keluar masuk
pelabuhan Pomako melewati alur perairan wajib pandu pelabuhan
khusus Amamapare.

2. Perlu adanya sosialisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.


Menurut penulis untuk memulai penetrasi bisnis ke sektor ini
perlu adanya langkah awal dan nyata dari pihak managemen PT.
Pelindo IV cabang Sorong, dengan melakukan pendekatan
langsung maupun tidak langsung dengan pihak-pihak yang terkait
rencana investasi di area pelabuhan Pomako. Penulis selaku
petugas pandu yang menyusun tulisan ini, memberikan gambaran
investasi dalam pemecahan masalah ini menyarankan agar
sesegera mungkin diadakan pertemuan dan pembicaraan guna
mensosialisasikan dengan pihak-pihak terkait termasuk
Penyelenggara Pelabuhan (Otoritas) dalam hal ini KUPP Kelas II
Pomako, para pengguna jasa, para pengambil keputusan
(stakeholder) dan yang lainnya, agar terjalin kerjasama yang baik
tanpa ada yang merasa dirugikan atau dengan kata lain tidak ada
pihak yang merasa lahannya diambil.
Langkah selanjutnya membuat permohonan sesuai prosedur
dan aturan penetapan perairan wajib pandu atau dengan kata lain
Pelimpahan Ijin Pelaksanaan Pemanduan dan Penundaan,
sehingga memberi akses untuk mengelolah area ini secara
profesional baik dari segi managemen maupun operasional.

16
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

Adapun dasar-dasar hukum atau regulasi yang berhubungan


dengan penetapan wajib pandu di pelabuhan Pomako adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada
Kementerian Perhubungan, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2013
3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2015 tentang
Pemanduan dan Penundaan Kapal
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2014 tentang
Sarana Bantu dan Prasarana Pemanduan Kapal.
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang
Telekomunikasi Pelayaran.
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 45 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Direktorat Perhubungan
Laut, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor KM 68 tahun 2010.

17
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penjelasan pada bab-bab sebelumnya
maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat potensial penambahan pendapatan perusahaan dari


pelayanan pemanduan dan penundaan kapal bagi kapal-kapal 500
GT keatas yang keluar masuk pelabuhan Pomako apabila daerah
tersebut sudah diadakan pemanduan dan penundaan diberikan
pelimpahan kepada PT. Pelindo IV cabang Sorong.

2. Perlu adanya sosialisasi untuk bekerja sama dengan pihak-pihak


yang berkepentingan terkait pelayanan pemanduan bagi kapal-kapal
yang keluar masuk pelabuhan Pomako demi untuk kepentingan
keselamatan dan keamanan berlayar, perlindungan lingkungan
maritim serta kelancaran berlalu lintas di perairan pelabuhan
Pomako dan pelabuhan khusus Amamapare.

3. Fakta di lapangan bahwa setiap kapal-kapal yang keluar masuk


pelabuhan Pomako yang saat ini telah menggunakan alur perairan
wajib pandu pelabuhan khusus Amamapare tanpa menggunakan
jasa pandu dimana ini tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku
sebagaimana disebutkan dalam aturan PM No.57 Tahun 2015.

4. KUPP sebagai otoritas setempat harus tegas dalam menjalankan


aturan dan undang-undang yang terkait penetapan dan penerapan
perairan wajib pandu daerah tersebut tanpa melihat kepentingan
yang ada.

18
Business Process Re-engineering
Pelabuhan Amamapare

B. SARAN
1. Komunikasi dengan pihak otoritas setempat sebaiknya langsung
dilakukan olehl General Menager (GM) Sorong untuk menunjukkan
keseriusan management PT. Pelindo IV cabang Sorong, selanjutnya
ditindaklanjuti oleh Menager Pelkap.

2. Mensosialisasikan kesepakatan yang telah disetujui agar kami di


lapangan selaku pandu dari PT. Pelindo IV cabang Sorong yang
bertugas di pelabuhan khusus Amamapare dapat berkomunikasi dan
bekerja sama yang baik dengan para nahkoda kapal agar
mengetahui kesepakatan yang telah disahkan oleh Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) selaku Otortas Pelabuhan
setempat dan memberikan surat edaran terkait penerapan wajib
pandu bagi kapal-kapal yang memiliki Gross Tonnage (GR) 500 Ton
ke atas sesuai aturan yang berlaku.

3. Diperlukan kesiapan dari pihak managemen dan operasioanal terkait


persiapan sarana dan prasarana yang diperlukan nantinya.

19

Anda mungkin juga menyukai