A. PENDAHULUAN
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan memberikan jaminan serta kepuasan kepada
masyarakat/pengguna jasa, Puskesmas wajib diakreditasi secara berkala paling
sedikit 3 (tiga) tahun sekali. Akreditasi Puskesmas diharapkan dapat mendorong
Puskesmas untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga mutu
pelayanannya dapat dipertanggungjawabkan dan memberikan jaminan serta
kepuasan kepada masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Akreditasi merupakan pengakuan formal suatu lembaga untuk melakukan
kegiatan tertentu sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Akreditasi
Puskesmas merupakan proses penilaian eksternal oleh Komisi Akreditasi terhadap
Puskesmas untuk menilai kesesuaian sistem manajemen mutu dan sistem
penyelenggaraan pelayanan dan upaya pokok dengan standar yang ada.
Tahun 2018 seluruh Puskesmas di Kabupaten Boyolali telah terakreditasi. Saat
ini Kabupaten Boyolali mempunyai 8 Puskesmas yang terakreditasi Utama, 15
Puskesmas terakreditasi Madya dan 2 Puskesmas terakreditasi Dasar. Sampai
dengan saat ini Puskesmas di Kabupaten Boyolali belum ada yang terakreditasi
Paripurna. Tahun 2021 direncanakan terdapat 15 Puskesmas yang akan
melaksanakan survei re-akreditasi, namun dikarenakan adanya Bencana Nasional
Non-Alam Pandemi Covid-19 sehingga pelaksanaan penilaian re-akreditasi
dinyatakan ditunda sampai dengan Bencana Nasional Non-Alam dicabut.
Tahun 2022 sebanyak 15 Puskesmas yang ada di Kabupaten Boyolali telah
habis masa berlaku akreditasinya sehingga diperlukan persiapan terkait penilaian re-
akreditasi Puskesmas. Guna mempersiapkan Puskesmas agar memahami segala hal
yang terkait dengan akreditasi maka di tingkat Kabupaten perlu melakukan beberapa
tahapan persiapan diantaranya yaitu melaksanakan kegiatan workshop pendukung
implementasi akreditasi Puskesmas salah satunya adalah workshop pemahaman
standar dan instrumen akreditasi. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan
Workshop Pemahaman Standar dan Instrumen Akreditasi FKTP di Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
3. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
4. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek
Mandiri Dokter Gigi;
5. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Tujuan Khusus :
a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta workshop terkait
dengan pemenuhan standar dan instrumen akreditasi Puskesmas.
b. Mendorong kesiapan Puskesmas dalam menghadapi penilaian re-akreditasi
Puskesmas.
c. Tersusunnya rencana kegiatan dalam rangka pemenuhan standar akreditasi
Puskesmas.
D. PESERTA
1. Kepala Puskemas dan Kepala Tata Usaha Puskesmas
2. Tim Pembina Cluster Binaan (TPCB) Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
E. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan workshop pemahaman standar dan instrumen akreditasi Puskesmas
dilaksanakan selama 2 hari dan akan dilaksanakan besok pada :
Hari : Rabu - Kamis
Tanggal : 17-18 November 2021
Jam : 08.00 s/d selesai
Tempat : The Sunan Hotel, Jl. Ahmad Yani Nomor 40 Solo
F. FASILITATOR/NARASUMBER
Narasumber Workshop Pemahaman Standar dan Instrumen Akreditasi Puskesmas
adalah Narasumber/Surveior dari Kementerian Kesehatan RI.
G. METODE
Metode pelaksanaan kegiatan Workshop Pemahaman Standar dan Instrumen
Akreditasi Puskesmas dilaksanakan dengan metode ceramah, studi kasus, tanya
jawab/ diskusi.
H. JADWAL
J. EVALUASI
Untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan workshop ini dilakukan
penilaian/evaluasi terhadap pre-tes dan post-tes.
K. PENUTUP
Demikian kerangka acuan kerja ini dibuat sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
Workshop Pemahaman Standar dan Instrumen Akreditasi Puskesmas Kabupaten
Boyolali Tahun 2021.
aplikasi sarana prasarana alat kesehatan (ASPAK) adalah suatu sistem elektronik
berbasis web yang menghimpun data dan menyajikan informasi mengenai sarana,
prasarana, dan alat kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan. ASPAK dapat
memaparkan atau menyajikan informasi ketersediaan dan pemenuhan terhadap sarana,
prasarana dan alat Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai standar yang
berlaku. pertemuan teknis pengelola aplikasi sarana prasarana alat kesehatan (ASPAK)
bertujuan untuk menyelenggarakan sistem informasi mengenai sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan gunanya sebagai Inventarisasi dan
pemetaan Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
panduan dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pemenuhan Sarana,
Prasarana, dan Alat Kesehatan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah Provinsi, dan
Pemerintah daerah Kab/Kota serta mendukung akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
” tambah Kabid.
Prinsip penyelenggaraan aplikasi sarana prasarana alat kesehatan (ASPAK) Akuntabilitas pada
penyelenggaraan ASPAK mengandung pengertian bahwa semua data sarana, prasarana dan alat
kesehatan yang diisi harus benar, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Data harus sesuai
dengan kondisi yang ada, dan dapat dibuktikan ketersediaannya, Kontinuitas pada
penyelenggaraan ASPAK mengandung pengertian bahwa data sarana, prasarana dan alat
kesehatan yang diisi harus dievaluasi dan di update secara berkesinambungan, ” papar Yusril,
SKM.
Evaluasi dan update dilakukan apabila terjadi perubahan berupa penambahan data baru,
penghapusan, pemindahan, perubahan kondisi dari baik menjadi rusak atau sebaliknya. Kondisi
Esensial harus ada dipuskesmas yang meliputi Pemeriksaan kesehatan ibu yaitu stetoskop
janin (Laennec Doppler), stetoskop dewasa, sphygmomanometer/ tensimeter, termometer, palu
reflex, timbangan dewasa. Pemeriksaan kesehatan anak yaitu timbangan anak, alat pengukur
panjang bayi, stetoskop, termometer. Set pelayanan keluarga berencana yaitu Implan kit, IUD siap
pakai. Set alat pasca persalinan yaitu stetoskop dan sphygmomanometer atau tensimeter dan
Set Gilut yaitu sonde lengkung, kaca mulut, tangkai kaca mulut, pinset gigi, ekskavator, set tang
pencabutan gigi dewasa, set tang pencabutan gigi anak, serta bein lurus kecil.
” Validasi harus dilaksanakan secara reguler atau teratur (minimal setiap 6 bulan) oleh Dinkes
Kab/ Kota/ RS yg disupervisi secara berjenjang oleh Dinkes Provinsi dan Pusat (Dit. Fasyankes),
Metode validasinya yaitu mencocokkan langsung,
membandingkan www.paperwritings.com dengan dokumen rekam SPA di fasyankes ( contoh :
KIR, BMD, SIMAK BMN), dan Hasil validasi untuk selanjutnya diinput di sistem,” tambah
Narasumber.
Harapannya dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman pengelola Aspak tentang
program dan aplikasi Aspak dan dapat membuat perencanaan kebutuhan yang baik untuk 2021
berdasarkan isian aplikasi Aspak yang sudah mewakili keadaan sarana, prasarana dan alat
kesehatan puskesmas.(es)
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
b. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 363/Menkes/Per/IV/1998 tentang
Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
e. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1184/Menkes/Per/IV/2004 tentang Pengaman Alat
Kesehatan dan Perbekalan Rumah Tangga
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
2. Gambaran Umum
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya
akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan yang dijabarkan dengan pemenuhan
sararana prasarana dan alat yang sesuai standar.
Untuk menentukan posisi suatu fasilitas pelayanan kesehatan terhadap pemenuhan
standar yang harus dicapainya hal yang terpenting adalah informasi mengenai kondisi
sarana prasana dan alat di fasyankes tersebut. Salah satu upaya yang sudah dikembangkan
adalah pemanfaatan system informasi untuk penyediaan data sarana prasarana dan alat
kesehatan yang ada di Puskesmas. Sistem informasi tersebut dikenal dengan nama
Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan (ASPAK). Sistem
informasi tersebut mulai dikembangkan pada tahun 2009 dan bertujuan untuk
memudahkan pelaksanaan monitoring kondisi SPA, membangun basis data SPA bidang
pelayanan kesehatan di Indonesia baik tingkat Provinsi ataupun Kabupaten/Kota. Sistem
tersebut juga bertujuan untuk memberikan data dan informasi yang cukup dalam
mendukung perencanaan kebutuhan SPA yang ada fasyankes di Provinsi Maluku.
ASPAK merupakan Kewajiban bagi Puskesmas untuk mengisi data SPA pada ASPAK
sebelum melakukan pengusulan anggaran melalui e-planning. Dengan demikian setiap
Puskesmas harus memiliki petugas yang mampu untuk melakukan pengelolaan data SPA
dan mampu operasionalisasi ASPAK.
Akan tetapi sampai saat ini kuaitas data yang dihasilkan oleh ASPAK tersebut belum
optimal. Adanya fasyankes yang belum melengkapi datanya, terbatasnya kemampuan
operator ASPAK dan belum adanya sanksi dan reword yang jelas terhadap pemanfaatan
ASPAK ini menjadi penyebab utama belum optimalnya data ASPAK. Beberapa hal
seperti sosialisasi, workshop dan pelatihan ASPAK sudah dilakukan, akan tetapi
pemanfaatan dan kualitas data ASPAK belum diyakini optimal.
Berdasarkan alasan tersebut di atas dan untuk mendorong penentuan kebijakan
dengan berdasarkan kepada bukti maka diselenggarakan Validasi Data Aspak tahun
Anggaran 2018 di Provinsi Maluku.
2. Tujuan Kegiatan.
Tujuan pelaksanaan kegiatan Validasi Data ASPAK adalah :
a. Meningkatkan kualitas data yang dihasilkan ASPAK di Puskesmas.
b. Mendorong percepatan pemenuhan standar SPA di Puskesmas.
c. Mendukung akreditasi Puskesmas.
C. PENERIMA MANFAAT
1. Daerah : Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Dinas Kesehatan Propinsi.
G. PEMBIAYAAN
Biaya pelaksanaan kegiatan Validasi Data ASPAK dianggarkan pada
dana Dekonsentrasi satker 219012 Dinas Kesehatan Provinsi Maluku tahun
2018.
Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Maluku