Anda di halaman 1dari 10

Kabupaten Cirebon

Kabupaten Cirebon adalah sebuah kabupaten di Jawa Barat yang terletak di bagian timur yang
berbatasan dengan Jawa Tengah. Dalam sektor pertanian, kabupaten Cirebon merupakan salah
satu daerah produsen beras yang terletak di jalur pantura.

§Geografi[sunting | sunting sumber]


Kabupaten Cirebon berada di daerah pesisir Laut Jawa. Berdasarkan letak geografisnya, wilayah
Kabupaten Cirebon berada pada posisi 6°30’–7°00’ Lintang Selatan dan 108°40’-108°48’ Bujur
Timur. Bagian utara merupakan dataran rendah, sedang bagian barat daya berupa pegunungan,
yakni Lereng Gunung Ciremai. Letak daratannya memanjang dari barat laut ke tenggara.
Wilayah Kabupaten Cirebon dibatasi oleh:

 Utara Kota Cirebon dan Laut Jawa


 Barat daya Kabupaten Majalengka
 Barat Kabupaten Indramayu
 Selatan Kabupaten Kuningan,
 Timur Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)

§Sejarah[sunting | sunting sumber]


§Pembagian administratif[sunting | sunting sumber]
Kabupaten Cirebon terdiri atas 40 kecamatan, yang dibagi lagi atas 412 desa dan 12 kelurahan.
Pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon di Kecamatan Sumber, yang berada di sebelah selatan
Kota Cirebon. Tiga kecamatan yang baru terbentuk pada tahun 2007 adalah Kecamatan
Jamblang (Pemekaran Kecamatan Klangenan sebelah timur), Kecamatan Suranenggala
(Pemekaran Kecamatan Kapetakan sebelah selatan), dan Kecamatan Greged (Pemekaran
Kecamatan Beber sebelah timur).

§Kependudukan[sunting | sunting sumber]


Cirebon merupakan salah satu kabupaten terpadat di Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Cirebon
terus bertambah, meski demikian dari sensus ke sensus, tren rata-rata laju pertumbuhan
penduduk dari sensus ke sensus semakin melambat. Pada Tahun 1980 jumlah penduduk
Kabupaten Cirebon baru berjumlah 1.331.690 jiwa dan pada tahun 1990 tercatat 1.648.021 jiwa.
Sepuluh tahun kemudian pada tahun 2000 penduduk Kabupaten Cirebon menjadi 1.931.068 jiwa.
Hasil sementara dari pengolahan data SP2010-L1.P212, SP2010-C2, dan SP2010-L2 (kondisi 15
Juli 2010) sebesar 2.065.142 jiwa dengan komposisi 1.057.501 jiwa penduduk laki-laki dan
1.007.641 jiwa penduduk perempuan.

Menurut angka sementara hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, Kecamatan Sumber
merupakan wilayah dengan jumlah penduduknya paling banyak yaitu sebesar 80.914 jiwa dan
berikutnya adalah Kecamatan Gunungjati yaitu sebanyak 77.712 jiwa. Sedangkan wilayah
dengan jumlah penduduk paling sedikit di Kabupaten Cirebon adalah Kecamatan Pasaleman
yaitu sebanyak 24.912 jiwa dan Kecamatan Karangwareng sebanyak 26.554 jiwa.

Sesuai dengan data kependudukan terbaru yang sudah diberikan oleh Dinas Kependudukan dan
catatan Sipil (disdukcapil) Kab.Cirebon, jumlah penduduk Kab.Cirebon per 30 April 2013
berjumlah 2.957.257 jiwa.

§Budaya[sunting | sunting sumber]

Tari Topeng Cirebon


Kebudayaan yang melekat pada masyarakat Cirebon merupakan perpaduan berbagai budaya
yang datang dan membentuk ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pertunjukan
khas masyarakat Cirebon antara lain Tarling, Tari Topeng Cirebon, Sintren, Kesenian
Gembyung, dan Sandiwara Cirebonan.

Kota ini juga memiliki beberapa kerajinan tangan di antaranya Topeng Cirebon, Lukisan Kaca,
Bunga Rotan, dan Batik.

Salah satu ciri khas batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif Mega
Mendung, yaitu motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk
bingkai pada gambar utama.

Motif Mega Mendung adalah ciptaan Pangeran Cakrabuana (1452-1479), yang hingga kini masih
kerap digunakan. Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon. Karena pada
awalnya, seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton. Sekarang di Cirebon, batik motif
mega mendung telah banyak digunakan berbagai kalangan. Selain itu terdapat juga motif-motif
batik yang disesuaikan dengan ciri khas penduduk pesisir.[4]

§Pendidikan[sunting | sunting sumber]

§Perguruan tinggi[sunting | sunting sumber]

1. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Al-Ishlah (STEI AL-ISHLAH)


2. Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC)
3. Akper Husada Cirebon
4. Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cirebon (STIMIK IKMI)
5. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK CIC)

§Bahasa[sunting | sunting sumber]

Penduduk Cirebon di bagian utara umumnya menggunakan bahasa Cirebon sebagai bahasa
sehari-hari. Bahasa Cirebon merupakan bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa standar,
bahasa Cirebon memiliki wyakarana atau tatabahasanya tersendiri yang tidak mengikuti pola tata
bahasa Jawa, bahasa ini dituturkan di bagian barat Kabupaten Cirebon dan di seluruh
kecamatan pesisir di bagian timur Kabupaten Cirebon.

Sementara di wilayah pedalaman seperti kecamatan Pasaleman, Ciledug dan sekitarnya yang
berbatasan dengan Kabupaten Kuningan atau wilayah pedalaman lainnya yang berbatasan
dengan Kabupaten Majalengka serta Kabupaten Brebes dipergunakan Bahasa Sunda Cirebon
dengan beragam dialeknya.

Bahasa Jawa juga bercampur dengan bahasa Cirebon dan bahasa Sunda Cirebon di beberapa
wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Brebes diantaranya di Kecamatan Losari, Pabedilan,
Ciledug dan Pasaleman.[5]

§Transportasi[sunting | sunting sumber]


Cirebon berada di jalur pantura, sebagai pintu gerbang utama provinsi Jawa Barat di sebelah
timur, yakni di Kecamatan Losari. Pada waktu musim mudik, jalur ini merupakan salah satu
yang terpadat di Indonesia. Cirebon juga terdapat jalan tol Palimanan-Kanci.

§Prasarana[sunting | sunting sumber]

Sta. Ciledug, Karangsuwung, Sindanglaut, Waruduwur, Losari, Babakan, Cangkring, Bangodua,


Arjawinangun, dan Kaliwedi, Ciledug dan Weru).

§Sarana[sunting | sunting sumber]


1. Bus: jurusan Ciledug-Cirebon, jurusan Cirebon-Jakarta, Cirebon-Kuningan, Cirebon-
Bandung, dan seluruh kota di Pulau Jawa.
2. Elf: jurusan Ciledug-Cirebon via Babakan, Ciledug-Cirebon via Sindang Laut, Sindang
Laut-Cirebon, Babakan-Cirebon, Losari-Cirebon, Losari-Tegal, Cirebon-Rajagaluh via
Palimanan, Cirebon-Kadipaten via Palimanan, Cirebon-Gegesik via Arjawinangun.
3. Angkutan Kota: GP (Gunung Sari-Plered), GS (Gunung Sari-Sumber), GC (Gunung Sari-
Ciperna), GM (Gunung Sari-Mundu), GG (Gunung Sari-Celancang), Celancang-Bakung,
Plered-Celancang, Plered-Sumber, Plered-Arjawinangun, Plered-Gunung Jati, Plumbon-
Sumber, Sumber-Jamblang, Sumber-Kramat, dan Sumber-Wanasaba.

§Pariwisata[sunting | sunting sumber]


§Wisata belanja[sunting | sunting sumber]

§Batik Trusmi[sunting | sunting sumber]

Di Desa Trusmi dan Panembahan, dapat dijumpai banyak home industry yang menjual batik
khas Cirebon. Sentra batik ini akan lebih ramai pada akhir pekan oleh pembeli yang datang dari
luar kota dan luar negeri. Motif batik yang terkenal dari kawasan ini adalah motif Mega
Mendung.

§Pasar Kue Setu[sunting | sunting sumber]

Pasar Kue Setu terletak di Kecamatan Plered. Kue-kue yang penjualannya tersebar hingga ke
hampir seluruh Indonesia dan kebanyakan berupa camilan ini diproduksi oleh industri rumahan
di Desa Setu dan sekitarnya.

Cemilan khas Cirebon yang sangat cocok dijadikan oleh-oleh ini mayoritas bernama unik, di
antaranya kerupuk kulit kerbau/rambak, kerupuk melarat, kerupuk geol, kerupuk upil, kerupuk
gendar, kerupuk jengkol, jagung marning, rengginang mini, emping, kelitik, kue atom,
maypilow, kembang andul, ladu, simpil, gapit, otokowok, opak, welus, sagon, dan masih banyak
lagi.

Di sekitar Plered ini banyak pula ditemui penjual sandal karet, yang penjualannya sudah
menyebar ke seluruh nusantara.

§Wisata Ziarah[6][sunting | sunting sumber]

1. Makam Sunan Gunung Jati


2. Situs Batu Tulis huludayeuh
3. Petilasan Cimandung
4. Situs Pasanggrahan Balong Biru
5. Balong Keramat Tuk
6. Makam keramat Megu
7. Situs Lawang Gede
8. Makam Nyi Mas Gandasari
9. Makam Syekh Magelung Sakti
10. Makam Talun
11. Makam Buyut Trusmi
12. Makam P. Jakatawa dan Syeh Bentong

§Wana wisata[sunting | sunting sumber]


§Lapangan Golf Ciperna[sunting | sunting sumber]

Kawasan ini berada di tepi jalan raya Cirebon-Kuningan dengan kontur tanah berbukit berjarak 5
km ke selatan dari kota Cirebon, berada pada ketinggian 200 m di atas permukaan laut.

Daya tarik utama kawasan ini adalah keindahan pemandangan kota Cirebon dengan latar
belakang laut lepas ke arah utara, sedangkan ke arah selatan Gunung Ciremai di suasana yang
menarik. Berdasarkan Perda nomor 25 tahun 1996, kawasan wisata Ciperna ditetapkan seluas
300 Ha yang diperuntukkan bagi 5 (lima) ruang kawasan pengembangan antara lain:

 Kawasan wisata Agro Griya. Pembangunan Agro Griya dalam bentuk rumah kebun yang
dapat disewakan dengan fasilitas Hotel Bintang.
 Kawasan wisata Agro Tirta. Pembangunan Agro Tirta dalam bentuk pembuatan danau
buatan yang dilengkapi rekreasi air.
 Kawasan Agro Wisata I
 Kawasan Agro Wisata II. Agro wisata I dan II diarahkan dalam bentuk pembangunan
kawasan perkebunan mangga gedong gincu, srikaya, atau tanaman jenis lainya. Di
samping itu membangun track olahraga yang dapat menyesuaikan dengan kontur tanah
sekitarnya.
 Kawasan Land Mark.

§Belawa[sunting | sunting sumber]

Lokasi wisata ini berjarak kira-kira 25 km dari Kota Sumber ke arah timur. Objek wisata ini
memiliki daya tarik dari kura-kura yang mempunyai ciri khusus di punggung dengan nama latin
‘’Aquatic Tortose Ortilia Norneensis’’. Menyimpan legenda menarik tentang keberadaannya di
Desa Belawa, Kecamatan Sedong. Menurut penelitian merupakan spesies kura-kura yang langka
dan patut dilindungi keberadaannya. Objek wisata ini direncanakan untuk dikembangkan
menjadi kawasan yang lebih lengkap, yaitu taman kura-kura (turle park) atau taman reptilia.

§Situ Sedong[sunting | sunting sumber]

Terletak di Kecamatan Sedong sekitar 26 km dari arah pusat Kota Sumber, dengan luas lahan
62,5 Ha. Selain mempunyai panorama yang indah, situ ini juga disebut pula situ pengasingan
yang merupakan tempat rekreasi air dan pemancingan.

§Banyu Panas Palimanan[sunting | sunting sumber]

Objek wisata ini terletak di Kecamatan Palimanan sekitar 16 km dari Cirebon ke arah Bandung,
merupakan pemandian air panas dengan kadar belerang yang dipercaya dapat menyembuhkan
penyakit kulit. Pemandian air panas ini ada di sekitar bukit Gunung Kapur, Gunung Kromong,
yang mempunyai keistimewaan mata air selalu berpindah pindah.

§Plangon[sunting | sunting sumber]

Objek wisata plangon berlokasi di Desa Babakan Kecamatan Sumber ± 10 km dari Kota
Cirebon. Tempat rekreasi dengan panorama alam indah yang dihuni oleh sekelompok kera liar.
Selain selain tempat rekreasi, terdapat juga makam Pangeran Kejaksan dan Pangeran Panjunan.
Puncak acaranya biasa di masa ziarah Plangon tanggal 2 syawal, 11 Dzulhijjah, dan 27 Rajab.
Untuk pengembangan wisata ini meliputi lahan sekitar 10 Ha, dan status tanah ini milik
Kesultanan. Kapasitas pengunjung rata-rata sekitar 58.000 pengunjung/tahun.

§Situ Patok[sunting | sunting sumber]

Luas Situ Patok 175 Ha yang terletak di Desa Setu Patok sekitar 6 km dari Kota Cirebon ke arah
Tegal, objek wisata ini selain mempunyai panorama indah juga tersedia sarana rekreasi air dan
pemancingan.

Lokasi ini berpotensi untuk dikembangkan sekitar lahan 7 Ha, dengan status tanah negara.
prasarana yang diperlukan adalah pembuatan dermaga, pengadaan perahu motor, sarana
pemancingan, serta pembangunan rumah makan yang artistik. Jalan ke arah lokasi cukup baik
dan lebar, jaringan aliran listrik sudah tersedia dan saat ini minat masyarakat untuk mengunjungi
wisata ini cukup banyak.

§Cikalahang[sunting | sunting sumber]

Kawasan Cikalahang merupakan kawasan yang baru berkembang dengan daya dukung alam.
Sasaran wisatawan pada awalnya adalah objek wisata Telaga Remis yang dikelola oleh Perum
Perhutani KPH Kuningan dan berada di wilayah Kuningan.

Hingga saat ini kawasan Telaga Remis masih menarik wisatawan yang dapat diandalkan dari
segi pendapatan. Jalan menuju objek wisata ini adalah melalui Desa Cikalahang yang berada di
wilayah Kabupaten Cirebon, sehingga keberadaannya memberikan keuntungan bagi masyarakat
sekitar usaha lain sebagai daya pendukung. Di samping itu juga kawasan Cikalahang telah
berkembang menjadi suatu kawasan yang mempunyai daya tarik sendiri yaitu dari usaha
restoran/rumah makan ikan bakar. Dengan banyaknya peminat, wilayah itu berkembang pesat
menjadi daya tarik wisata makan, sehingga pada hari-hari libur penuh dikunjungi wisatawan.

Menjual keadaan alam yang menarik dengan sumber air dari kaki Gunung Ciremai yang tidak
pernah kering, sangat memungkinkan untuk membuka peluang usaha kolam renang yang bersifat
alami dengan fasilitas modern serta bumi perkemahan.

Kawasan wisata Cikalahang terletak sekitar 6 km dari Kota Sumber dan 1 km dari jalan alternatif
Cirebon-Majalengka dengan lingkungan alam yang masih asri.

§Wanawisata Ciwaringin[sunting | sunting sumber]

Hutan wisata dengan menampilkan keindahan alam dan banyak ditumbuhi oleh pohon kayu
putih. Menyediakan lokasi bagi para penggemar jalan kaki dan arena motor cross. Di lokasi ini
juga terdapat Danau Ciranca bagi penggemar memancing. Berlokasi di Desa Ciwaringin
Kecamatan Ciwaringin, 17 km dari Kota Sumber.

§Pemekaran daerah[sunting | sunting sumber]


§Kabupaten Cirebon Timur[sunting | sunting sumber]

Kecamatan yang mungkin bergabung ke dalam kabupaten ini meliputi :

1. Losari
2. Ciledug
3. Pabedilan
4. Babakan
5. Mundu
6. Beber
7. Sedong
8. Susukanlebak
9. Lemahabang
10. Astanajapura
11. Gebang
12. Pasaleman
13. Waled
14. Karangwareng
15. Greged
16. Pangenan
17. Karangsembung
18. Pabuaran
19. Dukupuntang

Ke Mana Tarling, Masres dan Genjring di Cirebon?


KBR68H, Cirebon – Sedikitnya 28 dari 40 kesenian khas Cirebon nyaris punah. Dua lainnya
bahkan dinyatakan telah punah, sedangkan sisanya dinyatakan masih berkembang hingga kini.
(Baca:Kesenian Tradisional di DIY Terancam Punah)

Ke-28 kesenian khas Cirebon yang nyaris punah itu terdiri dari delapan kelompok kesenian,
yakni enam jenis dari kelompok karawitan, satu dari seni teater, empat dari pedalangan, satu dari
musik, lima dari seni tari, dua dari seni sastra, satu dari seni rupa, dan delapan jenis dari seni
pertunjukan rakyat.

Sementara dua jenis kesenian yang dinyatakan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Cirebon telah punah masing-masing Tunil yang termasuk
kelompok seni teater serta Wayang Catur dari kelompok pedalangan.

“Dahulu ragam kesenian khas Cirebon diminati banyak orang, baik lokal maupun mancanegara.
Di antaranya tarling, masres (sandiwara), genjring, namun sekarang beberapa nyaris punah
bahkan ada yang punah,” papar Kepala Disbudparpora Kabupaten Cirebon, Asdullah.

Menurutnya, hal ini tak lepas dari semakin sepinya pementasan kesenian-kesenian khas.
Maraknya budaya pop di tengah masyarakat, seperti halnya organ tunggal, telah menggeser
popularitas kesenian daerah hingga di ambang keterpunahan.

“Masyarakat kini cenderung lebih menyukai menampilkan organ tunggal pada event-event
istimewa mereka. Padahal, biaya sewa organ tunggal maupun pertunjukan pop lainnya terhitung
lebih mahal,” imbuhnya.

Menurut dia, masyarakat harus lebih didorong mencintai kesenian Cirebon. Untuk ini, pihaknya
sendiri mengupayakan pelestarian melalui pementasan-pementasan kesenian khas Cirebon dalam
setiap event, baik di tingkat desa hingga daerah.

“Kesenian tradisional mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Kami harap masyarakat


membesarkannya agar Cirebon tetap menjadi kota budaya dan pariwisata,” pungkas dia.

Sementara, Kepala Seksi Kesenian Bidang Kebudayaan Disbudparpora Uuk Sukarna


menambahkan, saat ini setidaknya hanya sepuluh kesenian khas Cirebon yang masih
berkembang. Kesepuluh kesenian itu yakni Wayang Kulit Purwa, Tari Topeng Cirebon, Lukis
Kaca, Sungging Wayang Kulit, Ukir Kedok, Pahat Ukir Batu (Prasasti), Tekes, Batik Trusmi,
Kaligrafi, dan Burok.

“Sedangkan yang nyaris punah di antaranya Karawitan Cirebon, Gemyung, Wayang Golek
Purwa, Sandiwara, Tarling Klasik, Angklung Bungko, dan masih banyak lagi,” ungkapnya.

Guna menyelamatkan naskah-naskah kuno di Keraton Kasepuhan Cirebon, kemarin (Senin,


24/3) Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat menandatangani MoU
dengan Kepala Perpustakaan Nasional RI Sri Sularsih di Jakarta. Kerjasama itu sendiri
merupakan yang pertama kali antara keraton di Indonesia dengan perpustakaan.

“Ini kehormatan bagi keraton dan masyarakat Cirebon. Diharapkan kerjasama ini bermanfaat
bagi masyarakat Cirebon,” tutur Sultan melalui siaran persnya.

Dia menyebutkan, kerjasama itu meliputi pelestarian naskah kuno, digitalisasi naskah kuno,
mikro film naskah kuno, alih aksara ke huruf latin, penterjemahan, hingga publikasi. Sultan
melanjutkan, pelestarian naskah kuno, bermanfaat untuk menggali kearifan lokal demi kejayaan
bangsa Indonesia.(Frans C. Mokalu)

Editor: Anto Sidharta

PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PENDIDIKAN DI PROVINSI


JAWA BARAT

Harjoko Sangganagara

Nilai-nilai Kearifan Lokal yang Dikembangkan dalam Pendidikan

Bahasa Sastra dan Aksara Daerah

Bahasa, sastra dan aksara daerah merupakan wujud kebudayaan daerah yang mengandung nilai-
nilai kearifan lokal yang tidak terpermanai. Di samping itu bahasa, sastra dan aksara daerah
merupakan unsur kebudayaan daerah dan bagian dari kebudayaan nasional yang berperan dalam
meninggikan martabat dan peradaban bangsa. Menurut Pusat Bahasa, di Indonesia ada 749
bahasa daerah. Untuk melestarikan, membina serta mengembangkannya maka pemeliharaan
bahasa, sastra dan aksara daerah yang ada di Jawa Barat diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5
Tahun 2003. Dinas Pendidikan diberi tanggungjawab dalam pendidikan dan pengajaran bahasa,
sastra dan aksara daerah, sedangkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bertanggungjawab dalam
memeliharanya.

Bahasa Daerah yang digunakan oleh penduduk di Provinsi Jawa Barat sangat beragam karena
Jawa Barat dihuni tidak hanya oleh suku bangsa Sunda, Betawi dan Cirebon tetapi juga oleh para
pendatang dari berbagai daerah dengan bahasa daerahnya masing-masing. Dari observasi
lapangan diketahui bahasa daerah yang banyak digunakan oleh penduduk adalah bahasa Sunda,
Jawa, Padang, Batak, Cirebon, Melayu-Betawi, Palembang, Madura, Bugis dan lain-lain.

Bahasa daerah Sunda masih digunakan sebagai bahasa media, seperti majalah Mangle dan Koran
Kujang. Di televisi dan radio masih dijumpai digunakan sebagai bahasa dalam siaran berita.
Tidak dijumpai adanya majalah atau surat kabar yang sepenuhnya menggunakan Bahasa Cirebon
dan Melayu-Betawi, namun ekspansi bahasa Melayu-Betawi yang memang digunakan sebagai
bahasa pergaulan masyarakat Jakarta merambah di hampir semua siaran televisi maupun radio di
seluruh Jawa Barat sebagai bahasa pengantar yang dibawakan oleh penyiar atau presenter.

Pada aspek pelestarian bahasa dan sastra daerah terdapat tiga bahasa daerah yang hidup dan
berkembang di Jawa Barat yaitu Bahasa Sunda dengan jumlah penutur 75% dari penduduk Jawa
Barat,umumnya digunakan di Wilayah Priangan, Jawa Barat bagian Tengah dan Bandung Raya;
Bahasa Cirebon dengan jumlah penutur 10% penduduk Jawa Barat umumnya digunakan di
Wilayah Cirebon dan Bahasa Melayu-Betawi dengan jumlah penutur 10% penduduk Jawa Barat
dan berada di Wilayah Bogor, Depok, Bekasi dan sebagian Karawang.

Bahasa daerah yang diajarkan di sekolah-sekolah adalah bahasa bahasa Sunda, Cirebon dan
Melayu-Betawi yang dalam prakteknya disesuaikan dengan mayoritas penduduk di wilayah di
mana bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa ibu. Bahasa Sunda diajarkan di wilayah Bogor
dan Priangan , bahasa Cirebon diajarkan di wilayah Cirebon dan bahasa Melayu-Betawi
diajarkan di wilayah Bogor Debek Bekasi (Bodebek).
Sastra berkait dengan bahasa. Sastra Daerah menggunakan bahasa daerah sebagai media. Sastra
daerah ada yang tradisional dan ada pula yang kontemporer.
Sastra daerah yang menggunakan bahasa Sunda paling nampak pada tembang Cianjuran,
sisindiran, kakawihan, wayang golek. Wayang golek dan tembang Cianjuran masih dapat
ditemukan digelar pada acara-acara yang diselenggarakan instansi pemerintah, tetapi lebih
banyak dijumpai disiarkan oleh televisi dan radio. Sedangkan sastra daerah yang kontemporer
dapat ditemukan pada buku-buku sastra, majalah berbahasa Sunda, dan Koran lokal dalam
bentuk cerita pendek, novel maupun puisi. Koran Tribun Jabar setiap sabtu memuat cerita
pendek yang berbahasa Sunda dan nampaknya masih menunjukkan banyaknya sastrawan Sunda
terlihat dari pemuatan cerita pendek yang berkelanjutan dengan tema cerita yang beragam.
Sastra dalam bahasa Cirebon dalam bentuk tulisan ditemui pada puisi-puisi yang sangat terbatas
jumlahnya, antara lain yang ditulis sastrawan Subhanudin Alwy. Sastra Cirebon dan Melayu-
Betawi lebih banyak ditemui pada sastra lisan yang disiarkan lewat radio.

Bahasa dan sastra bisa berbentuk lisan maupun tulisan yang berkaitan dengan penggunaan
aksara. Aksara Daerah di Jawa Barat setidaknya ada dua macam : Cacarakan dan Aksara Sunda
Kaganga yang dikreasi dari Aksara Sunda Kuno. Cacarakan atau Hanacaraka berasal dari huruf
Jawa yang dimodifikasi menjadi Aksara Sunda oleh Roorda tahun 1835 (Darsa, 2003: xix).
Belakangan Aksara Sunda tidak lagi menggunakan cacarakan tetapi menggunakan Aksara Sunda
Kaganga yang terdiri dari 32 huruf yang terdiri dari tujuh aksara swara (vocal mandiri) dan 25
aksara ngalagena (konsonan). Cacarakan atau hanacaraka kini tetap digunakan sebagai aksara
daerah di Cirebon dan Indramayu.

Kesenian daerah
Kesenian daerah merupakan karya estetik hasil perwujudan kreativitas daya cipta, rasa, karsa dan
karya yang hidup dan berakar di Daerah Jawa Barat baik tradisional maupun kontemporer.
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2003 dibuat untuk memelihara kesenian tersebut. Pendidikan
kesenian diserahkan pada Dinas Pendidikan sedangkan pelestarian, pengembangan pemanfaatan
dan apresiasi karya seni serta penghargaan terhadap seniman diserahkan pada Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata. Pemeliharaan kesenian diarahkan pada nilai yang bermanfaat bagi teerwujudnya
pembangunan manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia.

Jenis kesenian tradisional yang ada di Jawa Barat 391 jenis dari 35 rumpun seni. Dari jumlah
tersebut yang dapat dikategorikan sebagai seni sangat berkembang sebanyak 39 buah,
berkembang 61 buah, tidak berkembang 248 buah dan yang mengalami kepunahan 43 buah.
Kesenian yang diajarkan di sekolah terbatas pada beberapa jenis saja tergantung pada
ketersediaan guru dan peralatan yang ada, antara lain degung, angklung, calung dan tari
jaipongan di wilayah Priangan. Sedangkan di wilayah Cirebon yang diajarkan adalah gamelan
dan beberapa tarian seperti tari topeng.

Warisan budaya, sejarah, nilai tradisional


Wilayah Jawa Barat banyak menyimpan peninggalan kepurbakalaan, kesejarahan dan nilai
tradisional yang beranekaragam dan mencerminkan karakter masyarakat Jawa Barat. Di samping
itu banyak pula museum sebagai tempat penyimpanan peninggalan-peninggalan budaya tersebut.
Perda Nomor 7 Tahun 2003 dibuat untuk mengatur pengelolaan kepurbakalaan, kesejarahan,
nilai tradisional dan museum.
Jumlah situs/cagar budaya yang ada di Jawa Barat seluruhnya 1.309 buah dan jumlah tersebut
baru 60% yang terpelihara dengan baik sedangkan 40% kurang terpelihara karena berada di
wilayah yang sulit dijangkau moda transportasi dan atau tidak ada juru pemelihara situs.

Tabel 1 Kearifan Lokal Jawa Barat

Subkultur Kearifan Lokal Media Pembinaan Peraturan Daerah yang Mengatur

1.Sunda
2.Cirebon
3.Melayu/Betawi 1. Bahasa
2.Sastra
3.Aksara Sekolah
Perda Nomor 5 Tahun 2003
4.Kesenian Sekolah Perda Nomor 6 Tahun 2003
5.Warisan Budaya
6.Sejarah
7.Nilai Tradisiona Museum
Perda Nomor 7 Tahun 2003

Sumber : Produk DPRD Propinsi Jawa Barat Peraturan Daerah Tahun 2003 Keputusan Dewan
dan Pimpinan Dewan Tahun 2003 (Diolah kembali).

Media untuk untuk memeliharan dan mengembangkan kearifan lokal yang diatur oleh Peraturan
Daerah adalah sekolah dan museum. Museum yang ada di Jawa Barat sebanyak 27 buah museum
terdiri dari sebuah museum umum yaitu Museum Sri Baduga di Bandung dan 27 buah museum
khusus yang menyebar di wilayah Jawa Barat. Tingkat kunjungan ke museum bisa dikatakan
masih rendah. Museum Sri Baduga hanya dikunjungi 170 orang dari mancanagara dan 156.314
orang dari Nusantara pada tahun 2009.
Fakta menunjukkan bahwa media massa seperti media cetak dan media audio-visual (televisi)
memainkan peran yang sangat penting dalam memelihara dan mengembangkan budaya daerah di
Jawa Barat, namun belum terakomodasi dalam peraturan daerah dan konsekuensinya belum
memiliki akses terhadap alokasi anggaran daerah. Sejauh yang ini hanya TVRI Jawa Barat yang
memperoleh alokasi anggaran itupun melalui program yang dibuat pemerintah provinsi,
sementara bantuan langsung tidak dapat dilakukan karena aturan yang melarang pemberian
bantuan pada instansi-instansi vertical. TVRI Jawa Barat sebagai LPP (Lembaga Penyiaran
Publik) dianggap sebagai instansi vertikal.

Nilai-nilai lain juga nampak dari sastra lisan yang popular di Cirebon adalah pesan/ wasiat
Sinuhun Sunan Gunungjati Syekh Syarif Hidayatullah : ingsun titip tajug lan fakir miskin.
Menurut Kusnandar seorang pengamat budaya dari Cirebon, pesan ini juga mesti didekati bukan
hanya semata yang bersifat materi, melainkan juga miskin dalam pemahaman (pengetahuan).
Artinya titik tekan miskin juga pada soal immateri. Tajug artinya kehormatan, tidak hanya
sebentuk mushalla atau tempat melaksanakan shalat. Menghidupkan Sastra lisan, berarti
menghidupkan kembali kekayaan lama warisan budaya bangsa. 58 bahasa daerah di Indonesia
setidaknya menjadi sistem tanda betapa banyaknya sastra lisan yang pernah berlangsung dalam
Peningkatan kemampuan dan budaya baca dan peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan
berbasis teknologi informasi dengan demikian berhadapan dengan kenyataan indeks minat baca
masyarakat yang sangat rendah yakni 0,0001 yang berarti 1000 orang membaca satu buku,
sedangkan minat baca surat kabar hanya 5,3 juta atau 15,4 % penduduk Jawa Barat, sedangkan
indeks minat baca orang Singapura adalah 0,550 yang berarti 1000 orang membaca 550 buku.

Peningkatan upaya revitalisasi nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal yang selaras dengan
perkembangan zaman harus memperhatikan keluhan dan harapan masyarakat. Ade Hidayat,
Guru PKn SMK Bhakti Kencana, Limbangan Garut mengatakan Pendidikan Indonesia yang
dikenal kental dengan nilai budaya, moral dan religiusitasnya ternyata tidak mampu
membuktikan keunggulan karakter dibandingkan negara liberal yang ateis tapi patuh pada
hukum (Tribun Jabar 13 April 2010).
Iwan Setiawan, dosen dan sekretaris Puslit Dinamika Pembangunan LPPM Unpad, menyatakan
bahwa secara historis-empiris kreativitas dan keinovatifan masyarakat Jawa Barat tidak
diragukan. Dalam berkarya dan berkarsa masyarakat Jabar sangat berprinsip (tidak tuturut
munding), mengusung keunggulan lokal (comparative advantage), menjunjung tinggi
keberagaman (diversification) dan berorientasi nilai daya saing (competitive advantage) sehingga
dihasilkan kekayaan yang tidak saja beragam, tetapi juga bernilai artistik, futuristik, dan sosio-
ekonomik. Kekayaan Jawa Barat berbasis sumber daya alam, berbentuk sosial ekonomik dan
budaya. Kekayaan budaya bisa dilihat pada kampong adat seperti Kampung Naga, kampung
Kuta, kampung Dukuh, kampung Baduy, Kampung Cigugur; pada artefak dan situs sejarah
Banten, Sumedang Larang, Cirebon, Galuh, Pakuan, Pajajaran; pada kesenian angklung, topeng
Pantura, tembang sunda Cianjuran, wayang golek, tarling, benjang, pencak silat, dan jaipongan.
“Pemerintah kota/kabupaten dan pemprov harus berbuat lebih cepat, konsisten dan tertib (jangan
rumit dan mahal) melindungi, menata administrasi, menglengkapi dokumentasi (paten,
sertifikasi) dan memberdayakan kekayaan masyarakat” (Tribun Jabar, 22 Mei 2010).

UNESCO memiliki resep bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan berbagai
kebijakan, yang mencakup antara lain:
1) Sekolah harus siap dan terbuka dengan mengembangkan a reactive mindset, menanggalkan
“problem solving” yang menekankan pada orientasi masa lalu, berubah menuju “change
anticipating” yang berorientasi pada “how can we do things differently”
2) Pilar kualitas sekolah adalah Learning how to learn, learning to do, learning to be, dan
learning to live together.
3) Menetapkan standard pendidikan dengan indikator yang jelas.
4) Memperbaharui dan kurikulum sehingga relevan dengan kebutuhan masyarakat dan peserta
didik.
5) Meningkatkan pemanfaatan information and communication technology (ICT) dalam
pembelajaran dan pengelolaan sekolah.
6) Menekankan pada pengembangan sistem peningkatan kemampuan profesional guru.
7) Mengembangkan kultur sekolah yang kondusif pada peningkatan mutu.
8) Meningkatkan partisipasi orang tua masyakat dan kolaborasi sekolah dan fihak-fihak lain.
9) Melaksanakan Quality Assurance (UNESCO, 2001).

Pemerintah Provinsi Jawa Barat nampaknya harus memulai menyesuaikan diri dengan
standarisasi Unesco tersebut dalam meningkatkan kualitas pendidikannya agar dapat
berkompetisi dalam kehidupan global.

SEJARAH SINGKAT SATU BUMI CIREBON


        Satu Bumi Cirebon adalah suatu organisasi pemuda di bidang kesenian dan kebudayaan
yang dibentuk pada tanggal 15 Juli 2014. Nama Satu Bumi sendiri diambil dari nama suatu
sanggar yang berada di kota Cimahi, yaitu Sanggar INSAN SENI SATU BUMI CIMAHI yang
telah berdiri sejak tahun 1999.

       Awalnya kami datang berkunjung ke Sanggar Insan Seni Satu Bumi Cimahi bertujuan untuk
memohon kerja sama dengan Management Band terdahulu kami yaitu Aqustik Management,
Management dari AQUSTIK Band dan pada tanggal 02 September 2012 kami pun melaksanakan
kerjasama dengan pihak Insan Seni Satu Bumi Cimahi. Seiring berjalannya waktu Aqustik
Managament mengakhiri kegiatannya yang menjadi suatu management band. Namun karena
kedekatan kami dengan Bunda Erni Selaku Pembina/Motivator Insan Seni Satu Bumi Cimahi,
Bunda terus memotivasi kami untuk tidak berhenti di organisasi pemuda yang bersifat positif dan
akhirnya bunda menyarankan untuk membuka Cabang Insan Seni Satu Bumi Cimahi di kota
Cirebon. Kami pun langsung menyambut baik saran Bunda untuk mendirikan cabang Insan Seni
Satu Bumi Cimahi di kota Cirebon.
      Meskipun kami menerima saran dari Bunda untuk mendirikan cabang di Cirebon, kami tidak
langsung bergegas untuk mendirikan Insan Seni Satu Bumi di Cirebon melainkan kami belajar
dan terus memahami program-program yang telah dibuat oleh Insan Seni Satu Bumi Cimahi
sebagai gambaran untuk program kerja Satu Bumi di kota Cirebon nanti. Kurang lebih dalam
kurun waktu 2 tahun kami mempelajari struktural kepengurusan Insan Seni Satu Bumi Cimahi
dan setelah kami sudah mulai memahaminya, akhirnya kami merapatkan barisan dan
mengadakan rapat pembentukan kepengurusan Satu Bumi Cirebon yang dilaksanakan pada
tanggal 12 Juli 2014. Hasil dari rapat yang dilaksanakan akhirnya kami sepakat untuk
mendirikan Satu Bumi Cirebon yang ditetapkan pada tanggal 15 Juli 2014 (17 Ramadhan 1435
H). Alasan mengapa kami menamai organisasi ini dengan nama “Satu Bumi” tidak seperti nama
pusat yaitu “Insan Seni Satu Bumi” ? Karena Satu Bumi Cirebon bergerak bukan hanya dibidang
kesenian melainkan dibidang kebudayaan juga. Jadi Satu Bumi Cirebon tidak hanya membatasi
dibidang kesenian, namun organisasi ini pun berupaya menjaga kelestarian kebudayaan Cirebon.
       Tujuan didirikannya Satu Bumi Cirebon adalah membantu Pemerintah Kota Cirebon dalam
melestarikan Kesenian dan Kebudayaan kota Cirebon yang belakangan ini semakin hilang
terkikis oleh modernisasi. Besar harapan kami, dengan adanya organisasi ini mampu
menyadarkan dan mengajak para generasi muda kota Cirebon untuk mau mengenal kesenian dan
kebudayaan Cirebon sebagai warisan leluhur, bangga memilikinya, belajar dan
mengembangkannya, menjaga dan melestarikannya. Sehingga kesenian dan kebudayaan Cirebon
tetap menjadi suatu kebanggaan dan warisan yang tak ternilai harganya bagi masyarakat
Cirebon.
Struktur Kepengurusan Satu Bumi Cirebon, kami mengembangkan dari struktur yang berada di
Satu Bumi Pusat dengan beberapa Departemen inti yang bertujuan agar dapat terlaksananya
program-program pelestarian kesenian dan kebudayaan Cirebon melalui beberapa kegiatan yang
berkaitan dengan seni dan budaya dalam waktu yang berkesinambungan sesuai dengan visi dan
misi Satu Bumi Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai