An. AD, 6 Bulan dengan Syok Hipovolemik ec Diare Akut Dehidrasi Berat
Disusun Oleh:
Pembimbing Internship:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan Portofolio Kasus ini. Adapun penulisan
Portofolio kasus ini merupakan bagian dari tugas program internsip dokter
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Evi Mutia Afriyeti selaku
ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan Laporan kasus ini dan semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
I. PENDAHULUAN
yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini sering disebabkan karena penurunan perfusi
jaringan dan kegagalan sirkulasi. Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi
hipovolemik adalah karena kurangnya sirkulasi plasma darah secara kritis tanpa
adanya perdarahan, contohnya pada diare akut dehidrasi berat yang tidak
tertangani. Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan tidak sadar
sejak 2 jam SMRS, terlihat sesak dan biru, terutama pada bibir dan ujung jari,
kaki kanan dan kiri pasien teraba dingin. Pasien riwayat BAB cair >20x/hari sejak
2 hari SMRS. Pasien tidak sadar, namun ibu pasien tetap menyusui pasien. Nafas
pasien berbunyi grok-grok saat sampai di rumah sakit, dan botol susu masih
sakit berat, kesadaran stupor, nadi 160x/ menit , nafas 32x/ menit, mata cekung
(+/+), thorax ves(+/+), rhonki kasar (+/+), perkusi paru redup (+/+), retraksi
dalam, turgor kembali sangat lambat, CRT>5dtk, akral sianosis (+), dingin,
diare akut dehidrasi berat, serta pneumonia aspirasi dan di tatalaksana lebih lanjut.
II. STATUS PASIEN
Agama : Islam
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Tambahan : Sesak (+), biru (+) dan ujung kaki dingin.
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan tidak sadar sejak
2 jam SMRS. Pasien juga terlihat sesak dan biru, terutama pada sekitar
bibir dan ujung-ujung jari. Ibu pasien juga mengeluhkan kaki kanan dan
BAB cair dengan ampas (+), lendir (+) dan darah (-). Pasien telah berobat
pasien tidak mau menyusu dan terlihat lemas. Pasien kemudian tidak sadar
sejak 2 jam yang lalu, namun ibu pasien tetap menyusui pasien. Ibu pasien
rumah sakit. Saat sampai di rumah sakit, pasien dalam kondisi tidak sadar
Alergi/asthma (-),
Riwayat Makanan
Kesadaran : Stupor
Suhu : 35.6°C
Berat Badan : 9 kg
Status Generalis
Kepala
Mata
Telinga
Bibir : Normal
Gigi : Normal
Langit-langit : Normal
Paru - paru
Jantung
Abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba, turgor
kembali sangat lambat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+)
Ekstremitas – kulit
Warna : Kebiruan
Rambut : Normal
Lembab/kering : Lembab-kering
Hematokrit 38 40-54%
2.5 Resume
Anamnesis
sadar sejak 2 jam SMRS, terlihat sesak dan biru, terutama pada
sekitar bibir dan ujung-ujung jari serta kaki kanan dan kiri pasien
teraba dingin.
Pasien riwayat BAB cair >20x/hari sejak 2 hari SMRS, ampas (+),
lendir (+) dan darah (-). Pasien tidak sadar sejak 2 jam yang lalu,
sakit, pasien dalam kondisi tidak sadar dan botol susu masih ada di
mulut pasien.
Pemeriksaan Fisik
Kes : Stupor
Suhu : 35.6°C
RR : 32x/ menit
BB : 9 kg
dalam
Abdomen: turgor kembali sangat lambat
Pemeriksaan Penunjang
1. Syok Hipovolemik
2. Pneumonia Aspirasi
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Prognosis
O/
KU : Tampak Sakit Berat
Kes : Stupor
Suhu : 35.6°C
Nadi : 160x/ menit
RR : 32x/ menit
BB : 9 kg
Kepala: mata cekung (+/+), CA
(-/-), SI (-/-)
Thorax : ves(+/+), rh kasar
(+/+), perkusi redup (+/+), retraksi
dalam, wh(-/-)
Abdomen: turgor kembali sangat
lambat, BU(+), nyeri tekan(-)
Eks: CRT>3dtk, sianosis (+),
dingin, kering
A/
Syok Hipovolemik ec Diare Akut
Dehidrasi Berat
Pneumonia Aspirasi
Pasien dinyatakan
O/ meninggal dihadapan
Mata: midriasis maksimal (+/+), perawat dan keluarga
refleks kornea (-/-) Informed consent dan
Leher: a.carotis tidak teraba breaking bad news(+).
Thorax: bunyi jantung(-)
Eks: akral dingin, CRT memanjang,
sianosis, SpO2 tidak terukur, TD
tidak terukur, nadi tidak teraba
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
tubuh dan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini sering
dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat
3.1.2 Etiologi
3.1.3 Patofisiologi
et al., 2016.).
merusak sifat reologi darah dan dapat merusak organ secara persisten
luas, luka bakar kimiawi, dan luka pada kulit bagian dalam. Trauma
et al., 2018).
Tanda dan gejala Menurut (Hardisman, 2013), tanda dan gejala syok
hypovolemia ditentukan berdasar stadium yaitu:
darah dan tekanan nadi rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masih
lebih cemas.
dari 40%. Pada saat ini takikardi lebih dari 140 kali permenit
jumlah sel darah putih dan laju endap darah yang disebabkan
anaerob.
3.1.6 Penatalaksanaan
yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah
isotonik NaCl 0,9% atau ringer laktat. Pemberian awal adalah dengan
tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-2 liter pada
yang hilang dalam waktu satu jam, karena distribusi cairan kristaloid
3.2.1 Definisi
Pengertian Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare
adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie dan Soenarto,
2012).
adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari
3.2.2 Etiologi
a. Faktor Infeksi
(Candida albicans).
tahun.
b. Faktor malabsorbsi
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsornsi protein
c. Faktor makanan
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar).
Menurut jufrri dan Soenarto (2012), ada beberapa faktor resiko diare
yaitu :
a. Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan
atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul diare. b.
3.2.5 Patofisiologi
usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. 3) Faktor
makanan Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diare.
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan
nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun,
kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi
a. Pemeriksaan darah rutin, LED (laju endap darah), atau CPR (C-
atau inflamasi.
Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Diare
akut adalah buang air besar pada bayi atu anak-anak melebihi 3 kali
atau tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu,
sedangkan diare kronis sering kali dianggap suatu kondisi yang sama
namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare melebihi satu minggu,
diare berkelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan
kronis biasanya ditandai dengan penurunan berat badan dan sukar untuk
kurang dari 14 hari 2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih
dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak
absorbs. Ciri khas pada diare ini adalah volume tinja yang banyak. 2)
glukosa/galaktosa.
3.3 Pneumonia Aspirasi
3.3.1 Definisi
jumlah dan jenis material aspirasi, frekuensi aspirasi dan respon host
3.3.2 Epidemiologi
faktor predisposisi yang sudah ada seperti stroke, kejang dan disfagia
paling umum pada pasien dengan disfagia karena suatu kondisi akibat
disebabkan oleh anestesi umum, yang terjadi sekitar 1 dari 3000 operasi
dengan anesthesia umumdan merupakan 10-30% persen penyebab
dijumpai pada pria daripada perempuan, terutama usia anak atau lanjut.
3.3.3 Etiologi
Patofisiologi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang. Disini
napas bagian bawah. Penyakit ini terjadi pada orang dengan level
(CVA), CNS lesion mass, keracunan obat atau overdosis dan cidera
tumor otak)
nasofaring, scleroderma)
3.3.5 Diagnosis
1. Pemeriksaan Laboratorium
lobus tengah kanan paling sering terkena, Tetapi lobus bawah kiri
densitas tinggi tersebut hanya lokal, akan tetapi pada tahap lanjut
inhomogen).
3.3.7 Penatalaksanaan
aspirasi bahan padat, bila bahan yang teraspirasi tidak dapat dikeluarkan
nasal atau masker bila ada tanda gagal napas berikan bantuan ventilasi
Barbara K, Dickson S, Timothy F (2009). First aid for the emergency medicine
Boulton TB, Colin E. Blogg (2012). Anestesiologi. Edisi 10. Jakarta: EGC, pp:
174-5.
EGC, p: 6.
Hinds CJ, David Watson (2008). Intensive care. Edisi 3. United States: Elsevier.
Health, p: 12.
Simadibrata M, Setiyohadi B (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III.