Anda di halaman 1dari 2

Nama : Oktaviana Ayu Andani

NIM : 205010100111123

No. Absen :9

Kelas : Hukum Perjanjian Internasional – H

UAS

1. Dalam kasus tersebut, Australia telah melanggar prinsip good faith atau itikad baik.
Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip pacta sunt servanda di mana itikad baik para
pihak akan terlihat dari bagaimana para pihak memenuhi kewajibannya dalam
menaati perjanjian internasional. Konvensi Wina 1969 tidak menjelaskan secara
khusus mengenai sanksi atau akibat hukum dari pelanggaran prinsip good faith tetapi
secara umum tertuang dalam preambul yang menekanlan bahwa prinsip good faith
diakui secara universal – “universally recognized’. Lebih lanjut lagi, pada Article 26:
Pacta sunt servanda, dikatakan bahwa “every treaty in force is binding upon the
parties to it and must be performed by them in good faith” yang bermakna bahwa para
pihak harus melaksanakan dan memenuhi kewajiban perjanjian internasional dengan
itikad baik. Prinsip good faith berperan untuk menghindari “abuse of rights” atau
penyalahgunaan hak sehingga diharapkan para pihak menjauhkan diri dari tindakan
yang berpotensi menghambat pelaksanaan untuk mencapai tujuan perjanjian
internasional.

2. Salah satu metode penafsiran yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan
prinsip good faith. Jadi, selain penerapan prinsip good faith secara umum pada
perjanjian internasional, prinsip good faith secara spesifik juga diterapkan dalam
penafsiran perjanjian (interpretation of treaties). Hal ini merujuk pada Article 31:
General rule of interpretation ayat 1 yang secara garis besar bermakna sebuah
perjanjian hendaknya ditafsirkan dengan itikad baik sejalan dengan pengertian
mendasar yang diberikan terhadap istilah-istilah perjanjian sesuai konteksnya dan
berdasarkan tujuan dari perjanjian tersebut. Berdasaran prinsip good faith, Pasal 2
ayat 4 Piagam PBB dapat ditafsirkan sebagai berikut: pasal tersebut menekankan
bahwa “agresi secara langsung dan tegas berkaitan dengan penggunaan kekerasan”
tidak boleh dilakukan oleh negara anggota dengan maksud untuk mengancam
kemerdekaan dan kedaulatan negara lain karena perbuatan ini tidak sesuai dengan
tujuan PBB yang berupaya dalam mencapai perdamaian.

Referensi:

Anshari, Natsri. 2007. Pergeseran Konsep Peacekeeping: Operasi PBB dalam Sengketa
Bersenjata di Irak, Somalia dan Bekas Negara Yugoslavia. Jurnal Hukum
Humaniter, Vol. 3 No. 4: 844-875. (Online)
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/teras-Lrev/article/download/5415/4297,
diakses 7 Desember 2021.

Gardiner, Richard. 2015. Part II Interpretation Applying the Vienna Convention on the Law
of Treaties, A The General Rule, 5 The General Rule: (1) The Treaty, its Terms, and
their Ordinary Meaning. Oxford Public International Law. (Online) https://www.icc-
cpi.int/RelatedRecords/CR2018_04585.PDF, diakses 7 Desember 2021.

Villinger, Mark E. 2009. Article 26: Pacta Sunt Servanda. Dalam Commentary on the 1969
Vienna Convention on the Law of Treaties.  Leiden, The Netherlands: Brill | Nijhoff.
(Online) https://doi.org/10.1163/ej.9789004168046.i-1058.184, diakses 7 Desember
2021.

Anda mungkin juga menyukai