Anda di halaman 1dari 35

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

bersama Forum Advokasi UGM

Ringkasan Kebijakan
Hari Pendidikan Nasional
Edisi 2021
Tim Penyusun

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional, Edisi 2021.

Tim Penyusun

Penulis: Penyunting:
Annisa Dwi Mauly Aditya Ery Wibowo
Bintang Cahya Dani Della Rose Eduardo Harya Satria
Elvina Yulia Putri Siregar Muhammad Akbar Fajrul Iman
Fahmi Nur Rokhmadi Muhammad Aulia Anis
Floribertus Bujana Adi Pradana Muhammad Dzaky
Gantini Azzhara Nur Amalia Fitri
Ityana Farhanah Pandu Wisesa Wisnubroto
Oki Ridwan Gunawan Renova Zidane Aurelio
Ravi Allan Abinawa
Reno Fauzan Makarim
Saniyya Adzra Ahmad
Seruni Salsabilla Putri Basoeki
Sonia Sun Christanti
Vania Adelia

Disusun untuk dijadikan bahan evaluasi pada Hari Pendidikan Nasional


2021.

Dilarang memperbanyak, mengubah dan/atau menjualbelikan karya tulis


ini dalam bentuk dan alasan apa pun.

Untuk Universitas Gadjah Mada yang lebih baik lagi.

ii Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Daftar Isi

Daftar Isi
Tim Penyusun ...................................................................................................................... ii

Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................. 1

Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal ................................................................................. 3

I. Pengantar ...................................................................................................................... 3

II. Pembahasan................................................................................................................. 5

A. Keterlibatan Mahasiswa dalam Rapat Perubahan UKT .......................................... 5


B. Indikator dan Petunjuk Teknis Penetapan, Penyesuaian, dan Pemberian
Keringanan UKT ........................................................................................................... 8
C. Optimalisasi Anggaran Demi Kepentingan Mahasiswa ......................................... 12
III. Kesimpulan dan Saran .............................................................................................. 17

Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual .................................... 19

I. Pengantar ..................................................................................................................... 19

II. Pembahasan................................................................................................................ 21

A. Kampanye dan Sosialisasi ULT kepada Mahasiswa UGM ..................................... 21


B. Keberadaan dan Urgensi Pembentukkan Lembaga Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Seksual Tingkat Fakultas/Sekolah ........................................................... 23
III. Kesimpulan dan Rekomendasi ................................................................................ 27

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 30

iii Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary)

S
udah menjadi suatu kebiasaan, bahwa Hari Pendidikan Nasional merupakan
momentum bagi mahasiswa Universitas Gadjah Mada untuk memberikan saran
kepada pihak pelaksana akademik untuk memperbaiki atau memperbahurui
kebijakan yang ada di kampus. Hari Pendidikan Nasional Tahun 2021 tak terlepas dari
kebiasaan ini, dimana meski ada wabah COVID-19 yang merebak, kemajuan sarana dan
prasarana daring disertai dengan protokol kesehatan yang ada, memungkinkan untuk
tetap dilaksanakannya kebiasaan tersebut. Berdasarkan kebiasaan tersebut, disertai
dengan kebutuhan untuk merangkum suatu saran kebijakan yang bersifat ilmiah dan
berbasis pada data, maka disusun ringkasan kebijakan yang mengakomodir saran-saran
mahasiswa, yang dituangkan dalam ringkasan kebijakan ini.
Ringkasan kebijakan ini merupakan suatu bentuk analisa terhadap kebijakan
Universitas Gadjah Mada yang berdampak negatif kepada mahasiswanya, dan memiliki
komponen yang masih bisa diperbaiki. Dalam hal ini, kami berpendapat bahwa terdapat
dua kebijakan yang patut untuk dianalisa, yaitu Kebijakan Uang Kuliah Tunggal dan
Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di lingkup
Universitas Gadjah Mada.
Pada Kebijakan Uang Kuliah Tunggal, berdasarkan peneletian yang telah kami
lakukan, telah teridentifikasi tiga permasalahan yang harus diselesaikan sebagai berikut:
Pertama, adalah tidak adanya suatu Peraturan, Surat Edaran, atau Keputusan yang
memerintahkan fakultas-fakultas di Universitas Gadjah Mada untuk melibatkan
perwakilan mahasiswa dalam rapat verifikasi, penetapan, dan pemberian keringanan
UKT, yang mana hal ini menyebabkan beragamnnya kebijakan yang terbit di antara
fakultas-fakultas itu sendiri. Kedua, adalah tidak adanya suatu indikator baku yang
menjadi standar dalam pemberian keringanan UKT dengan persentase tertentu, sehingga
terbuka potensi yang cukup besar untuk terjadinya standar ganda di dalam pemberian

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 1


Ringkasan Eksekutif

keringanan. Ketiga, adalah surplus anggaran yang belum teroptimalisasikan sepenuhnya


untuk kepentingan mahasiswa.
Kemudian, pada Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual,
berdasarkan riset yang telah kami lakukan, terdapat dua permasalahan yang dianggap
masih harus diperbaiki, sebagai berikut: Pertama, berdasarkan riset yang telah
dilakukan, tingkat pengetahuan Mahasiswa Universtas Gadjah Mada terhadap Unit
Layanan Terpadu (ULT) Khusus Penanganan Kekerasan Seksual masih jauh dari kata
cukup. Kedua, adalah tidak adanya lembaga tingkat Fakultas/Sekolah yang melakukan
penanganan dan pencegahan kekerasan seksual, kecuali di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
Ringkasan Kebijakan ini bertujuan untuk mengupas kelima permasalahan
sebagaimana yang sudah disampaikan di atas, yang nantinya akan disertakan
rekomendasi-rekomendasi yang proporsional dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut.

2 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

Bagian Kesatu

Uang Kuliah Tunggal

I. Pengantar
Demi meningkatkan sumber daya manusia sebagai aset utama dalam
pembangunan suatu negara, pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk
ditekankan. Artinya, pendidikan memiliki kontribusi penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia suatu negara. Penelitian empiris membuktikan bahwa
bangsa-bangsa yang memiliki kualitas pendidikan yang tinggi memiliki tingkat
kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi pula. Misalnya negara-negara seperti Jepang,
Taiwan, dan Korea Selatan. Oleh karena itu, Indonesia meletakkan aspek pendidikan ke
dalam prioritas kebijakan. 1 Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan bangsa Indonesia
dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea ke-IV yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa” yang
diwujudkan dengan upaya dari institusi pendidikan dari jenjang pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi. Akan tetapi, merebaknya kasus infeksi Virus Covid-19 yang masuk ke
Indonesia sejak Maret 2020 2 mengintervensi keberlangsungan seluruh kegiatan dari
segala aspek, termasuk sektor pendidikan pada semua jenjang.

Khusus pada sektor pendidikan tinggi, pandemi Covid-19 memberikan dampak


yang signifikan pada proses belajar mengajar, pembiayaan kuliah, dan lain-lain. Dari
beberapa imbas pandemi yang tercipta, salah satu dampak yang paling dirasakan adalah
pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT). Hal ini disebabkan karena tidak sedikit orang

1
Muhardi, “Kontribusi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia,” Mimbar 20, no. 4 (Desember
2004): 479.
2
Rebecca Ratcliffe, 2020, “First Coronavirus Confirmed in Indonesia amid Nation is Ill-Prepared for Outbreak”,
https://www.theguardian.com/world/2020/mar/02/first-coronavirus-cases-confirmed-in-indonesia-amid-fears-
nation-is-ill-prepared-for-outbreak, diakses pada 2 Mei 2021.

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 3


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

tua/wali mahasiswa yang pendapatannya terdampak pandemi Covid-19 dan tidak


memiliki jaminan atau tabungan untuk membayar biaya kuliah di semester berikutnya.
Selain itu, aktivitas perkuliahan secara daring membuat mahasiswa tidak dapat
menggunakan fasilitas kampus yang seharusnya dapat diperoleh dengan membayar UKT.

Melihat kondisi tersebut, Kementerian Pendidikan dan Budaya menerbitkan


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 25 tahun 2020
tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi
Negeri di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Salah satu isi dari
Permendikbud tersebut membahas mengenai kebijakan terkait penyesuaian Uang Kuliah
Tunggal (UKT) sebagai respon terhadap selama pandemi Covid-19. Universitas Gadjah
Mada (UGM) pun merespon pandemi Covid-19 dengan mengeluarkan beberapa
kebijakan baru terkait keringanan UKT yang tercantum di dalam 3 Keputusan Rektor
Universitas Gadjah Mada Nomor 2321/UN1. P/KPT/HUKOR/2020 menggantikan
kebijakan penyesuaian UKT yang tercantum di dalam Surat Keputusan Rektor UGM
Nomor 526/UN1.P/SK/HUKOR/2016 tentang Penyesuaian Kelompok UKT Program
Sarjana dan Diploma4.

Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kekurangan dalam kebijakan


tersebut. Hal ini termasuk, tapi tak terbatas pada, tidak adanya pengaturan atau perintah
untuk melibatkan mahasiswa dalam rapat verifikasi, penyesuaian dan pemberian
keringanan UKT dengan persentase tertentu, dan indikator baku yang tidak seragam tiap
fakultas. Dengan adanya kendala tersebut, prinsip akuntabilitas dan transparansi yang
tercantum di dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2013 tentang Statuta

3
Universitas Gadjah Mada, “Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor 2321/UN1.
P/KPT/HUKOR/2020,” 2020.
4
Universitas Gadjah Mada, “Surat Keputusan Rektor UGM Nomor 526/UN1.P/SK/HUKOR/2016”,
2016.

4 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

Universitas Gadjah Mada patut dipertanyakan kembali implementasinya 5 . Selain itu,


evaluasi terkait perubahan kebijakan finansial perlu dilakukan agar implementasi dari
kebijakan finansial tersebut dapat berjalan tepat sasaran.

II. Pembahasan
A. Keterlibatan Mahasiswa dalam Rapat Perubahan UKT
Selama Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), tidak sedikit Mahasiswa
UGM yang dihadapkan dengan masalah sosial dan ekonomi. Mulai dari penurunan
penghasilan orang tua hingga kehilangan pekerjaan. Hal ini tentunya memengaruhi
kemampuan mahasiswa untuk membayar UKT. Terkait hal ini, pihak Rektorat melalui
bapak Supriyadi selaku Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Sistem
Informasi, telah menyatakan pada Hearing Rektorat pada Jumat, 15 Januari 2021 bahwa
UGM berjanji tidak akan mengeluarkan mahasiswanya karena masalah UKT.6 Maka dari
itu, agar mahasiswa tidak terancam drop out karena masalah UKT, Universitas Gadjah
Mada harus memberikan keringanan UKT. Tentunya agar pemberian keringanan UKT
tepat sasaran, aspek keterbukaan informasi dan transparansi sangatlah penting untuk
dipenuhi. Salah satu implementasi dari kedua aspek ini adalah pelibatan mahasiswa (baik
dalam rapat verifikasi, banding, dan penentuan keringanan dengan persentase tertentu),
terutama dari pihak organisasi kemahasiswaan. Pertama, dalam aspek keterbukaan
informasi tentunya pihak universitas/fakultas perlu mengetahui kondisi riil dari setiap
mahasiswa agar pemberian keringanan UKT tepat sasaran. Untuk mengetahui kondisi
riil dari setiap mahasiswa, elemen organisasi kemahasiswaan perlu dilibatkan. Sebab,
sebagai agen penyalur aspirasi, mahasiswa dapat menceritakan dan melaporkan kondisi
riil-nya kepada organisasi kemahasiswaan. Kedua, dalam aspek transparansi,
universitas/fakultas harus memastikan setiap alur dan proses pemberian keringanan

5
Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2013 tentang Statuta Universitas Gadjah Mada
6
BEM KM UGM, 2021, “Notulensi Hearing Rektorat”,
https://drive.google.com/drive/folders/10scluFBIm3BfhWDRGYbMd0AWCxkAayR6, diakses pada 2 Mei 2021

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 5


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

UKT berjalan demi kesejahteraan mahasiswa. Untuk itu, melalui organisasi


kemahasiswaan, mahasiswa wajib dihadirkan untuk menjalankan fungsi check and
balances dan memastikan proses tersebut berjalan lancar dan sesuai tujuan.

Secara normatif, pengaturan terkait pelibatan mahasiswa telah diatur dalam SK


Rektor Nomor 526/UN1.P/SK/HUKOR/2016 tentang Penyesuaian Kelompok Uang
Kuliah Tunggal Program Sarjana dan Diploma di Lingkungan UGM, tepatnya pada
lampiran dimana permohonan penyesuaian kelompok UKT ke Fakultas/Sekolah dapat
didampingi oleh BEM/LEM/DEMA/LM fakultas/sekolah dengan syarat mengisi form
Informed Consent sesuai dengan format yang disiapkan fakultas/sekolah dan dilengkapi
dengan foto KTM mahasiswa pendamping. Akan tetapi, hingga kini SK Rektor ini belum
pernah direalisasikan. Selanjutnya, pada 18 Juni 2019, pihak rektorat mengeluarkan
Pengumuman Nomor 4756/UNI.P.I/DKM/KM/2019 tentang Perwakilan mahasiswa
dalam proses verifikasi UKT. Surat Pengumuman ini berisi arahan Rektorat kepada
fakultas/sekolah untuk melibatkan perwakilan mahasiswa dalam verifikasi permohonan
keringanan UKT untuk tahun ajaran 2019/2020. Namun, surat edaran ini berdasarkan
isinya hanya berlaku untuk tahun ajaran 2019/2020 saja. Selanjutnya dalam SK Rektor
Nomor 2321/UN1.P/KPI/HUKOR/2020 tentang Keringanan Pembayaran UKT bagi
Mahasiswa UGM yang menjadi acuan untuk Semester Genap tahun ajaran 2020/2021
tidak ditemukan pengaturan terkait pelibatan organisasi kemahasiswaan dalam
permohonan keringanan UKT. Bahkan, dalam Diktum Ketujuh SK Rektor Nomor
2321/UN1.P/KPI/HUKOR/2020, pengaturan dalam SK Rektor Nomor
526/UN1.P/SK/HUKOR/2016 yang mencakup satu-satunya mekanisme dan dasar
hukum pelibatan organisasi kemahasiswaan dalam penyesuaian dan pemberian
keringanan UKT dalam lingkungan UGM dinyatakan tidak berlaku.

Ketidakjelasan peraturan terkait keterlibatan mahasiswa ini tentunya


mengakibatkan mekanisme pelibatan mahasiswa dikembalikan kepada kebijakan
fakultas/sekolah masing-masing. Sehingga dalam praktiknya terdapat beberapa fakultas
yang melibatkan mahasiswa (Seperti Fakultas Hukum, FISIPOL, Fakultas Farmasi,
Faperta) dan yang tidak melibatkan mahasiswa (Seperti Sekolah Vokasi, FEB, Fakultas
Biologi, FIB). Untuk memperlihatkan ketimpangan akses keterbukaan informasi dan

6 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

transparansi, pada April 2021, Forum Advokasi UGM melakukan rekapitulasi data terkait
proses pemotongan UKT di dua fakultas yaitu Fakultas Biologi dan di salah satu Fakultas
di Klaster Medika (yang mana demi kepentingan mahasiswa tak bisa disebutkan nama
fakultas tersebut, dan selanjutnya disebut sebagai Fakultas Klaster Medika). Fakultas
Biologi dalam proses pemotongan UKT tidak melibatkan mahasiswa maupun organisasi
kemahasiswaan (Advokasi BEM Biologi) sedangkan Fakultas Klaster Medika dalam
prosesnya melibatkan mahasiswa yang diwakilkan oleh Lembaga Eksekutif
Mahasiswanya.

Melalui survey tersebut, didapatkan informasi terkait dengan jumlah permintaan


pemotongan UKT bahwa terdapat 80% mahasiswa yang permohonan keringanan UKT
yang disetujui di Fakultas Biologi. Sedangkan di Fakultas Klaster Medika, terdapat 93%
mahasiswa disetujui dari keseluruhan jumlah mahasiswa yang mengajukan keringanan.
Dari survey tersebut dapat dilihat bahwa fakultas yang tidak melibatkan
mahasiswa, jumlah persentase pemohon yang disetujui jauh lebih sedikit
dari fakultas yang melibatkan mahasiswanya. Hal ini terjadi karena Advokasi
BEM Biologi tidak dapat memaksimalkan hak pemotongan UKT karena keluhan dan
kondisi riil mahasiswa yang dihimpun tidak dapat disuarakan. berbeda dengan Fakultas
Klaster Medika, dimana mahasiswa terwakilkan oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswanya,
mereka dapat menyuarakan kondisi riil dari setiap mahasiswa sehingga kemungkinan
permohonan pemotongan UKT diterima jauh lebih tinggi. Selain itu, pada
fakultas/sekolah yang tidak melibatkan mahasiswa, seperti Fakultas Biologi,
transparansi terkait alasan diterima/ditolaknya pengajuan keringanan juga tidak
diberikan. Hal ini terbukti dari data kedua yang diambil secara spesifik di Fakultas
Biologi, yaitu terkait transparansi terhadap keringanan UKT yang didapat, 26%
pemohon menganggap pihak Fakultas Biologi belum transparan terkait
informasi, alasan penolakan, hingga dasar-dasar pemberian keringanan
dengan persentase tertentu. Padahal, permasalahan ini dapat dihindari apabila
Organisasi Kemahasiswaan dilibatkan dalam proses pemotongan UKT (baik dalam rapat
verifikasi, banding, dan penentuan keringanan dengan persentase tertentu).

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 7


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

Selain itu, sesungguhnya ketiadaan pelibatan mahasiswa dalam penentuan dan


pemberian keringanan UKT, bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Baik
(AAUPB), khususnya asas permainan yang layak (fair play). Pada asas ini, sebelum
diberikan sebuah keputusan, orang yang akan terdampak keputusan tersebut harus
diberikan hak untuk membela dirinya dengan menyampaikan argumentasi-
argumentasinya.7 Sebagai konsekuensi, tiap orang yang akan menggunakan hak tersebut,
juga mempunyai hak untuk mendapatkan pendampingan untuk memberikan penjelasan
atas apa yang akan dijatuhkan kepadanya. Dalam hal ini, pelibatan mahasiswa pada rapat
penetapan dan pemberian keringanan UKT merupakan suatu bentuk pemenuhan hak
mahasiswa untuk membela dirinya sebelum keputusan penetapan dan pemberian
keringanan UKT dijatuhkan kepadanya.

B. Indikator dan Petunjuk Teknis Penetapan, Penyesuaian, dan Pemberian


Keringanan UKT

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Forum Advokasi UGM tentang
kebijakan UKT di UGM, terdapat perbedaan antara indikator yang digunakan dalam
penentuan, penyesuaian, dan pemberian keringanan dengan persentase tertentu di tiap
fakultas/sekolah. Beberapa fakultas/sekolah seperti Fakultas Biologi, Filsafat, dan Ilmu
Budaya hanya menggunakan indikator-indikator dari dokumen yang diunggah oleh
mahasiswa melalui Simaster. Sementara itu, Sekolah Vokasi, misalnya, menggunakan
indikator persentase penurunan pendapatan sebagai persentase keringanan secara
langsung. Adapun, Fakultas Hukum turut mempertimbangkan proksi-proksi lain seperti
tampilan akun media sosial mahasiswa sebagai indikator penentuan besaran dan
pemberian keringanan UKT.

Di sisi lain, terdapat pula perbedaan transparansi dalam hal indikator apa saja
yang digunakan dalam proses verifikasi penentuan, penyesuaian, dan pemberian
keringanan. Beberapa fakultas/sekolah yang ada di Universitas Gadjah Mada, seperti
Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kehutanan, dan Fakultas Hukum memiliki indikator

7
Ridwan HR, “Hukum Administrasi Negara”, 2017, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 255

8 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

penentu yang cukup transparan. Sementara itu, di Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Fakultas Kedokteran Hewan, dan Fakultas Pertanian, pihak dekanat belum memberikan
indikator penentuan secara transparan. Kedua poin tersebut menjadi argumen dasar
bahwa indikator baku yang setara dalam proses penentuan, penyesuaian, dan pemberian
keringanan UKT bagi setiap mahasiswa di setiap fakultas/sekolah di Universitas Gadjah
Mada. Berikut persentase keterbukaan indikator penyesuaian dan keringanan UKT di
seluruh fakultas dan sekolah yang ada di Universitas Gadjah Mada, serta daftar
fakultas/sekolah yang mempunyai indikator yang terbuka dan tertutup.

Diagram 1.1

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 9


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

Daftar Fakultas/Sekolah dengan Indikator Terbuka/Tidak Terbuka

Indikator Terbuka Indikator Tidak Terbuka

Fakultas Biologi Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Fakultas Geografi Fakultas Kedokteran Hewan

Fakultas Filsafat Fakultas Farmasi

Fakultas Filsafat Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam

Fakultas Kedokteran Gigi Fakultas Pertanian

Fakultas Kehutanan Fakultas Kedokteran, Kesehatan


Masyarakat dan Keperawatan

Fakultas Peternakan Fakultas Biologi

Fakultas Psikologi

Fakultas Teknologi Pertanian

Sekolah Vokasi

Fakultas Hukum

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Tabel 1.1

10 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

Berdasarkan data yang disajikan pada Diagram 1.1, Tabel 1.1, serta variabel-
variabel yang digunakan oleh fakultas/sekolah dalam menetapkan UKT dan memberikan
persentase keringanan UKT, sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, dapat
diambil suatu konklusi bahwa belum ada kebijakan yang sama antar fakultas/sekolah.
Ketidaksamaan kebijakan antar fakultas/sekolah ini sebenarnya bukan tanpa alasan,
melainkan mengacu pada Pasal 91 huruf e Peraturan Majelis Wali Amanat Nomor
4/SK/MWA/2014 tentang Organisasi dan Tata Kelola (Governance) Universitas Gadjah
Mada. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa, Dekan Fakultas mempunyai kewenangan
untuk mengelola seluruh kekayaan fakultas. Oleh karenanya, dekanat memiliki
kewenangan untuk menentukan porsi keringanan UKT yang diberikan serta indikator
yang digunakan dalam penentuan pemberian keringanan.

Meskipun demikian, ketidaksamaan kebijakan antar fakultas/sekolah ini


seharusnya dapat ditanggulangi. Mengacu pada Pasal 15 ayat (2) juncto ayat (3), dalam
hierarki Peraturan Internal Universitas Gadjah Mada, posisi Peraturan Rektor lebih
tinggi dibandingkan dengan Peraturan Dekan, hal ini diperkuat juga dalam Pasal 35
huruf a angka 3 huruf a), yang secara eksplisit menyebutkan bahwa Rektor membawahi
beberapa unsur pelaksana akademik, yang mana salah satunya adalah fakultas dan
sekolah. Artinya, meski mempunyai kewenangan sendiri, Dekan merupakan subordinat
dari Rektor, dan harus mengikuti segala arahan yang dikeluarkan oleh Rektor, melalui
peraturan atau produk hukum yang dikeluarkan oleh Rektor.

Adapun, urgensi dari penetapan indikator verifikasi, penetapan, dan pemberian


keringanan UKT antar fakultas/sekolah adalah bahwa perbedaan indikator verifikasi,
penetapan, dan pemberian keringanan UKT antar fakultas/sekolah, dapat menimbulkan
situasi dimana dua orang dengan kondisi yang sama di fakultas/sekolah yang berbeda,
bisa saja mendapatkan jumlah UKT/persentase keringanan UKT yang berbeda. Lebih
lanjut, ketidaksamaan kebijakan antar fakultas/sekolah tersebut juga bertentangan
dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Baik (AAUPB), khususnya pada Asas Kepastian
Hukum dan Asas Kesamaan dalam Mengambil Keputusan. Pada Asas Kepastian Hukum,
sebuah badan pemerintah dalam memberikan suatu keputusan yang memberatkan dan
juga menguntungkan, harus disusun dengan kata-kata yang jelas. Hal ini berarti bahwa
subjek dari suatu keputusan diberikan hak untuk mengetahui apa yang dikehendaki

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 11


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

kepadanya, serta latar belakang dari pemberian keputusan itu sendiri.8 Dalam hal ini, jika
dihubungan dengan asas tersebut, Universitas Gadjah Mada melalui Rektor, sudah
sepantasnya menerbitkan suatu Peraturan, Surat Edaran, dan/atau Produk Hukum
lainnya yang menerangkan indikator dalam menetapkan dan memberikan keringanan
UKT, sehingga tercipta kepastian hukum di Universitas Gadjah Mada. Selain itu, agar
mahasiswa yang menjadi subjek dari penerbitan keputusan penetapan UKT dan
pemberian keringanan UKT, dapat terpenuhi haknya untuk mengetahui latar belakang
dari keputusan yang dijatuhkan kepadanya. Dalam Asas Kesamaan dalam Mengambil
Keputusan, untuk dua kasus yang sama, sebuah badan pemerintah harus membuat
keputusan yang sama pula. 9 Pada kasus ini, ketika tidak ada suatu indikator dalam
menentukan penetapan dan keringanan UKT, peluang untuk terjadinya keputusan yang
berbeda dalam menghadapi suatu kasus yang mirip cukup besar. Sebab, dalam
menentukan besaran UKT atau keringanan tidak terdapat suatu indikator yang jelas.
Maka dari itu, sudah sepantasnya Rektorat Universitas Gadjah Mada menetapkan suatu
indikator baku dalam penetapan dan pemberian keringanan UKT, yang dituangkan
dalam suatu Peraturan, Surat Edaran dan/atau Produk Hukum lainnya. Dengan
demikian, diharapkan terwujudnya sistem pengelolaan Universitas Gadjah Mada yang
mengikuti AAUPB serta kebijakan antar fakultas/sekolah yang setara.

C. Optimalisasi Anggaran Demi Kepentingan Mahasiswa


Sebagai implikasi dari pandemi Covid-19, Universitas Gadjah Mada mengalami
perubahan kondisi finansial yang cukup signifikan selama tahun 2020. Selanjutnya,
pasca Hearing Rektorat tanggal 15 Januari 2021, pihak Rektorat merilis Laporan Rencana
dan Realisasi Keuangan Akibat Pandemi Covid-19 Tahun Anggaran 2020 secara tertutup
kepada Aliansi Mahasiswa UGM. Dokumen tersebut menjabarkan perubahan pos
penerimaan dan pengeluaran secara lebih detail sebagaimana pada Tabel 1.2, Tabel 1.3,
dan Tabel 1.4 berikut.

8
Ibid, hlm. 246
9
Ibid, hlm. 247-248

12 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

Penerimaan Rencana Realisasi Selisih

1 BPPTNBH 299,127,381,66 216,873,863,000 -


6 82,253,518,6
66

2 Penerimaan Gaji APBN 467,953,289,0 453.005.240.038 -


00 14.948.048.9
62

3 Penerimaan Bantuan Covid- - 22,039,477,000 22,039,477,0


19 APBN 00

4 Penerimaan Pemerintah 243,152,385,68 170,584,039,134 -


Lainnya 7 72,568,346,5
53

5 Penerimaan Pendidikan 1,040,796,083, 983,505,625,804 -


206 57,290,457,4
02

6 Penerimaan Non- 778,991,506,00 675,703,424,459 -


Pendidikan 7 103,288,081,
548

Jumlah 2,830,020,645, 2,536,291,945,50 -


566 0 308,308,976,
131

Tabel 1.2

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 13


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

Dari aspek penerimaan, secara umum terdapat penurunan realisasi penerimaan


dibandingkan dengan besaran yang direncanakan. Penurunan realisasi terbesar
dicatatkan pada pos penerimaan non-pendidikan. Adapun, penurunan realisasi terkecil
dicatatkan oleh penerimaan gaji dari APBN. Di sisi lain, terdapat pos penerimaan baru
yang muncul yakni bantuan Covid-19 dari pemerintah. Selain itu, meski penerimaan
pendidikan kurang dari besaran yang telah direncanakan, tetapi jumlah tersebut
sebetulnya telah meningkat jika dibandingkan dengan penerimaan pendidikan pada 2019
yakni sebesar Rp968,1 miliar10.

Dari aspek pengeluaran operasional, secara umum terdapat penurunan realisasi


belanja pada berbagai pos pengeluaran seperti pada Tabel 1.3. Penurunan realisasi
terbesar tercatat pada pos belanja perjalanan. Sebab, selama pandemi Covid-19,
pergerakan masyarakat memang dibatasi oleh pemerintah melalui kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). Adapun, dalam menanggulangi dampak Covid-19 di
lingkungan UGM, pos biaya langsung penanganan pun muncul di luar rencana
sebelumnya. Selain itu, dari aspek pengeluaran investasi (belanja modal), secara umum
juga mengalami penurunan realisasi dengan cukup signifikan. Sebab, pengeluaran
investasi berkaitan pula dengan belanja untuk pembangunan infrastruktur penunjang
yang tertunda sebagaimana pada Tabel 1.4. Secara total, terdapat penurunan realisasi
belanja modal sebesar Rp. 295,16 miliar. Pihak Rektorat pun memberikan catatan khusus
bagi aspek pengeluaran investasi tersebut bahwa pos biaya yang realisasinya tertunda
selama tahun 2020 akan mulai direalisasikan pada awal tahun 2021.

10
Universitas Gadjah Mada, “Laporan Keuangan dan Laporan Auditor Independen Universitas Gadjah Mada 31
Desember 2019”, 2020.

14 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

Pengeluaran Operasional Rencana Realisasi Selisih

1 Belanja Pegawai 1,468,435,884, 1,422,371,901,336 46,063,983,3


698 62

2 Belanja Barang dan Jasa 741,468,453,00 680,285,264,412 61,183,188,5


9 97

3 Belanja Perbaikan dan 151,323,245,36 62,043,401,691 89,279,843,6


Pemeliharaan 8 77

4 Belanja Perjalanan 204,866,543,83 31,130,130,558 173,736,413,2


0 72

5 Biaya Langsung - 40,562,720,273 -


Penanganan Covid-19 40,562,720,2
73

Jumlah 2,566,094,126, 2,236,393,418,26 329,700,708,


905 9 636

Tabel 1.3

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 15


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

Pengeluaran Investasi (Belanja Rencana Realisasi Selisih


Modal)

Belanja Modal Terealisasi 173,000,000,0 164,958,688,480 8,041,311,520


00

Belaja Modal Tertunda

1 Pembangunan Lab. BSL-3 156,942,420,96 - 156,942,420,


LPPT 5 965

2 Pembangunan GOR 39,563,076,000 - 39,563,076,0


00

3 Pembangunan Gedung 25,000,000,00 - 25,000,000,0


FMIPA 0 00

4 Sertifikasi Greenship dan 2,620,151,255 - 2,620,151,255


IMB Gedung SGLC

5 Pengadaan Alat Lab GNS 30,000,000,00 - 30,000,000,0


0 00

6 Renovasi Laboratorium 33,000,000,00 - 33,000,000,0


FKKMK 0 00

Jumlah 460,125,648,22 164,958,688,480 295,166,959,7


0 40

Tabel 1.4

16 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

Dari ketiga aspek yang dijabarkan di atas, secara umum pos penerimaan dan
pengeluaran mengalami penurunan. Adapun, beberapa pos penerimaan-pengeluaran
insidental seperti biaya langsung penanganan serta penerimaan bantuan Covid-19 dari
pemerintah menjadi pengecualian. Jika selisih antara rencana penerimaan dan
pengeluaran (operasional dan modal) dihitung, maka terdapat defisit anggaran sebesar
Rp. 196,2 miliar. Akan tetapi, jika selisih dari penerimaan dan pengeluaran yang
terealisasi pada 2020 dihitung, didapatkan surplus sejumlah Rp. 134,94 miliar. Margin
tersebut relatif besar jika dibandingkan dengan margin pada RKAT 2020. Maka dari itu,
dana tersebut dapat dioptimalisasi, khususnya bagi kepentingan mahasiswa.

III. Kesimpulan dan Saran

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga masalah utama
dari rangkaian kebijakan finansial yang diterapkan oleh rektorat dalam tiga semester
terakhir. Pertama, pelibatan mahasiswa yang belum memiliki dasar hukum yang jelas.
Kedua, indikator penentuan dan pemberian keringanan yang berbeda-beda di setiap
fakultas/sekolah. Ketiga, alokasi penerimaan dan pengeluaran kampus yang masih
dapat dioptimalisasi. Maka dari itu, sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan dalam
proses penyesuaian UKT, kami merekomendasikan hal-hal di bawah ini sebagai jawaban
atas permasalahan di atas sebagai berikut :

1. Untuk melibatkan mahasiswa dalam setiap rapat penetapan, penyesuain,


dan pemberian keringanan UKT. Lebih lanjut, dalam rangka menciptakan
pengaturan yang bersifat berlaku terus-menerus, kami merekomendasikan agar
kebijakan pelibatan mahasiswa dalam rapat terkait UKT di atas, untuk dituangkan
dalam/dengan Peraturan, Surat Edaran, atau Produk Hukum lainnya yang mempunyai
kekuatan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 17


Bagian Kesatu: Uang Kuliah Tunggal

2. Untuk menetapkan indikator baku yang setara di setiap fakultas serta


petunjuk teknis penentuan, penyesuaian, dan pemberian keringanan UKT
dengan persentase tertentu. Hal ini dilakukan dalam rangka menegakkan Asas
Kesamaan dan Kepastian Hukum dalam Asas-Asas Umum Pemerintahan Baik (AAUPB).
Juga, penerbitan indikator baku dan petunjuk teknis sebagaimana disebutkan di atas,
dapat menjadi acuan mahasiswa dan dekan dalam menetapkan, dan menyesuaikan UKT,
serta memberikan persentase keringanan UKT.

3. Untuk mengoptimalisasikan anggaran kampus demi kepentingan


mahasiswa. Berdasarkan laporan rencana dan realisasi keuangan yang dirilis oleh
Direktorat Keuangan secara tertutup, terdapat selisih antara penerimaan dan
pengeluaran sebesar Rp. 196 miliar. Hal ini berarti bahwa terdapat dana yang masih
dapat dioptimalisasi pengeluarannya. Sebagai institusi pendidikan, mahasiswa menjadi
stakeholders utama yang memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan yang
bermutu. Selain itu, penerimaan pendidikan, yang mayoritas bersumber dari UKT yang
dibayarkan mahasiswa, juga menjadi sumber penerimaan terbesar selama tahun 2020
(tambah persentase-nya). Oleh karenanya, kami merekomendasikan agar dana tersebut
dapat dioptimalisasi dengan mengalokasikannya bagi kegiatan mahasiswa. Adapun, dana
yang tersedia dapat dialokasikan ke dalam berbagai bentuk, misalnya dengan
mempersiapkan rescue fund bagi mahasiswa yang sangat membutuhkan keringanan
pada masa heregistrasi semester yang akan datang. Selain itu, alokasi juga dapat
dilakukan kepada penyediaan fasilitas penunjang yang esensial selama masa PJJ seperti
platform pertemuan daring premium dan sebagainya. Dana yang tersedia juga dapat
dialokasikan sebagai penunjang Kuliah Kerja Nyata pada tahun 2021. Dengan demikian,
diharapkan dana yang tersedia dapat dialokasikan secara optimal bagi kesejahteraan
mahasiswa.

18 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

Bagian Kedua

Pencegahan dan Penanganan Kekerasan


Seksual

I. Pengantar
Kekerasan seksual di lingkungan kampus memang masih menjadi fenomena yang
marak terjadi di institusi pendidikan di Indonesia. Suatu keprihatinan dan ironis ketika
institusi pendidikan yang seharusnya memberikan pendidikan akademik dan moral,
tetapi justru menjadi tempat yang tidak memberikan jaminan keamanan yang
menyeluruh bagi mahasiswanya . Bahkan, menurut data yang tertera dalam Tirto, kasus
kekerasan seksual di kampus telah terjadi pada 79 kampus di 29 kota se-Indonesia11 Hal
ini tentu sangat mengkhawatirkan, mengingat diantaranya merupakan kampus-kampus
ternama yang dianggap dapat dipercaya untuk mendidik dan menjaga sivitas
akademikanya.

Kendati demikian, Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mencoba


menanggulangi maraknya kekerasan seksual di kampus, dengan ditetapkannya
Peraturan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pencegahan
dan Penanganan Kekerasan Seksual oleh Masyarakat Universitas Gadjah Mada.
Ditetapkannya Peraturan ini memberikan landasan hukum untuk memberikan sanksi
bagi pelaku pelecehan seksual di lingkup kampus UGM, sehingga harapannya dapat
memberikan efek jera dan juga mencegah adanya tindakan melawan norma kesusilaan
tersebut.

11
Wan Ulfa Nur Zahra, “Testimoni Kekerasan Seksual: 174 Penyintas, 79 Kampus, 29 Kota”,
https://tirto.id/testimoni-kekerasan-seksual-174-penyintas-79-kampus-29-kota-dmTW diakses pada 26 April 2021

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 19


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

Ditilik dari sejarahnya, Peraturan ini sejatinya merupakan respon universitas


terhadap kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan kampus UGM pada tahun
2018, yang dikenal sebagai kasus Agni. Kejadian ini telah tersebar di lingkungan kampus
setahun sebelum gemparnya pemberitaan ini. Namun, pada saat itu, tidak ada respon
signifikan yang diberikan oleh (para pemangku kebijakan) untuk menangani kasus ini. 12
Hal ini yang kemudian memicu terbentuknya gerakan #KitaAgni oleh mahasiswa UGM.
Gerakan ini sendiri merupakan respon yang diberikan atas lambatnya penanganan dan
ketidakseriusan yang ditunjukkan oleh pihak UGM. Kemarahan mahasiswa memuncak
ketika pelaku hanya memohon maaf dan dijatuhkan sanksi (Kumparan, 2018). Menurut
keterangan Rektor UGM, Panut Mulyono, dalam kesepakatan yang dibuat, HS wajib
untuk menjalani mandatory counseling dengan psikolog klinis yang ditunjuk UGM, atau
yang dipilihnya sampai dinyatakan selesai. 13

Kasus Agni di atas tentunya memberikan trauma tersendiri bagi segenap sivitas
akademika UGM, dan Peraturan Rektor Nomor 1 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan
Penanganan Kekerasan Seksual oleh Masyarakat Universitas Gadjah Mada merupakan
jawaban yang tepat atas peristiwa kelam tersebut. Namun demikian, meski UGM telah
memiliki dasar hukum dalam memberikan tindakan bagi pelaku kekerasan seksual,
masih terdapat hal-hal yang dapat diperbaiki dari kebijakan pencegahan dan penanganan
kekerasan seksual di lingkup UGM. Dalam tulisan ini, akan dibahas dua hal yang masih
dapat diperbaiki, yaitu: Pertama, kurangnya pengetahuan mahasiswa atas Unit Layanan
Terpadu (ULT) Khusus Penanganan Kekerasan Seksual. Kedua, keberadaan dan urgensi
pembentukkan lembaga pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di tingkat
fakultas/sekolah.

12
BBC Indonesia, 2019, “Kasus Agni: UGM Dituding Lamban dan Tak Serius Menanganinya.”,
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46837027, diakses pada 2 Mei 2021
13
Wan Ulfa Nur Zahra, Loc.Cit.

20 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

II. Pembahasan
A. Kampanye dan Sosialisasi ULT kepada Mahasiswa UGM

Pada tahun 2020, telah dilakukan riset oleh Kementerian Riset dan
Pengembangan BEM KM UGM 2020 mengenai Tingkat Kesadaran Mahasiswa terhadap
Kekerasan Seksual di Kampus UGM. Riset tersebut dilaksanakan pada 28 September
2020 dengan diisi oleh 555 responden dari 19 Fakultas/Sekolah dengan mendapatkan
hasil inti yaitu pihak kampus belum representatif menjalankan Pasal 4 ayat (2) Peraturan
a quo yaitu meningkatkan pengetahuan tentang kekerasan seksual.

Menanggapi data tahun 2020 tersebut, Forum Advokasi UGM bersama BEM KM
UGM, Dema Justicia dan Dema Fisipol, melakukan riset ulang pada awal tahun 2021,
dengan partisipasi 592 responden yang berasal dari 19 Fakultas/Sekolah. Riset pada
tahun 2021 ini salah satunya bertujuan untuk mengidentifikasi apakah telah terjadi
perubahan pengetahuan mahasiswa terkait Unit Pelayanan Khusus (ULT) Penanganan
Kekerasan Seksual, yang mana harapannya, riset tersebut dapat menjadi bahan evaluasi
dalam membuat kebijakan sosialisasi ULT Khusus Penanganan Kekerasan Seksual.
Melalui kuesioner yang disebar selama 4 hari, riset tersebut kemudian menghasilkan
persentase tingkat pengetahuan mahasiswa UGM terhadap ULT Khusus Penanganan
Kekerasan Seksual dan Alur Pelaporan Kekerasan Seksual, yang disajikan pada Diagram
2.1, Diagram 2.2, dan Diagram 2.3.

Diagram 2.1

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 21


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

Diagram 2.2

Diagram 2.3

Berdasarkan data di atas, didapati satu kesimpulan tersendiri bahwa pengetahuan


mahasiswa atas keberadaan ULT Khusus Penanganan Kekerasan Seksual, cara
mengakses ULT Khusus Kekerasan Seksual, serta alur pelaporan kekerasan seksual,
masih jauh dari kata cukup. Hal ini dilandaskan pada kenyataan bahwa meski
pengetahuan mahasiswa akan keberadaan ULT Khusus Penanganan Kekerasan Seksual
telah mendekati 50%, tetapi lebih dari 90% mahasiswa belum mengetahui cara
mengakses dan membuat laporan di ULT. Ketidaktahuan mahasiswa akan cara
untuk mengakses dan melaporkan kekerasan seksual ini dapat berakibat fatal. ULT
Khusus Penanganan Kekerasan Seksual yang sejatinya menjadi suatu jawaban atas

22 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

maraknya kekerasan seksual di kampus, belum bisa memberikan solusi agar terciptanya
ruang aman di kampus kerakyatan, karena bahkan subyek yang seharusnya dilayani oleh
unit ini tidak mengetahui cara memanfaatkan pelayanan yang ada, dan hanya
mengetahui ULT Khusus Penanganan Kekerasan Seksual sebagai sebuah nama, bukan
sebagai suatu tempat pelaporan.

Berdasarkan riset dan argumentasi di atas, sudah sepantasnya dan sepatutnya


pihak ULT bersama Rektor Universitas Gadjah Mada secara bersama-sama
mensosialisasikan keberadaan lembaga pelayanan ini, sehingga lebih banyak mahasiswa
mengetahui cara untuk mengakses dan membuat laporan kekerasan seksual.
Harapannya dengan meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam mengakses dan
membuat laporan, Universitas Gadjah Mada akhirnya dapat menjadi ruang aman bagi
segenap civitas akademika untuk beraktivitas.

B. Keberadaan dan Urgensi Pembentukkan Lembaga Pencegahan dan


Penanganan Kekerasan Seksual Tingkat Fakultas/Sekolah

Pada riset yang dilakukan oleh Forum Advokasi UGM bersama BEM KM UGM,
Dema Justicia, dan Dema Fisipol sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, juga telah
dilakukan riset terhadap keinginan mahasiswa untuk terbentuknya suatu
lembaga atau unit pelaporan di tingkat Fakultas/Sekolah untuk menangani kasus
kekerasan seksual. Dari riset tersebut, didapat hasil sebagaimana tercantum pada Tabel
2.1.

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 23


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

Poin pertanyaan Hasil

Pengandaian di fakultas 64% setuju; 28% sangat setuju; 7% tidak setuju; 1% sangat
terdapat unit pelaporan tidak setuju

Penting tidaknya ada 97% Ya 3% Tidak


unit pelaporan

Fakultas memberi 52% Tidak 48% Ya


perhatian khusus pada
isu terkait

Tabel 2.1

Terdapat beberapa poin yang dapat diambil dari Tabel 2.1 di atas. Pertama,
mahasiswa sangat mengharapkan adanya Unit atau PIC PPKS dan menganggap hal
tersebut sebagai sesuatu yang penting. Kedua, mahasiswa menginginkan bahwa
Fakultas/Sekolah memberikan perhatian pada isu kekerasan seksual. Kedua hal ini
tercermin pada fakta yang menyatakan bahwa lebih dari 90% mahasiswa setuju
untuk dibentuknya unit pelaporan kekerasan seksual tingkat
fakultas/sekolah, juga lebih dari 95% dari mahasiswa menyatakan bahwa
penting untuk segera dibentuknya unit pelaporan tingkat fakultas/sekolah.

Kemudian, pada riset ini juga memperoleh hasil dari Fakultas/Sekolah yang
sudah memiliki unit pelaporan kekerasan seksual, yang kemudian digali lebih
jauh mengenai pengetahuan responden dalam mekanisme pelaporan kekerasan seksual,
efektivitas penanganan dari sudut pandang responden, serta rasa aman yang tercipta dari
adanya unit pelaporan tingkat fakultas, dan apakah isu kekerasan seksual telah

24 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

diselesaikan dengan baik oleh lembaga tersebut. Riset tersebut menghasilkan data
sebagaimana disajikan pada Tabel 2.2.

Poin pertanyaan Hasil

Pengetahuan mekanisme 53% Tidak 47% Ya


pelaporan kasus
kekerasan seksual

Efektivitas mekanisme 64% cukup efektif; 29% kurang efektif; 5% sangat


penanganan efektif; 2% tidak efektif

Unit pelaporan fakultas 77% setuju; 13% sangat setuju; 9% tidak setuju; 1%
menciptakan rasa aman sangat tidak setuju

Penyelesaian isu di 56% cukup baik; 31% tidak tahu; 8% sangat baik; 5%
fakultas telah dilakukan kurang baik
dengan baik

Tabel 2.2

Berdasarkan data di atas dengan adanya unit pelaporan PPKS di Fakultas,


meskipun pengetahuan mahasiswa mengenai mekanisme pelaporan mendapati jawaban
mayoritas tidak mengtahui, namun poin keefektifan dan menciptakan rasa aman dinilai
cukup berhasil mengayomi korban, selain itu Fakultas yang memiliki unit pelaporan
dinilai mahasiswa cukup baik menyelesaikan isu di Fakultas. Sebagai contoh nyata
adanya unit pelaporan kekerasan seksual di tingkat Fakultas yaitu di Fakultas Ilmu Sosial

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 25


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

dan Politik yaitu Fisipol Crisis Center (FCC) yang telah mengimplementasikan melalui
pembentukan tim investigasi.

Berdasarkan komposisinya, FCC tidak hanya melibatkan pihak yang sudah ahli,
tetapi juga melibatkan perwakilan dosen dari Departemen asal (terduga) pelaku dan/atau
penyintas. Selain itu, tim investigasi juga melibatkan perwakilan mahasiswa dalam kasus
kasus tertentu guna menjamin keterwakilan perspektif mahasiswa dalam kasus-kasus
yang melibatkan mahasiswa dan/atau perwakilan profesional yang memiliki keahlian
yang diperlukan selama proses investigasi dan tidak sedang mendampingi penyintas
terkait seperti psikolog, psikiater, konselor, advokat, aktivis LSM perempuan, dsb.
Pembentukan tim yang terdiri dari berbagai pihak seperti perwakilan dosen dan
mahasiswa dapat menimbulkan rasa aman bagi korban. Selain itu, tujuan dari
pembentukan tim investigasi yang melibatkan banyak pihak juga agar kasus dapat dilihat
dari beberapa perspektif.

Siapapun yang menjadi korban kekerasaan seksual memiliki hak perlindungan,


penanganan, maupun pemulihan yang bertujuan untuk mendukung penyintas selama
proses penanganan kasus kekerasan seksual berlangsung. Lembaga PPKS di tingkat
fakultas yaitu Fisipol Crisis Center (FCC) setidaknya sudah merealisasikannya salah
satunya layanan darurat di FCC dengan alur mekanisme yang sudah diatur. Hal ini
ditunjukkan dengan kewajiban konselor FCC untuk melakukan pengamatan tidak hanya
dari kondisi fisik, psikis, dan situasi penyintas, tetapi juga kebutuhan dan harapan
penyintas.

Dua hal tersebut menjadi penting untuk dicermati lantaran banyak kasus yang
diselesaikan tidak sesuai dengan keinginan dari korban, sehingga kebutuhan dan
harapan dari korban bisa terealisasikan dan tidak menimbulkan sebuah ganjalan dalam
hati korban. Dengan demikian, lembaga FCC ini selain menunjukkan keefektifannya
dalam menangani kasus tersebut, lembaga juga dapat memberikan perhatian terhadap
hak-hak korban. Ketersediaan informasi pun jika dilihat secara daring, FCC menyediakan
platform berupa media sosial yang juga berperan sebagai penyebaran informasi dan
akses terhadap layanan.

26 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

III. Kesimpulan dan Rekomendasi


Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua
permalasahana utama yang ada pada topik pencegahan dan penanganan kekerasan
seksual di lingkup Kampus UGM. Pertama, sebagian besar mahasiswa masih belum
mengetahui keberadaan ULT Khusus Penanganan Kekerasan Seksual, dan bagaimana
cara mengakses unit tersebut, serta cara untuk membuat laporan dugaan kekerasan
seksual. Kedua,

1. Sosialisasi oleh ULT Khusus PPKS berbasis riset secara berkala

Rekonstruksi sosialisasi yang dilakukan ULT idealnya diawali dengan riset terlebih
dahulu untuk mengukur sejauh mana efektivitas dan keterjangkauan sosialisasi yang
telah dilakukan sebelumnya. Riset ini juga penting untuk menentukan strategi kampanye
dan sosialisasi seperti apa yang efektif bagi seluruh civitas akademika, serta mengetahui
faktor-faktor apa saja yang membuat sebagian besar korban masih enggan untuk
melaporkan apa yang dialami kepada ULT. Organisasi mahasiswa telah memelopori riset
untuk meninjau efektivitas sosialisasi dan keberadaan ULT di tingkat Fakultas/Sekolah,
namun dengan jumlah responden yang masih terhitung sedikit diperlukan riset yang
lebih komprehensif dan jangkauan yang lebih luas sehingga didapatkan data yang lebih
valid dan representatif, dalam hal ini universitas dapat melakukannya melalui laman
Simaster maupun broadcast surel resmi UGM.

Selain itu, sosialisasi yang dimaksud juga dapat dilakukan dengan membuat akun
LINE dan Instagram resmi bagi ULT untuk menyebarkan berbagai informasi dan
semakin dekat dengan mahasiswa. Konten dapat berisikan pengetahuan mengenai
kekerasan seksual secara umum maupun hal-hal yang dapat dilakukan dan perlu
dihindari dalam keseharian untuk membangun kultur yang ramah dan aman bagi seluruh
kelompok gender, sehingga pola kebiasaan tersebut menjadi lingkungan yang dapat
mencegah terjadinya segala bentuk kekerasan seksual.

Menurut Ritzer (2012), proses sosialisasi berdasarkan teori struktural fungsional


tersebut merupakan tahap Latensi, yakni suatu sistem harus menyediakan, memelihara,

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 27


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

dan memperbarui baik motivasi para individu maupun pola-pola budaya yang
menciptakan dan mendorong motivasi itu. Pelibatan mahasiswa sebagai agen resmi yang
turut mengampanyekan maupun sebagai pendamping juga perlu diberdayakan untuk
meningkatkan keberanian dan kemauan mahasiswa untuk melapor kepada ULT. Hal ini
diperkuat dengan teori bahwa sebagian besar remaja lebih sering membicarakan masalah
- masalahnya dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua, pembimbing, atau
guru di sekolah (Carr, 1981). Maka harapan dari mahasiswa kepada ULT Khusus PPKS
yaitu lebih gencar untuk mensosialisasikan dengan basis riset untuk mengetahui sejauh
mana kesadaran atau kebutuhan informasi mengenai kekerasan seksual untuk
masyarakat UGM.

2. Pembentukan Unit atau PIC PPKS di tiap Fakultas/Sekolah

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Rektor Nomor 1 Tahun 2020 yang berbunyi
“Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan oleh Rektor
dengan Dekan Fakultas/Sekolah, serta pimpinan unit kerja terkait.”, pada pasal
tersebut dapat ditangkap bahwa adanya integrasi antara Rektor dengan Dekan
Fakultas/Sekolah dalam melakukan pencegahan di tiap Fakultas/Sekolah, maka asumsi
yang diperoleh adalah Rektor berwenang untuk melakukan penekanan kepada Dekan
Fakultas/Sekolah untuk melakukan pencegahan. Berkaitan dengan hal tersebut
penekanan yang kami rekomendasikan ialah Rektor menghimbau tiap Fakultas memiliki
Unit atau minimal PIC PPKS di tiap Fakultas/Sekolah, hal ini disebabkan dikarenakan
Fakultas/Sekolah merupakan tempat terdekat dengan mahasiswa, dengan adanya Unit
atau PIC PPKS diharapkan bisa membuat korban untuk berani lapor, tentunya ada
beberapa catatan yang perlu diperhatikan berhubung iklim Fakultas/Sekolah yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu, kami mencoba memberikan model Pembentukan Unit atau
PIC PPKS di tiap Fakultas/Sekolah secara umum :

a. Rektor memberikan mandat yang bersifat keharusan kepada Fakultas/Sekolah


untuk memiliki Unit atau minimal PIC PPKS
b. Unit atau PIC PPKS dibentuk berdasarkan riset by consent dari dosen atau tim
yang nantinya akan ditetapkan melalui Surat Keputusan Dekan dan terintegrasi
dengan PIC Universitas atau ULT Khusus PPKS

28 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Bagian Kedua: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

c. Sosialisasi dilakukan untuk seluruh civitas akademika baik pelayan akademik,


mahasiswa, dan tenaga pendidik Fakultas/Sekolah secara berkala
d. Fakultas/Sekolah kerjasama dengan ormawa yang ada sebagai pelopor
pencegahan kekerasan

Mengingat pada Pasal 26 ayat (2) Peraturan Rektor No. 1 Tahun 2020 tentang biaya
pelaksanaan SPT (Sistem Penanganan Terpadu) pada Fakultas/Sekolah diserahkan pada
rencana kerja dan anggaran tahunan Fakultas/Sekolah, maka kami mengharap jika
Fakultas/Sekolah belum memiliki alokasi dana untuk pembentukan unit pelaporan,
maka setidaknya dengan adanya PIC (Person In Charge) di Fakultas/Sekolah bisa
menjembatani korban untuk segera ditangani di ULT Khusus PPKS tingkat kampus.

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 29


Daftar Pustaka

Daftar Pustaka

BBC Indonesia. 2019. Kasus Agni: UGM Ditunding Lamban dan Tak Serius
Menanganinya. 11 Januari. Diakses Mei 2021, 2021.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46837027.

BEM KM UGM. 2021. “Notulensi Hearing Rektorat.” Yogyakarta.

Carr, R. A. 1981. Theory And Practice Of Peer Counseling. Ottawa: Canada Employment
And Immigration Commission.

H.R., Ridwan. 2017. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers.

Muhardi. 2004. “Kontribusi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Banga


Indonesia.” Mimbar 20 No. 4 479.

Ratcliffe, Rebecca. 2020. First Coronavirus Confirmed in Indonesia amid Fears Nation
is Ill Prepared for Outbreak. 2 Maret. Diakses Mei 2, 2021.
https://www.theguardian.com/world/2020/mar/02/first-coronavirus-cases-
confirmed-in-indonesia-amid-fears-nation-is-ill-prepared-for-outbreak.

Republik Indonesia. "Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2013 tentang Statua


UGM, Lembaran Negara 2013 Nomor165."

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Universitas Gadjah Mada. "Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor


2321/UN1.P/KPT/HUKOR/2020."

—. “Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor


526/UN1.P/SK/HUKOR/2016.”

—. 2020. "Laporan Keuangan dan Laporan Auditor Independen Universitas Gadjah


Mada 31 Desember 2021."

30 Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021


Daftar Pustaka

Zahra, Wan Ulfa Nur. 2019. Testimoni Kekerasan Seksual: 174 Penyintas, 79 Kampus,
29 Kota. 23 April. Diakses April 26, 2021. https://tirto.id/testimoni-kekerasan-
seksual-174-penyintas-79-kampus-29-kota-dmTW.

Ringkasan Kebijakan Hari Pendidikan Nasional 2021 31

Anda mungkin juga menyukai