Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lain ke
dalam perairan.[1] Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa polusi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit,[2][3] dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya.
Air memiliki kemampuan untuk melakukan pembersihan secara alami akan
partikel – pertikel yang masuk ke dalamnya melalui proses penguraian yang dibantu oleh bakteri. Namun, senyawa – senyawa pencemar kini yang masuk ke dalam perairan jumlahnya lebih dari ambang batas kemampuan air itu sendiri. Sehingga, air tidak mampu mempertahankan kualitasnya oleh zat – zat pencemar. Adapun zat pencemar dibedakan menjadi dua yaitu degradable atau yang dapat dirombak dan nondegrabale yaitu senyawa yang tidak dapat dirombak oleh aktivitas bakteri. Bermacam – macam senyawa yang mencemari perairan disebabkan oleh aktivitas manusia baik dari buangan rumah tangga maupun industri.
Dengan adanya pencemaran air ini dapat mengakibatkan beberapa masalah
dalam kehidupan kita. Adapun dampak yang terjadi akibat pencemaran air yaitu Banjir. Pada musim penghujan, dimana sungai tak mampu menampung pertambahan debit air yang masuk akibat adanya sumbatan sampah. Oleh karena itu, banjir pun tak dapat terhalangi. Banjir merupakan penyakit yang masih menjadi PR besar bagi beberapa wilayah indonesia salah satunya adalah DKI Jakarta. Pemerintah telah berupaya untuk mengatasi masalah yang belum kunjung selesai. Tanpa keikutsertaan penduduk setempat, maka masalah ini terus akan menjangkiti kita semua. Penyakit menular, Meningkatnya mikroba patogen tertentu di sumber air yang tercemar tentu akan menyebabkan berbagai penyakit seperti diare, deman berdarah, malaria, typus, dan lainnya. Hal ini di karenakan air yang tercemar tersebut merupakan air yang digunakan untuk konsumsi dan memenuhi kebutuhan lainnya (mandi, cuci, kakus). Membuang kotoran di sumber air tentu akan meningkatkan bibit penyakit di dalamnya. Rusaknya ekosistem, air merupakan habitat bagi organisme perairan seperti ikan, golongan invertebrata, tumbuhan air, dan lainnya. Air yang tercemar dapat merusak keseimbangan ekosistem yang artinya mengancam kehidupan organisme perairan.
Untuk mengatasi masalah pencemaran tentu diperlukan koordinasi baik
antara penduduk dengan pemerintah. Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran seharusnya menjadi teguran bagi kita semua untuk berbenah. Kualitas hidup ditentukan dari kualitas air, oleh karena itu kita semua wajib bertanggung jawab untuk menjaga kualitas air tetap layak menjadi sir kehidupan kita. Upaya yang dapat dilakuakan untuk mencegah dan mengatasi pencemaran air yang pertama dengan Kesadaran diri sendiri, dengan membiasakan diri untuk menjaga kebersihan air dengan tidak membuang sampah di sungai. Yang kedua Aturan yang tegas, adanya penyuluhan bagi masyarakat umum untuk senantiasa menjaga lingkungan air kemudian undang – undang yang mengatur pembuangan limbah cair oleh industri semu itu hanya komponen pemerintahan yang dapat membuat kebijakan. Diharapkan dengan adanya aturan yang mengikat, dapat menjadi titik ukur bagi segenap bangsa untuk mulai berbenah. Yang ketiga Bioremediasi, upaya mengatasi limbah cair dengan menggunakan mikroorganisme. Minyak merupakan limbah yang tidak dapat diatasi dengan mudah, oleh karena itu dengan menggunakan bakteri yang mampu merombak minyak ini menjadi solusi untuk menghilangkan tumpahan minyak di badan air. Adapun mikroorganisme yang digunakan merupakan bakteri yang mampu merombak senyawa limbah dan tidak menyebabkan penyakit. Jika kita bisa melakukan hal tersebut, maka pencemaran air akan teratasi.