PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan
organisasi yang memiliki beragam tenaga terampil dengan produk utama
adalah jasa atau pelayanan (Soeroso, 2013). Pelayanan kesehatan yang
bermutu menjadi kebutuhan dasar yang diperlukan bagi setiap orang. Untuk
itu rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta dituntut untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaann guna
menghasilkan pelayanan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.
Gillies (2010) menyatakan bahwa salah satu upaya yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah meningkatkan sumber
daya manusia dan pengelolaan manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Nursalam, 2013). Menurut Asmuji (2014) Manajemen
keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan
menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam
memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada
individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat
melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Munijaya (2011) Prinsip-prinsip dalam manajemen
keperawatan terbagi menjadi tiga prinsip utama yaitu efektif dalam memilih
alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya manusia, dan wajar dalam pengambilan keputusan
manajerial. Penerapan manajemen keperawatan memerlukan peran setiap
orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi staf masing-masing
melalui fungsi manajemen. Fungsi manajemen akan mengarahkan perawat
dalam mencapai tujuan yang akan ditujukan dengan menerapkan proses
keperawatan yang terdiri pada empat elemen yaitu fungsi perencanaan
(Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing), fungsi pengarahan
(Actuating), dan fungsi pengendalian (Controling) yang merupakan siklus
manajemen yang saling berkaitan satu sama lain (Siswanto, 2012).
Menurut Nursalam (2013) dalam manajemen keperawatan, terdapat
beberapa tingkatan manajemen antara lain sebagai berikut: top manager,
middle manager, dan nursing low manager. Kepala ruang keperawatan
merupakan bagian dari nursing low manager yang mempunyai peranan
penting dalam pelayanan di suatu bangsal atau ruangan. Kepala ruang
keperawatan yang merupakan bagian dari manajemen keperawatan berpihak
kepada fungsi manajemen keperawatan yaitu POAC (Planning, Organizing,
Actuating, Controlling) dalam rangka untuk memajukan staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Keliat (2012)
mengatakan, kepala ruang memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan
pelayanan keperawatan diruangan dengan menggunakan proses manajemen
keperawatan yaitu melalui fungsi- fungsi manajemen tersebut.
Manajemen sangat penting dalam pelayanan keperawatan di rumah
sakit, karena tanpa adanya manajemen yang baik maka pelayanan tidak dapat
dijalankan secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan seorang manajer agar
tujuan dan kepentingan tiap perawat di dalamnya sesuai dengan visi dan misi
yang dituju (Kholid, 2013). Manajemen rumah sakit merupakan hal yang
sangat penting untuk menjaga kinerja perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap pasien.
Pada ruang Perinatologi yang mana merupakan sebuah unit pelayanan
khusus bagi semua bayi baru lahir (usia 0-28 hari) terutama bayi yang
beresiko tinggi, misalnya bayi dengan gawat nafas, bayi prematur dan berat
lahir amat sangat rendah, infeksi berat, kelainan bawaan (jantung dan
sebagainya) termasuk yang membutuhkan pembedahan (Yeni et al, 2015).
Pada ruangan ini diperlukan perhatian khusus dalam memberikan pelayanan
kesehatan neonatus terutama pada hari-hari pertama kehidupannya yang
sangat rentan karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam
menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kekehidupan di luar rahim.
Mengingat secara fisiologis bayi belum mampu menyesuaikan dengan
lingkungan baru setelah dilahirkan, dukungan lingkungan ruang perawatan
sangat diperlukan agar bayi tetap terjaga kehangatannya (Heriyeni, 2018).
Menurut WHO setiap tahun terdapat 130 juta bayi baru lahir di seluruh
dunia, dan diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada usia empat minggu
pertama kehidupan. Penyebab kematian neonatal adalah kelahiran kurang
bulan (28%), infeksi (26%), asfiksia 23%), kelainan kongenital (7%), dan
penyebab lain (7%) (Al-Shorbaji,2013). Bayi baru lahir kehilangan panas
empat kali lebih besar dari pada orang dewasa, sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan suhu. Pada 30 menit pertama bayi dapat mengalami
penurunan suhu 3 - 4 °C. Pada ruangan dengan suhu 20-25 °C suhu kulit bayi
turun sekitar 0,3 °C per menit. Penurunan suhu diakibatkan oleh kehilangan
panas secara konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi. Kemampuan bayi
yang belum sempurna dalam memproduksi panas membuat bayi sangat rentan
untuk mengalami penurunan panas. Suhu bayi yang rendah mengakibatkan
proses metabolik dan fisiologi melambat. Kecepatan pernafasan dan denyut
jantung sangat melambat, tekanan darah rendah dan kesadaran menghilang.
Bila keadaan ini terus berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan maka
dapat menimbulkan kematian pada bayi baru lahir. Maka dari itu, faktor
kelengkapan dari manajerial keperawatan dan pelayanan sangat diperlukan
agar dapat mengatasi masalah yang mungkin terjadi pada kasus perinatal
(Heriyeni, 2018).
Perawat merupakan tenaga yang paling lama berinteraksi dengan
pasiennya, sehingga memiliki kontribusi yang besar dalam upaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan yang diberikan dibanding
dengan tenaga kesehatan yang lain (Sitorus, 2011). Salah satu aspek
terpenting dari kinerja perawat adalah pelaksanaan asuhan keperawatan,
adapun tahapan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yakni tahapan
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada dasarnya dijadikan acuan dalam
menilai kinerja perawat. Menurut Kewuan (2017), indikator kinerja seorang
perawat adalah disiplin kerja, sikap dan prilaku, pelaksanaan prosedur rumah
sakit, dan pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan. Oleh karena itu, kinerja
perawat dapat dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien, dengan menggunakan standar praktik keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui, memahami, dan melakukan konsep
manajemen keperawatan dan menunjukan sikap kepemimpinan yang
professional di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Kartika Husada
Pontianak.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama satu pekan
di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Kartika Husada Pontianak mahasiswa
mampu :
1) Melakukan pengkajian ruang rawat meliputi deskripsi rumah sakit
dan ruangan, serta pengkajian Man, Material, Money, Method dan
Market.
2) Melakukan analisa SWOT
3) Membuat diagram layang
4) Mengidentifikasi permasalahan yang muncul, memprioritaskan
masalah tersebut dan menyusun rencana kegiatan (Plant of Action)
5) Mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang telah disusun.
BAB II
HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Kepala Ruangan
Administrasi
KA TIM 1 KA TIM 2
2. Material
Material merupakan bahan baku yang dibutuhkan terdiri dari bahan
setengah jadi ataupun bahan jadi yang menghasilkan barang atau jasa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sarana dan prasarana pada
ruang Flamboyan memiliki struktur denah ruangan sebagai berikut:
WC
Ruang VK (Bersalin)
R.Penyimpanan
Linen
1 Baju Bayi 30 30
2 Handuk Mandi Pasien 6 6
3 Popok Bayi 30 30
4 Selimut Bayi 15 15
5 Seprai Bayi 22 22
6 Waslap 6 6
7 Lampin Bayi 30 30
8 Bantal Bayi 15 15
9 Kasur Busa Box + Perlak 11 11
10 Kasur Busa Inkubator + 4 2 1 1
Perlak
Alkes
1 Ambubag Neonatus 1 1
2 Pinset Chirurgis 1 1
3 Bak Instrumen Sedang 1 1
4 Kom Sedang Tertutup 3 3
5 Korentang 1 1
6 Gunting Perban 1 1
7 Inkubator 4 4
8 Kereta O2 1 1
9 Laringoscop 1 1
10 Radiant Infant Wamer 1 1
11 Alat Fototerapi 1 1
12 Regulator O2 4 3 1
13 Tiang Infus 4 4
14 Gunting Tali Pusat 1 1
15 Infus Pump 1 1
16 Mayo Bayi 2 2
17 Pinset Anatomic 1 1
18 Reflek Hamer 1 1
19 Syringe Pump 1 1
20 Suction Pump 1 1
21 Strerilisator Kering 1 1
22 Tensimeter 1 1
23 Timbangan BB digital 1 1
24 Tongspatel Stainlis 1 1
25 Tromol Sedang 1 1
26 Bengkok / Nearbekken 2 2
27 Stetoskop Neonatus 2 2
28 Kom Kecil + Tutup 2 2
29 Klem Tali Pusat 4 4
30 Bed Side Monitor 1 1
31 Trolly Instrumen 1 1
32 Termometr Digital 1 1
33 Tempat Tidur Box 11 11
34 Delly 1 1
35 Oxymetri Neonatus 0 0
36 Lampu Penghangat Bayi 1 1
37 CPAP 1 1
38 Medical Compressor 1 1
39 Kabel Monitor SPO2 1 1
Neonatus
Sumber: Inventarisasi Ruang Flamboyan, 2022
3. Money
Sumber pendapatan berasal dari pemerintah yang kemudian diatur
oleh pihak rumah sakit untuk dibagikan yang salah satunya ruang
flamboyan sesuai dengan kebutuhan diruangan tersebut. Dalam
penyusunan anggaran tahunan sendiri, kepala ruangan tidak dilibatkan
karena memang di Rumah Sakit Kartika Husada sendiri sudah ada bagian
yang merencanakan anggaran program tahunan yang disebut Renprograr.
Adapun jenis pembayaran yang dilakukan terdiri atas 2 jenis yaitu pasien
umum dan pasien BPJS. Oleh karena itu, selain pendapatan dari
pemerintah sumber pendapatan di ruang flamboyan juga berasal dari
pembayaran pasien umum dan BPJS. Adapun tarif masing-masing
tindakan yang dilakukan diruangan flamboyan sendiri telah ditentukan
oleh pihak rumah sakit Kartika husada. Hal ini sejalan dengan UU RI
No.44 pasal 6 tahun 2009 tentang rumah sakit menjelaskan bahwa
pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk:
a. Menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat
b. Menjamin pembiayaan pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit bagi
fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Membina dan mengawasi penyelenggaraan rumah sakit
d. Memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat
memberikan pelayanan Kesehatan secara professional dan
bertanggungjawab.
e. Memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa
pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f. Menggerakan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit
sesui dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat
g. Menyediakan informasi Kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat
h. Menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit
akibat bencana dan kejadian luar biasa
i. Menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan
j. Mengatur pendistribusian dan penyebaran alat Kesehatan berteknologi
tinggi dan bernilai tinggi.
4. Method
A. MAKP
Model asuhan keperawatan yang digunakan pada ruang
Flamboyan menggunakan metode tim, terdiri dari tim 1 dan tim 2 dan
masing-masing tim terdapat 1 orang ketua tim dan 4 perawat
pelaksana. Menurut Asmuji (2014) metode tim adalah metode
pemberian asuhan keperawatan yang mencirikan bahwa sekelompok
tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dipimpin
oleh seorang perawat profesional yang sering disebut dengan ketua
tim. Pada saat ini, model asuhan keperawatan yang digunakan di ruang
Flamboyan menggunakan sistem dimana setiap shift terdiri dari ketua
jaga (ka. jaga) dan perawat pelaksana (PP), karena didalam satu shift
terkadang hanya terdapat dua orang perawat dan ada yang merangkap
sebagai admin, didalam tim selalu memberikan pelayanan sepenuhnya
kepada pasien.
Pasien di ruang Flamboyan terdiri dari pasien umum, dinas dan
BPJS dimana untuk data terakhir pada bulan maret, pasien umum
terdiri dari 6 orang, dinas 5 orang dan BPJS sebanyak 54 orang
dimana untuk rata-rata perhari terdapat 2-3 pasien. Lama perawatan
disesuaikan dengan hasil yang ada dilapangan sesuai kondisi pasien
dengan memenuhi standar perawatan dirumah sakit. Model asuhan
keperawatan yang dilakukan didalam tim tidak menimbulkan beban
kerja yang begitu berat dan tidak memberatkan pembiayaan yang ada.
Komunikasi antar tim kesehatan di dalam ruangan terjalin
adekuat, dimana tim selalu terlihat berkoordinasi dan
mengkomunikasikan sesuatu dengan baik termasuk dalam
perencanaan keperawatan yang akan dan yang sudah dilakukan dengan
tindakan sesuai standar. Kepala ruangan turut serta terlihat sering
memberi bimbingan dan arahan kepada perawat pelaksana di ruangan.
Pembagian tugas di ruang flamboyan terdiri dari 3 shift, dimana
terdapat shift pagi, siang, dan malam sehingga kondisi pasien dapat
selalu terpantau dan kebutuhan pasien selalu terpenuhi. Perawat
pelaksana di dalam tim mempunyai tugas antara lain:
1. Melakukan serah terima tugas dengan yang dinas setiap awal dan
akhir dinas, serah terima dengan menggunakan status, meliputi:
- Kelengkapan dokumentasi status
- Jumlah dan keadaan Bayi.
- Alat-alat media dan kperawatan (harus dalam keadaan bersih
dan siap pakai.
- Pesanan / order dokter yang harus dilanjutkan.
- Keadaan / lingkungan ruang rawat.
2. Mengikuti preconference yang dilakukan Ketua Tim setiap awal
tugas.
3. Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera
setelah preconference.
4. Menyiapkan fasilitas dan lingkungan perawatan untuk kelancaran
pelayanan dengan cara:
- Mengawasi kebersihan lingkungan.
- Menjaga kebersihan inkubator (cuci inkubator setiap
pergantian pasien atau bila diperlukan).
- Mengatur tata runag perawatan agar mempermudah dan
memperlancar pelayanan.
- Obat dan bahan yang diperlukan diruang rawat seperti oksigen,
obat-obat emergensi dan lain-lain.
5. Mengikuti visite dokter dan mencatat order/program pengobatan
yang dianjurkan.
6. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
7. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
keperawatan.
8. Menyusun rencana keperawatan.
9. Menyiapkan bayi untuk pemeriksaaan oleh dokter.
10. Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan SPO (standar
prosedur operasional).
11. Mengawasi bayi selama dalam perawatan, seperti: kepatenan jalan
napas, cairan dan nutrisi, kebersihan (terhindar dari semut dll),
kestabilan suhu, dll.
12. Memberikan tindakan keperawatan pada bayi baru lahir seperti:
- Resusitasi
- Perawatan tali pusat
- Perawatan terhadap suhu yang ekstrim
- Mencatat identitasnya antara lain: Memberi label (nama ibu,
nomor register ibu dan cap ibu jari tangan kanan ibu, serta cap
jari kaki kiri dan kanan bayi) dan Nilai APGAR Score.
13. Mendampingi bayi dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih tinggi
bila bayi tidak dapat ditanggulangi.
14. Melaksanakan evaluasi keperawatan.
15. Mengobservasi kondisi bayi, contoh kepatenan jalan napas,
selanjutnya melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil
observasi tersebut, sesuai batas kewenangan.
16. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas
kasus dan upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
17. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara
bergilir sesuai jadwal dinas.
18. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
keperawatan, antara lain melalui pertemuan ilmiah, dan penataran
atas izin/persetujuan atasan.
19. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruangan.
20. Melakukan konfirmasi kepada ketua tim/penanggung jawab
ruangan tentang:
- Perkembangan kondisi klien.
- Perubahan instruksi Instruksi khusus (butuh keterangan lebih
lanjut) yang berhubungan dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan.
21. Melaporkan kendala-kendala selama pemberian asuhan
keperawatan/keperawatan kepada ketua tim / penanggung jawab
ruangan.
22. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan yang tepat dan benar sesuai Standar Asuhan
Keperawatan.
23. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang :
Peraturan umum yang berlaku di RSKH seperti administrasi,
prosedur pelayanan dan lain-lain.
24. Mendampingi ibu/keluarga selama menerima penjelasan dari
dokter tentang program pengobatan yang akan dilakukan dan
menjelaskan sesuai dengan wewenang bila dibutuhkan.
25. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu/keluarga dan
keluarga sesuai dengan keadaan dan kebutuhan mengenai:
- Kebersihan perorangan
- Keluarga berencana
- Perawatan payudara
- Perawatan bayi/tali pusat.
26. Menyiapkan bayi yang akan pulang, meliputi: menyediakan
formulir administrasi
27. Mengikuti postconference yang diadakan oleh Ketua Tim pada
setiap akhir dinas.
B. Overan Jaga
Overan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Overan pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaborasi perawat yang sudah dan yang belum
dilaksanaakan serta perkembangan pasien saat itu. Di ruang
perinatalogi melakukan timbang terima dari dinas pagi ke dinas siang
pada pukul 14.00 WIB, dari dinas siang ke dinas malam jam 20.00
WIB sedangkan timbang terima dari dinas malam ke dinas pagi
dilaksanakan pas jam 07.00 WIB.
C. Ronde Keperawatan
Ruang perinatologi adanya ronde keperawatan yang sudah
dijalankan oleh semua perawat dengan secara optimal. Rode
keperawatan dilakukan atau ditentukan dari rumah sakit jika kasusnya
langka.
D. Supervisi
Supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk menyelesaikan
tugas-tugas keperawatan. Supervisi yaitu merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, memperbaiki,
mempercayai, dan mengevaluasi secara terus menerus pada setiap
perawat dengan sabar, adil, dan bijaksana. Supervisi dilakukan dengan
tujuan pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada pasien dan
keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan
kemampuan dalam melaksanakan tugas. Berdasarkan hasil wawancara
dari kepala ruangan flamboyan sudah menerapkan supervisi yang
dilakukan setiap hari yang masing-masing sudah terjadwal, alur
supervisi sesuai dengan format yang sudah ada dan sesuai dengan
standar keparawtan.
E. Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang atau Discharge Planning adalah proses
mempersiapkan klien untuk meninggalkan satu tingkat asuhan ke
tingkat yang lain di dalam atau di luar institusi layanan kesehatan saat
ini (Nursalam, 2015). Discharge planning sebagai perencanaan
kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondisi atau penyakitnya. Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah suatu
perencanaan pasien pulang dan memberikan pasien informasi tentang
bagaimana perawatannya ketika di rumah. Sebelum pasien pulang
perawat memberikan lembar perencanaan pulang kepada keluarga
pasien dan keluarga akan dijelaskan terlebih dahulu terkait perawatan
mandiri di rumah, penggunaan obat, jadwal kontrol, dan hal apa saja
yang harus dilakukan di rumah.
Pelaksanaan perencanaan pulang/ discharge planning
dilaksanakan oleh perawat ruangan, katim, karu, dan diketahui oleh
DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan). Bahasa yang digunakan
perawat saat melakukan perencanaan pulang yaitu bahasa yang
sederhana sehingga mudah dipahami oleh pasien serta teknik yang
digunakan dalam perencanaan pasien pulang yaitu lisan dan tertulis.
Lisan berupa pemberian edukasi kepada keluarga pasien sedangkan
tertulis yaitu pemberian lembar perencanaan pulang untuk diisi dan
setelah itu perawat melakukan pendokumentasian setiap selesai
melaksanakan perencanaan pasien pulang.
F. Dokumentasi Keperawatan
Model dokumentasi keperawatan yang digunakan di ruang
flamboyan adalah SOAP (Subject, Object, Analize, and Planning)
yaitu suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi pada pasien.
Dokumentasi keperawatan di ruang Flamboyan sudah memiliki
panduan standar asuhan keperawatan dan sistem catatan terintegrasi.
Format dokumentasi keperawatan memudahkan perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan. Salah satu manfaatnya yaitu untuk
menyimpan semua data atau informasi klien/pasien. Apabila terjadi
suatu masalah yang berhubungan dengan perawatan atau profesi
keperawatan, maka dokumentasi ini yang akan menjadi barang bukti
di pengadilan. Perawat di ruang flamboyan melakukan
pendokumentasian keperawatan dengan tepat waktu setelah
melakukan tindakan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan
flamboyan, format dokumentasi yang digunakan tidak menambah
beban kerja dan tidak menyita waktu perawat. Kegiatan yang menyita
waktu perawat di ruang flamboyan yaitu pekerjaan yang dilakukan
diluar tugas perawat seperti memasukan data dan menjelaskan bagian
administrasi dikarenakan tidak adanya admin dibagian tersebut
sehingga perawat harus merangkap melakukan tugas tersebut.
5. Market/Mutu
a. Gambaran karakteristik pasien di ruang Flamboyan
Analisa:
a) Menurunkan Angka Kejadian HAis sebesar: 100 %
b) Menekan Kekosongan Stok Obat Esensial sebesar: 100 %
c) Memaksimalkan Pemanfaatan R. ICU untuk pasien yang
membutuhkan perawatan intensive sebesar : 100 %
d) Meningkatkan Tingkat Kepuasan Pasien melebihi standar sebesar:
9,2%
Analisa:
RSKH telah memenuhi standard keselamatan pasien rumah sakit, terbukti dari
tercapainya standar indikator keselamatan pasien rumah sakit sebagai berikut :
a) Dilaksanakannya Kepatuhan Identifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap
sebesar 100 %.
b) Dilaksanakannya Kepatuhan Penerapan Komunikasi dengan Metode
TBK pada saat menerima perintah/instruksi lisan atau melalui telepon
dan melaporkan hasil kritis pemeriksaan penunjang pasien secara
verbal melalui telepon sebesar 100 %.
c) Dilaksanakan kepatuhan pemberian label obat high alert oleh farmasi
sebesar 100 %
d) Dilaksanakannya Kepatuhan Pelaksanaan Prosedur Site Marking
sebelum tindakan operasi sebesar 100 %.
e) Meningkatnya Pelaksanaan Kepatuhan Petugas kesehatan dalam
melakukan kebersihan tangan dengan metode 6 langkah dan 5 momen
cuci tangan lebih dari standar sebesar 14 %.
f) Dicegah terjadinya Insiden pasien jatuh selama perawatan di rawat
inap RSKH sebesar 0 %
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. (2014). Manajemen Keperawatan : Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta:
Ar Ruzz Media.
Al-Shorbaji, N. (2013). The World Health Assembly resolutions on eHealth:
eHealth in support of universal health coverage. Methods of
information in medicine, 52(06), 463-466.
Gillies, DA. 2010. Nursing Management: A System Approach. Philadelphia:
WBSauders Company.
Heriyeni, H. (2018). Pengaruh Metode Kanguru terhadap Stabilitis Suhu
Tubuh Bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah
Bengkalis. Menara Ilmu, 12(10).
Kewuan, Nikolaus N. (2017). Manajemen Kinerja Keperawatan. Jakarta: EGC
Kholid, R. (2013). Manajemen Kepemimpinan Dalam Keperawatan. Jakarta:
CV Trans Info Media.
Muninjaya, Gde AA, 2011, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta,
EGC
Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam praktik
keperawatan professional, edisi 3, Jakarta: Salemba Medika
Soeroso, Santoso. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah
Sakit:Suatu Pendekatan Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Siswanto, H.B. (2012). Pengantar manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Sitorus, Panjaitan. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta:
EGC.
Yeni, S., Novayelinda, R., & Karim, D. (2015). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Tingkat Stres Orang Tua pada Anakyang di
Rawat di Ruangan Perinatologi (Doctoral dissertation, Riau
University).