Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

METABOLISME PERGERAKAN TUBUH


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Kerja
Dosen Pengampu : Dr. dr. Masyitha Muis, S.Ked., MS.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Sepdianti Lestari K011201041
Rahmah Dini Irhamna Paradita K011201044
Moamar Khadafy K011201045
Khusnul Khotimah Dahlan K011201047
Nur Azizah Aini Fitratullah Yusuf K011201048
Hermalia Putri K011201227

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Metabolisme Pergerakan Tubuh”.
Makalah ini dibuat oleh kami dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah Fisiologi kerja dan digunakan sebagai pedoman dalam mencari
sumber-sumber belajar.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak terkait, terutama dosen
pembimbing yang telah memberikan penjelasan tentang penulisan tugas ini.
Ucapan terima kasih juga kepada teman-teman yang sudah membantu dalam
menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
makalah ini menjadi sempurna. Selain itu juga, kami berharap agar makalah ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 25 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Metabolisme Energi 3
2.2 Proses Perubahan Energi Otot 4
2.3 Sumber-Sumber Energi 9
2.4 Sistem Endokrin dalam Mengatur Metabolisme Tubuh 11
2.5 Gangguan Metabolisme Tubuh 16
2.6 Cara Meningkatkan Laju Metabolisme Pergerakan Tubuh 17
BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam melakukan kegiatan atau aktivitas setiap hari
membutuhkan energi, baik untuk bergerak maupun untuk bekerja.
Kemampuan manusia untuk melaksanakan berbagai kegiatan bergantung
kepada struktur fisik tubuh yang terdiri dari struktur tulang otot-otot rangka,
sistem syaraf dan proses metabolisme (Yusnawati, dkk., 2016). Rangka tubuh
manusia disusun dari 206 tulang yang berfungsi untuk melindungi dan
melaksanakan kegiatan fisiknya, dimana tulang-tulang tersebut dihubungkan
dengan sendi-sendi otot yang dapat berkontraksi. Otot-otot ini berfungsi
mengubah energi kimia menjadi energi mekanik, dimana kegiatannya
dikontrol oleh sistem saraf sehingga dapat bekerja secara optimal (Putra,
2018).
Metabolisme merupakan sejumlah reaksi kimia yang terjadi di dalam
setiap sel organisme hidup (Mutmainnah, dkk., 2022). Metabolisme adalah
semua interaksi yang terjadi di dalam sel berupa pengumpulan dan pemecahan
nutrisi. Reaksi kimia ini menyediakan energi dan bahan yang menopang
kehidupan sel maupun individu. Energi pada sel dibutuhkan untuk menjaga
integritas struktural sel, mengangkut zat tertentu ke dalam sel dari sekitarnya,
pergerakan seluler serta dibutuhkan dalam pertumbuhan sel dan proses
berkembang biak. Tipe umum proses metabolisme dalam sel adalah
katabolisme dan anabolisme (Rahayu dan Nurwitri, 2022).
Bahan makanan diproses pada sistem pencernaan yang meliputi
lambung, diurai atau dihaluskan menjadi seperti bubur, kemudian masuk ke
usus halus untuk diserap. Bahan-bahan makanan tersebut selanjutnya masuk
ke sistem peredaran darah, lalu menuju ke sistem otot. Begitu juga dengan
udara yang dihirup melalui hidung akan masuk ke paru-paru atau sistem
pernapasan, dimana zat oksigen yang turut masuk ke paru-paru selanjutnya
oleh paru-paru dikirim ke sistem peredaran darah. Selain itu paru-paru
berfungsi juga untuk mengambil karbon dioksida dari sistem peredaran darah

1
untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Selanjutnya oksigen yang telah berada di
sistem peredaran darah dikirimkan ke sistem otot, yang akan bertemu dengan
zat gizi untuk beroksidasi menghasilkan energi. Dalam sistem pergerakan
tubuh terdapat proses metabolisme juga. Metabolisme pergerakan tubuh akan
dibahas di dalam makalah ini
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan metabolisme energi?
b. Bagaimana proses perubahan energi otot?
c. Apa saja sumber-sumber energi?
d. agaimana sistem endokrin dalam tubuh?
e. Apa saja gangguan-gangguan metabolisme tubuh?
f. Bagaimana cara meningkatkan laju metabolisme pergerakan tubuh?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian metabolisme energi.
b. Untuk mengetahui proses perubahan energi otot.
c. Untuk mengetahui sumber-sumber energi.
d. Untuk mengetahui sistem endokrin dalam tubuh.
e. Untuk mengetahui gangguan-gangguan metabolisme tubuh.
f. Untuk mengetahui cara meningkatkan laju metabolisme pergerakan tubuh.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metabolisme
Metabolisme adalah proses yang menghasilkan energy guna
kelangsungan makhluk hidup, hal tersebut menyebabkan metabolisme menjadi
proses yang sangat penting terjadi pada makhluk hidup. Menurut Hefzi dkk,
(2013) dalam Yustiningsih (2018) metabolisme terjadi dikatalisis oleh enzim
dan interaksi antar enzim melalui serangkaian reaksi kimia dan terjadi secara
spontan. Reaksi-reaksi ini melibatkan banyak jenis metabolite yang juga
menghasilkan energy maupun mendaur ulang zat yang sudah tidak diperlukan
oleh tubuh. Metabolisme mencakup proses katabolisme dan anabolisme. Hati
yang menjadi pusat metabolisme yang bertanggung jawab dalam pengaturan
kadar dalam tubuh.
Menurut Jibran, dkk (2015) dalam Mutmainnah, dkk (2022)
metabolisme merupakan definisi yang menggambarkan perubahan makro
molekul terutama pada senyawa organic akibat interkonversi kimiawi secara
biologis. Proses ini sangat terbantu dengan enzim yang bekerja secara spesifik.
Dampak dari metabolisme secraa biokimia adalah terjadinya pembentukan
maupun penguraian makro molekul organic seperti protein, lemak,
karbohidrat, hingga asam nukleat.
Dilansir pada Encyclopaedia Britannica (2015) dalam Mutmainnah,
dkk (2022) metabolisme memiliki hubungan dengan aktivitas yang terjadi
pada tubuh. Dalam menentukan fungsi organ tubuh, memperbaiki sel,
pencernaan makanan, dan pernapasan. Metabolisme merupakan proses
kecepatan tubuh dalam mencerna, menyerap, dan mengasimilasi makanan
untuk diubah menjadi energy. Semakin cepat metabolisme maka semakin
cepat pula proses pembakaran kalori pada tubuh, sehingga berat badan ideal
yang sehat tetap terjaga. Dalam proses metabolisme tubuh terdapat beberapa
faktor yang turut mempengaruhi, diantaranya adalah metabolisme basal yang
berkaitan dengan jumlah kalori yang dibakar oleh tubuh dan diubah menjadi
energy yang merupakan modal tenaga untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

3
2.2 Proses Perubahan Energi Otot
Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga akan
terdiri dari kombinasi 2 jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik
dan dan aktivitas yang bersifat anaerobik. Kegiatan/jenis olahraga yang
bersifat ketahanan seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda
jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang
dominan sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar
dalam waktu singkat seperti angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat
jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen-komponen aktivitas
anaerobik yang dominan. Proses perubahan energi otot terbagi menjadi dua,
yaitu :
2.2.1 Metabolisme Energi Secara Aerobik
Proses metabolisme energi secara aerobik merupakan proses
metabolisme yang membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar
prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP.
Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan
karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan
lemak dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap
laju produksi energi secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung
terhadap intensitas olahraga yang dilakukan, kedua simpanan energi
ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda.

4
Secara singkat proses metabolisme energi secara aerobik seperti
yang ditunjukan pada gambar di atas. Dari gambar tersebut dapat
dilihat bahwa untuk meregenerasi ATP, 3 simpanan energi akan
digunakan oleh tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa,glikogen),
lemak dan juga protein. Diantara ketiganya, simpanan karbohidrat dan
lemak merupakan sumber energi utama saat berolahraga dan oleh
karenanya maka pembahasan metabolisme energi secara aerobik pada
tulisan ini akan difokuskan kepada metabolisme simpanan karbohidrat
dan simpanan lemak.
a. Pembakaran Karbohidrat
Secara singkat proses metabolime energi dari glukosa darah
atau juga glikogen otot akan berawal dari karbohidrat yang
dikonsumsi. Semua jenis karbohidrat yang dkonsumsi oleh
manusia baik itu jenis karbohidrat kompleks (nasi, kentang, roti,
singkong dsb) ataupun juga karbohidrat sederhana (glukosa,
sukrosa, fruktosa) akan terkonversi menjadi glukosa di dalam

5
tubuh. Glukosa yang terbentuk ini kemudian dapat tersimpan
sebagai cadangan energi sebagai glikogen di dalam hati dan otot
serta dapat tersimpan di dalam aliran darah sebagai glukosa darah
atau dapat juga dibawa ke dalam sel-sel tubuh yang membutuhkan.
Di dalam sel tubuh, sebagai tahapan awal dari metabolisme
energi secara aerobik, glukosa yang berasal dari glukosa darah
ataupun dari glikogen otot akan mengalami proses glikolisis yang
dapat menghasilkan molekul ATP serta menghasilkan asam
piruvat. Di dalam proses ini, sebanyak 2 buah molekul ATP dapat
dihasilkan apabila sumber glukosa berasal dari glukosa darah dan
sebanyak 3 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila glukosa
berasal dari glikogen otot.
Setelah melalui proses glikolisis, asam piruvat yang di
hasilkan ini kemudian akan diubah menjadi Asetil-KoA di dalam
mitokondsia. Proses perubahan dari asam piruvat menjadi Asetil-
KoA ini akan berjalan dengan ketersediaan oksigen serta akan
menghasilkan produk samping berupa NADH yang juga dapat
menghasilkan 2 – 3 molekul ATP. Untuk memenuhi kebutuhan
energi bagi sel-sel tubuh, Asetil-KoA hasil konversi asam piruvat
ini kemudian akan masuk ke dalam siklus asam-sitrat untuk
kemudian diubah menjadi karbon dioksida (CO2), ATP, NADH
dan FADH melalui tahapan reaksi yang kompleks.
Setelah melewati berbagai tahapan proses reaksi di dalam
siklus asam sitrat, metabolisme energi dari glukosa kemudian akan
dilanjutkan kembali melalui suatu proses reaksi yang disebut
sebagai proses fosforlasi oksidatif. Dalam proses ini, molekul
NADH dan juga FADH yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat
akan diubah menjadi molekul ATP dan H O. Dari 1 molekul
NADH akan dapat dihasilkan 3 buah molekul ATP 2 dan dari 1
buah molekul FADH akan dapat menghasilkan 2 molekul ATP.
Proses metabolisme energi secara 2 aerobik melalui pembakaran

6
glukosa/glikogen secara total akan menghasilkan 38 buah molukul
ATP dan juga akan menghasilkan produk samping berupa karbon
dioksida (CO2) serta air (HO2).
b. Pembakaran Lemak
Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah
melalui proses pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam
tubuh yaitu trigeliserida. Trigeliserida di dalam tubuh ini akan
tersimpan di dalam jaringan adipose (adipose tissue) serta di dalam
sel-sel otot (intramuscular triglycerides). Melalui proses yang
dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan
dikonversi menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada
proses ini, untuk setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3
molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol. Kedua molekul yang
dihasilkan melalu proses ini kemudian akan mengalami jalur
metabolisme yang berbeda di dalam tubuh. Gliserol yang terbentuk
akan masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah menjadi
glukosa atau juga asam piruvat. Sedangkan asam lemak yang
terbentuk akan dipecah menjadi unit-unit kecil melalui proses yang
dinamakan ß-oksidasi untuk kemudian menghasilkan energi (ATP)
di dalam mitokondria sel.
Proses ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran oksigen serta
membutuhkan adanya karbohidrat untuk menyempurnakan
pembakaran asam lemak. Pada proses ini, asam lemak yang pada
umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri dari ± 16 atom
karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2
atom karbon. Tiap unit 2 atom karbon yang terbentuk ini kemudian
dapat mengikat kepada 1 molekul KoA untuk membentuk asetil
KoA. Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini kemudian akan
masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk
menghasilkan energi seperti halnya dengan molekul asetil-KoA

7
yang dihasil melalui proses metabolisme energi dari
glukosa/glikogen.

2.2.2 Metabolisme Energi Secara Anaerobik


a. Sistem Pcr
Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam
di dalam otot sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk
creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr)
akan mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme
energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP.
Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr)
yang tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik
fosfat) dan creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan
pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr.
Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses pemecahan
PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada
molekul ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali
membentuk molekul ATP (adenosine triphospate). Melalui proses
hidrolisis PCr, energi dalam jumlah besar (2.3 mmol ATP/kg berat
basah otot per detiknya) dapat dihasilkan secara instant untuk
memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan
intensitas tinggi yang bertenaga. Namun karena terbatasnya
simpanan PCr yang terdapat di dalam jaringan otot yaitu hanya
sekitar 14-24 mmol ATP/ kg berat basah maka energi yang
dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk
mendukung aktivitas anaerobik selama 5 – 10 detik.
Karena fungsinya sebagai salah satu sumber energi tubuh
dalam aktivitas anaerobik, supplementasi creatine mulai menjadi
popular pada awal tahun 1990-an setelah berakhirnya Olimpiade
Barcelona. Creatine dalam bentuk creatine monohydrate telah

8
menjadi suplemen nutrisi yang banyak digunakan untuk
meningkatkan kapasitas aktivitas anaerobik. Namun secara alami,
creatine ini akan banyak terkandung di dalam bahan makanan
protein hewani seperti daging dan ikan.
b. Glikolisis (Sistem Glikolitik)
Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi
yang dapat berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen.
Proses metabolisme energi ini mengunakan simpanan glukosa yang
sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari
glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk menghasilkan
ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel
ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat
dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP.
Jumlah ATP yang dapat dihasilkan oleh proses glikolisis ini akan
berbeda bergantung berdasarkan asal molekul glukosa. Jika
molekul glukosa berasal dari dalam darah maka 2 buah ATP akan
dihasilkan namun jika molekul glukosa berasal dari glikogen otot
maka sebanyak 3 buah ATP akan dapat dihasilkan.
Mokelul asam piruvat yang terbentuk dari proses glikolisis
ini dapat mengalami proses metabolism lanjut baik secara aerobik
maupun secara anaerobik bergantung terhadap ketersediaan
oksigen di dalam tubuh. Pada saat berolahraga dengan intensitas
rendah dimana ketersediaan oksigen di dalam tubuh cukup besar,
molekul asam piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO 2
dan HO2 di dalam mitokondria sel. Dan jika ketersediaan oksigen
terbatas di dalam tubuh atau saat pembentukan asam piruvat terjadi
secara cepat seperti saat melakukan sprint, maka asam piruvat
tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat.
2.3 Sumber-Sumber Energi
Menurut IOM (2005) dalam Phasa, dkk (2018) sumber energi adalah
bahan makanan yang mengandung lemak, seperti minyak dan lemak, kacang-

9
kacangan, dan biji-bijian. Selain itu bahan makanan karbohidrat dan protein
juga menjadi sumber makanan yang kemudian akan dimetabolisme untuk
dijadikan sebagai energi :

2.3.1 Lemak
Di dalam tubuh, lemak dalam bentuk trigliserida akan tersimpan
dalam jumlah yang terbatas pada jaringan otot dan akan tersimpan
dalam jumlah yang cukup besar pada jaringan adipose. Lemak
berfungsi sebagai sumber energy efisien secara langsung dan secara
potensial, bila disimpan dalam jaringan adipose. Lemak menjadi unsur
makanan yang sangat penting katena vitamin yang larut dalam bentuk
lemak essensial dikandung dalam lemak makanan alam dan
mengandung energy yang tinggi (Mader dan Windelspecht, 2002 dalam
Siregar dan Makmur, 2020). Terdapat beberapa jenis makanan yang
mengandung lemak sebagai sumber energi, diantaranya adalah minyak
kedelai, minyak jagung, ikan tuna, ikan salmon, bayam, brokoli,
minyak kanola, dan biji labu kuning (Pritasari, dkk., 2017).
2.3.2 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh
manusia yang berfungsi untuk menghasilkan energy bagi tubuh
manusia. Selain berfungsi sebagai penghasil energi, karbohidrat juga
berfungsi sebagai pemberi rasa manis pada makanan, penghemat
protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu dalam
pengeluaran feses. Karbohidrat terbagi atas 2 jenis, yaitu karbohidrat
sederhana yang terdiri dari monosakarida, disakarida, dan
oligosakarida, serta karbohidrat kompleks yang terdiri atas polisakarida
dan polisakarida nonpati. Makanan yang mengandung karbohidrat
diantaranya adalah beras, jagung, ubi, singkong, kacang ijo, dan pisang
ambon (Pritasari, dkk., 2017).
2.3.3 Protein

10
Protein dibutuhkan tubuh untuk pembangunan dan
perkembangan sel-sel. Selain itu, protein juga dibutuhkan sebagai
berfungsi sebagai sumber bahan bakar dalam tubuh (Natsir, 2018).
Protein terbentuk dari asam-asam amino dan bila asam-asam amino
tersebut tidak berada dalam keseimbangan yang tepat maka kemampuan
tubuh untuk menggunakan protein akan terpengaruh. Kualitas protein
sangat bervariasi dan tergantung pada komposisi asam amino protein
dan daya cerna (digestibility). Protein hewani terkandung dalam telur,
ikan, daging, dan susu. Protein nabati memiliki kualitas yang lebih
rendah daripada protein hewani, protein nabati terkandung dalam biji-
bijian dan kacang-kacangan (Pritasari, dkk., 2017).
2.4 Sistem Endokrin dalam Mengatur Metabolisme Tubuh
Sistem endokrin terdiri dari sel, jaringan, dan organ, secara kolektif
disebut kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin ditemukan pada sebagian besar
organ tubuh yang mensekresikan hormon (pesan kimia) ke dalam cairan
interstisial. Hormon kemudian masuk ke dalam darah untuk dibawa ke
jaringan dan organ lainnya dimana mereka melakukan aksinya dengan
mengubah fungsi seluler.
Ada dua jenis organ endokrin, yaitu organ endokrin primer yang
fungsi utamnya adalah sekresi hormon, dan organ endokrin sekunder dimana
sekresi hormon terjadi secara sekunder ke beberapa fungsi lainnya. Beberapa
organ endokrin primer terletak dalam otak, meliputi hipotalamus, kelenjar
hipofisis, dan kelenjar pineal. Namun sebagaian besar organ endokrin primer
terletak di luar sistem saraf, meliputi kelenjar tiroid, paratiroid, timus,
kelenjar adrenal, pankreas, dan gonad (testis pada pria dan ovarium pada
wanita). Plasenta juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin pada wanita hamil.
Kelenjar endokrin sekunder meliputi organ jantung, hati, lambung, usus kecil,
ginjal, dan kulit.
2.4.1 Kelenjar Hipofisis dan Hipotalamus
Secara bersama, hipotalamus dan kelenjar hipofisis berfungsi
untuk mengatur hampir setiap sistem tubuh. Hipotalamus adalah

11
bagian dari otak dengan beberapa fungsi tambahan terhadap perannya
sebagai kelenjar endokrin. Hipotalamus dianggap sebagai kelenjar
endokrin karena dia mensekresikan beberapa hormon, sebagian besar
mempengaruhi kelenjar hipofisis.
Kelenjar hipofisis memiliki struktur seperti kacang yang
terhubung ke hipotalamus oleh tangkai kecil dari jaingan yang disebut
infundibulum. Kelenjar hipofisis terbagi ke dalam dua bagian yang
berbeda secara struktur dan fungsi yaitu lobus anterior (adenohipofisis)
yang berasal dari jaringan epitel kelenjar dan lobus posterior
(neurohipofisis) yang berasal dari jaringan saraf, dimana setiap lobus
mensekresikan hormon. Hubungan yang berbeda antara hipotalamus
dan dua lobus kelenjar hipofisis adalah sangat penting bagi fungsi
kedua organ endokrin tersebut.
2.4.2 Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid berbentuk kupu-kupu terletak di leher anterior,
pada trakea inferior terhadap laring. Terdiri dari dua lobus, masing-
masing lateral ke trakea yang dihubungkan oleh ismus anterior.
Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin terbesar dalam tubuh. Pasokan
darahnya yang luar biasa (dari arteri tiroid superior dan inferior)
membuat operasi tiroid cukup melelahkan dan berdarah.
Pembuluh darah yang banyak untuk memasok nutrisi untuk
sintesis hormon dan aliran darah untuk mengangkut hormon. Unit
fungsional dari kelenjar adalah folikel yang terisi dengan tiroglobulin
(Tg). Tg adalah prekursor glikoprotein untuk hormon tiroid dan Tg
yang dimodifikasi secara kolektif dikenal sebagai koloid. Sel folikel
dikelilingi oleh lapisan sel epitel. Yang tersebar di antara folikel adalah
sel parafolikuler, yaitu sel yang menghasilkan kalsitonin. Di membran
basal sel folikuler terdapat reseptor yang terhubungkan dengan protein
G untuk thyroid-stimulating hormone (TSH).
Kelenjar tiroid melepaskan dua bentuk hormon tiroid, yaitu
tiroksin (T4) dan triodotironin (T3), keduanya membutuhkan iodin

12
untuk pembentukannya. Ion iodida diambil dari diet normal yang
dipekatkan oleh kelenjar tiroid dan diubah dalam sel folikel menjadi
iodin. Iodin ini kemudian dihubungkan ke molekul tirosin dan molekul
tirosin teriodinasi ini kemudian dihubungkan bersama untuk
membentuk T3 dan T4. Semua langkah-langkah dalam produksi
hormon tiroid dirangsang oleh TSH.
Tiroksin (T4) adalah hormon utama yang disekresikan oleh
kelenjar tiroid yang kemudian diubah menjadi T3 oleh sel target.
Sebagian besar hormon tiroid terikat ke protein transpor dalam darah,
sangat sedikit yang tidak terikat atau bebas dan T3 kurang kuat terikat
ke protein transpor daripada T4. Hormon tiroid mempengaruhi hampir
setiap sel dalam tubuh, kecuali:
a. Otak orang dewasa
b. Organ ginjal
c. Testis
d. Uterus
e. Kelenjar tiroid
Keduanya T4 dan T3 dengan mudah melintasi membran sel dan
berinteraksi dengan reseptor di dalam sel. Di sel target hormon tiroid
merangsang enzim yang terlibat dengan oksidasi glukosa. Ini dikenal
sebagai efek calorigenic dan efek secara keseluruhan adalah:
a. Peningkatan laju metabolik basal
b. Peningkatan konsumsi oksigen oleh sel
c. Peningkatan produksi panas tubuh
Laju metabolisme basal adalah jumlah energi yang dikeluarkan
ketika beristirahat di lingkungan bersuhu sedang (tidak panas atau
dingin). Pelepasan energi dalam kondisi ini cukup untuk fungsi organ
vital. Ketika laju metabolik basal meningkat, maka konsumsi oksigen
akan meningkat dimana oksigen diperlukan dalam produksi energi.
Hormon tiroid juga memiliki peran penting dalam
mempertahankan tekanan darah, dimana dia menstimulasi peningkatan

13
jumlah reseptor di dinding pembuluh darah. Kontrol pelepasan hormon
tiroid dimediasi oleh sistem umpan balik negatif yang melibatkan
hipotalamus melalui kelenjar hipofisis. Kadar plasma hormon tiroid
dimonitor di hipotalamus dan oleh sel di lobus anterior kelenjar
hipofisis.
Hormon tiroid memiliki aksi biologis di setiap organ dalam
tubuh dan sangat penting untuk janin, pasca kelahiran, dan
pertumbuhan dan perkembangan masa pubertas. Selain itu, aksi
hormon tiroid untuk mempertahankan laju metabolik basal.
2.4.3 Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid adalah kelenjar kecil yang terletak pada
permukaan superior kelenjar tiroid. Umumnya terdapat empat kelenjar
tiroid, dua kelenjar pada setiap lobus. Kelenjar tiroid tersusun atas dua
jenis sel, yaitu sel chief dan sel oxyphils. Sel chief mensekresikan
hormon paratiroid (PTH) juga disebut parathormone. Fungsi sel
oxyphils belum diketahui. Hormon paratiroid (PTH) adalah suatu
hormon polipeptida yang penting dalam mengontrol dan mengatur
kadar kalsium dalam darah. Jaringan target utamanya adalah tulang,
ginjal, dan usus kecil.
Aksi spesifik dari PTH adalah meningkatkan jumlah dan
aktivitas osteoklas. Hasil ini meningkatkan resorpsi tulang, yang mana
melepaskan ion kalsium (Ca2+) dan fosfat (HPO4-2) ke dalam darah.
Aksi PTH pada ginjal, pertama, memperlambat atau menghambat
ekskresi Ca2+ dan Mg2+ dari darah ke dalam urin. Kedua meningkatkan
ekskresi HPO4-2 dari darah ke dalam urin. Aksi antagonis ini,
kalsitonin dari kelenjar tiroid, dan hormon paratiroid dari kelenjar
paratiroid bertujuan untuk mempertahankan kadar kalsium darah
dalam batas normal. Efek ketiga PTH pada ginjal yaitu mendukung
pembentukan hormon calcitrol (bentuk aktif vitamin D3). Kalsitrol
meningkatkan laju penyerapan Ca2+, HPO4-2, Mg2+ dari saluran
pencernaan ke dalam darah.

14
2.4.4 Kelenjar Adrenal
Sepasang kelenjar adrenal juga dikenal sebagai kelenjar
suprarenal, karena terletak di atas ginjal dalam ruang retropeneal. Dua
kelenjar adrenal (kanan dan kiri) terdiri dari lapisan medula bagian
dalam (tengah) dan lapisan kortikal (korteks) bagian luar yang
menghasilkan katekolamin dan hormon steroid yang penting untuk
kehidupan. Kelenjar adrenal seperti halnya kelenjar tiroid, yaitu
banyak mengandung pembuluh darah. Kedua bagian ini, medula dan
korteks tidak memiliki hubungan fisiologis. Medula adrenal dibawa
kontrol saraf, sedangkan korteks adrenal dibawa kontrol ACTH (juga
disebut kortikotropin), yaitu suatu hormon hipofisis anterior. Semua
jenis stres meliputi emosi dan trauma fisik memicu hipotalamus untuk
merangsang kelenjar adrenal.
2.4.5 Ovarium dan Testis
Gonad adalah organ yang menghasilkan gamet, sperma pada
pria, dan osit pada wanita. Selain sebagai fungsi reproduksi, gonad
juga mensekresikan hormon. Ovarium mensekresikan beberapa
hormon steroid meliputi dua estrogen (estradiol dan estron) dan
progesteron. Hormon seks wanita bersama dengan FSH dan LH dari
hipofisis anterior mengatur siklus menstruasi, mempertahankan
kehamilan dan mempersiapkan kelenjar mamma untuk laktasi.
Hormon ini juga menyebabkan pembesaran payudara dan pelebaran
pinggul pada masa pubertas, dan membantu menjaga karakteristik seks
sekunder wanita. Ovarium juga menghasilkan inhibin, suatu hormon
protein yang menghambat sekresi FSH. Selama kehamilan ovarium
dan plasenta menghasilkan Shormon peptida yang disebut Relaxin
(RLX) yang meningkatkan fleksibilitas dari simfibis pubis selama
kehamilan dan membantu melebarkan serviks uterin selama persalinan.
Aksi ini membantu keluarnya bayi dengan mudah karena terjadi
pelebaran jalan lahir.

15
Gonad laki-laki, testis, kelenjar oval yang terletak di skrotum.
Hormon utama yang dihasilkan dan disekresi oleh testis adalah
testosteron, yaitu androgen atau hormon seks pria. Testosteron
merangsang testis sebelum kelahiran, mengatur produksi sperma, dan
merangsang perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks
sekunder pria, seperti pertumbuhan janggut dan pendalaman suara.
Testis juga memproduksi inhibin, yang menghambat sekresi FSH.
2.5 Gangguan Metabolisme Tubuh
Proses metabolisme terjadi guna mengubah makanan yang dikonsumsi
menjadi zat-zat yang dapat digunakan agar tubuh tetap berfungsi. Namun,
tidak jarang proses metabolisme ini berjalan tidak lancar sehingga
menyebabkan seseorang mengalami gangguan atau penyakit metabolisme.
Gangguan metabolisme dapat terjadi dalam beberapa bentuk, diantaranya
adalah karena kurangnya enzim atau vitamin yang berperan penting untuk
tubuh, kekurangan zat gizi tertentu, dan adanya reaksi kimiawi yang tidak
wajar sehingga menghambat terjadinya metabolisme. Penyakit atau gangguan
metabolisme ini terjadi apabila terdapat gangguan atau bahkan suatu organ
tidak lagi berfungsi normal. Terdapat ratusan jenis permasalahan metabolisme
pada tubuh, beberapa diantaranya adalah Diabetes mellitus tipe 1 & 2,
Kelainan mitokondria, dan Gangguan penyimpanan glikogen (Evelyn, 2021).
2.5.1 Diabetes Mellitus Tipe 1&2
Diabetes Mellitus menjadi salah satu masalah metabolisme yang
sering terjadi. Gangguan hormon insulin kemudian menyebabkan
terjadinya perubahan kadar gula darah yang tidak terkontrol. Pada
pasien Diabetes tipe 1, sel T dari sistem imun merusak sel beta pada
pankreas menyebabkan sel beta pankreas tidak lagi dapat menghasilkan
insulin. Sedangkan pada pasien diabetes tipe 2, tubuh penderita tidak
lagi dapat merespon insulin dengan baik dan menyebabkan kadar gula
darah melewati batas normal (Evelyn, 2021).
2.5.2 Kelainan Mitokondria

16
Mitokondria merupakan salah satu organel yang terdapat pada
sitoplasma yang menjadi tempat terjadinya proses respirasi sel pada sel
aukariot. Mitokondria bertanggungjawab atas sebagian besar sintesis
adenosine trifosfat (ATP) dalam sel melalui fosforilasi oksidatif
(OXPHOS). Gangguan mitokondria dikenal sebagai penyumbang
paling signifikan dari penyakit metabolisme dan degenerative, penuaan,
dan kanker. Penurunan fungsi mitokondria dapat terjadi pada berbagai
jaringan di tubuh. Kelainan mitokondria menyebabkan berbagai jenis
gangguan yang mungkin terjadi pada tubuh, beberapa diantaranya
adalah demensia, deafness (ketulian), dan menyebabkan terjadinya
pembentukan katarak (Maksum (2017) dalam Azizah (2020)).
2.5.3 Gangguan Penyimpanan Glikogen
Penyakit gangguan penyimpanan glikogen ini terjadi akibat dari
kekurangan enzim yang menjadi pemecah cabang glikogen, sehingga
menyebabkan gangguan pada metabolisme glikogen. Glycogen
Debranching Enzyme atau biasa disebut GDE adalah enzim yang
berfungsi sebagai enzim katalis dan memiliki peran kunci pada proses
metabolisme karbohidrat. Kekurangan enzim GDE dapat menyebabkan
glikogen dengan rantai pendek luar, biasanya terjadi di dalam hati, otot,
dan jaringan jantung. Gangguan penyimpanan glikogen ini dapat
menyebabkan kelemahan otot yang bahkan pada usia dewasa penderita
akan membutuhkan penggunaan sebuah kursi roda untuk mobilitas (W,
2012)
2.6 Cara Meningkatkan Laju Metabolisme Pergerakan Tubuh
2.6.1 Meningkatkan massa otot
Pada dasarnya, tubuh akn terus melakukan proses pembakaran
kalori meski tidak sedang melakukan apa-apa. Proses ini lebih dikenal
dengan sebutan resting metabolic. Seseorang dengan tubuh yang
didominasi otot akan memiliki proses resting metabolic yang lebih
tinggi. Pasalnya, setiap setengah kilogram otot akan membakar
setidaknya 4,5-7 kalori per harinya.

17
Sebaliknya, setiap setengah kilogram lemak hanya membakar
hanya 2 kalori per hari. Itulah sebabnya, menambah massa otot
merupakan cara meningkatkan metabolisme tubuh yang efektif. Untuk
menambah massa otot, dapat dilakukan dengan melakukan latihan
beban.

2.6.2 Memperbanyak minum air putih


Air memiliki peran penting dalam berjalannya proses
pembakaran kalori. Seseorang yang mengalami dehidrasi,
metabolisme tubuhnya berlangsung cenderung lebih lambat.
Mengonsumsi 0,5 liter air dapat menjadi sebagai salah satu cara
meningkatkan metabolisme tubuh yang efektif, bahkan hingga 10 –
30% secara sementara. Minum air dingin juga dapat membantu
menambah pembakaran kalori karena tubuh akan menggunakan energi
untuk membantu air yang masuk sama dengan suhu tubuh saat itu.
2.6.3 Memperbanyak asupan protein
Tubuh memiliki kecenderungan untuk membakar lebih banyak
kalori pada protein dibanding saat mengonsumsi lemak atau
karbohidrat. Untuk mengimbangi pola makan yang sehat, kita dapat
mengganti beberapa karbohidrat dengan makanan yang tinggi protein
sehingga proses metabolisme dapat lebih meningkat.
Sumber protein yang direkomendasikan antara lain daging tanpa
lemak, kalkun, ikan, atau kacang-kacangan. Ikan seperti tuna dan
salmon juga kaya akan kandungan asam lemak omega-3 yang dapat
membantu menyeimbangkan kadar gula darah dan mengurangi
inflamasi sehingga proses metabolisme tubuh dapat terbantu.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metabolisme adalah proses yang menghasilkan energy guna
kelangsungan makhluk hidup, hal tersebut menyebabkan metabolisme
menjadi proses yang sangat penting terjadi pada makhluk hidup.Dalam proses
metabolisme tubuh terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi,
diantaranya adalah metabolisme basal yang berkaitan dengan jumlah kalori
yang dibakar oleh tubuh dan diubah menjadi energy yang merupakan modal
tenaga untuk melakukan aktivitas sehari-hari.Proses Perubahan Energi Otot
Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga akan terdiri
dari kombinasi 2 jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan dan
aktivitas yang bersifat anaerobik.Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat
ketahanan seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak jauh
merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang dominan
sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu
singkat seperti angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat jauh merupakan
jenis olahraga dengan komponen-komponen aktivitas anaerobik yang
dominan.
3.2 Saran
Seperti pada umumnya sudah pasti tidak lepas dari yang namanya
kritik dan kesalahan dalam pembuatan dan penulisanya. Ini semua
dikarenakan keterbatasan kemampuan penyusun dalam memnyusun makalah
ini. Namun penyusun akan berjanji dan berusaha untuk belajar dan
merperbaiki kesalahan dalam pembuatan makalah. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dalam
pembuatan makalah yang selanjutnya dapat lebih baik baik lagi. Penyusun
siap menerima kritik dan saran yang diberikan

19
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, M.I. (2020) ‘Penyakit Mitokondria’, (Desember), pp. 0–9.
Cindy, A., & Ns, M. K. (2020). Modul Ajar Ilmu Biomedik Dasar I.
Evelyn, T. (2021) Berbagai Penyakit yang Terjadi Akibat Gangguan
Metabolisme.
Henggu, K.U., & Nurdiansyah, Y. (2021) ‘Review dari Metabolisme
Karbohidrat , Lipid , Protein , dan Asam Nukleat’, Quimica: Jurnal Kimia
Sains dan Terapan, 3(2), pp. 9–17.
Irawan, M. A. (2007). Metabolisme Energi Tubuh & Olahraga. Diakses pada
tanggal 25 Agustus 2022 melalui http://staffnew.uny.ac.id.
Mutmainnah, dkk. (2022) ‘Metabolisme’, Jurnal Kesehatan USIMAR, 1(2),
pp. 68–76.
Natsir, N.A. (2018) ‘Analisis Kandungan Protein Total Ikan Kakap Merah Dan
Ikan Kerapu Bebek’, Biosel: Biology Science and Education, 7(1), p. 49.
doi:10.33477/bs.v7i1.392.
Phasa, R.W, dkk. (2018) Role of Food Consumption In Fulfillment of Energy and
Protein Needs In Teens MAN 1 Semarang.
Pritasari, dkk., (2017) Gizi Dalam Daur Kehidupan, Kementerian Kesehatan RI.
Putra, S. E. (2018). Exercise Metabolism. Jurnal Manajemen Sains, 38-60.
Rahayu, W. P., & Nurwitri, C. (2022). Mikrobiologi Pangan Edisi Revisi. Bogor:
IPB Press.
Ranchman, A. (2018). “Meningkatkan Metabolisme Tubuh dan Faktor yang
Memengaruhi”. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2022 melalui
https://www.sehatq.com.
Siregar, F.A., & Makmur, T. (2020) ‘Metabolisme Lipid Dalam Tubuh’, Jurnal
Inovasi Kesehatan Masyarakat, 1(2), pp. 60–65. Available at:
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JIKM.
W, T.N. (2012) Glycogen Storage Disease Type III (GSD III), Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.

20
Yusnawati, Y., dkk. (2016). Penentuan Lama Waktu Istirahat Pekerja Berdasarkan
Beban Kerja Fisik pada PT. Perkebunan Nusantara 1 PKS Pulau Tiga.
Jurnal Optimalisasi, 2(3), 253-260
Yustiningsih, M. (2018) ‘Pemodelan dan Rekonstruksi Metabolisme : Tinjauan
dari Perkembangan Sistem Biologi’, Mangifera Edu, 3(1), p. 44.
doi:10.31943/mangiferaedu.v3i1.245.

21

Anda mungkin juga menyukai