Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

PENELITIAN/RISET KOLABORATIF

IMPLEMENTASI CASE METHOD DAN TEAM BASED


PROJECT UNTUK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN BERORIENTASI HIGH ORDER
THINKING SKILL (HOTS) DI SMPN 6 KOTA MAKASSAR

KETUA:

Chuznul Mar'yah Baharsyah, NIM:1961040008

ANGGOTA:

Imanuel, NIM: 1961041017


Hardiansyah, NIM: 1961041026
Resa Suwardy, NIM:
1961042016 Megawati, NIM:
1961041006

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


SEPTEMBER 2021
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
PENELITIAN/RISET KOLABORATIF

1. Judul Program : Implementasi Case Method dan Project Based


Learning Untuk Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Berorientasi High Order Thinking
Skill (Hots) di SMPN 6 Kota Makassar
2. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap : Chuznul Mar'yah Baharsyah
b. NIM : 1961040008
c. Fakultas/Prodi : Ilmu Sosial dan Hukum/PPKn
3. Anggota Pelaksana
Anggota 1
a. Nama Lengkap : Imanuel
b. NIM : 1961041017
c. Fakultas/Prodi : Ilmu Sosial dan
Hukum/PPKn Anggota 2
a. Nama Lengkap : Hardiansyah
b. NIM : 1961041026
c. Fakultas/Prodi : Ilmu Sosial dan
Hukum/PPKn Anggota 3
a. Nama Lengkap : Resa Suwardy
b. NIM : 1961042016
c. Fakultas/Prodi : Ilmu Sosial dan
Hukum/PPKn Anggota 4
a. Nama Lengkap : Megawati
b. NIM : 1961041006
c. Fakultas/Prodi : Ilmu Sosial dan Hukum/PPKn
4. Jangka Waktu Kegiatan: 2 (dua) bulan
5. Lokasi Penelitian : SMPN 6 Kota Makassar

Makassar, 27 September 2021


Dosen Pembimbing Ketua Pelaksana

Dr. Firman Umar, M.Hum Chuznul Mar'yah Baharsyah


NIP. 196108121988031002 NIM. 1961040008
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat
rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga proposal untuk kegiatan Riset
Kolaboratif ini dapat diajukan.
Proposal penelitian ini berjudul ”Implementasi Case Method dan Project
Based Learning Untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berorientasi
High Order Thinking Skill (Hots) di SMPN 6 Kota Makassar”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur sejauhmana implementasi Case Method dan Project
Based Learning Untuk Pembelajan Pendidikan Kewarganegaraan Berorientasi
High Order Thinking Skill (Hots), mengidentifikasi kemampuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran melalui Case Method dan Project Based Learning
Untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berorientasi High Order
Thinking Skill (HOTS) di SMPN 6 Kota Makassar.
Tim pengusul mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan. Tim pengusul
memahami sepenuhnya bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis menerima saran dan kritik untuk dijadikan sebagai acuan tindak lanjut
penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi ilmu pendidikan.

Makassar, 27 September 2021


DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian/Riset
D. Manfaat Penelitian/Riset
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
BAB III RENCANA PROGRAM DAN METODE PELAKSANAAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Deskripsi Fokus Variabel Penelitian
D. Tahapan/Prosedur Penelitian
E. Prosedur Pengumpulan Data
F. Instrumen Penelitian
G. Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
2

BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang

Tantangan kemajuan zaman dengan segala dimensinya dan dunia yang


berubah begitu cepat, menuntut respon dengan tersedianya keunggulan pendidikan
dan sistem sekolah. Sangat penting bagi guru menghubungkan pembelajaran
dengan kehidupan nyata dan memberi mereka keterampilan yang diperlukan
untuk mempersiapkan mereka sukses dalam hidup. Seperti pada pembukaan UUD
1945 tegas dinyatakan bahwa ada dua hal yang berkaitan erat, yaitu kesejahteraan
bangsa dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan di Indonesia No.20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa tujuan
Pendidikan di nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertaggung jawab. Seperti juga pada UU No.12 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa gerakan reformasi di Indonesia secara
umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan dan
menunjang tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam hubungannya dengan Pendidikan, prinsip-prinsip tersebut dapat
memberikan efek mendasar pada kandungan, proses, dan manajemen sistem
Pendidikan.
Menurut Kerangka Pembelajaran OECD 2030, pendidikan memainkan
peran penting dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang memungkinkan orang untuk berkontribusi dan mendapat manfaat dari
masa depan yang inklusif dan berkelanjutan. Tuntutan kemajuan zaman
mengharuskan sistem pendidikan mengikuti perkembangan kemajuan pendidikan.
Penting untuk mempelajari cara membentuk tujuan yang terarah, bekerja dengan
orang lain dengan perspektif berbeda, menemukan peluang, dan mengidentifikasi
berbagai solusi untuk masalah besar di tahun-tahun mendatang. Jadi pendidikan
perlu membekali siswa dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk
menjadi warga negara yang aktif, bertanggung jawab, dan terlibat (OECD, 2018).
3

Berpikir kritis dan kreatif merupakan sikap dan kemampuan yang tidak
terpisahkan untuk inovasi yang walaupun bertentangan dengan kepercayaan
populer, dapat dipelajari, diajarkan, dan diimplementasikan di kelas mana pun.
Berpikir kritis dapat melatih peserta didik dalam menganalisis dan
menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Cotohnya kritis dalam
menyelesaikan latihan-latihan soal ataupun pemecahan masalah secara mandiri.
Komunikasi dan Kolaborasi adalah keterampilan hidup dasar yang dapat diambil
siswa dari pengalaman sehari-hari mereka di sekolah dan membentuk kemampuan
mereka untuk hidup, terhubung dengan orang lain, dan bekerja dengan baik di
masa depan mereka. "Empat C" (Creativity, Critical Thinking, Communication,
and Collaboration) memperkuat kemampuan pelajar kami untuk menemukan
tempat mereka - secara profesional, pribadi, sosial - di dunia yang berubah dengan
cepat saat ini, sambil mendorong Empat C yang meningkatkan kehidupan lainnya:
rasa ingin tahu, percaya diri, kepedulian, dan kerja sama.
Empat C ini bertujuan untuk membekali para guru dengan pengetahuan
dan kepercayaan diri untuk memasukkan keterampilan yang merangsang cara
berpikir siswa ini ke dalam kurikulum dan lingkungan sekolah mereka.
Pengimplementasian 4C pada pembelajaran, tidak bisa dipisahkan dari peran
seorang guru dalam menggunakan metode dan media yang keratif dalam
penyampaian materi pembelajaran.
Sangat penting untuk memberdayakan siswa melalui perolehan
keterampilan baru untuk memungkinkan tenaga kerja kita saat ini dan masa depan
untuk beradaptasi dengan kondisi baru dan potensi pergeseran karir, mengurangi
pengangguran dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Penelitian
mendukung pentingnya mengajarkan 4C di antara lain, National Education
Association (2015) menunjukkan bahwa “80 persen eksekutif percaya bahwa
menggabungkan 4C akan memastikan bahwa siswa lebih siap untuk memasuki
dunia kerja. Menurut para manajer ini, kemahiran membaca, menulis, dan
berhitung tidak cukup jika karyawan tidak mampu berpikir kritis, memecahkan
masalah, berkolaborasi, atau berkomunikasi secara efektif. Untuk studi lain yang
dilakukan oleh Asosiasi Manajemen Amerika, Survei Keterampilan Kritis AMA
2010, "4C" akan menjadi lebih penting bagi organisasi di masa depan. Tiga dari
empat (75,7 persen) eksekutif yang menanggapi survei AMA mengatakan bahwa
mereka percaya keterampilan dan kompetensi ini akan menjadi lebih penting bagi
4
organisasi mereka dalam tiga hingga lima tahun ke depan, terutama karena
ekonomi membaik dan organisasi ingin tumbuh di pasar global.
“Semakin banyak pemimpin bisnis, politisi, dan pendidik bersatu di sekitar
gagasan bahwa siswa membutuhkan 'keterampilan abad ke-21' untuk menjadi
sukses hari ini (dikutip dalam Oliver, 2016)." Tuntutan yang diberikan kepada
guru adalah untuk menemukan cara untuk memasukkan keterampilan yang
diidentifikasi ini dalam pelajaran mereka sehingga siswa memiliki waktu yang
cukup untuk berlatih dan menguasai keterampilan ini dalam rutinitas sehari-hari
mereka.

Keterampilan belajar dan inovasi semakin diakui sebagai keterampilan


yang memisahkan siswa yang dipersiapkan untuk kehidupan dan lingkungan kerja
yang semakin kompleks di abad ke-21, dan mereka yang tidak siap. Fokus pada
kreativitas, pemikiran kritis, komunikasi, dan kolaborasi diperlukan untuk
mempersiapkan siswa menghadapi masa depan.

Namun pada kenyataanya, sistem pendidikan Indonesia sudah mencoba


metode atau model pembelajaran/menerapkan kurikulum yang melatih siswa
untuk berpikir kritis, tapi pada penerapannya belum berjalan seperti apa yang
dicita-citakan. Keterbatasan kemampuan baik dari tenaga pengajar dan peserta
didik membuat metode pembelajaran belum terlaksana dengan semestinya. Tidak
semua siswa dapat berpikir kritis, dikarenakan kurangnya siswa dihadapkan pasa
suatu masalah yang menantang siswa untuk berpikir kritis.

Case method atau metode kasus merupakan metode pembelajaran yang


melatih siswa untuk memecahkan atau menelaah sebuah kasus, dimana jika hal ini
sering dilakukan dapat membuat peserta didik terlatih dengan sebuah pemecahan
masalah dan berpikir kritis. Sama halnya team based project yang berpusat pada
kerjasama tim dalam pemecahan masalah atau menghasilkan suatu proyek.

Jika di lihat Indonesia menempati rangking ke-62 dari 70 negara berkaitan


dengan rendahnya tingkat literasi dan numerasi, atau berada pada 10 negara
terbawah yang memiliki tingkat literasi dan numerasi rendah Pemerintah
mengupayakan berbagai progam salah satunya program Penguatan case method
dan team based project.

Berdasarkan fenomena yang telah di gambarkan diatas, pengusul tertarik


mengkaji lebih dalam tentang Implementasi Case Method dan Team Based
Project Untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berorientasi High
5
Order Thinking Skill (HOTS) di SMPN 6 Kota Makassar
6
7

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi implementasi Case Method dan Project Based
Learning untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berorientasi
High Order Thinking Skill (HOTS) di SMPN 6 Kota Makassar?

2. Apa faktor penghambat dalam implementasi Case Method dan Team


Based Project untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Berorientasi High Order Thinking Skill (HOTS) di SMPN 6 Kota
Makassar

C. Tujuan Penelitian/Riset
1. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi tentang implementasi
Case Method dan Project Based Learning untuk Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Berorientasi High Order Thinking Skill (HOTS)

2. Mengetahui apa sja faktor penghambat dalam implementasi Case Method


dan Project Based Learning untuk Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Berorientasi High Order Thinking Skill (HOTS)

D. Manfaat Penelitian/Riset
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang penerapan model Case Method dan
Project Based Learning untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Berorientasi High Order Thinking Skill (HOTS)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Berkembangnya pembelajaran yang lebih inovatif dengan model pembelajaran
Case Method dan Project Based Learning untuk Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Berorientasi High Order Thinking Skill (HOTS).
2) Bahan pertimbangan untuk guru dalam menentukan model pembelajaran yang
sesuai minat peserta didik dan mengikuti arus perkembangan zaman.
3) Mampu menambahkan pengetahuan dan memberikan inspirasi tentang
penerapan Case Method dan Project Based Learning untuk Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Berorientasi High Order Thingking Skill (HOTS)
disekolah menengah
8
b. Bagi Peserta didik
1) Memacu peserta didik agar lebih aktif dan termotivasi dalam

pembelajaran.

2) Menambah sumber belajar selain dari buku dan guru.

c. Bagi Sekolah
Meningkatnya kualitas pelajaran dengan cara memanfaatkan model Case
Method dan Project Based Learning untuk Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Berorientasi High Order Thinking Skill (HOTS). Memberikan
sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya pendidikan
disekolah.
9
10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Higher Order Thinking Skills (HOTS)


Pada kenyataannya proses pembelajaran yang dilakukan belum
sepenuhnya dapat membentuk peserta didik untuk menjadi cakap, mandiri dan
kreatif. Beberapa upaya telah dilakukan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan
nasional yang dicanangkan. Salah satunya adalah dengan integrasi high order
thinking skill (HOTS) dalam pembelajaran. Mendikbud menyatakan bahwa dalam
menyiapkan peserta didik yang siap bersaing menghadapi era Milenium dan
revolusi industri 4.0 harus mengarahkan peserta didik yang mampu berpikir kritis,
analitis, dan mampu memberikan kesimpulan atau penyelesaian masalah lebih
lanjut.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi high order thinking skill (HOTS)
mencakup kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif.
Keterampilan berpikir kritis diperlukan dalam menyelesaikan masalah dan
membuat keputusa. High order thinking skill (HOTS) akan berkembang jika
individu menghadapi masalah yang tidak dikenal, pertanyaan yang menantang,
atau menghadapi ketidakpastian atau Dilema.
Menurut Lewis dan Smith dalam (1993) berpikir tingkat tinggi akan terjadi
jika seseorang memiliki informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh
informasi baru, kemudian menghubungkan dan atau menyusun dan
mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan atau
memperoleh jawaban solusi yang mungkin untuk suatu situasi yang
membingungkan.
Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu proses berpikir
peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari
berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode
problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan
penilaian. Tujuan utama dari HOTS adalah bagaimana meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik pada level yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini
didapat dari kajian beberapa literatur. Hasilnya dengan menerapkan pembelajaran
HOTS kemampuan siswa untuk berpikir secara kritis pada sekolah menengah
pertama
11

lebih cepat dalam menerima berbagai informasi, berpikir kreatif dalam


memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta
membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran HOTS
a. Aktif dalam berpikir pembelajaran berbasis HOTS harus membuat semua
siswa aktif dalam berpikir. Peran guru tidak begitu dominan dalam proses
pembelajaran namun lebih berperan sebagai fasilitator untuk memberi
kemudahan bagi siswa dalam berpikir. Oleh sebab itu guru harus
mempersiapkan tugas-tugas atau soal yang dapat membuat siswa berpikir
kreatif kritis dalam menyelesaikan masalah.
b. memformulasikan masalah.
Pembelajaran yang memuat siswa harus memperhatikan masalah merupakan
pembelajaran berbasis hots. Sangat penting bagi siswa untuk dapat
merumuskan suatu permasalahan dari kondisi yang diberikan. kegiatan
belajar dengan pendekatan ini pada umumnya harus diawali dengan
perumusan masalah atau pertanyaan yang akan dicari solusinya melalui
kegiatan penyelidikan.
c. Mengkaji permasalahan Kompleks permasalahan yang dikaji dalam
pembelajaran berbasis hots adalah permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan hanya dengan mengingat atau menerapkan strategi yang telah
umum diketahui gaya.
Pengembangan kreativitas sangat membutuhkan kemampuan berpikir
divergen mencari informasi dari berbagai sumber belajar dengan mencari
informasi dari berbagai sumber akan mengakomodasi perbedaan karakteristik
siswa dalam gaya belajar kemampuan belajar kebutuhan minat keingintahuan dan
pengetahuan awal masing-masing siswa. Pada umumnya model pembelajaran
langsung tidak digunakan dalam pembelajaran berbasis hots namun model
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
berpikir tingkat tinggi dengan beberapa penyesuaian. penyelesaian dilakukan
dengan menggunakan misalkan dengan case method dan team based Project.
12

B. Case Method dan Team Basic Project


1. Case Method
Beragam metode yang dilakukan demi mewujudkan cita-cita negara yang
tertuang dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dimana dalam hal ini yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa bukan saja
dituangkan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 namun implementasinya di
segala aspek kehidupan terkhususnya didunia pendidikan.
Kurikulum pendidikan telah banyak kali berganti demi mengikuti arus
globalisasi yang dimana hal ini menjadi tekanan tersendiri dalam dunia
pendidikan dimana seluruh hal yang menyangkut dunia pendidikan dipaksa untuk
bertahan bahkan mengikuti percepatan yang ada. Dunia pendidikan harus selalu
menyesuaikan dengan apa yang terjadi sekarang begitupun kurikulum, bahkan
metode metode pembelajaran.
Metode pembelajaran harus mengikuti perkembangan zaman dimana
sekarang kemajuan IPTEK sudah berkembang sedemikian rupa. Berbagai metode
yang telah diterapkan di belahan dunia terkhususnya di Indonesia sendiri demi
mewujudkan generasi-generasi yang unggul, kritis, kompeten, berintegritas,
berwawasan luas dan dapat bersaing kuat dengan dunia luar. Perkembangan
IPTEK memaksa kita harus selalu menganalisis berbagai permasalahan dunia luar
sana. Ini mendorong adanya metode baru yang ditemukan yakni metode analisis
kasus.
Metode kasus atau biasa disebut case method, merupakan metode
pembelajaran dimana metode Ini berorientasi pada pengangkatan suatu kasus serta
bagaimana bentuk analisis pada suatu kasus tersebut. Dalam metode ini kasus
dapat membantu mempertajam tingkat keterampilan analisis seseorang. Kasus
dapat berbentuk narasi situasi, pengambilan sampel data tertentu, atau pernyataan
yang menyajikan masalah, situasi, atau pertanyaan yang belum terselesaikan.
Metode kasus adalah partisipatif, dimana metode atau cara belajar yang dilakukan
berbasis diskusi dan siswa mendapatkan keterampilan dalam berpikir kritis,
komunikasi, dan dinamika kelompok. Ini adalah jenis pembelajaran berbasis
masalah dalam hal ini siswa dapat bekerja melalui kasus selama kelas secara
keseluruhan atau dalam kelompok kecil sekalipun. Dalam metode pembelajaran
ini kita dapat menemukan
13

pembelajaran kontekstual yang lebih efektif dan retensi jangka panjang. Case
method secara tidak langsung dapat membangun kepercayaan diri seorang siswa
Case method adalah pembelajaran aktif, dimana melibatkan penemuan diri dan
guru berfungsi sebagai fasilitator. Penerapan case method memiliki beberapa fungsi
seperti
1. Membangun kapasitas untuk berpikir kritis.
2. Menggunakan keterampilan mempertanyakan seperti yang dimodelkan
oleh guru dan menggunakan diskusi dan perdebatan.
3. Latihan sudut pandang administratif. Dimana siswa harus
mengembangkan kerangka kerja untuk membuat keputusan.
4. Model lingkungan belajar dalam hal ini menawarkan pertukaran dan
aliran ide dari satu orang ke orang lain dan mencapai kepercayaan, rasa
hormat, dan pengambilan risiko
5. Metode pembelajaran berdasarkan proses pembelajaran induktif dari
pengalaman: Ini sangat berharga dalam mempromosikan pembelajaran
seumur hidup.
6. Mempromosikan pembelajaran kontekstual yang lebih efektif dan retensi
jangka panjang.
7. Meniru dunia nyata, dimana melatih siswa untuk mengambil keputusan.
Keputusan kadang-kadang tidak didasarkan pada nilai-nilai absolut dari
benar dan salah, tetapi pada nilai-nilai relatif dan ketidakpastian.
Dalam penggunaan case method ada beberapa kasus yang dapat diangkat seperti
1. Kasus selesai berdasarkan fakt, berguna untuk tujuan analisis.
2. Kasus terbuka yang belum selesai, di mana hasilnya belum jelas, sehingga
siswa harus memprediksi, membuat saran, dan kesimpulan.
3. Kasus fiksi yang ditulis guru, namun hambatan dalam menulis kasus-kasus
ini sehingga mereka mencerminkan situasi dunia nyata.
4. Dokumen asli, seperti penggunaan artikel berita, laporan, kumpulan data,
etnograf.
Barnes, L. B., Christensen, C. R., & Hansen, A. J. (1994). Teaching and
the case method (3rd ed.). Boston: Harvard Business School Press.
14

Boehrer, J., & Linsky, M. (1990). Teaching with cases: Learning to


question. In M. D. Svinicki (Ed.), New Directions for Teaching and
Learning: No. 42, The changing face of college teaching. San Francisco:
Jossey-Bass.

2. Team Based Project


Tidak hanya kemampuan dalam berfikir kritis analisis perlu
ditonjolkan, namun alangkah baiknya adanya keseimbangan antara
pengerjaan invidu dna team. Dimana proses pengerjaan proyek dalam
pertim sangat menunjang pembentukan saat telah menginjak dunia
pekerjaan.
Pemerintah telah mendesain sedemikian rupa untuk hal ini.
Dimana diperkenalkanlah suatu metode pembelajaran yakni team based
project.
Team basic Project adalah pembelajaran proyek berbasis kelompok
dimana dosen membina setiap kelompok selama periode pekerjaan proyek
dan mendorong mahasiswa untuk berpikir kritisdan kreatif dalam
kolaborasi. Dimana dalam proses atau metode pembelajaran ini mahasiswa
diberikan suatu kasus atau masalah yang akan diselidiki atau diberikan
ruang dalam rencana kerja dalam berkolaborasi.
Ada banyak value yang dapat didapatkan dalam pembelajaran ini dimana
dapat :
1. Melatih penerapan teori dalam kehidupan nyata
2. Melatih kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS)
3. Melatih kemampuan abad ke 21 yang dimana, commonication,
colaborative, critcal thingking, creativity
4. Mendorong kebebasan belajar aktif serta mandiri.
15

3. Langkah-langkah case method

Langkah dan Prosedur


1. Pendalaman materi/konsep
2. Penyajian kasus
3. Pembentukan kelompok (jika diperlukan)
4. Pemecahan kasus
a. Pencarian data, informasi, toeri, bahan, alat, resourcces
b. Pengajuan gagasan
c. Diskusi dan validasi
d. Perumusan solusi
e. Penulisan hasil kerja
5. “Presentasi” hasil kerja (kelompok/individu)
6. Diskusi kelas/kelompok
7. Penilaian dan feedback

4. Langkah-langkah team basic project


Langkah dan Prosedur
1. Pendahuluan materi/konsep
2. Pembentukan kelompok
3. Penugasan proyek
4. Pelaksanaan Proyek
a. Perencanaan proyek dan time schedule
b. Pencarian data, informasi, toeri, bahan, alat, resourcces
c. Pengajuan konsep, desain, gagasan, solusi
d. Diskusi dan validasi
e. Perumusa/penulisan hasil kerja
5. Pembuatan laporan
6. Presentasi hasil/produk
7. Penilaian dan feedback
16

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran HOTS

Budsankom dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa bahwa faktor


lingkungan kelas, psikologis siswa dan karakteristik intelektual siswa dapat
mempengaruhi langsung pada HOTS siswa dan diperoleh data pengaruh faktor-
faktor tersebut sebesar 96,8% (Budsankom, Sawangboon, Damrongpanit, &
Chuensirimongkol, 2005). Lingkungan kelas menjadi salah satu faktor dalam
mempengaruhi HOTS hal tersebut dapat disebabkan karena lingkungan kelas yang
kondusif dan nyaman dapat mengarahkan siswa dalam pengembangan
keterampilan untuk pemecahan masalah lingkungan dan dalam proses berpikir.
Psikologis mengacu pada karakteristik perilaku individu yang dapat
mempengaruhi kegiatan pembelajaran dan proses berpikir yang dapat berperan
menjadi wadah untuk mengekspresikan perasaan siswa. Sedangkan untuk
karakteristik intelektual mencakup kompetensi dalam proses berpikir dan
kemampuan memecahkan masalah dengan cara yang berbeda.
Selain faktor lingkungan kelas, psikologis, dan karakteristik intelektual
siswa, lingkungan keluarga juga dapat mempengaruhi pembelajaran HOTS
(Horan, 2007; Silvia, 2008; Pannells & Claxton, 2008; Lim & Smith, 2008; Chini,
Charmichael, Robello & Puntambekar, 2009; Pascarella, Wang, Trolian & Blaich,
2013; Fearon, Copeland & Saxon, 2013; Lather, Jain & Shukla, 2014).
Lingkungan keluarga memiliki pengaruh terhadap keterampilan berpikir tingkat
tinggi peserta didik. Semakin kondusif lingkungan keluarga maka semakin baik
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Demikian pula sebaliknya, semakin
tidak kondusif lingkungan keluarga, maka semakin rendah keterampilan berpikir
tingkat tinggi peserta didik. Lingkungan keluarga merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Hal ini
dikarenakan lingkungan keluarga merupakan lingkungan seorang siswa pertama
kali mendapatkan ilmu, pembentukan karakter anak, dan pembentukan kebiasaan
pola pikir anak. Jadi semakin dini anak diperkenalkan dengan kegiatan yang
menuntuk mereka untuk berpikir tingkat tinggi maka semakin tinggi pula
keterampilan berpikir tingkat tinggi anak. Oleh karena itu, keseriusan orangtua
17

dalam memberikan perhatian yang maksimal terhadap cara dan fasilitas belajar
anak di rumah sangat mempengaruhi terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
18

BAB III
RENCANA PROGRAM DAN METODE PELAKSANAAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yang ditujukan untuk memahami fenomena sdengan menganalisis
gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan dengan kata-kata serta
melaporkan pandangan terperinci yang diperoleh dari sumber informasi.
Pendekatan kualitatif menekankan pada pembangunan naratif atas fenomena yang
diteliti.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif. Pendekatan penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan
implementasi case method dan project based learning untuk pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan berorientasi High Order Thinking Skill (HOTS) di
SMPN 6 Kota Makassar.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti akan melakukan suatu
penelitian, penetapan lokasi penelitian merupakan tahapan paling utama dalam
penelitian, karena dengan menetapkan lokasi penelitian maka akan
mempermudah peneliti melakukan penelitian. Adapun lokasi penelitian yang
dipilih oleh peneliti adalah di SMPN 6 Kota Makassar. Alasan peneliti memilih
lokasi tersebut karena SMPN 6 Kota Makassar merupakan salah satu sekolah
yang mengimplementasikan model Case Method dan Project Based Learning
untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berorientasi High Order
Thinking Skill (HOTS).

C. Deskripsi Fokus
Yang menjadi fokus penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
Case Method dan Project Based Learning untuk Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Berorientasi High Order Thinking Skill (HOTS).
19

D. Tahap-Tahap Penelitian
Ada 3 (tiga) tahap dalam penelitian ini yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan dan laporan penelitian.
1. Tahap Perencanaan
Pada dasarnya hasil dari tahap perencanaan ini adalah rancangan
penelitian yang sistematika penulisannya mencakup langkah di atas, penulisan
rancangan penelitian harus :
a. Mencakup kegiatan yang dilakukan
b. Menuruti susunan yang sistematis dan logis
c. Membatasi hal-hal yang tidak diperlukan
d. Memperkirakan hasil yang akan dicapai
2. Tahap Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan ada empat langkah
yang harus dilakukan yaitu :
a. Pengumpulan data
b. Pengelolaan data
c. Analisis data
d. Penafsiran hasil analisis Kegiatan
Selanjutnya adalah melakukan tugas lapangan dalam rangka
mengumpulkan data untuk kemudian diproses. Proses ini meliputi penyuntingan
dan analisis sebagai dasar penulisan laporan dan penarikan kesimpulan.
3. Tahap Penulisan Laporan
Penelitian Penulisan laporan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
penelitian. Tahap ini yaitu membuat laporan mengenai hasil penelitian secara
tertulis. Laporan secara tertulis perlu dibuat agar peneliti dapat
mengkomunikasikan hasil penelitiannya kepada para pembaca.

E. Jenis dan Sumber Data


Sumber data adalah tempat dari mana data tersebut diperoleh. Sumber data
dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua yaitu:
1. Data Primer
20

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari kepala sekolah, guru
dan siswa dengan begitu data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dengan wawancara kepada narasumber untuk memperoleh informasi dan data
yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data
primer, yang diperoleh studi kepustakaan yaitu membaca dan mempelajari
bukubuku maupun literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

F. Prosedur Pengumpulan Data


Adapun prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Suatu pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan atau kelas
mengenai kondisi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Melalui
observasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai peran guru PKn
dalam menerapkan Case Method dan Project Based Learning untuk Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Berorientasi High Order Thinking Skill (HOTS)
2. Wawancara
Wawancara yaitu mengumpulkan data informasi dan menjelaskan secara
luas dan mendalam mengenai peran guru PKn dalam Case Method dan Project
Based Learning untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berorientasi
High Order Thinking Skill (HOTS)
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen
dalam bentuk catatan-catatan, foto, video dan sebagainya yang mampu membantu
mendapatkan data pendukung penelitian.
21

G. Instrumenn Penelitian
Sesuai teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen
penelitian adalah: (1) Panduan observasi; (2) Pedoman wawancara, dan (3)
Borang dokumentasi.

H. Pengecekan Keabsahan Data


Pada penelitian ini pengecekan keabsahan data yang digunakan yaitu
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang ada
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang telah
didapatkan dari data observasi dan wawancara. Triangulasi yang dilakukan
penelitian ini adalah triangulasi sumber untuk mengecek kembali kebenaran data
yang didapatkan di lokasi penelitian pada informan yang berbeda-beda.

I. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data
interaktif yang dimana peneliti menggambarkan data hasil temuan di lapangan
dan menganalisis dengan teori yang sudah ditentukan.
Adapun analisis data terdiri dari alur kegiatan yaitu sebagai berikut:
1. Pengumpulan data adalah proses mencatat semua data secara objektif yang di
dapatkan dari observasi dan wawancara.
2. Reduksi data adalah proses pemilihan, penulisan, perumusan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data mentah yang terlihat dari catatan
tulisan lapangan. Proses ini berlangsung sepanjang pelaksanaan penelitian,
yang dimulai sejak awal bahkan sebelum pengumpulan data.
3. Penyajian data atau data display adalah pendeskripsian kumpulan informasi
yang telah tersusun yang membolehkan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks
naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matriks, grafik dan bagan.
22

Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan kegiatan akhir penelitian


kualitatif. Kesimpulan dilakukan dengan verifikasi sepanjang penelitian. Hal ini
dilakukan untuk menjadi tingkat kepercayaan terhadap hasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Chatib, Munif. 2011. Gurunya Manusia. Bandung: Mizan Media Utama.
Daryono,. dkk. 2008. Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kewarganegaraan.
Indrawan, Irjus., dkk. 2020. Guru Profesional. Klaten: Lakeisha.
Mainmunawati, Siti., & Muhammad Arif. 2020. Peran Guru, Orang Tua, Metode
dan Media Pembelajaran: Strategi K.B.M di Masa Pandemic Covid-
19. Serang: 3M Media Karya Serang.
Mamik. 2014. Metodologi Kualitatif. Sidoarjo: Zifatama Publisher.
Samsuri. 2011. Kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan Era Reformasi
Indonesia: Cakrawala Pendidikan.
Ridwan A.S. 2019. pembelajaran berbasis HOTS (higher order thinking skills).
Tangerang: Tira smart anggota IKAPI
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Evaluasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keenam Belas. Bandung:
Alfabeta Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Afabeta. Suryana, Asep. (2007). Tahap-tahap Penelitian Kualitatif Mata
Kuliah Analisis Data
Kualitatif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Samsuri. 2011. Kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan Era Reformasi
Indonesia: Cakrawala Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai