Disusun Oleh:
1603618035
Ilmu Keolahragaan
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah member
petunjuk dan kekuatan kepada saya sehingga makalah yang berjudul “Kemampuan
Berbahasa: Menyimak, Menulis, Berbicara, dan Membaca” ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu. Adapun saya menyusun makalah ini guna memenuhi tugas kedua perkuliahan
jarak jauh (PJJ) dari mata kuliah bahasa indonesia.
Saya menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Yasep
Setiakarnawijaya, M. Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia. Tidak lupa
juga saya ucapkan terima kasih kepada orangtua dan keluarga yang mendukung saya baik
berupa moril maupun materiil. Selain itu, saya ucapkan rasa terima kasih kepada semua
rekan-rekan saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa
bangga saya kepada kalian.
Saya selaku penulis berharap bahwa makalah yang berjudul “Kemampuan Berbahasa:
Menyimak, Menulis, Berbicara, dan Membaca” ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dalam menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Kemampuan Berbahasa, yaitu:
Menyimak, Menulis, Berbicara, dan Membaca. Saya pun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka saran serta kritik diharapkan dapat
tersampaikan guna memperbaiki makalah ini.
Penulis
ii
Daftar Isi
Lembar Judul.................................................................................................................. i
Kata Pengantar...............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat........................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan...................................................................................................... 3
2.1 Menyimak....................................................................................................... 3
2.2 Berbicara......................................................................................................... 4
2.3 Membaca.........................................................................................................6
2.4 Menulis............................................................................................................7
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 10
3.2 Saran..............................................................................................................10
Daftar Pustaka..............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah sistem dari komunikasi, dimana kata-kata dan berbagai bentuk kombinasi
simbol tertulis lainnya, yang teratur sehingga menghasilkan sejumlah pesan (Parke, 1999).
Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak
lepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu pengeahuan. Dengan kata
lain, tanpa memiliki kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan
berpikir secara sistematis dan teratur (Setiawan, 2007). Bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi, mengemukakan perasaaan atau pikiran yang mengandung makna tertentu
baik melalui ucapan, tulisan dan bahasa isyarat/bahasa tubuh. Setiap bahasa memiliki aturan
tertentu dan komunikasi dikatakan efektif bila orang yang diajajk berkomunikasi mengerti
apa yang dikemukan oleh sumber komunikasi. Kemampuan berbahasa akan berkembang
sesuai dengan tahap perkembangan anak (Morgan, 1981). Banyak ahli bahasa yang telah
memberikan uraiannya tentang pengetahuan bahasa. Bloch dan Trager (dalam Setiawan,
2007) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang
dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Kemudian
menurut Josep Broam (dalam Setiawan, 2007) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu
sistem yang terstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para
anggota suatu kelompok sebagai alat bergaul satu sama lain.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa bahasa adalah struktur yang dikendalikan oleh
sekumpulan aturan tertentu, semacam mesin untuk memproduksi makna, akan tetapi setiap
orang memiliki kemampuan yang terbatas dalam menggunakannya. Bahasa menyediakan
pembendaharaan kata atau tanda (vocabulary) serta perangkat aturan bahasa (grammar dan
sintaks) yang harus dipatuhi jika hendak menghasilkan sebuah ekspresi yang bermakna.
Sedangkan kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengutarakan
maksud atau berkomunikasi tertentu secara tepat dan runtut sehingga pesan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain (Sears, 2004).
1
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang, yaitu:
Adapun tujuan dari makalah ini berdasarkan rumusan masalah diatas, yaitu:
Berdasarkan tujuan yang diperoleh dari makalah ini, dapat diketahui bahwa materi dari
makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan-bahan pembelajaran dalam meningkatkan
pengetahuan, wawasan, dan pendidikan mahasiswa olahraga serta masyarakat Indonesia
terhadap kemampuan berbahasa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang
biasa digunakan untuk berkomunikasi, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara,
membaca, dan menulis. Tabel berikut ini menyajikan keempat jenis keterampilan tersebut.
Lisan Tulis
Reseptif Menyimak Membaca
Produktif Berbicara Menulis
Tabel 1. Empat Jenis Keterampilan Berbahasa
2.1. MENYIMAK
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Yang
dimaksud dengan keterampilan mendengarkan di sini bukan berarti hanya sekadar
mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melalui alat pendengarannya, melainkan sekaligus
memahami maksudnya. Oleh karena itu, istilah mendengarkan sering diidentikkan dengan
menyimak. Istilah mendengarkan/menyimak berbeda dari istilah mendengar. Meskipun
samasama menggunakan alat pendengaran, mendengarkan berbeda dengan mendengar. Pada
kegiatan mendengar tidak tercakup unsur kesengajaan, konsentrasi, atau bahkan pemahaman.
Sementara pada kegiatan mendengarkan terdapat unsur-unsur kesengajaan, dilakukan dengan
penuh perhatian dan konsentrasi untuk memperoleh pemahaman yang memadai. Dalam
bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses
yang tidak kita sadari yang disebut dengan proses aquisition (pemerolehan), bukan melalui
proses learning (pembelajaran). Oleh karena itu, kita pun tidak menyadari begitu
kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengarkan tersebut. Berikut ini secara
singkat disajikan deskripsi mengenai aspek-aspek yang terkait dalam upaya belajar
memahami apa yang kita dengarkan dalam bahasa kedua.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan
situasi mendengarkan secara noninteraktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam
percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam
3
mendengarkan jenis ini kita secara bergantian melakukan aktivitas mendengarkan dan
berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh
penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya, atau mungkin
memintanya berbicara agak lebih lambat. Contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif,
yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau mendengarkan dalam acara-acara
seremonial. Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta
penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicara mengulangi apa yang
diucapkannya, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk
memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus:
2.2. BERBICARA
Dalam keterampilan berbicara dikenal tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif,
semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya terjadi pada
percakapan secara tatap muka dan berbicara melalui telepon. Kegiatan berbicara dalam
situasi interaktif ini memungkinkan adanya pergantian peran/aktivitas antara berbicara dan
mendengarkan. Di samping itu, situasi interaktif ini memungkinkan para pelaku komunikasi
4
untuk meminta klarifikasi, pengulangan kata/kalimat, atau meminta lawan bicara untuk
memperlambat tempo bicara, dan lain-lain. Kegiatan berbicara dalam situasi interaktif ini
dilakukan secara tatap muka langsung, bersifat dua arah, atau bahkan multiarah. Kemudian,
ada pula situasi berbicara yang tergolong semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di
hadapan umum, kampanye, khutbah/ceramah, dan lain-lain, baik yang dilakukan melalui
tatap muka secara langsung namun berlangsung secara satu arah. Dalam situasi ini, audiens
memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat
melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi
berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif jika pembicaraan dilakukan secara
satu arah dan tidak melalui tatap muka langsung, misalnya berpidato melalui radio atau
televisi. Pidato kenegaraan yang disampaikan melalui siaran televisi atau radio termasuk ke
dalam jenis ini.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki oleh si pembicara dalam
melakukan aktivitas berbicara, antara lain:
Jika hal-hal yang harus diperhatikan oleh pembicara tadi kita klasifikasikan, kita dapat
mengelompokkan hal di atas ke dalam tiga aspek, yakni:
5
c. aspek performansi (gestur tubuh, mimik, dan ekspresi dalam menyampaikan isi
pembicaraan).
2.3. MEMBACA
Kemampuan membaca permulaan ditandai oleh kemampuan melek huruf, yakni kemampuan
mengenali lambang-lambang tulis dan dapat membunyikannya dengan benar. Pada fase ini,
pemahaman isi bacaan belum begitu tampak karena orientasi pembaca lebih ke pengenalan
lambang bunyi bahasa. Sementara pada membaca lanjut, kemampuan membaca ditandai oleh
kemampuan melek wacana. Artinya, pembaca bukan hanya sekadar mengenali lambang tulis,
bisa membunyikannya dengan lancar, melainkan juga dapat memetik isi/makna bacaan yang
dibacanya. Penekanan membaca lanjut terletak pada pemahaman isi bacaan, bahkan pada
tingkat tinggi harus disertai dengan kecepatan membaca yang memadai.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki
pembicara, adalah
6
11. Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
12. Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang
berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara
mendalam (http://www.sil.org/lingualinks).
2.4. MENULIS
Menulis permulaan sesungguhnya identik dengan melukis gambar. Pada fase ini, si penulis
tidak menuangkan ide/gagasan, melainkan hanya sekadar melukis atau menyalin
gambar/lambang bunyi bahasa ke dalam wujud lambang-lambang tertulis. Pada awal-awal
memasuki persekolahan, para siswa dilatih menulis permulaan yang proses pembelajarannya
sering disinergiskan dan diintegrasikan dengan kegiatan membaca permulaan. Kegiatan
menulis yang sesungguhnya merupakan aktivitas curah ide, curah gagasan, yang dinyatakan
secara tertulis melalui bahasa tulis.
7
8. Mengupayakan, terciptanya paragraf, dan keseluruhan tulisan koheren sehingga
pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
9. Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran
mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum
mereka ketahui dan penting untuk ditulis (http://www.sil.org/lingualinks).
8
BAB III
SINTESIS
Menurut Parke (1999), bahasa adalah sistem dari komunikasi, dimana kata-kata dan
berbagai bentuk kombinasi simbol tertulis lainnya, yang teratur sehingga menghasilkan
sejumlah pesan. Akan tetapi, menurut setiawan (2007) bahasa merupakan sarana komunikasi,
maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak lepas dari bahasa, seperti berpikir
sistematis dalam menggapai ilmu pengeahuan. Dengan kata lain, tanpa memiliki kemampuan
berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur.
Kemampuan berbahasa dibagi menjadi empat aspek, yaitu menulis, membaca, menyimak,
dan berbicara.
9
BAB IV
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
10
Daftar Pustaka
Carter, Ronald. 1993. Introducing Applied Linguistics. London: Penguin English. Four Basic
Language Skills. Tersedia pada. http://www.sil.org/lingualinks.
Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Penerbit Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Wray, David. 1998. Literacy & Awareness. London: Hodder & Stoughton Educational
11