Anda di halaman 1dari 20

REVISI MAKALAH

SUPERVISI PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Administrasi dan Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu: Try Heni Aprilia, M. Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 4
Fairus Salsabila Erdiana (21204054)
Arnetta Nadia Valiantia (21204055)

KELAS B
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunianya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya. Makalah ini kami beri judul “Supervisi Pendidikan”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Administrasi dan
Manajemen Pendidikan dari Guru pengampu mata kuliah tersebut. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para
pembaca. Khususnya dalam kegiatan menganalisis dan melakukan pembahasan
supervisi pendidikan.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu Try
Heni Aprilia, M. Pd. selaku guru mata kuliah Administrasi dan Manajemen Pendidikan.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan
kami, agar kedepannya dapat menulis makalah dengan lebih baik dan lebih bermanfaat
bagi para pembaca, dan terutama kepada kami para penulis.
Kediri, 15 Juni 2022

KELOMPOK 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I ....................................................................................................................... 1
1.1. Pengertian dan Sejarah Supervisi Pendidikan ........................................... 1
1.2. Perbedaan Inspeksi dan Supervisi ............................................................. 3
1.3. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan ........................................................ 4
1.4. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan ......................................................... 9
1.5. Regulasi Pengawas Sekolah ...................................................................... 10
BAB II ....................................................................................................................... 16
2.1. Kesimpulan ............................................................................................. 16
2.1. Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17

ii
BAB 1

1.1. Pengertian dan Sejarah Supervisi Pendidikan


A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Supervisi Pendidikan dari dua kata yaitu supervisi dan pendidikan.
Supervisi adalah aktivitas pembinaan yang melaksanakan fungsi-fungsi
supervisi akademik atau manajerial. Ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan
pengawas, yaitu:
a. Pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, guru,
dan seluruh staf sekolah.
b. Melakukan pengembangan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program
sekolah.
c. Penilaian proses dan hasil program pengembangan sekolah secara
kolaboratif dengan stakeholder sekolah.
Fungsi utama dari administrasi supervisi, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penyelenggaraan, dan pengawasan.1
B. Sejarah Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi pendidikan diperkirakan awal tahun 60-an atau dua
dasawarsa terakhir ini. Pada tahun ajaran 1965-1966 diperkenalkannya supervisi
diberikannya mata kuliah administrasi pendidikan sebagai mata pelajaran dan
bahan ujian pada SGA/SPG. Sebelum tahun 70-an, kalangan pendidik masih
asing dengan supervisi pendidikan karena bagi mereka yang menamatkan
pendidikan guru baik tingkat menengah kegururuan maupun tinggi. Di Indonesia
aktivitas supervisi sudah dikenal tetapi pelaksanaannya cenderung mencari
kesalahan dan kekurangan dalam mengajar. Pada waktu itu dikenal dengan
istilah inspeksi diwariskan dari belanda saat zaman penjajahan Belanda selama
kurang lebih 3,5 abad. Pada saat zaman penjajagan Belanda, orang memeriksa
sekolah dasar (SD) disebut schoolopziener. Schoolopziener yang bertugas
memeriksa seluruh mata pelajaran di sekolah dasar menggunakan pengantar
bahasa Belanda, sedangkan mata pelajaran lain diperiksa oleh inspektur.

1
Dr. H. Muwahid Shulhan: Supervisi Pendidikan

1
Pada zaman penjajahan Jepang ada sebutan Shigaku yaitu istilah tugas
pemilik sekolah dasar tapi istilah ini tidak melekat di kalangan pendidik
Indonesia karena hanya 2,5 tahun menjajah Indonesia. Seiring muncul sebuta
baru supervisi yang berasal dari bahasa Inggris yaitu supervision yang
dikenalkan orang yang pernah belajar di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat
aktivitas supervisi muncul pada zaman kolonial tahun 1654. “The General Court
off chusetts bay coloni” menyatakan bahwa pemuka kota bertanggung jawab atas
seleksi dan pengaturan kinerja guru yang dianggap sebagai cikal bakal lahirnya
konsep paling dasar dalam perkembangan supervisi moderen.
Pada tahun 1709 di Boston a comite of laymen mengunjungi sekolah-
sekolah untuk mengetahui penggunaan metode pengajar oleh guru, kecakapan
siswa, dan merumuskan usaha yang memajukan pengajaran dan organisasi
sekolah yang baik. Perkembangan dan pertumbuhan sekolah dipengaruhi
bertambahnya jumlah pendidikan yang membutuhkan tambahan tenaga guru
lebih besar yang waktu itu belum berfungsi supervisor. Bertambahnya aktivitas
sekolah maka di dirikanlah kantor super intendent di sekolah yang
mengakibatkan adanya dua unsur pimpinan disetiap sekolah.
Awal abad ke-1 terjadi pengurangan beban pengajar kepala sekolah agar
mempunyai waktu banyak untuk membantu pekerjaan guru di kelas. Sehingga
ada dua fungsi, yaitu sebgai administrasi dan supervisor di sekolah. Pendidikan
di Indonesia secara formal konsep supervisi diberlakukan Keputusan Menteri P
dan K, RI. Nomor: 0134/1977 menyebutkan siapa saja berhak disebut supervisor
di sekolah seperti kepala sekolah, pemilik sekolah tingkat kecamatan, dan para
pengawas tingkat kabupaten atau Kotamadya serta staf kantor bidang disetiap
provinsi. PP Nomor 38/Tahun 1992 terdapat perubahan penggunaan istilah
pengawas dan pemilik.
Istilah akademik adalah pengawas sekolah berkewajiban membantu
kemampuan profesional guru agar dapat meningkatkan mutu proses
pembelajaran. Sedangkan, supervisor manajerial, yaitu pengawas berkewajiban
membantu kepala sekolah agar lebih efektif.2

2
Ibid, hal: 10-14

2
1.2. Perbedaan Inspeksi dan Supervisi
1. Perbedaan fungsi
- Inspeksi merupakan suatu jabatan (position) dalam suatu jawaban
- Supervisi merupakan suatu fungsi (function) untuk membina perbaikan suatu
situasi
2. Perbedaan prinsip
- Inspeksi dilaksanakan berdasarkan prinsip otokrasi/inspector, atau pengawas
- Supervisi dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi yang dijiwai oleh
falsafah pancasila3
Berikut Perbedaan antara Inspeksi dengan Supervisi:
1. Supervisi
a. Meneliti: mengumpulkan data-data secara objektif tanpa dilatar belakangi
oleh ukuran dan ketentuan mengenai apa yang benar dan apa yang akan
salah.
b. Menilai: mengukur tingkat kemajuan yang diingkan, seberapa besar yang
telah dicapai, dan penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara seperti tes,
penetapan standar, penilaian kemajuan belajar. Melihat perkembangan hasil
penilaian sekolah, serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan
mutu pendidikan.
c. Perbaikan: usaha untuk mendorong guru baik secara perseorangan maupun
kelompok agar melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugas.
Perbaikan ini dapat dilakukan dengan bimbingan, yaitu dengan cara
membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan
merangsang untuk melakukan percobaan, serta mebantu menerapkan sebuah
prosedur mengajar yang baru.
d. Membina: suatu usah untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi
yatu dengan melakukan pembinaan atau pelatihan kepada guru-guru tentang
cara-cara baru dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran pembinaan
ini dapat dilakukan dengan cara demokrasi mengajar, workshop, seminar,
observasi, konferensi indovidual dan kelompok.

3
Herka Maya Jatmika, ‘Inspeksi, Supervisi, dan Supervisor’, hal: 3

3
2. Inspeksi
a. Memeriksa: untuk memeriksa apakah segala sesuatu telah dilaksanakan
menurut ketentuan yang telah digariskan.
b. Memvonis: mengadakan keputusan hasil pemilain sepihak, yang ditentukan
sebelumnya oleh inspector.
c. Menyesuaikan apa yang tidak sesuai dengan semestinya dengan kata lain
adalah dibetulkan atau dikoreksi menurut ketentuan yang seharusnya.
d. Mengarahkan: menjelaskan peraturan-peraturan yang perlu diperhatikan
sebagai pedoman kerja dan memberikan instruksi-instruksi yang perlu
menjamin pelaksanaan peraturan-peraturan itu.

1.3. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan


Sebagai seorang supervisor yang baik harus memahami prinsip-prinsip atau
asas-asas supervisi pendidikan untuk dapat dipergunakan sebagai landasan
dalam menunaikan tugas supervisi.
Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa supervisi dilakukan agar supervisi
dapat memenuhi fungsi seperti yang disebutkan sebaiknya harus memenuhi
prinsip-prinsip supervisi secara umum sebagai berikut :4
1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan
kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan
mengatasi kesulitan, dan bukan mencari-cari masalah.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung.
3. Apabila pengawas atau kepala sekolah merencanakan akan memberikan
saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar
tidak lupa. Dalam memberikan umpan balik sebaiknya supervisor
memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk
mengajukan petanyaan atau tanggapan.

4. Kegiatan supervisi sebaiknnya dilakukan secara berkala.


5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya
mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang
disupervisi.

4
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto: Supervisi Pendidikan Belum Sesuai Harapan

4
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak
hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat,
berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.5
Amatembun membagi prinsip supervisi menjadi dua bagian:6
1. Prinsip Fundamental
Supervisi pendidikan sebagai bagian yang integral dari seluruh
kegiatan pendidikan tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan nasional
Indonesia yaitu : Pancasila, pandangan hidup dan dasar Negara Republik
Indonesia. Majelsi Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia
dalam ketetapannya No. IV tahun 1978 menegaskan “Pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila”.
Dengan demikian Pancasila merupakan dasar atau prinsip yang
Fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. seorang
supervisor pendidikan Indonesia harus Pancasila sejati yang harus
menghayati dan mengamalkan sila-sila Pencasila:
A. Harus ber-Ketuhanan Yang Maha Esa:
1) Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama atau kepercayaan yang dianutnya.
2) Bersikap menghormati dan bekerja sama dengan orang-orang yang
disupervisi yang menganut agama atau kepercayaan yang lain.

3) Rukun hidup beragama dengan orang-orang yang disupervisi.


4) Bersikap menghormati dan kebebasan orang- orang yang
disupervisi menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
masing-masing.
5) Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang-
orang yang disupervisi.
B. Harus ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab:
1) Mengikuti dan memperlakukan orang-orang yang disupervisi
sesuai dengan harkat dan martabatnya.
2) Tidak membeda-bedakan suku, keturunan, jenis kelamin, agama

5
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, hal: 19-21
6
Amatembun, Op. Cit., hal: 13-16

5
suatu kepercayaan orang-orang yang disupervisi.
3) Bersikap mencintai tenggang rasa dan tepa selira terhadap orang-
orang yang disupervisi.
4) Tidak bersikap dan semena-mena terhadap orang-orang yang
disupervisi.
5) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
6) Gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan.
7) Berani membela kebenaran dan keadilan
8) Bersikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan orang-
orang yang disupervisi.
C. Harus mempunyai rasa Persatuan Indonesia yang mendalam:
1) Menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan Bangsa
dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban bagi kepentingan Bangsa dan Negara.
3) Bangga akan Bahasa dan Tanah Air Indonesia.
4) Memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa
Indonesia.

D. Harus ber-Kerakyatan yang menjunjung tinggi musyawarah dan


mufakat:
1) Memperhatikan dan mengutamakan kepentingan Negara dan
masyarakat.
2) Tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada orang-orang yang
disupervisi.
3) Mengadakan musyawarah sebelum mengambil keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama.
4) Mengambil keputusan atas dasar musyawarah.
5) Mengembangkan semangat kekeluargaan dalam musyawarah
untuk mencapai mufakat.
6) Menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah.
7) Mempercayakan wakil-wakil dalam melaksanakan musyawarah.
E. Harus ber-Keadilan sosial:
1) Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan

6
suasana dan kegotongroyongan.
2) Bersikap adil terhadap orang-orang yang disupervisi.
3) Memlihara keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak-hak orang yang disupervisi.
5) Bersikap rela menolong orang-orang yang disupervisi yang
memerlukan bantuan.
6) Tidak bersifat memeras terhadap orang-orang yang disupervisi.
7) Tidak memboros dan bergaya hidup mewah.
8) Bersikap suka bekerja keras.
9) Bersikap menghargai hasil karya orang-orang yang disupervisi.

Berdasarkan prinsip-prinsip supervisi yang fundamental para supervisor


Pendidikan Indonesia harus merasa mapu mengendalikan diri dan
kepentingan sendiri dalam rangkan pembinaan diri sendiri dapat
menunaikan fungsinya sebagai supervisor dengan sebaik- baiknya.7
2. Prinsip-prinsip Praktis
Dalam melaksanakan kegiatan supervisi, seorang supervisor
sewajarnya berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar atau prinsip
yang paling fundamental yang harus menjiwai seluruh kegiatan supervisi.
Disamping itu sebagai pedoman praktis dalam melaksanakan supervisi
sehari-hari. Amatembun menyebutkan prinsip praktis dalam supervisi
terbagi menjadi dua bagian yakni prinsip-prinsip negatif dan prinsip-prinsip
positif.
a. Prinsip-prinsip Negatif
1) Supevisi tidak boleh bersifat mendesak (otoriter).
Supervisor tidak boleh memaksakan kemauannya kepada
bawahannya. Jika hendak memberikan intruksi hendaklaha terlebih
dahulu dijelaskan argumentasi (alasan-alasan) yang mendasari
tindakan-tindakan yang akan diambil.
2) Supervisi tidak didasarkan atas kekuasaan pangkat (kedudukan) atau
kekuasaan pribadi.
3) Supervisi tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan

7
Ibid, hal: 13-16

7
pengajaran.
4) Supervisi hendaklah tidak hanya mengenai hal-hal yang langsung
terlihat.
5) Supervisi janganlah terlalu banyak mengenai detail cara-cara
mengajar atau detail bahan-bahan pelajaran.
6) Supervisi bukanlah mencari kelemahan- kelemahan, kekurangan-
kekurangan atau kesalahan-kesalahan dan janganlah pernah kecewa.
7) Supervisi janganlah terlalu cepat mengharapkan hasil.
b. Prinsip-prinsip Positif
1) Supervisi harus konstruktif dan kreatif.
2) Supervisi hendaklah lebi berdasarkan sumber- sumber kolektif dari
kelompok daripada usaha- usaha kolektif dari kelompok daripada
usaha- usaha supervisor sendiri.
3) Supervisi hendaklah lebih didasarkan kepada hubungan profesional
daripada atas hubungan pribadi.
4) Supervisi hendaklah dapat mengembangkan kesanggupan para guru
dan karyawan pendidikan dalam segi-segi kekuatannya.
5) Supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan guru-guru, para
karyawan pendidikan dan hubungan baik diantara mereka.
6) Supervisi hendaklah progresif, dilaksanakan bertahap tapi dengan
ketekunan.
7) Supervisi hendaklah dimulai dengan keadaan dan kenyataan yang
sebenarnya.
8) Supervisi hendaklah selalu memperhitungkan kesanggupan dan sikap-
sikap orang yang akan disupervisi bahkan juga prasangka-prasangka
mereka.
9) Supervisi hendaklah sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
10) Supervisi hendaklah obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri.8
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip
praktis dalam pelaksanaan supervisi berkaitan erat dengan berbagai hal
diantarnya kedudukan/jabatan, prasangka, situasi/keadaan, cara, motivasi dan

8
Ibid, hal: 12-23

8
lain-lain. Dengan demikian seorang supervisor.
Berdasarkan prinsip fundamental atau praktis melakukan kegiatan
supervisi pendidikan tidak sembarangan bahkan berorientasi kepada tujuan
pendidikan dan pengajaran.

1.4. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan


Teknik-teknik dalam supervisi secara garis besar terbagai menjadi dua, yaitu
teknik perseorangan dan teknik kelompok.
1. Teknik perseorangan
Menurut Ametembun teknik perseorangan dalam supervisi pendidikan
digunakan bila orang yang disupervisi dihadapi secara tersendiri (individual)
biasanya dilakukan terhadap individu yang mengalami masalah khusus atau
bersifaat pribadi. Menurut Ngalim Purwanto teknik perseorangan adalah
supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut:
a. Mengedakan kunjungan kelas (clasroom visition).
b. Mengadakan kunjungan observasi (observasi visit).
c. Membimbing guru tentang cara-cara mempelajari siswa dan atau
mengatasi problema yang dihadapi siswa.
d. Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah:
1) Menyusun program program semester.
2) Menyusun atau membuat program satuan pelajaran.
3) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas.
4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran.
5) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar.
6) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam ekstrakulikuler, study
tour, dan sebagainya.9
2. Teknik kelompok
Teknik kelompok dalam supervisi pendidikan adalah cara pelaksanaan
supervisi terhadap sekelompok orang yang disupervisi. Orang-orang yang

9
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hal: 120-122

9
diduga mempunyai masalah yang sama dapat dihadapi secara bersama-sama
dalam situasi supervisi oleh supervisor. Misalnya dalam rapat guru,
lokakarya, dan sebagainya.10
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan supervisor dalam
melaksanakan teknik ini adalah:
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings).
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions).
c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training).11

1.5. Regulasi Pengawas Sekolah


Pengawasan pendidikan memiliki kedudukan yang strategis dan untuk
peningkatan mutu dalam proses pembelajaran. Hal ini, pelaksanaan supervisi
pembelajaran harus profesional agar meningkatkan kualitas pengembangan guru di
sekolah. Pada hakikatnya peningkatan dalam pengembangan guru di sekolah
berkaitan peranan supervisor untuk memberikan pelayanan sangat handal bagi
tenaga pendidik agar lebih mampu melaksanakan tugas pokoknya.
Kualitas supervisor sekah dilandasi peningkatan kemampuan supervisi para
pengawas kala melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab. Pengawas
sekolah bertugas melakukan pembinaan, penilaian dalam bentuk akademik maupun
supervisi manajerial, melakukan pembimbingan dan peatihan pada guru dengan
ditopang kompetensi yang dikuasainya.
Kompetensi yang harus dimiliki pengawas sekolah dalam kaitannya dengan
supervisi pendidikan adalah12:
a. Kepribadian
1. Menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengawas satuan
pendidikan yang professional.
2. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan
dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas profesinya.
3. Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang profesinya.

10
Amatembun, loc. Cit., hal: 59
11
Ngalim Purwanto, Administrasi, ... Op.Cit, hal: 122-123
12
Dr. H. Muwahid Shulhan, M.Ag, hal: 132

10
4. Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder sekolah.
b. Supervisi Manajerial13
1. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervise salam rangka
meningkatkan mutu Pendidikan.
2. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan
program sekolah-sekolah binaanya.
3. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan.
4. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan berdasarkan
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).
5. Membina kepala sekolah dalam melaksanakan administrasi satuan
pendidikan meliputi administrasi kesiswaan, kurikulum dan pembelajaran,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan,
keuangan, lingkungan sekolah dan peran serta masyarakat.
6. Membantu kepala sekolah dalam Menyusun indikator keberhasilan mutu
pendidikan di sekolah.
7. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan
tanggungjawabnya.
8. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
9. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolah-sekolah binaannya
dan menindaklanjutinya untuk perbaikan mutu pendidikan dan program
pengawasan berikutnya.
10. Mendorong guru dan kepala sekolah untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya.
11. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan
kepala sekolah
12. Memantau pelaksanaan inovasi dan kebijakan pendidikan pada sekolah
binaanya.
c. Supervisi Akademik14

13
Ibid, hal: 133-134
14
Ibid, hal: 134-136

11
1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan bidang ilmu yang menjadi isi tiap bidang pengembangan
atau mata pelajaran SD atau mata pelajaran sekolah menengah yang
termasuk dalam rumpunnya.
2. Memahami konsep, prinsip, teori atau teknologi, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan proses pembelajaran tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran.
3. Membimbing guru dalam menentukan tujuan pendidikan yang sesuai,
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran SD atau mata pelajaran sekolah
menengah yang termasuk rumpunnya.
4. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan atau
mata pelajaran SD atau mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk
rumpunnya berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi
dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
5. Menggunakan berbagai pendekatan atau metode atau teknik dalam
memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran SD atau mata pelajaran sekolah
menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
6. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi atau metode
atau teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi
peserta didik melalui bidang pengembangan atau mata pelajaran SD atau
mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
7. Membimbing guru dalam menyusun rencana pembelajaran (RPP) untuk tiap
bidang pengembangan atau mata pelajaran SD atau mata pelajaran sekolah
menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
8. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan media pendidikan
yang sesuai untuk menyajikan isi tiap bidang pengembangan atau mata
pelajaran SD atau mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam
rumpunnya.

12
9. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk
pembelajaran tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran SD atau mata
pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
10. Membimbing guru dalam melaksanakan strategi atau metode atau teknik
pembelajaran yang telah direncanakan untuk tiap bidang pengembangan
atau mata pelajaran SD atau mata pelajaran sekolah menengah yang
termasuk dalam rumpunnya.
11. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran (di kelas,
laboratorium, dan atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi peserta
didik pada tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran SD atau mata
pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
12. Membimbing guru dalam merefleksi hasil-hasil yang dicapai, kekuatan,
kelemahan, dan hambatan yang dialami dalam pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
13. Membantu guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan, dan
memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang berkaitan dengan mata pelajaran
SD atau mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam
rumpunnya.
d. Evaluasi Pendidikan15
1. Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai
untuk tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran yang termasuk dalam
rumpunnya.
2. Membimbing guru dalam menentukan kriteria dan indikator keberhasilan
pembelajaran tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran yang termasuk
dalam rumpunnya.
3. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan pada satuan
pendidikan yang menjadi binaanya.
4. Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada tiap
bidang pengembangan atau mata pelajaran yang termasuk dalam
rumpunnya.
5. Menilai kemampuan kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan.

15
Ibid, hal: 136-138

13
6. Menilai kinerja staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokoknya.
7. Menilai kinerj sekolah dan menindaklanjuti hasilnya untuk keperluan
akreditasi sekolah.
8. Mengelolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja sekolah, kinerja
kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja staf sekolah.
9. Memantau pelaksanaan kurikulum, pembelajaran, bimbingan dan hasil
belajar siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu pendidikan pada
sekolah binaanya.
10. Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan
pendidikan dan pembelajaran tiap bidang pengembangan atau mata yang
termasuk dalam rumpunnya.
11. Memberikan saran kepada kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah
dalam meningkatkan kinerjanya berdasarkan hasil penialian.
e. Penelitian dan Pengembangan16
1. Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam
pendidikan.
2. Menentukan masalah kepengawasan yang penting untuk diteliti baik untuk
keperluan tugas pengawasan, pemecahan masalah pendidikan, dan
pengembangan profesi.
3. Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian kualitatif
maupun proposal penelitian kuantitatif
4. Melaksanakan penelitian pendidikan baik untuk keperluan pemecahan
masalah pendidikan, perumusan kebijakan maupun untuk pengembangan
profesi.
5. Mengelolah dan menganalisis data penelitian pendidikn baik data kualitatif
maupun data kuantitatif.
6. Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik
perencanaan maupun pelaksanaanya.
7. Menyusun karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan /
kepengawasan.

16
Ibid, hal: 138-139

14
8. Mendiseminasikan hasil-hasil penelitian pada forum kegiatan ilmiah baik
lisan maupun tulisan.
9. Membina guru dalam menyusun karya tulis ilmiah dalam bidang pendidikan
dan pembelajaran.
10. Membuat artikel ilmiah untuk dimuat pada jurnal.
11. Menulis buku / modul untuk bahan pengawasan.
12. Menyusun pedoman / panduan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
pengawasan.
f. Sosial17
1. Menyadari akan pentingnya bekerja sama dengan berbagai pihak dalam
rangka meningkatkan kualitas diri dan profesinya.
2. Menangani berbagai kasus yang terjadi disekolah atau di masyarakat.
3. Aktif dalam kegiatan oganisasi profesi seperti APSI, PGRI, ISPI, dan
organisasi kemasyarakatan lainnya.
Pengawas sekolah bertanggung jawab dalam penjaminan mutu dan
memberdayakan kepala sekolah dan guru menjadi binaannya. Secara
konsepsual, supervise pembelajaran adalah kegiatan mengembangkan
kemampuan tenaga pendidik atau guru dalam mengelola pembelajaran untuk
mencapai tujuan.

17
Ibid, hal: 139

15
BAB 2

2.1. Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Supervisi adalah aktivitas
pembinaan yang melaksanakan fungsi-fungsi supervisi akademik atau manajerial.
Perbedaan inspeksi dan supervisi dapat diihat dari fungsi dan prinsipnya. Jika
dilihat dari fungsinya, inspeksi merupakan suatu jabatan (position) dalam suatu
jawaban sedangkan supervisi merupakan suatu fungsi (function) untuk membina
perbaikan suatu situasi. Jika dilihat dari prinsipnya, inspeksi dilaksanakan
berdasarkan prinsip otokrasi/inspector, atau pengawas sedangkan supervisi
dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi yang dijiwai oleh falsafah pancasila.
Amatembun membagi prinsip supervisi menjadi dua bagian yaitu prinsip
fundamental dan prinsip praktis. Teknik-teknik dalam supervisi secara garis
besar terbagai menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.
Regulasi pengawas sekolah memiliki kedudukan yang strategis dalam peningkatan
mutu dalam proses pembelajaran. Kompetensi yang harus dimiliki pengawas
sekolah dalam kaitannya dengan supervisi pendidikan adalah kepribadian, supervisi
manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan,
dan sosial. Makalah ini memberikan gambaran dan penjelasan tentang supervisi
pendidikan.

2.2. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami buat, semoga dapat menambah wawasan
dan bermanfaat bagi para pembaca tentang apa itu supervisi pendidikan. Apabila
terdapat kesalahan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah kami.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Muwahid Shulhan, M.Ag. Supervisi Pendidikan. 2012.


Dr. Siti Maisaroh, M.Pd, dkk. Administrasi & Supervisi Pendidikan. 2020.
Sohiron. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. 2015.

17

Anda mungkin juga menyukai