DISUSUN OLEH :
FARRAH ADINDA PUTRI
KESYA AISYAH WANDARI PUTRI
MASHOTLAN DALIMUNTHE
NAVISYA PUTRI
NOVIA YULITA WINDRI
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan mata
kuliah “dokumentasi keperawatan”. Tak lupa shalawat serta salam penulis
curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan makalah
ini khususnya yang menulis dan membacanya mendapatkan syafaat dari beliau di
akhir zaman.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
KMB.
Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan,
seperti menyampaikan informasi yang menurut ibuk masih ada kekurangan
bahkan kesalahan. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau
kata-kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Tuhan. Kami
selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah KMB yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Tujuan......................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Konsep Teori............................................................................................................6
2.1.1 Definisi Herpes Zoster...........................................................................................6
2.1.2 Anatomi Fisiologi..................................................................................................6
2.1.3 Etiologi..................................................................................................................8
2.1.4 Patofisiologi..........................................................................................................9
2.1.5 Patoflowdiagram.................................................................................................10
PATHWAYS...........................................................................................................10
2.1.6 Manifestasi Klinis...............................................................................................12
2.1.7 Komplikasi..........................................................................................................12
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik......................................................................................13
2.1.9 Penatalaksanaan Medis........................................................................................13
2.2 Asuhan Keperawatan Herpes Zoster......................................................................14
2.2.1 Pengkajian.......................................................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................15
2.2.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................16
2.2.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................20
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................20
BAB III............................................................................................................................21
PENUTUP.......................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................................21
3.2 Saran......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Definisi Herpes zoster
2. Mengetahui Etiologi Herpes zoster
3. Mengetahui Klasifikasi Herpes zoster
4. Mengetahui Manifestasi Klinis Herpes zoster
5. Mengetahui Patofisiologi Herpes zoster
6. Mengetahui Patoflow Herpes zoster
7. Mengetahui Komplikasi Herpes zoster
8. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Herpes zoster
9. Mengetahui Penatalaksanaan Medis Herpes zoster
10. Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Herpes zoster
BAB II
PEMBAHASAN
1) Stratum korneum, yaitu sel yang telah mati, selnya tipis, datar,
tidak mempunyai inti sel dan mengandung zat keratin.
2) Stratum lusidum, yaitu sel bentuk pipih, mempunyai batas tegas,
tetapi tidak ada inti. Lapisan ini terdapat pada telapak kaki. Dalam
lapisan ini terlihat seperti pita yang bening, batas-batas sudah tidak
begitu terlihat.
3) Stratum glanulosum, sel ini berisi inti dan glanulosum.
4) Zona germinalis, terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas
dua lapisan epitel yang tidak tegas.
5) Sel berduri, yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung sel
satu dengan yang lainnya, sehingga setiap sel seakan-akan tampak
berduri.
6) Sel basale, sel ini secara terus-menerus memproduksi sel epidermis
baru. Sel ini disusun dengan teratur, berurutan dan rapat sehingga
membentuk lapisan pertama atau lapisan dua sel pertama dari sel
basal yang posisinya diatas papilla dermis (Susanto dan Ari, 2013).
Dermis terletak dibawah lapisan epidermis. Dermis merupakan jaringan
ikat longgar dan terdiri atas sel-sel fibrinoplas yang mengeluarkan protein kolagen
dan elastin. Serabut-serabut kolagen dan elastin tersusun secara acak, dan
menyebabkan dermis terenggang dan memiliki daya tahan. Seluruh dermis
terdapat pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel
rambut, serta kelenjar keringat dan sebasea. Pada dermis terdapat sel mast yang
berfungsi mengeluarkan histamin selama cidera atau peradangan dan makrofag
yang memililki fungsi memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme (Corwin,
2009). Dermis terdiri dari dua lapisan; lapisan atas yaitu pars papilaris (stratum
papilaris), dan bagian bawah yaitu pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar
yang tersusun atas serabutserabut; serabut kolagen, serabut elastic, dan serabut
retikulus (Susanto dan Ari, 2013).
2.1.3 Etiologi
Herpes Zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong
virus berinti DNA, virus ini berukuran 140 – 200 nm, yang termasuk subfamili
alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi,
penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan 3 subfamili
yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas
menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler.
Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus gerpes alfa biasanya menetap
dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada
saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus
herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus
pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi
meliputi virus DNA polimerasi dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine)
kinase yang disintesis didalam sel yang terinfeksi. (Harahap, Marwali. 2000).
2.1.4 Patofisiologi
Patogenesis dari herpes zoster belum diketahui secara pasti. Ketika
terinfeksi varisella, VZV menyebar dari lesi di kulit dan mukosa ke saraf sensoris
akhir dan dibawa secara sentripetal dari serabut sensorik ke ganglion sensorik. Di
dalam ganglion infeksi laten terjadi di neuron sensorik dan virus bertahan dengan
tenang dan tidak merusak (tidak infeksius dan bermultiplikasi). Herpes zoster
optlamika disebabkan oleh reaktivasi virus varisela zoster, dari infeksi yang biasa
terjadi pada anak – anak. Sebagian besar anak (dan dewasa) yang pernah
mengalami cacar air tidak sembuh sempurna dari infeksi virus ini. Virus menjadi
dorman, berdiam di satu atau lebih ganglion saraf dalam tubuh. Pada banyak
orang, virus tetap dorman selamanya tanpa pernah menimbulkan masalah. Pada
beberapa orang, virus mengalami reaktivasi. Pada poin ini, virus berjalan menuju
bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut. Setelah mencapai kulit, virus
menyebabkan nyeri, dan vesikel.
Ciri khas penampakkan dari lesi ini adalah batas pada area yang tegas
pada kulit, berbeda dengan cacar air, yang menyebar ke seluruh kulit. Bila proses
ini terjadi pada saraf yang mengurus kulit daerah kelopak mata atas, kepala depan,
dan kulit kepala, maka kondisi ini dinamakan herpes zoster optalmika. Kadang –
kadang reaktivitas virus zoster tanpa sebab yang jelas, sementara dapat juga
karena akibat dari kondisi yang lain. Kondisi yang dapat mengakibatkan reaktivasi
dari virus herpes ini termasuk, bertambahnya usia, AIDS, atau imunosupresi
karena sebab yang lain
Virus Varisela Zoester
Infeksi primer, infeksi virus alfa menetap dalam bentuk laten neuron dari ganglion
Presdisposisi pada klien menderita cacar air, sistem imun yang lemah dan yang menderita kelainan maglinitas
HERPES ZOESTER
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah lokal, walaupun daerah-daerah
lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedangkan
mengenai umur lebih sering pada orang dewasa. Sebelum timbul gejala kulit
terdapat gejala prodromal baik sistemik (demam, pusing, malese), maupun gejala
prodromal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pengal dan sebagainya). Setelah itu
timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok
dengan dasar kulit yang erimatosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang
jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan
krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung darah dan disebut herpes zoster
hemoragik. Dan pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus
dengan penyembuhan berupa sikatris.
2.1.7 Komplikasi
a. Neuralgia post-herpetik atau nyeri setelah penyakit herpes zoster itu
sembuh
b. Infeksi bakteri sekunder pada vesikel
c. Dapat timbul sindrom Reye pada anak yang diberi aspirin sewaktu
mengidap cacar air
d. Sikatriks
2.2.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1) IdentitasKlien
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita.
2) KeluhanUtama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan
adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal – gatal pada daerah yang terkena
pada fase-fase awal.
4) Riwayat KesehatanLalu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
5) Riwayat KesehatanKeluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat
yang terinfeksi virus ini.
6) 6) RiwayatPsikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau
yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu
meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan
peran, atau identitas diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah:
1) Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan
daya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan, dapat
terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda
vital yang lain.
2) Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok
yang nyeri,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada
infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu
diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah
anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah
labia mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks.
3) Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan
lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional.
4) Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu
terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara
fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan
pernapasan, dan peningkatan tekanan darah;
5) Pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah.
Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk
orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia
perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji
nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Herpes zoster atau yang juga sering disebut shingles merupakan penyakit yang
disebabkan reaktivasi virus varisela zoster (VVZ) laten di akar sensoris dorsal
atau ganglia saraf kranialis, dan biasanya bermanifestasi sebagai ruam vesikuler
yang nyeri di sepanjang distribusi dermatom..
Asuhan keperawatan yang diberikan mulai dari pengkajian, menentukan diagnosa
keperawatan, diagnosa yang digunakan adalah gangguan rasa nyaman nyeri b.d
proses inflamasi virus dan gangguan integritas kulit b.d vesikel yang mudah
pecah.
Setelah menentukan diagnosa keperawatan dilanjutkan dengan menentukan
intervensi keperawatan, dilanjutkan melakukkan implementasi keperawatan, dan
tahap terakhir melakukkan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.
3.2 Saran
Penting bagi perawat untuk mengetahui konsep dasar Herpes Zoster beserta
konsep asuhan keperawatannya. Perawat dapat berperan serta untuk mencegah
dan mengobati Herpes Zoster di Indonesia yang dapat meliputi beberapa upaya
yang terdiri dari upaya promotif untuk meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan dan cara pengobatan Herpes Zoster melalui pendidikan dan pelatihan,
penyuluhan, penyebarluasan informasi, peningkatan kebugaran jasmani,
peningkatan gaya hidup sehat, dan peningkatan gizi.
DAFTAR PUSTAKA