I. Profil Perusahaan
Pada tahun 1971, Yamaha Motor Jepang mendirikan distributor resmi di Indonesia
bekerjasama dengan konglomerat lokal dan memulai ekspor motor rakitan utuh dengan
mesin 100 cc dari Jepang dan menjualnya secara lokal.
Pada 6 Juli 1974, Yamaha motor mendirikan PT. YIMM (Yamaha Indonesia Motor
Manufacturing) yang berlokasi di daerah Pulogadung. Dalam perkembangannya, untuk
memperkuat dan memperlancar usahanya, pada tahun 1990 PT. YIMM bergabung dengan
beberapa perusahaan lain, yaitu PT. Adiasa IIC, PT. Yamaha Harapan, PT. Sakti Cipta
Logam Sakti, dan PT. Harapan Motor Sakti (PT. Karya Bakti). Gabungan dari beberapa
perusahaan ini tetap diberi nama PT. YIMM. PT. YIMM merupakan Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM) Yamaha di Indonesia yang berwenang atas produk Yamaha roda
dua di Indonesia.
Pada tanggal 29 Agustus 2001 didirikan pabrik suku cadang di Indonesia yang
dinamakan PT. Moric Indonesia. Pabrik itu mulai beroperasi pada Januari 2002 dan
didirikan dengan modal lima juta dolar AS yang terdiri dari 80% oleh Moric Co.,Ltd dan
20% oleh Yamaha Motor Asia Pte.Ltd. Perusahaan ini menyediakan dukungan finansial
untuk semua perakitan dan manufacturing Yamaha di kawasan Asia Tenggara dan promosi
perdagangan.
Pada November 2004, Yamaha Motor membuat pabrik manufacturing motor kedua di
Karawang, Jawa Barat dengan nama PT. YMMWJ (Yamaha Motor Manufacturing West
Java). Perusahaan ini merupakan anak perusahaan YIMM yang khusus membuat motor tipe
moped (bebek) dan mempunyai kemampuan untuk memproduksi moped dalam skala besar.
Yamaha di Indonesia sendiri dibagi menjadi beberapa perusahaan:
1. YMKI (Yamaha Motor Kencana Indonesia) di Pulogadung Jakarta Timur, ditujukan
untuk pemasaran motor saja.
2. YIMM (Yamaha Indonesia Motor Manufacturing) di Pulogadung Jakarta Timur,
ditujukan untuk perakitan dan produksi motor.
3. YMMWJ (Yamaha Motor Manufacturing West Java) di Karawang Jawa Barat
merupakan pabrik manufacturing kedua.
4. Yamaha POD di Cibitung untuk spare parts motor.
5. Yamaha Motor Electronic Indonesia untuk memproduksi alat-alat pengapian seperti
CDI, stator dan rotor.
6. YMPMI (Yamaha Motor Parts Manufacturing Indonesia) di Karawang memproduksi
spare part motor.
II. Analisis Model 5 Kekuatan Porter pada PT. Yamaha Indonesia Motor Mfg.
Analisis 5 (Lima) Kekuatan Porter atau dalam bahasa Inggris disebut denggan Portes’s
Five Forces Analysis adalah suatu alat yang sederhana namun sangat berguna untuk
memahami dimana letak kekuatan perusahaan kita dalam menghadapi situasi persaingan di
dunia bisnis. Dengan mengunakan analisis lima kekuatan ini, kita dapat memahami kekuatan
posisi persaingan saat ini dan kekuatan posisi persaingan pada bisnis yang sedang
direncanakan. Konsep analisis lima kekuatan (five forces) ini pertama kali dikemukakan oleh
Michael Porter dari Universitas Harvard pada tahun 1979. Michael Porter juga dikenal
sebagai Bapak Strategi Bisnis Modern. Analisis Lima Kekuatan Porter atau Porter’s Five
Forces Analysis ini merupakan salah satu analisis yang sering digunakan dalam Manajemen
Strategi sebuah perusahaan.
Seperti namanya, Porter’s Five Forces Analysis ini mengunakan 5 (Lima) Kekuatan
Industri untuk menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri. Berikut ini adalah
kelima kekuatan menurut Michael Porter atau lebih dikenal dengan Porter’s Five Forces
Analysis, yaitu:
1. Potential New Entrants.
2. Suppliers.
3. Firms in Other Industries Offering Substitute Products.
4. Buyers.
5. Rivalry Among Competing Sellers.
Berdasarkan hal tersebut diatas, berikut Analisis Model 5 Kekuatan Porter pada
PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing adalah sebagai berikut:
2. Suppliers.
Daya tawar pemasok yang kuat memungkinkan pemasok untuk menjual bahan
baku pada harga yang tinggi ataupun menjual bahan baku yang berkualitas rendah
kepada pembelinya. Dengan demikian, keuntungan perusahaan akan menjadi rendah
karena memerlukan biaya yang tinggi untuk membeli bahan baku yang berkualitas
tinggi. Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pemasok, semakin tinggi pula
keuntungan perusahaan kita.
Daya tawar pemasok menjadi tinggi apabila hanya sedikit pemasok yang
menyediakan bahan baku yang diinginkan sedangkan banyak pembeli yang ingin
membelinya, hanya terdapat sedikit bahan baku pengganti ataupun pemasok
memonopoli bahan baku yang ada.
Dalam hal ini Yamaha harus dapat menganalisa dan memilih vendor (pemasok)
yang sesuai dengan standar perusahaan dengan memperhitungkan beberapa komponen
seperti:
a. Supplier ban.
b. Supplier oli.
c. Supplier suku cadang.
d. Supplier body kit.
3. Firms in Other Industries Offering Substitute Products.
Hambatan atau ancaman ini terjadi apabila pembeli/konsumen mendapatkan
produk pengganti yang lebih murah atau produk pengganti yang memiliki kualitas lebih
baik dengan biaya pengalihan yang rendah. Semakin sedikit produk pengganti yang
tersedia di pasaran akan semakin menguntungkan perusahaan kita.
Oleh karena itu, Yamaha harus mempunyai rencana pengembangan produk
(regenerasi produk) untuk tahun kedepannya sehingga dapat terus berinovasi dan
membuat produk baru dan menggantikan produk yang sudah lama. Dalam hal ini,
Yamaha juga harus dapat menganalisa produk yang slow moving dan mencari alasan
mengapa produk tersebut tidak dapat tercapai penjualannya.
4. Buyers.
Kekuatan ini menilai daya tawar atau kekuatan penawaran dari
pembeli/konsumen, semakin tinggi daya tawar pembeli dalam menuntut harga yang
lebih rendah ataupun kualitas produk yang lebih tinggi, semakin rendah profit atau laba
yang akan didapatkan oleh perusahaan produsen. Harga produk yang lebih rendah
berarti pendapatan bagi perusahaan juga semakin rendah. Di satu sisi, perusahaan
memerlukan biaya yang tinggi dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah daya tawar pembeli maka semakin menguntungkan bagi
perusahaan kita. Daya tawar pembeli tinggi apabila jumlah produk pengganti yang
banyak, banyak stok yang tersedia namun hanya sedikit pembelinya.
Dalam peningkatan perekonomian pada semua level masyarakat juga
mempengaruhi daya beli produk tersebut sehingga hal ini memacu semua perusahaan
otomotif terus berlomba-lomba membuat strategi penjualan agar dapat meyakinkan
konsumen untuk dapat membeli produk tersebut, sehingga setiap perusahaan otomotif
memiliki strategi persaingan yang kompetitif, seperti:
a. Persaingan Harga.
Yamaha harus mampu menjual produk dengan harga yang lebih kompetitif
sehingga menjadi daya tarik bagi para konsumen. Ini terlihat dalam data AISI
mengenai Penjualan Motor Tahun 2018, dimana Yamaha menempati tempat kedua
yaitu perolehan penjualan dengan total 1.455.088 unit atau sebesar 22,8%, dimana 2
(dua) produk Yamaha yang laris manis pada Januari – Juni 2018 adalah Yamaha
Mio M3 125 CW dan Yamaha Aerox.