Makalah - Munakahat Edit 2
Makalah - Munakahat Edit 2
DISUSUN OLEH :
Salman Alfarisi P
1815313086
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti ingin menikah dan ini merupakan fitroh manusia, karena
manusia adalah makhluk social yang di mana setiap manusia pasti membutuhkan
manusia yang lain terlebih terhadap lawan jenis. Bahkan sang penciptanya pun
memberitahukan bahwa ciptaanya pasti memiliki pasangan-pasangan.
Maka oleh sebab itu, para ulama merumuskan tentang tata cara munakahat/nikah
yang ada di dalam kitab-kitab klasik, yang di teruskan oleh para ulama sekarang
melalui digital sehingga mempermudah orang untuk mencari referensi-referensi.
Banyak sekali keterangan-keterangan yang menunjukan akan kelebihan nikah
yang di anjurkan dalam agama, seperti meneruskan keturunan, menambah rizki,
memperpanjang umur, dan masih banyak lagi keistimewaan-keistimewaannya yang bisa
di lihat melalui al-qur’an, al-hadis, dan karangan para ulama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nikah?
2. Ada berapa hokum nikah?
3. Apa saja rukun dan syarat sah nikah?
4. Mengetahui wali nikah?
5. Siapa saja yang di haramkan untuk dinikahi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Munahakahat
Nikah menurut bahasa adalah Al-jam'u & al-dhamu yang artinya kumpul.
Makna nikah (jawaz) bisa diartikan dengan aqdu al-tajwiz yg artinya
akad nikah. Menurut Rahmat Hakim menyatakan bahwa nikah berasal dari
bahasa Arab 'Nikahun' yang merupakan masdar atau asal dari kata kerja
'nakaha' sinonimnya tazawwaja kemudian diterjemahkan dalam bahasa
Nikah mempunyai 3 makna, yaitu: 1.) nikah secara bahasa : wati dan
kumpul; 2.) nikah secara hakikat ada pada akad dan majaz pada wati,
jadi kebalikanh ma’na secara bahasa; 3) nikah secara lafadz sesuai dengan
عقد يقيد حل العشرة بين الرجل والمراة وتعاونهما ويحد ما لكيهما من
menolong dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban
bagi masing-masing.
B. Hukum Nikah
٣ ت ا َ ْي َمانُ ُك ْم ۗ ٰذ ِل َك اَد ْٰنٰٓى ا َ اَّل تَعُ ْولُ ْو ۗا ِ فَا ِْن ِخ ْفت ُ ْم ا َ اَّل تَ ْع ِدلُ ْوا فَ َو
ْ احدَة ً ا َ ْو َما َملَ َك
Artinya: Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil
terhadap hak-hak perempuan yatim bilamana kamu menikahinya, maka
nikahilah perempuan lain yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.
Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka
nikahilah seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki.
Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.
Hukum nikah menurut syara’ ada 5 : wajib, haram, makruh, suah, mubah.
Akan tetapi menikah itu ada yang sebagian membawa madarat, baik untuk
pihak perempuan maupun laki-laki , untuk itu hukum nikah menurut para
ulama terbagi menjadi
1. Wajib
Nikah hukumnya wajib bagi orang yang secara jasmani dan rohani tlh
matang dan mampu secara finansial, dan dikhawatirkan tergelincir pada
perbuatan zina jika tidak dilakukan pernikahan. Hal ini didasarkan
pada pemikiran hukum baha setiap mislim wajib menjaga diri untuk tdk
berbuat yang telarang, jika penjaga diri itu harus dengan melakukan
perkawinan, sedangkan menjaga diri itu wajib, maka hukum melakukan
nya adalah wajib sesuai dengan kaidah.
Pendapat Mazhab Syafi'i mengatakan asal pada nikah itu boleh jadi
seseorang dibolehkan untuk menikah dengan tujuan mencari kenikmatan
dan bersenang-senang. tapi ketika ia berniat untuk menjaga harga
dirinya atau mendapat keturunan maka itu disunnahkan.
Sedangkan menurut Imam Syafi'i rukun nikah ada 5 juga, yaitu: 1. Calon
pengantin laki-laki; 2. Calon pengantin perempuan; 3. Wali; 4. Dua saksi;
5. Sighat akad nikah
Para ulama menyimpulkan bahwa syarat dan rukun nikah itu sebagai
berikut:
1. Calon suami syaratnya, yaitu: a. Beragama islam; b. Benar seorang laki-
laki; c. Menikah bukan karna paksaan ; d. Tidak beristri empat; e.
Mengetahui calon istri bukanlah wanita yang haram inikahi; f. Calon
istri bukanlah wanita yang haram dimadu; g. Tidak sedang melakukan
ihram haji dan umrah.
2. Calon istri syaratnya, yaitu: a. Beragama islam; b. Benar-benar wanita;
c. Mendapat izin dari walinya; d. Bukan istri irang lain; e. Bukan sebagai
mu'taddah (wanita yang sedang dalam masa iddah). f. Tidak memiliki
hubungan mahram; g. Bukan sebagai wanita yang pernah di li'an calon
suaminya (dilaknat suaminya karna tuduhan zina)
D. Wali nikah
Secara Etimologis wali adalah pelindung, penolong, atau penguasa. Wali
mempunyai arti banyak , antara lain;
1. Orang yang menurut hukum agama atau adat di serahi kewajiban menurut
anak yatim serta hartanya sebelum anak itu dewasa
2. Pengasuh pengantin perempuan pda waktu menikah
3. Orang shaleh (suci) penyebar agama
4. Kepala pemerintah dan sebagainya.
Seluruh madzhab sepakat bahwa wali dalam pernikahan adalah wali
perempuan yang melakukan akad nikah dengan pengantin laki-laki yang
menjadi pilihan wanita tersebut.
Sebelum seseorang itu layak untuk bertindak sebagai wali dalam
sesuatu pernikahan. Haruslah memenuhi beberapa syarat yang digariskan
oleh syarak. Yaitu : Baligh, berakal, merdeka, islam
1. Urutan wali
Jumhur ulama fiqh mendapat bahwa urutan wali, yaitu: Ayah, Ayahnya
ayah (kakek) terus ke atas, Saudara laki-laki se ayah se-ibu, Saudara
laki-laki se-ayah saja, Anak laki-laki saudara laki-laki se-ayah se-
ibu, Anak laki-laki saudara laki-laki se-ayah se-ibu, Anak laki-laki dari
anak laki-laki saudara laki-laki se-ayah se-ibu, Anak laki-laki dari
anak laki-laki saudara laki-laki se-ayah se-ibu,, Anak laki-laki no 7,
Anak laki-laki no 8 dan seterusnya, Saudara laki-laki ayah se-ayah
se-ibu, Saudara laki-laki ayah se-ayah se-ibu, Anak laki-laki no 11, Anak
laki-laki no 12 , Anak laki-laki no 13 seterusnya
a. Wali nasab
Wali nasab adalah wali nikah yang ada hubungan nasab dengan
wanita yang akan melangsungkan pernikahan. Wali nasab terbagi
menjadi 2 yaitu wali aqrab (dekat) dan wali ab'ad (jauh)
Perpindahan wali aqrab kepada wali ab'ad sebagai:
1. Apabila wali aqrab nya non muslim
2. Apabila wali aqrabnya fasik
3. Apabila wali aqrab nya belum dewasa
4. Apabila wali aqrab nya gila
5. Apabila walia aqrabnya bisu/tuli
b. Wali hakim
Wali hakim adalah wali nikah dari hakim atau qadi. Orang-orag
yang berhak menhadi wali hakim adalah pemerintah ( )السلطان,
Khalifah (pemimpin), penguasa ()رءيس, atau qadhi nikah yang diberi
wewenang kepala negara. Apabila tdk ada orang diatas maka wali
hakim dapat diangkat oleh orang-orang terkemuka didaerah itu orang-
orang yang alim ()اهل الحل والعقد.
c. Wali Tahkim
Wali tahkim adalah wali yang diangkat oleh calon suami atau
calon istri. Cara pengangkatannya adalah: calon suami nengucapkan
tahkim degan kalimat 'saya angkat bapak atau saudara untik
menikahkan saya dengan.. . (calon istri) dengan mahar.. . Dan putusan
bapak atau saudara saya terima dengan senang', setelah itu istri juga
mengucapkan hal yang sama. Kemudian calon hakim itu menjawab 'saya
terima tahkim ini'
٣٣ ... ِت َعلَ ْي ُك ْم ا ُ امهٰ ت ُ ُك ْم َوبَ ٰنت ُ ُك ْم َواَخ َٰوت ُ ُك ْم َو َع ّٰمت ُ ُك ْم َو ٰخ ٰلت ُ ُك ْم َو َب ٰنتُ ْاَّلَخ
ْ ُح ِر َم
Berdasarkan ayat dia atas wanita yang haram dinikahi karna nasab
yaitu:
a. Ibu, yang dimaksud adalah perempuan yang ada hubungan darahdalam
keturunan garis keatas
b. Anak perempuan, wanita yang mempunyai hubungan darahdalam garis
ljrus kebawah
c. Saudara perempuan, baik seayah ibu, seayah saja/ seibu
d. Bibi, saudara perempuan ayah atau ibu baik saudara kandung atau
se-ibu dan seterusnya ke atas
e. Keponakan perempuan yaitu anak perempuan saudara laki-laki atau
saudara perempuan dam seterusnya ke bawah.
Menurut riwayat abu daud, annasa'I , ibnu majah dari aisyah keharaman
karna susuan ini di terangkan dalam hadis
Wanita yang di talaq 3 haram kawin lagi dengan mantan suami nya,
kecuali sudah kawin lagi dengan orang lain dan sudah berhubungan. (QS.
Al-baqaroh: 229 sampai 30)
Mengenai rukun dan syarat nikah imam syafi’i membaginya menjadi lima
yaitu: calon suami (degan syarat-syarat yang telah di tentukan), calon
istri (degan syarat-syarat yang telah di tentukan), wali (degan syarat-
syarat yang telah di tentukan), dua orang saksi (degan syarat-syarat
yang telah di tentukan), dan uga ijab qabul.
Wali dan saksi dalam pernikaha merupakan dua hal yang sangat
menentuakan sah dan tidaknya sebuah pernikahan. Seluruh mazhab
bersepakat bahwa wali dalam pernikahan adalah wali perempuan yang
melakukan akad nikah dengan pengantin laki-laki yang menjadi pilihan
wanita tersebut.
Mengenai muharramat, sebagian wanita yang haram di nikahi untuk
selama-lamanya karna sebab-sebab tertentu , dan sebagian yang lain ada
yang haram dinikahi untuk sementara waktu karna adanya sebab-sebab
tertentu juga.