KELOMPOK :4
MARET 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun tugas Critical
Book Report ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam tugas ini kami
akan membahas mengenai “Strategi dan Problem Sosial Politik Pemerintahan Otonomi
Daerah Indonesia”.
Tugas Critical Book Report ini telah kami buat dengan berbagai cara dengan
membaca per bab dan meringkas isi dalam buku strategi dan problem sosial politik
pemerintahan otonomi daerah Indonesia yang ditulis oleh Dr. Rosramadhana, S.Pd.,
M.Si. dan Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak dan bantuan dari Dosen pengampu
kami ibu Rosramadhana.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas Critical Book
Report ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini.
Oleh karena itu kami juga mengharapkan pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun k a m i . Akhir kata semoga tugas yang kami buat ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan dapat memberikan nilai lebih
pada proses pembelajaran mata kuliah “antropologi politik ”.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Informasi Bibliografi 1
BAB II PEMBAHASAN SECARA UMUM BUKU YANG AKAN DIREVIEW 1
BAB III PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REPORT
A. Latar Belakang Masalah Yang Akan Dikaji 11
B. Permasalahan Yang Akan Dikaji 11
C. Kajian Teori Yang Digunakan/Konsep Yang Digunakan 11
D. Metode Yang Digunakan 11
E. Analisis Critical Book Report 11
BAB IV PENUTUP/KESIMPULAN
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
DAFTAR LAMPIRAN 14
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Buku Utama
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Informasi Bibliografi
Judul : Strategi dan Problem Sosial Politik Pemerintahan Otonomi
Daerah Indonesia
Penulis : Dr. Rosramadhana, S.Pd., M.Si. dan Prof. Dr. Bungaran
Antonius Simanjuntak
ISBN : 978-602-433-654-7
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun Terbit : 2018
Urutan Cetakan : Cetakan pertama
Dimensi Buku : 14,5x21 cm
Tebal Buku : 278 halaman
BAB II
PEMBAHASAN SECARA UMUM BUKU YANG AKAN DIREVIEW
Ringkasan Bab I: Peran Perempuan Masa Kini Dalam Pergolakan Sosial dan
Politik pada Era Otonomi Daerah
Pada bab I menjelaskan bahwa bahwa pada masa kini peran perempuan sudah mulai
mengalami kemajuan progresif, artinya posisi kaum perempuan diberbagai lembaga politik
sudah terwakili, bahkan sudah ada yang mendapat jabatan strategis pada institusi
pemerintahan di tingkat kabupaten dan kota. Di era otonomi daerah, politik pencitraan
individu dan partai tampak jelas. Kekuasaan bisa diperoleh karena kedekatan secara individu
dan menjadi alat untuk menjatuhkan seseorang dari posisi jabatannya. Namun kaum
perempuan yang menduduki posisi strategis menurut pengamatan penulis masih bisa bertahan
di arus era otonomi daerah saat ini.
Dalam buku ini juga dijelaskan tentang politik dan kekuasaan dimana diartikan disini
bahwa di era otonomi daerah khususnya Sumatera Utara, perempuan mampu memperoleh
kekuasaan untuk mendapatkan suatu hasrat jabatan politik dilembaganya. Kesempatan
perempuan untuk berkarir dan memperoleh prestasi tidak terlepas dari suatu proses akademik
yang diperoleh secara formal melalui lembaga pendidikan. Pendekatan dalam konteks-
konteks ilmu-ilmu sosial seperti pendekatan fenomenologi merupakan suatu kondisi di mana
menemukan suatu hal yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman kita dalam masyarakat.
1
Ada beberapa teori yang dijelaskan dalam buku ini yaitu:
1. Teori feminisme marxis
2. Teori femenisme psikoanalisis
3. Teori femenisme radikal
4. Teori feminisme sosialis
Pada bab I juga dijelaskan bahwa Perbedaan perempuan disini dengan perempuan
melayu, yaitu disini tidak berpihak pada laki-laki ataupun perempuan. Dalam tradisi
orang melayu bahwa laki-laki dan perempuan dilakukan berimbang. Tidak ada
pembedaan antara keduanya, meskipun demikian tak menampik ada juga perlakuan
istimewa dalam keadaan tertentu.
Ringkasan Bab II: Pelaksanaan Mensukseskan Otonomi Daerah Di
Indonesia
Pada bab II ini dijelaskan bahwa otonomi daerah di Indonesia lahir di tengah
gejolak sosial yang sangat tinggi pada tahun 1999. Gejolak sosial tersebut didahului
oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia di sekitar tahun 1997. Gejolak sosial
yang melanda negara Indonesia di sekitar tahun 1997 kemudian melahirkan gejolak
politik yang puncaknya ditandai dengan berakhirnya pemerintahan orde baru yang
telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun di Indonesia. Otonomi daerah di
Indonesia adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pada bab II diterangkan bahwa terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan dalam
UUD 1945 berkenaan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di
Indonesia, yaitu;
1. Nilai unitarisme
2. Nilai dasar desentralisasi teritorial
Atas dasar itulah, prinsip otonomi yang dianut Indonesia adalah:
1. Nyata, otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi
objektif di daerah.
2. Bertanggung jawab, pemberian otonomi diselaraskan/ diupayakan untuk
memperlancar pembangunan di seluruh pelosok tanah air,
3. Dinamis, pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk
lebih baik dan maju.
2
Dalam bab II ini diterangkan perbedaan antara pelaksanaan otonomi daerah di
masa orde baru dengan masa reformasi. Masa orde baru sejak tahun 1966,
pemerintah orde baru berhasil membangun suatu pemerintahan nasional yang kuat
dengan menempatkan stabilitas politik sebagai landasan untuk mempercepat
pembangunan ekonomi Indonesia. Banyak prestasi dan hasil yang telah dicapai
oleh pemerintahan orde baru, terutama keberhasilan dibidang ekonomi yang
ditopang sepenuhnya oleh kontrol dan inisiatif program-program pembangunan
dari pusat.
Sedangkan pada masa reformasi, pemerintahan Habibie memberlakukan dasar
hukum desentralisasi yang baru untuk menggantikan undang-undang No.5 Tahun
1974, yaitu dengan memberlakukan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang
perimbangan keungan antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam bab ini
dijelaskan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan otonomi daerha:
1. Kualitas dan kemampuan pemerintah daerah yang terbatas
2. Ketimpangan sumber daya daerah
3. Birokrasi kegiatan lintas kota yang tidak praktis
4. Pelimpahan urusan yang tidak disertai dengan pelimpahan
5. Perbedaan kesiapan pemerintah daerah setiap pemerintah
6. Munculnya beragam aspirasi masyarakat.
Ringkasan Bab III : Konsepku Mensukseskan Otonomi Daerah: Menerapkan Pilkada
Yang Selektif, Demokratis dan Kreatif di Kabupaten Simalungun
Pada bab ini membahas tentang Pemekaran wilayah merupakan suatu proses
pemecahan wilayah wilayah kelompok, dari sebuah wilayah provinsi, kabupaten, ataupun
kota menjadi lebih dari satu wilayah. Warga tersebut menyebutkan bahwa pemekaran
wilayah merupakan pembagian kewenangan administrative suatu wilayah menjadi dua atau
beberapa wilayah kewenangan. Pemekaran wilayah mencakup pembagian luas wilayah
beserta potensi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya dan jumlah penduduk.
Legalisasi pemekaran wilayah medan itu didukung dalam pasal yang sama pada (ayat
3) yang menyatakan bahwa, “pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa
daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua
3
daerah atau lebih” Dan ayat (4) menyebutkan, “pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua)
daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai
batas minimal usia penyelenggaran pemerintahan”.
a. Kemampuan ekonomi
b. Potensi daerah
c. Sosial budaya
d. Sosial politik
e. Kependudukan
f. Luas daerah
g. Pertahanan
h. Keamanan
i. Faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Terakhir, syarat fisik yang dimaksud harus meliputi pling sedikit lima kabupaten atau
kelurahan untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit lima kecamatan untuk
pembentukan kabupaten, dan empat kelurahan untuk pembentukan kota. Kemudian ada
lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.
4
dari rasio guru terhadap murid. Rasio ini secara teoritis berkorelasi positif dengan daya serap
murid terhadap materi ajaran yang diberikan. Artinya makin tinggi rasio guru terhadap murid,
maka makin baik daya serap murid terhadap materi yang diajarkan, sehingga semakin tinggi
kualitas pendidikan yang didapatkan. Indicator kesehatan paling utama adalah pemerataan
kesehatan bagi masyarakat. Indicator ini dapat dilihat pada rasio tenaga kesehatan terhadap
seluruh penduduk. Semakin tingi rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk maka makin
besar peluang masyarakat secara umum untuk mendapatkan layanan kesehatan yang semakin
membaik.
Otonomi daerah adalah suatu bentuk wewenang daerah yang diberikan dari
pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah dalam berperan utnuk lebih berperan
membangun daerahnya sendiri. Untuk bisa membuat masyarakat daerah tersebut lebih
sejahtera. Lebih dapat memberikan keleluasan pemerintah daerah dalam menerima inspirasi
rakyat agar tercipta masyrakat madani. Otonomi daerah ini juga dapat memberikan
kesempatan kepada daerah itu membuka kreativitas untuk mengembangkan ekonomi daerah
tersebut seperti seperti dengan pendidikan sehingga mendorong sector ekonomi agar
masyarakat bisa sejahtera secara berimbang dan berkeadilan. Sehingga secara otomatis akan
mengurangi tindakan criminal dalam masyarakat.
Dengan demikian akan tercipta daerah daerah yang lebih maju, lebih makmur, lebih
potensial, lebih kompetitif positif ke masa depan. Inilah cita- cita bangsa Indonesia yang
berdaulat, bersatu, berbudaya, dan bermartabat.
Pada bab ini menjelaskan tentang pemberlakuan pilkada saat ini menjadi isu-isu yang
sedang dibahas oleh berbagai lapisan masyarakat daerah, hal ini dikarenakan adanya system
pemerintahan dan kekuasaan desentralisasi. Penulis sendiri memiliki alasan dalam
menyatakan hal tersebut. Antusiasme masyarakat tersebut dapat terlihat dari berbagai macam
topic hangat yang dibicarakan di berbagai tempat. Misalnya saja di kedai kopi, dan tempat
lainnya, serta tingginya minat masyarakat yang memiliki keinginan untuk menduduki posisi
kepala daerah.
5
Disaat tujuan utama adalah kekuasaan, maka habislah sudah kepentigan masyarakat
tersebut, karena kekuasaan terkadang membuat seseorang menjadi egois. Namun bukan
berarti semua calon pemimpin daerah hanya bertopeng dengan visi dan misinya saja padahal
tujuan utamanya tidak jelas. Diantara seribu pastinya ada satu yang memang memiliki
kepribadian yang benar benar memfokuskan kedudukannya tersebut terhadap kepentingan
masyarakat. Visi dan misi merupakan suatu hal yang harus jelas, sebab dalam hal ini
kepercayaan masyarakat yang diwujudkan dalam dukungan suara haruslah
dipertanggungjawabkan. Pada umumnya tebar visi misi atau lebih trend disebut sebagai janji
politik bukanlah menjadi hal yang tabu ditebar, namun pasca pengangkatan tidak mendapat
sentuhan dari oknum yang menjanjikan. Hal ini tentunya yang menjadikan sikap krisis
kepercayaan masyarakat terhadap calon-calon pemimpin daerah.
Simalungun merupakan suatu daerah yang pada awalnya diduduki oleh orang
simalungun. Adapun orang simalungun tersebut adalah beberapa marga yaitu sinaga, saragih,
damanik, purba. Marga-marga ini adalah marga yang berasal dari daerah simalungun. Daerah
ini berbatasan dengan kabupaten karo. Sedangkan pematang siantar sebagai sebuah kota
merupakan daerah yang berada langsung di pusat kabupaten simalungun. Pada umunya
masyarakat daerah simalungun adalah masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani.
Maka dengan penjabaran tersebut maka akan terlintas di bentuk mengenai keberadaan orang
simalungun di tengah pelaksaan pilkada. Menjelang ataupun menghadapi pilkada di
simalungun, masyarakat simalungun dalam posisi yang rawan terhadap praktek-praktek
politik yang bersifat praktis dan dirasa curang, yaitu dengan pemberlakuan mpney politics.
Adanya perebutan kekuasaan saat ini antara mantan pemegang kekuasaan dan perebut
kekuasaan (calon baru). Perlu strategi selektif dalam masyarakat, demokratis dalam pilkada
dan dibutuhkan kretivitas masyarakat dalam memilih pemimpin yang dirasa mampu
melaksanakan kepercayaan dari masyarakat simalungun. Meskipun masyarakat simalungun
adalah masyarakat yang tergolong antusias dalam mengahadapi pilkada mendatang, namun
dirasa perlu adanya saringan bagi masayarakat simalungun. Dan perlunya sikap kehati-hatian
masyarakat dalam memilih pemimpin daerahnya. Sebab belajar dari pengalaman di saat
mantan kepala daerah simalungun (mantan bupati) diduga terlibat dalam praktik korupsi.
6
Ringkasan Bab V : Mensukseskan Otonomi Daerah Melalui Evaluasi Nilai Gerakan
Anti Korupsi
Pada bab ini penulis memaparkan tentang otonomi daerah juga mengharuskan
pemerintah kabupaten samosir memiliki prakarsa yang kreatif dan inovativ dalam
pembangunan. Pilihan pendekatan pembangunan yang tepat dengan pemanfaatan kapasitas
lokal sangatlah dibutuhkan sebagai bahan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
kabupaten samosir. Agar pembangunan yang akan dilaksanakan mempunyai tujuan dan tepat
sasarn, maka perlu disusun suatu perencanaan untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui tata urutan pilihan dengan memperhitungkan umber daya yang tersedia. Seiring
dengan perkembangan reformasi di Indonesia, pembangunan nasional di Indonesia lebih
menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan
keadilan, serta memperhatikan potensi daya pendukung pembangunan daerah secara material
daerah.
Sebagai strategi dan arah kebijakan, selanjutnya ditetapkan kebijakan umum dan
program pembangunan daerah berdasarkan rumpun fungsi dari urusan pemerintahan daerah.
Sesuai dengan yang diamanakahkan peraturan pemerintah republic Indonesia, bnomor 38
tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan, antar tingkatan pemerintahan.
Pemetintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, yang akan
dilaksanakan seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dilingkungan pemerintah
kabupaten samosir.
Otonomi daerah telah memberi pengaruh positif dan negative terhadap system
pemerintahan daerah. Adapun pengaruh positif dan negative dari otonomi daerah tersebut
angtara lain dilakukannya pemilihan kepala daerah secara langsung. Terjalinnya hubungan
antara provinsi dengan kabupaten/kota, hubungan antara eksekutif dan legislative. Kemudian
terjadinya distorsi putra daerah, dan kemunculan raja-raja local. Kemudian timbulnya konflik
batas wilayah antardaerah. Pemerintah daerah juga berhak membuat kebijakan umum
terhadap daerah yang dipimpinnya serta melakukannya dan melaksanakan program
pembangunan daerah secara mandiri.
7
Ringkasan Bab VI: Mensukseskan Otonomi Daerah Melalui Evaluasi Gerakan Anti
Korupsi
Otonomi daerah merupakan suatu angin segar bagi perkembangan dan kemajuan
daerah di Indonesia.hal ini dapat juga dipakai sebagai jembatan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat,dan terwujudnya cita cita Negara republic Indonesia.otonomi harus
menjadi tolak ukur dalam merubah sistem sentralisik ke dalam sistem desentralisasi dimana
diharapkan pemerintah daerah dapat mengatur rumah tangganya sendiri.tetapi saat ini yang
terjadi adalah praktek praktek kekuasaan yang berkaitan dengan kolusi,korupsi,nepotisme di
daerah daerah.korupsi sebagai bentuk penyelewengan uang Negara merupakan penyakit dan
kendala bagi tujuan otonomi daerah.melalui nilai terkecil yaitu taat teradap lalu lintas dan
tidak membuang sampah sembarangan sampai yang terbesar yakni mencuri uang rakyat yang
bukan haknya.jika ini terwujud bisa menjadi modal dasar untuk menciptakan otonomi daerah
yang baik.
Otonomi daerah adalah hak,wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengelola utusan dan kepentingan masyarakat local mereka sendiri sesuai dengan
undang undang .secara harfiah,berasal dari kata autonomi daerah.dalam bahasa
yunani,otonomi berasal dari kata autos dan namos.autos berarti sendiri dan namos berarti
aturan atau undang undang.sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur diri
sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan untuk mengurus rumah tangganya
sendiri,yaitu wilayah kesatuan masyarakat yang memiliki batas batas yang jelas.
8
1.KEJUJURAN
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus,tidak berbohong dan tidak curang
2.KEPEDULIAN
3.Kemandirian
4.KEDISIPLINAN
5.TANGGUNG JAWAB
6.KERJA KERAS
7.KESEDERHANAAN
Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros,tidak
sesuai dengan kemampuan dan sebagainya.
8.KEBERANIAN
9.KEADILAN
Ringkasan Bab VII: Korupsi dan Koruptor Sebagai Setan Penghancur Didalam
Pensuksesan Otonomi Daerah
Korupsi adalah suatu tindakan atau aksi yang merugikan masyarakat dan Negara
dengan melawan hukum,merugikan dan menusuk rasa kemanusiaan demi untuk keuntungan
diri sendiri atau kelompok dimana seseorang itu bergabung .tentunya korupsi adalah suatu
tindakan kejahatan yang luar biasa.mengambil hak yang bukan haknya,mencuri suatu milik
masyarakat yang bukan miliknya.merampas secara paksa hak orang lain yang bukan haknya
9
secara individual.yang diambilnya itu adalah dana yang sebenarnya dipaaki Negara untuk
meningkatkan kesejahteraan warga Negara.
1.KORUPSI WAKTU
3.KORUPSI UANG
Yang melakukan tindak korupsi adalah mereka yang punya jabatan fungsional,yang
strategis dan penting.mereka yang punya jaringan social yang tinggi terhadap para pemegang
kekuasaan dan kekayaan.
Dampak korupsi yang dilakukan orang secara sengaja akan menimbulkan kerugian
kepada orang orang lain seperti dalam waktu dan dapat berupa kerugian materi beru[a uang
maupun barang,kesejahteraan bahkan kesehatan orang lain.yang paling tragis adalah rakyat
dan pengusaha diminta setiap tahun melaporkan penghasilanya dan kekayaannya.kemudian
diwajibkan membayar pajak ,tentunya tujuannya bahwa pajak rakyat dan pengusaha itu
adalah untuk membiayai pembangunan untuk kesejahteraan rakyat dan bangsa.tetapii ternyata
pajak itu justru dikorup oleh pejabat yang bergotong royong bersama sama.
Secara hukum kejahatan korupsi itu harus ditindak.institusi yang behak menjatuhkan
hukuman adalah pengadilan.institusi yang berhak menyelidiki dan menuntut koruptor adalah
kejaksaan,kepolisian,dan komisi pemberantasan korupsi (KPK) .proses hukum ditangani
secara bersama oleh penuntu jaksa,pengacara dan hakim .penyelidikan dilakukan oleh
kepolisian,kejaksaaan,dan kpk.dengan demikian maka keadilan dapat ditegakkan kepada para
koruptor.
10
BAB III
12
BAB IV
PENUTUP/KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa politik sangat berkaitan dengan kekuasaan yang
selalu ada dalam permasalahan manusia, pergerakan sosial politik di era otonomi
daerah juga diterangkan dalam buku ini dalam aspek kelompok masyarakat, kebijakan
program pembangunan, gerakan anti korupsi, sampai pada setan penghambat korupsi
era otonomi daerah di Indonesia.
B. Saran
Setelah membaca buku ini diharapkan pembaca dapat mengerti bagaimana untuk
menganalisis sebuah buku sehinggat dapat dibuat dalam bentuk tugas Critical Book
Report.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Rosramadhana, S.Pd., M.Si; Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak
(2018). Strategi dan Problem Sosial Politik Pemerintahan Otonomi Daerah Indonesia.
Frank McGlynn; Arthur Tuden (2000). Pendekatan Antropologi Pada Perilaku
Politik Frank McGlynn dan Arthur Tuden
DAFTAR LAMPIRAN
Informasi Bibliografi Buku Pembanding
14