Anda di halaman 1dari 8

28

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri Baturaja

5.1.1 Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri Baturaja

Madrasah Aliyah Negeri Baturaja didirikan pada tahun 1967, saat

pertama didirikan masih bernama SP IAIN atau sekolah persiapan Institut

Agama Islam Negeri dengan Kepala Madrasah Bapak Syamsir. Pada tahun

1967 SP IAIN tersebut diubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri Baturaja

dengan Kepala Madrasah Bapak Drs. Zainudin Tholid yang bertugas dari tahun

1976-1981. Madrasah Aliyah Negeri Baturaja terletak di dataran yang

dikelilingi oleh perumahan penduduk dengan luas 500 m2, tepatnya di Jalan Dr.

Mohd. Hatta No. 651 RT.04 RW.02 Desa Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu.

5.1.2 Batas-batas Wilayah

Adapun batas-batas Madrasah Aliyah Negeri Baturaja adalah sebagai

berikut:

a. Sebelah timur berbatasan dengan tanah H.Husni

b. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Dr.Moh. Hata

c. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Imam Bonjol

d. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk.

28
29

5.1.3 Visi dan Misi Visi

1. Visi

Sekolah Berbudaya Lingkungan Berdasarkan IMTAQ menuju keunggulan

IPTEK.

2. Misi

a. Dalam bidang IMTAQ

1) Meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan memahami

kandungan isi A1-Qur’an.

2) Meningkatkan pembinaan karakter Islami yang mampu

mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Dalam bidang IPTEK

1) Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga pendidik

dan kependidikan sesuai dengan perkembagnan dunia pendidikan

2) Melaksanakan proses pembelajaran secara aktifdan efektif

3) Meningkatkan prestasi akademik lulusan

4) Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan bahasa Arab

5) Meningkatkan prestasi ekstrakurikuler

5.2 Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan persentase dari tiap

variabel yaitu untuk mengetahui dan memperoleh Gambaran pengetahuan dan

sikap siswa kelas X tentang penyakit HIV/AIDS.u tahun 201Ibnu


30

1. Pengetahuan tentang HIV/AIDS

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi pengetahuan siswa kelas X tentang penyakit


HIV/AIDS di Madrasyah Aliyah Negeri Baturaja tahun 2015

Pengetahuan Frekuensi %
Baik 27 39,1
Cukup 20 29,0
Kurang 22 31,9
Jumlah 69 100

Dari tabel 5.1 didapatkan bahwa siswa/i yang pengetahuanya baik tentang

HIV/AIDS sebanyak 27 (39,1%), siswa/i yang pengetahuanya cukup tentang

HIV/AIDS sebanyak 20 (29,0%), dan siswa/i yang pengetahuanya kurang

tentang HIV/AIDS sebanyak 22 (31,9%).

2. Sikap

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi sikap siswa kelas X tentang penyakit


HIV/AIDS di Madrasyah Aliyah Negeri Baturaja tahun 2015

Sikap Frekuensi %
Positif 26 37,68
Negatif 43 62,32
Jumlah 69 100,0

Pada sikap siswa kelas X tentang penyakit HIV/AIDS didapatkan

tabel.5.2 bahwa siswa/i yang sikapnya positif sebanyak sebanyak 26 (37,68%)

dan siswa/i yang sikapnya negatif sebanyak sebanyak 43 (62,32%).


31

5.3 Pembahasan

5.3.1. Keterbatasan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif

yaitu untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan sikap siswi tentang

HIV/AIDS.

Dalam hal ini juga peneliti menyadari banyak sekali keterbatasan dalam

melakukan penelitian terutama waktu untuk memperoleh kesempurnaan dalam

penelitian. Dengan keterbatasan waktu penelitian dalam pengambilan data

maka peneliti mendapatkan hasil data yang secukupnya.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan

pertanyaan tertutup sehingga bersifat subjektif.

5.3.2. Gambaran Pengetahuan siswa/i tentang HIV/AIDS di Madrasyah

Aliyah Negeri Baturaja

Dalam penelitian ini pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik,

cukup dan kurang. Berdasarkan analisis data univariat didapatkan bahwa dari 69

siswa/i yang pengetahuanya baik tentang HIV/AIDS sebanyak 27 (39,1%),

siswa/i yang pengetahuanya cukup tentang HIV/AIDS sebanyak 20 (29,0%),

dan siswa/i yang pengetahuanya kurang tentang HIV/AIDS sebanyak 22

(31,9%).

Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini

disebabkan karena responden sudah mulai memahami tentang dampak


32

HIV/AIDS. Siswa/i tersebut memperoleh informasi tentang HIV/AIDS dari

media ataupun dari orang tua serta lingkungan.

Pengetahuannya dikatakan baik karena responden / siswi tersebut paham

tentang pengetahuan HIV/AIDS yang telah diberikan kepadanya, banyak

pengalaman yang didapat, dekat dengan sumber informasi / sering

mendengarkan / membaca tentang penyakit terutama tentang HIV/AIDS, dan

adanya nasihat keluarga. Pengetahuannya dikatakan kurang karena orang

tersebut sama sekali belum memahami dampak akibat HIV/AIDS itu sendiri dan

mungkin dikarenakan siswi tersebut kurang/tidakmau mencari informasi tentang

HIV/AIDS tersebut, serta kurangnya bersosialisasi dan keluarganya juga kurang

dalam memberikan informasi tentang HIV/AIDS di kalangan remaja.

Hal ini didukung oleh yang dikemukakan oleh Lawrence green yang

menyatakan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni faktor predisposisi, faktor pendukung

dan faktor pendorong dan salah satu dari cakupan faktor predisposisi tersebut

yaitu tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

Dalam penelitian Rogers (1974) dalam (Notoatmodjo, 2007) dikatakan

bahwa semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang maka semakin rendah

pula perilaku seseorang terhadap kesehatan dan sebaliknya. Apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti dimana didasari

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
33

bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak

didasari ooleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

5.3.1. Gambaran sikap siswa/i tentang HIV/AIDS di MAN Baturaja

Dalam penelitian ini sikap dibagi menjadi 2 kategori yaitu positif dan

negatif, Berdasarkan analisis data univariat didapatkan bahwa dari 69 siswa/i

yang sikapnya positif sebanyak sebanyak 26 (37,68%) dan siswa/i yang

sikapnya negatif sebanyak sebanyak 43 (62,32%).

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah satu ahli

psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan suatu kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung,

secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat / pernyataan responden

terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden

melalui kuesoiner (Notoatmodjo,.2007).


34

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan tentang Gambaran

pengetahuan dan sikap siswa kelas X tentang penyakit HIV/AIDS di Madrasyah

Aliyah Negeri Baturaja tahun 2015, didapatkan bahwa dari 69 siswa/i yang dari

69 siswa/i yang pengetahuanya baik tentang HIV/AIDS sebanyak 27 (39,1%),

siswa/i yang pengetahuanya cukup tentang HIV/AIDS sebanyak 20 (29,0%),

dan siswa/i yang pengetahuanya kurang tentang HIV/AIDS sebanyak 22

(31,9%) dan yang sikapnya positif sebanyak sebanyak 26 (37,68%) dan siswa/i

yang sikapnya negatif sebanyak sebanyak 43 (62,32%).

6.2. Saran

6.2.1 Bagi MAN Baturaja

Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi bahan masukan

dalam melakukan penyuluhan dan penanggulangan HIV/AIDS.

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan di harapkan hasil penelitian dapat menjadi bahan

referensi bagi penelitian yang akan datang serta menjadi tolak ukur kemampuan

34
35

mahasiswa dalam proses belajar, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

6.2.3 Bagi peneliti

Sebagai wadah mengaplikasikan ilmu Kebidanan dan metodologi riset

penelitian serta dapat memberikan wacana baru bagi peneliti untuk melihat

fenomena nyata yang ada di lapangan tentang HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai