Askep Pernapasan (TB Paru)
Askep Pernapasan (TB Paru)
Oleh Kelompok II
Sitti Rabiah
Yulianti
Masita
Nasrah
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Atas rahmat dan hidayahnya,makalah ini dapat
terselesaikan dengan sabaik-baiknya. Makalah ini adalah tugas kelompok dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada para pihak
yang telah membantu kelancaran tugas ini,terutama dosen Keperawatan Medikal Bedah I
yang telah memberikan banyak pengarahan serta ilmu kepada kami para mahasiswa.
Semoga makalah yang kami buat ini,bermanfaat bagi pembaca. Kami juga
mengharapkan kritik dan saran,supaya tugas selanjutnya dapat menjadi lebih baik dari
sebelumnya dan sesungguhnya semua itu bersifat membangun
Terimakasih
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………………………..
B. Tujuan……………………………………………………………………………..
A. Pengkajian……………………………………………………………………….
B. Diagnosis Keperawatan………………………………………………………….
C. Intervensi………………………………………………………………………...
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi merupakan sistem
organ yang digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana sistem pernafasan ini
merupakan salah satu sistem yang berperan sangat penting dalam tubuh untuk
menunjang kelangsungan hidup. Sistem pernafasan dibentuk oleh beberapa struktur,
seluruh struktur tersebut terlibat didalam proses respirasi eksternal yaitu pertukaran
oksigen antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbon dioksida antara darah dan
atmosfer, selain itu terdapat juga respirasi internal yaitu proses pertukaran gas antara
darah sirkulasi dan sel jaringan dimana system respirasi internal ini terjadi pada
seluruh system tubuh. (Djojodibroto, 2012).
TINJAUAN PUSTAKA
2. Kerusakan otak
Kuman TB yang menyebar hingga ke otak bisa menyebabkan meningitis
atau peradangan pada selaput otak. Radang tersebut memicu
pembengkakan pada membran yang menyelimuti otak dan seringkali
berakibat fatal atau mematikan.
4. Kerusakan jantung
Jaringan di sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh kuman TB. Akibatnya
bisa terjadi cardiac tamponade, atau peradangan dan penumpukan cairan
yang membuat jantung jadi tidak efektif dalam memompa darah dan
akibatnya bisa sangat fatal.
5. Gangguan mata
Ciri-ciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan,
mengalami iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain.
6. Resistensi kuman
Pengobatan dalam jangka panjang seringkali membuat pasien tidak
disiplin, bahkan ada yang putus obat karena merasa bosan. Pengobatan
yang tidak tuntas atau tidak disiplin membuat kuman menjadi resisten atau
kebal, sehingga harus diganti dengan obat lain yang lebih kuat dengan efek
samping yang tentunya lebih berat.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkulosis paru (TB paru) dapat dibagi menjadi dua
fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Penggunaan obat juga dapat
dibagi menjadi obat utama dan tambahan.
Medikamentosa
Obat anti tuberkulosis (OAT) yang dipakai sebagai tatalaksana lini
pertama adalah rifampisin, isoniazid, pirazinamid, streptomisin, dan
etambutol, yang tersedia dalam tablet tunggal maupun dalam sediaan dosis
tetap (fixed dose combination). Jenis obat lini kedua adalah kanamisin,
kuinolon, dan derivat rifampisin dan isoniazid.
Kategori 1 : 2RHZE/4RH3
Kategori 2 : 2 RHZES/RHZE/5RH3E3
Kategori 1
Kategori 2
Terapi MDR-TB
Berikut ini adalah pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien dengan
MDR-TB, dengan catatan bahwa obat-obat ini masih sensitif :
Grup 1: first- lineterapi oral, misalnya: pirazinamid, etambutol,
rifampisin
Grup 2: injeksi, misalnya: kanamisin, amikasin, capreomycin,
streptomisin
Grup 3: golongan fluoroquinolon, misalnya: levofloksasin,
moxifloksasin, ofloksasin
Grup 4: second- lineterapi oral bakteriostatik, misalnya: cycloserine,
terizidone, asam para aminosalisilat (PAS), etionamide, protionamide
Grup 5: obat-obat ini tidak dianjurkan oleh WHO untuk penggunaan
rutin karena efektifitasnya masih belum jelas. Namun diikutsertakan
dengan alasan bahwa bilamana ke 4 grup obat tersebut diatas tidak
mungkin diberikan kepada pasien, seperti pada XDR-TB.
Ibu Menyusui
Rawat Inap
Monitoring
Monitoring pada tuberkulosis paru (TB paru) dilakukan dengan dua tujuan,
yaitu evaluasi pengobatan dan evaluasi komplikasi maupun efek samping obat.
Evaluasi Pengobatan
G. Pemeriksaan penunjang
Anamnesis pada pemeriksaan fisik
Laboratorium draah rutin (LED) normal atau meningkat,
limfositosis)
Foto thoraks PA dan lateral. Gambaran foto thoraks yang
menunjang diagnosis TB, yaitu :
- Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apikal
logus bawah
- Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
- Adanya kavitas, tunggal atau ganda
- Kelainan bilateral, teruma di lapangan atas paru
- Adanya klasifikasi
- Bayangan menetappada foto ulang beberapa minggu kemudian
- Bayangan milier
1. Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 persen pasien TB yang
dapat diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
3. Tes mantoux/tuberkulin
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang di rekatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plasti, kemudian dicelupkan dalam
serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka
warna sisir akan berubah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn.A 70 tahun masuk RS Harapan dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu ,di
sertai batuk berdarah,dan seluruh tubuh berkeringat di malam hari,setelah pasien masuk di
ruang inap.Keesokan harinya pada pukul 11.20 WIB Dengan keadaan malaise,dan keluhan
utama dahak,massa otot berkurang,napas pendek serta pembekakan kelenjar getah bening TD
130/80mmHg.Klien mengatakan berat badan menurun karena tidak nafsu makan.diagnosis
TB Paru.
A. PENGKAJIAN
Usia : 70 Tahun
Data Fokus
ANALISIS DATA
Usia : 70 Tahun
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukol
itik, jiak perlu.
D.0055 Gangguan pola Setelah Dukungan tidur
tidur b.d kurang dilakukan
kontrol tidur d.d intervensi Observasi
mengeluh sulit selama 4 jam,
tidur. maka pola tidur Identifikasi pola aktivitas dan
membaik tidur
dengan kriteria:
Identifikasi faktor pengganggu
Keluhan sulit tidur (fisik dan/psikologis)
tidur menrun
Identifikasi mkanan dan
Keluhan tidak minuman yang mengganggu
puas tidur tidur
menurun (mis.kopi,teh,alkohol,makan
mendekati waktu tidur, minum
Keluhan sering banyak air sebelum tidur)
terjaga
menururn Terapeutik
Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
Edukasi
Jelaskan pada pasien dan
keluarga alergi makanan,
makanan yang harus dihindari,
kebutuhan jumlah kalori, jenis
makanan yang dibutuhkan pasien.
Demonstrasikan cara
membersihkan mulut
Ajarkan pasien/keluarga
memantau kondisi kekurangan
nutrisi
Anjurkan mendemonstrasikan
cara memberi makan, menghitung
kalori, menyiapkan makan sesuai
program diet.
D.0026 Kesiapan Setelah Dukungan tidur
peningkatan tidur dilakukan
d.d intervensi Observasi
mengekspresikan selama 4 jam,
keinginan untuk maka pola tidur Identifikasi pola aktivitas dan
meningkatkan membaik tidur
tidur. dengan kriteria:
Identifikasi faktor pengganggu
Keluhan sulit tidur (fisik dan/psikologis)
tidur menururn
Identifikasi mkanan dan
Keluhan tidak minuman yang mengganggu
puas tidur tidur
menurun (mis.kopi,teh,alkohol,makan
mendekati waktu tidur, minum
Keluhan sering banyak air sebelum tidur)
terjaga menurun
Identifikasi obat tidur yang
Keluhan pola dikonsumsi
tidur berubah
meningkat Terapeutik
Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan,kebisingan,suhu,ma
tras, dan tempat tidur)
Edukasi
Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. SARAN
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat
secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri
ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses
keperawatan) Bandung.
Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Tim Pokja SDKI DPP Ppni. (2017). Standar Diagnosis Keprawatan Indonesia
Defenesi dan Indikator Diagnostik,Jakarta:Dewan Pengurus Pusat