Anda di halaman 1dari 3

NAMA: CHINTIA SITORUS

NIM: 202080188

MATA KULIAH: ETIKA BISNIS

1. langkah-langkah untuk menuju pengembangan moral(Kohlberg’s Three Levels of Moral


Development):
 Pra-Konvensional
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak,
walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini.
Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu
tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung.
 Orientasi kepatuhan dan hukuman
individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari
tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan
dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum.
Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu.
Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda
dari sudut pandang dirinya.
 Orientasi minat pribadi
perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya.
Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang
lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap
kebutuhannya sendiri
 Konvensional
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang
di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya
dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap
ketiga dan keempat dalam perkembangan moral.
 Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan
mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang
mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden
rule.
 Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna
dalam memelihara fungsi dari masyarakat.
 Pasca-Konvensional
tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral.
Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini
menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif
masyarakat.
 Orientasi akad sosial
individu-individu dipandang sebagai ada pendapat-pendapat dan nilai-nilai
yang berlainan, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai
tanpa memihak.
 Prinsip etika universal
Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap
keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang
tidak tidak sewenang-wenang.

2. Keadilan retributif menyangkut keadilan menyalahkan atau menghukum orang karena


melakukan kesalahan. Para filsuf telah lama memperdebatkan pembenaran kesalahan dan
hukuman, tetapi kita tidak perlu memasuki perdebatan ini di sini. Yang lebih relevan dengan
tujuan kita adalah pertanyaan tentang kondisi di mana itu hanya untuk menghukum
seseorang karena melakukan kesalahan. Misalnya, banyak perusahaan menggunakan sistem
proses hukum yang kurang lebih kompleks yang dimaksudkan untuk memastikan apakah
perilaku karyawan benar-benar seperti untuk mendapatkan pemecatan atau hukuman
lainnya.

Keadilan kompensasi menyangkut keadilan memulihkan seseorang apa yang hilang ketika
seseorang menganiaya dia. Kami umumnya berpendapat bahwa ketika satu orang secara
salah menimbulkan kerugian pada orang lain, pelaku kejahatan memiliki kewajiban moral
untuk memberi kompensasi kepada korbannya atas kerugian tersebut. Misalnya, jika saya
dengan jahat menghancurkan barang mililk seseorang atau mencurinya darinya, saya
memiliki kewajiban untuk membayarnya apa pun properti yang saya hancurkan atau curi.

3. Sistem ekonomi sendiri merupakan sarana dimana suatu negara mendistribusikan


sumberdaya yang dimiliki dan memperdagangkan barang maupu jasa yang mengendalikan
lima faktor produksi yaitu tenaga kerja, pengusaha, modal, sumberdaya fisik dan
sumberdaya informasi. Dari tugas pertama, sistem ekonomi memang harus bisa
menyelesaikan dari barang/jasa yang diproduksi dan seberapa banyak, karena banyaknya
jumlah produksi harus diperhtiungkan karena kalau sampai salah diperhitungkan, produsen
akan mengalami kerugian bahkan bisa mengalami kegagalan bisnis. Kemudian bagaiamana
memproduksi barang tersebut, ini merupakan produsen harus bisa menentukan teknik
produksi yang efesien, dengan menentukan jumlah karyawan, teknik yang digunakan,
produsen juga harus bisa menentukan apakah akan memproduksei dengan tenaga manusia,
atau bantuan mesin. Selanjutnya adalah Untuk Siapa Barang Tersebut Diproduksi, Pada
dasarnya, keuntungan dari barang dan jasa yang diproduksi bukan hanya untuk konsumen
saja, tetapi ada juga pihak-pihak lain yang menerima keuntungan, Seperti misalnya,
karyawan akan menerima pendapatan, pemilik bahan baku akan mendapat upah, pemilik
modal akan menerima bunga modal, dan tentunya, produsen juga akan menerima
keuntungan dari hasil penjualan produknya. Sehingga, sistem ekonomi meamang harus
menerapakan 2 sistem ekonomi itu karena sistem-sitem itu selaras ketika adanya suatu binis
maka sistem pertama harus ditentukan untuk memikirkan apa, bagaimana, dan untuk siapa
barang/jasa diproduksi. Kemudian bagaimana produk tersebut di distribusikan dan penetuan
siapa yang akan mendapatkan apa dan berapa banyak yang akan didapat masing-
masing merupakan tugas dari distributor/ orang/perusahaan yang akan menyalurkan produk
yang mereka miliki kepada pembeli sesuai dengan keinginan konsumen dan kemampuan
konsumen dalam mendapatkan barang/jasa tersebut.
Tujuan Sistem Ekonomi
1. Meningkatkan sebuah pertumbuhan dan kestabilitas ekonomi.
2. Meratakan suatu distribusi pendapatan di berbagai golongan.
3. Meningkatkan suatu kemakmakmuran dan kesejahteraan ekonomi
masyarakat.

4. Memperluas sebuah lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi


pengangguran.
5. Menentukan berbagai jenis, jumlah, dan cara atau teknik menghasilkan
produk yang dibutuhkan masyarakat.
4. Ada beberapa pelanggaran etika bisnis terjadi pada tingkat oligopoli. oligopoly sendiri
perusahaan bisa saja melakukan praktik kecurangan untuk meningkatkan pendapatannya
tersebut dengan cara:
 Manipulation of supply
 Perusahaan sepakat untuk memproduksi produk dibawah titik equilibrium,
sehingga terjadi kelangkaan dan harga meningkat.

 Explicit Agreement and Other Anticompetitive Tactics. Beberapa manajer


perusahaan dalam sebuah sector bisa melakukan perjanjian untuk menjadi
monopolist di pasar yang lain:

 Price Fixing
 Dimana beberapa manajer melakukan perjanjian untuk menetapkan harga
yang tinggi pada produk mereka yang sejenis.

Anda mungkin juga menyukai